0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
117 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas beberapa kasus euthanasia di Indonesia, yaitu kasus Ny. Agian pada 2004 yang mengalami koma setelah operasi caesar dan suaminya mengajukan permintaan suntik mati, kasus Ny. Siti Zulaeha pada 2005 yang mengalami koma setelah operasi dan suaminya juga mengajukan permintaan serupa, serta kasus Ny. Humaida pada 2016 dan Berlin Silalahi pada 2017 yang mengajukan permintaan suntik mati karena kon
Dokumen tersebut membahas beberapa kasus euthanasia di Indonesia, yaitu kasus Ny. Agian pada 2004 yang mengalami koma setelah operasi caesar dan suaminya mengajukan permintaan suntik mati, kasus Ny. Siti Zulaeha pada 2005 yang mengalami koma setelah operasi dan suaminya juga mengajukan permintaan serupa, serta kasus Ny. Humaida pada 2016 dan Berlin Silalahi pada 2017 yang mengajukan permintaan suntik mati karena kon
Dokumen tersebut membahas beberapa kasus euthanasia di Indonesia, yaitu kasus Ny. Agian pada 2004 yang mengalami koma setelah operasi caesar dan suaminya mengajukan permintaan suntik mati, kasus Ny. Siti Zulaeha pada 2005 yang mengalami koma setelah operasi dan suaminya juga mengajukan permintaan serupa, serta kasus Ny. Humaida pada 2016 dan Berlin Silalahi pada 2017 yang mengajukan permintaan suntik mati karena kon
2.7.1 Kasus Euthanasia Ny. Agian Kasus Ny. Agian terjadi pada tahun 2004. Ny. Agian masuk rumah sakit pada Juli 2004 untuk menjalani operasi caesar di RS Islam Bogor, Jawa Barat. Sehari setelah Ny. Agian menjalani operasi caesar, Ny.Agian mengalami koma. Kondisi Ny. Agian dari hari ke hari semakin menurun dan berat badannya terus menurun hingga Ny Agian dipindah ke RSCM. Selain itu biaya rumah sakit yang harus dibayar semakin hari semakin mahal sehingga memberatkan suami Ny. Agian. Pada September 2004, suami Ny. Agian mengajukan permintaan suntik mati ke RSCM dan ditolak. Suami Ny. Agian kemudian mengajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta. Permintaan tersebut ditolak karena menurut menteri kesehatan saat itu euthanasia masih tidak diperbolehkan di Indonesia. (Tempo interaktif, 2004)
2.7.2 Kasus Euthanasia Ny. Siti Zulaeha
Kasus Ny. Siti Zulaeha terjadi pada tahun 2005. Ny. Siti Zulaeha menderita koma setelah menjalani operasi akibat kehamilan di luar kandungan pada November, 2004. Dokter menyatakan bahwa Ny. Siti Zulaeha dalam vegetative state. Pelubangan di dada dan tenggorokan Ny. Siti Zulaeha sudah dilakukan untuk membantu pernafasannya. Suami Ny. Siti Zulaeha tidak kuasa melihat penderitaan istri serta biaya pengobatan yang terus membengkak menyebabkannya mengajukan permohonan suntik mati pada Pengadilan Negeri Jakarta. Permohonan ini juga ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta karena hukum di Indonesia tidak mengijinkan euthanasia. (Tempo interaktif, 2005; Winarmo, 2016) Winarmo, Hery H.. 2016. Ketika suntik mati jadi pilihan. Merdeka.com [10 Mei 2017]
2.7.3 Kasus Ny. Humaida
Ny. Humaida mengalami kondisi lumpuh selama 5 tahun 7 bulan. Pada tahun 2011 Humaida menjalani operasi sterilisasi setelah melahirkan. Setelah operasi Ny. Humaida mengalami penurunan kondisi hingga mengalami kelumpuhan. Ny. Humaida dinyatakan mengalami cedera otak. Akhirnya pada 2016, keluarga mengajukan permohonan suntik mati pada Mahkamah Agung. (Winarmo, 2016)
2.7.4 Kasus Berlin Silalahi
Berlin Silalahi adalah korban tsunami Aceh yang hidup di penampungan Barak bakoy, Aceh Besar. Pada 3 Mei 2017 Berlin Silalahi, melalui kuasa hukumnya, mengajukan permohonan suntik mati ke Pengadilan Negeri Banda Aceh. Berlin mengajukan permohonan tersebut atas kesadaran sendiri dengan alasan kondisinya sekarang lumpuh dan sakit-sakitan. Berlin tidak mampu menafkahi keluarga serta membiayai pengobatannya, serta tempat tinggalnya akan dibongkar. Hal ini semakin mendorong Berlin untuk mengajukan permohonan suntik mati. Saat ini permohonan tersebut masih diproses di Pengadilan Negeri Banda Aceh. (Kumparan, 2017) Kumparan.2017.Korban Tsunami Ajukan Suntik Mati ke Pengadilan Banda Aceh. Kumparan.com [10 Mei 2017]