PAPER
OLEH:
Bunga potong (cut flower) banyak digunakan untuk hiasan dan dekorasi,
fungsinya secara umum sama yaitu memberikan keindahan dan nilai tambah
estetika, akan tetapi bunga potong biasanya tidak bertahan lama dan hanya dapat
digunakan untuk satu kali pemakaian. Perubahan pola pikir ini yang menjadikan
bunga sebagai salah satu tanda ungkapan, misalnya pada beberapa moment seperti
karangan bunga untuk ucapan selamat, tanda kasih sayang, bahkan untuk
belasungkawa orang-orang mengungkapkannya dengan menggunakan bunga.
Bunga potong memiliki masa kesegaran (vase life) yang singkat, hal
tersebut menyebabkan diperlukannya perhatian khusus pada penanganan
pascapanennya agar produk mempunyai vase life yang lebih lama. Pengembangan
teknologi yang memungkinkan untuk menghasilkan bunga potong berwarna-
warni, bentuk yang menarik, tahan lama dan harganya relative terjangkau.
Penanganan pascapanen bunga merupakan suatu kegiatan yang
memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga setelah bunga tersebut dipanen
sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pascapanen tanaman hias
khususnya bunga potong (cut flower) bertujuan untuk: 1) memperkecil respirasi,
2) memperkecil transpirasi, 3) mencegah infeksi atau luka, 4) memelihara estetika,
5) memperoleh harga yang tinggi (Tiara et al.,2014).
Faktor-faktor yang memengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias
antara lain terdiri dari: 1) kematangan, 2) persediaan bahan makanan, 3)
temperatur, 4) persediaan air, 5) pertumbuhan mikroorganisme, 6) kualitas air, 7)
etilen, 8) kerusakan mekanis, dan 9) penyakit. Proses senesens (proses penurunan
kondisi yangmenyertai pertambahan umur/ fase akhir perkembangan tumbuhan
yang mengarah ke kerusakan sel dan kematian) berakibat pada pendeknya usia
bunga potong. Senesens dapat ditunda dengan penambahan zat pengatur tumbuh
yang mampu menghambat biosintesis etilen, yang disebut dengan anti etilen
Vase life bunga potong (cut flower) merupakan lamanya umur relatif
bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman
induknya. Pengamatan vase life dilakukan mulai dari awal perlakuan hingga 30%
dari keseluruhan braktea berubah warna (Tiara et al.,2014).
Bunga potong (cut flower)dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
monofloral dan multifloral. Pada kelompok monofloral, satu tangkai mempunyai
satu kuntum atau kuncup bunga contohnya bunga mawar hibrida dan krisan
standar. Sedangkan pada multifloral, satu tangkai terdiri dari lebih dari satu
kuntum atau kuncup bunga contohnya bunga gladiol dan sedap malam. Karena
perbedaan tersebut, penanganan pascapanen yang dilakukan perlu diperhatikan,
misalnya bunga jenis multifloral membutuhkan lebih banyak energi untuk
memekarkan seluruh kuncup bunga dibandingkan dengan monofloral.
Penanganan yang tidak tepat akan berdampak pada pendeknya vase life bunga
tersebut (Susanto, 2013).
Penanganan yang perlu dilakukan selama peragaan adalah perendaman
bunga potong dalam larutan yang dapat memperlambat proses kerusakannya.
Larutan tersebut didefinisikan sebagai larutan perendam. Penanganan yang sering
dilakukan florist adalah merendam bunga potong dalam air tanpa penambahan
bahan lain. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
keindahan bunga potong (cut flower).
Namun mengungkapkan bahwa perendaman dalam air saja kurang
optimal. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan nutrisi bunga potong tidak dapat
terpenuhi hanya dengan air saja. Bunga potong memerlukan nutrisi untuk bertahan
hidup dan melakukan proses metabolisme seperti respirasi. Selain itu,
mikroorganisme atau bakteri dapat menghambat penyerapan air dan nutrisi oleh
bunga potong dengan cara menyumbat jaringan xilem pada tangkai. Penambahan
bahan lain yang memberikan kecukupan nutrisi dalam larutan perendam dapat
memberikan hasil yang diharapkan. Pembuatan larutan juga berdasarkan formula
yang tepat agar nantinya menghasilkan vase life bunga potong yang lebih lama.
