Disusun Oleh :
0
PENDAHULUAN
1
kategori gizi buruk, sedangkan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
terdapat 17,9% balita masuk dalam kategori gizi kurang dan 5,7% masuk dalam
6,7
kategori gizi buruk. Gizi buruk merupakan suatu keadaan anak yang sangat
kurus dengan berat badan dibanding panjang badan < -3 berdasarkan standar
deviasi (SD) dari median kurva WHO dan < -3 SD juga pada tabel Z-score.6,7,8
Status gizi buruk dibagi menjadi 3 yaitu gizi buruk karena kekurangan
energi atau karbohidrat (marasmik), gizi buruk karena kekurangan protein
(kwashiorkor), dan bisa juga karena kekurangan dari keduanya (marasmik-
kwashiorkor).8,9 Penilaian status gizi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi
penyakit-penyakit yang erat kaitannya dengan asupan gizi. 7,9 Penilaian status gizi
saat ini merupakan komponen penting dari asuhan gizi pasien rawat jalan maupun
rawat inap di rumah sakit.7,8,9
Menurut Depkes 2003, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan
seseorang akibat ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi
9,10
yang dikonsumsi. Berdasarkan WHO NCHS status gizi dibagi menjadi
empat: Pertama, gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas.
Kedua, gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk underweight
yang mencakup mild dan moderat, malnutrisi energi protein. Keempat, gizi buruk
untuk malnutrisi energi protein berat termasuk marasmik, kwashiorkor dan
marasmik-kwashiorkor.8,10
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai TB Paru dengan Gizi
Buruk Tipe Marasmus
2
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Dokter jaga : dr. Irwansyah
Dokter ruangan : dr. Nurhaedah, Sp.A
Dokter muda : Sakinatul Qulub
3
Abortus : Kehamilan nomor : G1P1A0
Pohon Keluarga
B. Anamnesis
Keluhan utama : Batuk berdahak
Riwayat penyakit sekarang : (Alloanamnesis dengan ibu pasien)
Pasien usia 1 tahun datang dengan keluhan batuk yang dialami sejak 1
bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir (+) berwarna
putih, darah (-) batuk sering dialami baik pagi maupun malam hari, batuk
kadang menghilang ketika pasien tidur, keluhan susah bernafas (+) biasanya
dirasakan ketika sedang batuk. Gejala ini juga disertai dengan demam (+) naik
turun sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demamnya turun
ketika diberikan obat paracetamol, biasanya bebas demam 1-2 hari lalu naik
kembali demamnya. Menggigil (-), sakit menelan (-), sakit perut (-), mual (-),
muntah (-). BAB lancar dan BAK baik. Nafsu makan pasien semakin menurun
sejak 1 bulan terakhir, ibu pasien mengatakan terakhir kali usia 10 bulan
timbangan anaknya 6,8 kg. Ibu pasien sebelumnya diketahui sedang menjalani
pengobatan OAT dan sedang menjalani pengobatan bulan kelima.
1. ANAMNESIS ANTE NATAL.
4
a. Riwayat Kehamilan :
1) Riwayat ANC setiap bulan
2) Riwayat masuk rumah sakit pad usia kehamilan 8 minggu dengan
keluhan batuk, disarankan untuk foto thoraks setelah melahirkan
3) Riwayat hipertensi tidak ada
b. Riwayat Persalinan :
1) Anak lahir normal, dirumah di bantu perawat dengan usia lahir cukup
bulan, BB lahir 2.500 gr dan PB : 47 cm
2) Saat lahir anak langsung menangis, sianosis dan ikterik saat lahir tidak
ada
5
susu formula dengan bubur saring hingga usia 10 bulan. Kemudian anak diberi
minum susu formula dan makan nasi mulai usia 1 tahun.
5. IMUNISASI :
a. BCG : 1 kali pemberian (1 bulan)
b. POLIO : 4 kali pemberian (lahir - 2 bulan 4 bulan - 6
bulan)
c. DTP : 3 kali pemberian (2 bulan - 4 bulan 6 bulan)
d. HEPATITIS B : 3 kali pemberian (lahir - 1 bulan 6 bulan)
e. CAMPAK : 1 kali pemberian (9 bulan)
Imunisasi pada pasien ini lengkap.
6
Hal ini sudah sering di alami oleh pasien sejak usia 2 bulan setelah
kelahiran.
