Anda di halaman 1dari 2

2.

7 Kasus Euthanasia di Indonesia


2.7.1 Kasus Euthanasia Ny. Agian
Kasus Ny. Agian terjadi pada tahun 2004. Ny. Agian masuk rumah sakit
pada Juli 2004 untuk menjalani operasi caesar di RS Islam Bogor, Jawa Barat.
Sehari setelah Ny. Agian menjalani operasi caesar, Ny.Agian mengalami koma.
Kondisi Ny. Agian dari hari ke hari semakin menurun dan berat badannya terus
menurun hingga Ny Agian dipindah ke RSCM. Selain itu biaya rumah sakit yang
harus dibayar semakin hari semakin mahal sehingga memberatkan suami Ny.
Agian. Pada September 2004, suami Ny. Agian mengajukan permintaan suntik
mati ke RSCM dan ditolak. Suami Ny. Agian kemudian mengajukan ke
Pengadilan Negeri Jakarta. Permintaan tersebut ditolak karena menurut menteri
kesehatan saat itu euthanasia masih tidak diperbolehkan di Indonesia. (Tempo
interaktif, 2004)

2.7.2 Kasus Euthanasia Ny. Siti Zulaeha


Kasus Ny. Siti Zulaeha terjadi pada tahun 2005. Ny. Siti Zulaeha menderita
koma setelah menjalani operasi akibat kehamilan di luar kandungan pada
November, 2004. Dokter menyatakan bahwa Ny. Siti Zulaeha dalam vegetative
state. Pelubangan di dada dan tenggorokan Ny. Siti Zulaeha sudah dilakukan
untuk membantu pernafasannya. Suami Ny. Siti Zulaeha tidak kuasa melihat
penderitaan istri serta biaya pengobatan yang terus membengkak
menyebabkannya mengajukan permohonan suntik mati pada Pengadilan Negeri
Jakarta. Permohonan ini juga ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta karena
hukum di Indonesia tidak mengijinkan euthanasia. (Tempo interaktif, 2005;
Winarmo, 2016)
Winarmo, Hery H.. 2016. Ketika suntik mati jadi pilihan. Merdeka.com [10 Mei
2017]

2.7.3 Kasus Ny. Humaida


Ny. Humaida mengalami kondisi lumpuh selama 5 tahun 7 bulan. Pada
tahun 2011 Humaida menjalani operasi sterilisasi setelah melahirkan. Setelah
operasi Ny. Humaida mengalami penurunan kondisi hingga mengalami
kelumpuhan. Ny. Humaida dinyatakan mengalami cedera otak. Akhirnya pada
2016, keluarga mengajukan permohonan suntik mati pada Mahkamah Agung.
(Winarmo, 2016)

2.7.4 Kasus Berlin Silalahi


Berlin Silalahi adalah korban tsunami Aceh yang hidup di penampungan
Barak bakoy, Aceh Besar. Pada 3 Mei 2017 Berlin Silalahi, melalui kuasa
hukumnya, mengajukan permohonan suntik mati ke Pengadilan Negeri Banda
Aceh. Berlin mengajukan permohonan tersebut atas kesadaran sendiri dengan
alasan kondisinya sekarang lumpuh dan sakit-sakitan. Berlin tidak mampu
menafkahi keluarga serta membiayai pengobatannya, serta tempat tinggalnya akan
dibongkar. Hal ini semakin mendorong Berlin untuk mengajukan permohonan
suntik mati. Saat ini permohonan tersebut masih diproses di Pengadilan Negeri
Banda Aceh. (Kumparan, 2017)
Kumparan.2017.Korban Tsunami Ajukan Suntik Mati ke Pengadilan Banda Aceh.
Kumparan.com [10 Mei 2017]

Anda mungkin juga menyukai