Fungsi utama larutan perendam adalah mempertahankan kesegaran bunga
potong selama mungkin. Kesegaran bunga potong yang singkat disebabkan oleh
kekurangan nutrisi, kehilangan air, dan terhambatnya penyerapan cairan yang
dikarenakan xilem tersumbat oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, larutan
perendam harus mengandung bahan yang dapat menyediakan nutrisi dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Kebutuhan nutrisi dapat disediakan
dengan penambahan gula pasir. Sedangkan bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yaitu klor dan asam sitrat. Selain bahan terlarut,
pemotongan pangkal tangkai tiap hari dapat membantu mengatasi masalah
terhambatnya jaringan xilem oleh mikroorganisme. Penempatan pada suhu dingin
dapat memperlambat proses metabolisme sehingga proses kehilangan air dari
jaringan dapat dihambat. Sebagai catatan, kebutuhan nutrisi bagi setiap bunga
potong kemungkinan berbeda. Oleh karena itu, pengaruh formula larutan
perendam dan suhu perlu diteliti.
Pengaruh formula larutan perendam terhadap vase life beberapa bunga
potong antara lain : a. Formula larutan perendam gula pasir 20% ditambah asam
pH 3,5 memperpanjang vase life bunga potong mawar, gladiol, dan krisan,
b. Formula larutan perendam gula pasir 6% yang ditambah klor 0,1% dan asam
sitrat pH 3,5 memberikan hasil terbaik untuk vase life bunga potong mawar,
c. Formula larutan perendam gula pasir 4% yang ditambah klor 0,1% dan asam
sitrat pH 3,5 memberikan hasil terbaik untuk vase life bunga potong gladiol dan
krisan. d. Formula larutan perendam yang diteliti tidak berpengaruh terhadap vase
life bunga potong sedap malam. e. Formula larutan perendam memperpendek vase
life bunga potong kenikir (Susanto, 2013).
Suhu dingin (182)C dapat memperpanjang vase life bunga mawar,
gladiol, sedap malam, krisan, dan kenikir potong. Perlakuan kombinasi antara
treatment larutan perendam dan suhu dingin (182)C dapat memperpanjang vase
life semua bunga potong yang diteliti (Susanto, 2013).
BAB II
BUNGA GLADIOL (Gladiolus)
Nama bunga gladiol berasal dari bahasa latin gladius yang berarti pedang
karena daun tanaman gladiol berbentuk seperti pedang. Tanaman gladiol adalah
tanaman berbunga yang terkenal dengan warna bunga yang atraktif. Tanaman
gladiol dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herba tepi, tanaman bedeng (taman),
tanaman pot dan bunga potong. Tanaman gladiol memiliki sekitar 200 spesies
yang tersebar di daerah tropis dan Afrika Selatan (sungai Zambesi dekat dengan
air terjun Victoria), Rhodesia (gunung Kilimanjaro), Tanganyika (Natal and Cape
of Good Hope), Republik Afrika Selatan (Madagascar dan Abyssinia), Eropa
bagian tengah dan wilayah Mediterania (Italia, Balkan dan Inggris), Pulau
Mascarene dan Asia bagian Barat (Afganistan, Armenia dan Caucasus, Siria,
Persia dll), akan tetapi sebagian besar terdapat pada Afrika Selatan dan wilayah
tanjung. Sekitar 15 spesies hanya tumbuh pada Sahara bagian Utara
PERBANYAKAN GLADIOL (Gladiolus)
Gladiol diperbanyak secara seksual dengan menggunakan biji dan aseksual
menggunakan kormus dan kormel. Pembagian kormus besar menjadi beberepa
bagian dapat digunakan untuk perbanyakan gladiol. Diferensiasi organ dan
regenerasi tanaman melalui kultur jaringan merupakan teknik yang paling efektif
untuk menghindarkan dari virus serta memperbanyak secara cepat. Berikut adalah
beberapa cara perbanyakan tanaman gladiol (Muthahara,2016) :
1. Biji Perbanyakan dengan biji pada umumnya digunakan untuk
pengembangan kultivar baru. Kumpulan biji gladiol sangat banyak yaitu
sekitar 60 biji terbentuk dalam 3 ruangan dalam masing-masing kapsul.