Suhu : 36,5
Sianosis : (-)
Keadaan Mental : baik
Anemia : (-/-)
Ikterus : (-/-)
Respirasi : 30 kali / menit Kejang : (-)
Nadi : 124 kali / menit reguler Type : (-)
Tensi :- Lamanya : (-)
B. Kulit : Warna : Sawo matang Turgor : Baik
Efloresensi : Makular Tonus: Baik
Pigmentasi : hiperpigmentasi Oedema: (-)
Jaringan parut : -
Lapisan lemak : -
Lain-lain :-
C. Kepala :
1. Bentuk : Normocephale
2. Ubun-ubun besar : Tertutup
3. Rambut : Hitam, rapuh, agak mudah tercabut
4. Mata
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Normal (N) Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus: tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : tidak dilakukan
Refleks Kornea : tidak dilakukan
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
5. Telinga : Othore (-)
6. Hidung : Rhinore (-)
7. Mulut :
7
Bibir : Kering (-) kebiruan (-) Selaput mulut : Stomatitis (-)
Lidah : Kotor (-) Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Normal Bau napas : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium ( 20 Mei 2017)
8
1) Darah lengkap
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
HCT 26 42-52 %
2) Kimia darah
GDS : 78
LED 1 : 85
3) Pemeriksaan Foto Thoraks ( 22 mei 2016)
Foto Thorax AP:
- Perkembangan homogen pada kedua paru
- Cor : ukuran dan betuk dalam batas normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : Pneumonia Susp. Spesifik
4) Skoring TB
9
Dari hasil skoring TB di dapatkan skor 8 yaitu :
a. Kontak TB = 3
b. Berat badan termasuk dalam gizi buruk = 2
c. Demam tanpa sebab = 1
d. Batuk = 1
e. Pembesaran kelenjar getah bening = 1
Jumlah : skor 8
Catatan : Untuk uji tuberkulin saat ini tidak dilakukan.
C. Resume
Pasien usia 1 tahun datang dengan keluhan batuk yang dialami sejak 1
bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir (+) berwarna
putih, darah (-) batuk sering dialami baik pagi maupun malam hari, batuk
kadang menghilang ketika pasien tidur, keluhan susah bernafas (+) biasanya
dirasakan ketika sedang batuk.
Gejala ini juga disertai dengan demam (+) naik turun sejak 2 minggu
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demamnya turun ketika diberikan
obat paracetamol, biasanya bebas demam 1-2 hari lalu naik kembali
demamnya. Menggigil (-), sakit menelan (-), sakit perut (-), mual (-),
muntah (-). BAB lancar dan BAK baik. Nafsu makan pasien semakin
menurun sejak 1 bulan terakhir, ibu pasien mengatakan terakhir kali usia 10
10
bulan timbangan anaknya 6,8 kg. sebelumnya diketahui ibu pasien sedang
menjalani pengobatan OAT bulan kelima.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, berat badan 5,4 kg, tinggi badan 64 cm, status
gizi : gizi buruk. Tanda-tanda vital, suhu : 36,5 oC, denyut nadi: 124
x/menit, pernapasan : 30 x/menit. Tampak kulit kering (+), penipisan lemak
subkutan (+), wajah old face (+), pembesaran kelenjar getah bening cervical
anterior(+). Pada pemeriksaan inspeksi dada didapatkan iga gambang
(+),dan saat diauskultasi paru terdengar vesikuler serta rhonki basah halus
(+/+). Didapatkan juga baggy pants (+) dan wasting (+).
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan leukositosis
(23,7), anemia (Hb :8 g/dL) dan trombositosis. Pemeriksaan kimia darah
didapatkan GDS normal (berupa 78 mg/dL) serta peningkatan LED berupa
85. Hasil foto thoraks menunjukkan pneumonia suspek spesifik. Skoring TB
menunjukkan hasilnya skornya yaitu 8.
D. Diagnosis kerja :
1. TB Paru
2. Gizi buruk tipe marasmus.
E. Terapi :
IVFD Asering (maintenance drips)
O2 2 lpm (kanul) k/p
Inj. Ceftriaxone 250 mg/12 jam/iv ST)
Inj. Santagesik 60 mg/ 6 jam/iv (bila demam)
Asam Folat 5 mg 1x1 tab (1 hari, hari berikutnya dilanjutkan dengan 1
mg 1x1 tab)
Vit. A 1x 200.000 IU (single dose)
Ambroxol 7,5 mg
Salbutamol 0,4 mg
Cetirizine 1,25mg Pulv/ 8 jam p.o
Metilprednisolon 0,5 mg
Nebulisasi dengan 1 respules combivent + 1 respules pulmicort + NaCL
0,9% s/d 5 cc/ 8 jam
11
10 tatalaksana gizi buruk :
1. Mengatasi hipoglikemi : 78 mg/dL = teratasi
2. Mengatasi hipotermi : 36,5 oC = teratasi
3. Mengatasi dehidrasi : tanpa dehidrasi karena pasien tidak
merasa haus = teratasi
4. Mengatasi gangguan elektrolit = belum diperiksa
Natrium : - mmol/L
Kalium : -mmol/L
Klorida : - mmol/L
5. Mengobati infeksi : gentamisin
6. Memperbaiki gizi mikro :
Asam folat 5 mg/hari (hari pertama)
7. Memberikan makanan untuk fase stabilisasi
a. Kalori : 100 kkal/kgBB/hari ( 100 x BB ideal = 100 x 28 = 2800
kkal/hari ).