Tanaman yang berasal dari biji membutuhkan 4 musim untuk
memumculkan bunganya dibawah kondisi normal.
2. Kormel dan kormus Kormel adalah kormus sekunder yang dihasilkan pada
stolon antara kormus indukan dan anakan. Ukuran kormel bermacam-
macam, memiliki kulit yang keras yang permeabilitas terhadap air rendah
dan memperpanjang masa dormansi. Pada kormel ditemukan beberapa
retakan akibat saat pemanenan akan tetapi masih dapat ditemukan yang
utuh dan kedap terhadap air. Kormel dipilih dengan hati-hati untuk
mencegah penyebaran penyakit. Perendaman dalam air panas selama 4-7
hari dapat menserempakan munculnya tunas. Kormel yang berukuan lebih
besar membutuhkan waktu 4 bulan untuk memecah dormansi. Akar yang
membengkak pada dasar kormel mengindikasikan bahwa kormel siap
untuk ditanam. Kormel ditanam pada kedalaman 5 cm dengan jarak antar
kormel. Kormus adalah struktur induk yang terdiri dari batang vertikal
yang pendek dan menebal serta memiliki banyak cincin seperti node yang
memiliki banyak tunas, tertutupi dengan kulit disekelilingnya serta bagian
bawah tempat akar tumbuh berbentuk seperti kaset CD. Kormus
berkembang pada dasar batang bunga (pseudostem) ketika kormus tua
secara bertahap habis. Kormus harus dibersihkan dan direndam dalam
larutan fungisida selama 2 hari. Kormus yang dormansi membutuhkan 3-4
bulan penyimpanan dingi (2-4C) untuk memecah dormansi. Alternatif
lain untuk memecah dormansi adalah memberikan etilen ke kormus.
Berdasarkan ukuran kormus dan kormel, North American Gladiolus
Council membagi kormus menjadi 6 kelas yaitu
Kultivar yang menghasilkan jumlah kormus dan kormel yang
rendah diperbanyak dengan menggunakan pemisahan untuk meningkatkan
jumlah bahan tanam. Kormus dipotong 7-10 hari sebelum ditanam.
Kormus berukuran kecil dipotong menjadi 3-4 bagian, kormus berukuran
sedang dipotong menjadi 7-10 bagian dan kormus sangat besar dipotong
menjadi 12-15 bagian tergantung pada jumlah tunas. Potongan kormus
diberi bubuk arang dan atau serbuk sulfur kemudian diletakkan di kotak
berventilasi baik untuk mengeringkan permukaan dari potongan. Masing-
masing potongan harus memiliki tunas dan zona perakaran dan akan lebih
baik apabila memotong menjadi 4 bagian secara radial. Sebelum dilakukan
penanaman harus dilakukan perendaman di larutan fungisida. Kormus
yang sudah dipisah dan diberi perlakuan diatas lebih baik ditanam pada
kondisi media tanam steril, hangat dan lembab (Muthahara, 2016).
BUDIDAYA GLADIOL (Gladiolus)
1. Pemilihan lahan
Gladiol adalah tanaman yang menyukai cahaya langsung selama
masa pertumbuhannya sehingga harus ditanam pada tempat yang tidak
ternaungi. Tanah harus memiliki kelembaban yang sedang dan dapat
melindungi dari angin yang kuat sehingga tanaman tidak rebah.
Gladiol pada tanah yang ternaungi menyebabkan tanaman tinggi dan
kualitas bunga berkurang.
2. Persiapan lahan
Tanah akan lebih baik jika diistirahatkan sehingga dapat diberikan
pupuk hijau pada lahan. Pupuk hijau dapat diaplikasikan 2 bulan
sebelum penanaman kormus. Selain pupuk hijau, dapat digunakan juga
peat moss, kompos dll. Pupuk kandang diduga dapat menjadi sumber
patogen.
3. Pemilihan kultivar
Pemilihan kultivar sangat penting untuk menunjang keberhasilan
penanaman gladiol untuk dekorasi taman atau budidaya komersial.
Gladiol memiliki banyak kultivar dengan warna yang beragam. Ukuran
tanaman bervariasi dari miniature hingga giant yang tingginya lebih
dari 2 dan bunganya berukuran besar 16 cm. Terdapat beberapa
kultivar yang sesuai untuk bunga potong dan produksi kormus.
Kultivar dengan bunga yang besar, primulinus dan butterfly yaitu
Anitra, Atom, Bon voyage dll sangat sesuai untuk ditanamn di
greenhouse dan pembungaan yang cepat.
4. Pemilihan kormus dan penanaman
Ukuran kormus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
gladiol meliputi produksi bunga dan kormus. Apabila bunga digunakan
untuk di rumah dapat hanya menggunakan kormus berukuran sedang
yang dapat menghasilkan bunga yang cukup serempak dan
menghasilkan kormus dan kormel untuk digunakan selanjutnya.
Kormus yang berukuran kecil dapat menghasilkan bunga yang lebih
kecil dibandingkan dengan kormus berukuran sedang dan besar.
Sebelum dilakukan penanaman kormus seharusnya dicek terlebih
dahulu untuk memastikan terhindar dari hama penyakit. Kedalaman
tanam tergantung pada ukuran bahan tanam. Kormus berukuran
medium dan lebih kecil pada umumnya ditanam mencapai kedalaman
7 cm sedangkan kormus berukuran besar ditanam pada kedalaman
mencapai 15 cm. selain itu, kedalaman juga bergantung pada tekstur
tanah.
5. Pemupukan
Tanah dan iklim adalah faktor penting yang mempengaruhi
kebutuhan pupuk gladiol. Pemupukan bergantung pada kultivar,
ukuran dan komposisi kimia dari kormus dan kormel. Kultivar yang
menunjukkan pertumbuhan cepat, serta tanaman dan bunga yang besar
lebih responsif terhadap pemupukan dibandingkan dengan tanaman
bervigor rendah serta produksi tanaman dan bunga yang rendah.
Kormel dan kormus yang lebih kecil membutuhkan pupuk yang lebih
banyak dibandingkan dengan kormus yang lebih besar karena
cadangan makanan pada kormus besar lebih banyak.
6. Pengairan
Tanah seharusnya memiliki kelembaban yang cukup selama masa
penanaman kormus sehingga tidak perlu dilakukan pengairan sampai
dengan munculnya tunas. Gladiol membutuhkan air yang cukup
selama musim kering akan tetapi tidak terlalu basah. Frekuensi
pengairan bergantung pada tipe tanah dan kondisi cuaca. Selama
kondisi panas pengairan seharusnya dilakukan dua kali sehari untuk
membasahi perakaran.
7. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma adalah praktik penting pada budidaya gladiol
secara komersial. Pengendalian secara manual lama untuk dapat
diselesaikan sehingga dapat mempengaruhi tanaman. Hasil percobaan
pengendalian gulma menggunakan bahan kimia pada tanaman gladiol
menunjukkan bahan kimia efektif untuk pengendalian gulma tanpa
mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan gladiol. Jenis bahan
kimia, konsentrasi, waktu dan metode aplikasi bergantung pada jenis
tanah dan kemampuan mengendalikan populasi gulma.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Hananan, P.R.2004. Trend Tanaman Hias yang Mempengaruhi Pola Hidup. Trubus.
Jakarta.
Tiara, A., Mita, D., Larasati, D., Fajrina, I., Fadel, M. 2014. Aplikasi 1-
Methylcyclopropene Untuk Meningkatkan Vase Life Bunga Potong Tropis.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.