b. Cairan : 130-150 ml/kgBB/hari ( 130 x BB aktual = 130 x 5,4 = 720
ml/hari)
F 75 :60 ml/ 2jam
8. Makanan untuk tumbuh kejar
F 100 : 150-220 ml/kgBB/hari
150 x BB aktual = 150 x 5,4 =810 ml (bisa diberikan 6 kali atau 4 jam
sekali).
13
Follow Up
14
hidung (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir kering
(+)
Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Faring hiperemis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) di
region cervical dextra et sinistra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
bilateral, Retraksi (-), iga gambang (+)
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan
menurun, dan paru kiri normal
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
kiri, lapang paru kanan redup di SIC 6
Auskultasi : Vesikuler (+/+) paru kanan
menurun, Rhonki basah halus (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercosta
V linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea
parasternalis dextra
Batas kanan : SIC IV linea
parasternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V linea
axillaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar (-) dinding dada > dinding
perut , massa (-)
15
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-)
Arteri dorsalis Pedis : teraba kuat
Capillary refill time : < 2 detik
Wasting (+)
Baggy pants (+)
A Susp Tb Paru dengan gizi buruk
P IVFD KAEN 3B 10 tpm
O2 2 lpm (kanul) k/p
Inj. Ceftriaxone 250 mg/12 jam/iv ST)
Inj. Santagesik 60 mg/ 6 jam/iv (bila demam)
Puyer batuk 3x1
Nebulisasi dengan 1 respules combivent + 1
respules pulmicort + NaCL 0,9% s/d 5 cc/ 8 jam
18
(-)
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
bilateral, Retraksi (-), iga gambang (+)
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan
menurun, dan paru kiri normal
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
kiri, lapang paru kanan redup di SIC 6
Auskultasi : Vesikuler (+/+) paru kanan
menurun, Rhonki basah halus(+/+), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercosta
V linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea
parasternalis dextra
Batas kanan : SIC IV linea
parasternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V linea
axillaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar (-) dinding dada > dinding
perut , massa (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
19
Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)
21
DISKUSI
23
Patogenesis TB
Catatan : 4
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadic (occult
hematogenic spread) . kuman TB kemudian membuat focus koloni
diberbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Focus ini berpotensi
mengalami reaktivitas di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari focus primer (1), limfangitis (2), dan
limfadenitis (3).
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran
hematogen, terbentuknya kompleks primer dan imunitas selular spesifik,
hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer.
4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya
bisa melalui proses reaktivitas focus lama TB (endogen) atau reinfeksi
(infeksi sekunder dan seterusnya) oleh kuman TB dari luar (eksogen).
24
Pada pasien ini, berdasarkan anamnesis, didapatkan kontak TB bernilai 3
dimana pasien kontak langsung dengan ibu yang yang sedang menjalani
pengobatan OAT (bulan kelima), uji tuberkulin tidak dilakukan, berat badan
dimana klinis gizi pasien yaitu gizi buruk (z score -3), demam tanpa sebab selama
kurang lebih dua minggu, kemudian batuk kurang lebih 1 bulan, serta adanya
pembesaran kelenjar cervical.
Skoring TB :
Dimana skor > 8 hasil skoring positif. Tanpa dilakukan tes uji tuberkulin.
Pada gambaran foto toraks didapatkan kesan pneumonia suspek spesifik, pada
pasien ini diduga disebabkan oleh penyakit tuberkulosis dan belum diberikan
terapi OAT
Pada kasus ini juga, didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium hematologi
rutin menunjukkan :
26
- pada kasus TB tertentu, sepeti TB milier, efusi pleura TB, meningitis TB
diberikan prednisone 1-2 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis
- panduan OAT untuk anak di Indonesia:
o kategori 3 macam obat : 2HRZ/4HR
o kategori 4 macam obat : 2HRZE/4-10HR
- panduan OAT kategori anak diberikan dalam bentuk KDT (kombinasi
dosis tetap)
Berat Badan (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150 mg) 4 bulan RH (75/50 mg)
27
59 1 tablet 1 tablet
28
3. Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala
TB selama 6 bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis
dapat dihentikan.
4. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu
diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
30
Interpretasi hasil Uji Tuberkulin 1,4
Tabel Hasil Pembacaan Uji Tuberkulin
Pembacaan Indurasi Penafsiran
Pada pasien anak ini, tidak dijumpai adanya komplikasi dari tuberculosis,
adapun komplikasi dari tuberculosis yaitu: Tuberkulosis meningitis (sistem saraf
pusat, Tuberkulosis kulit (Skrofuloderma), Tuberkulosis Milier, Tuberkulosis
kelenjar (kelenjar limfe superficial), Tuberkulosis Pleura (Efusi pleura),
Tuberkulosis jantung (pericarditis TB), Tuberkulosis peritonitis (Abdomen),
Tuberkulosis ginjal, Tuberkulosis tulang/sendi 1,2,4
Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu,
keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Prognosis bisa membaik bila pengobatannya lebih cepat ditangani dan
pengobatannya teratur. 1,2
GIZI BURUK
31
Pada gizi buruk didapatkan tiga bentuk klinis yaitu kwashiorkor,
marasmus, dan marasmik-kwashiorkor.6
Pada pasien anak laki-laki usia 1 tahun ini, terdapat tampakan klinis
ditemukannya penampilan wajah seperti orang tua (old face), terlihat sangat
kurus, kulit kering dan mengendor serta keriput, lemak subkutan menipis, otot
atrofi sehinggga kontur tulang terlihat jelas sehingga dapat digolongkan masuk
pada gizi buruk tipe marasmus.
Kwashiorkor atau malanutrisi edematosa, adalah keadaan gizi buruk yang
terutama disebabkan oleh kurangnya asupan protein. Sementara marasmus
merupakan malanutrisi non-edematosa dengan wasting berat yang disebabkan
terutama kurangnya asupan energi atau gabungan kurangnya asupan energi dan
asupan protein. Apabila anak menunjukkan karakteristik dari kedua kondisi di
atas, yaitu adanya edema disertai wasting, maka kondisi gizi buruk ini disebut
marasmik-kwashiorkor.6,8
Pemeriksaan fisis pada anak dengan gizi buruk :
1. Kwashiorkor 6
2. Marasmus 6
32
a. Penampilan wajah seperti orang tua (old face), terlihat sangat kurus
b. Perubahan mental, cengeng
c. Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput
d. Lemak subkutan menipis hingga turgor kulit berkurang
e. Otot atrofi sehinggga kontur tulang terlihat jelas
f. Bradikardia (kadang-kadang)
g. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak yang sehat.
3. Marasamik-kwashiorkor
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor secara
bersamaan.
33
Jika tidak ditemukannya : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare
atau dehidrasi.
Berikan rencana terapi V.
Pada kasus ini gizi buruk yang dialami pasien termasuk gizi buruk dalam
kondisi V karena tidak ditemukannya renjatan (syok), letargi, muntah dan atau
diare atau dehidrasi. Tipe untuk gizi buruk ini yaitu marasmus karena pada pasien
ditemukannya penampilan wajah seperti orang tua (old face), terlihat sangat
kurus, kulit kering dan mengendor serta keriput, lemak subkutan menipis, otot
atrofi sehinggga kontur tulang terlihat jelas. Sehingga pada pasien ini masuk
dalam kategori gizi buruk kondisi V dengan tipe marasmus.
Hal ini
34
Gambaran Baggy pants serta iga gambang
Gizi buruk terdiri dari lima kondisi sesuai dengan keadaan dan gejala klinik
pasien saat ini dinyatakan sebagai pasien gizi buruk. Pada kasus ini, anak
termasuk dalam gizi buruk kondisi V karena tidak menunjukkan tanda bahaya,
sehingga dapat dilakukan rencana terapi V11
Pada pasien ini dilaksnakan 10 langkah untuk menangani gizi buruk yaitu,
10 tatalaksana gizi buruk :
1. Mengatasi hipoglikemi : teratasi
2. Mengatasi hipotermi : 36,7 oC = teratasi
3. Mengatasi dehidrasi : tanpa dehidrasi karena pasien tidak
merasa haus = teratasi
4. Mengatasi gangguan elektrolit = teratasi
Natrium : - mmol/L
Kalium : - mmol/L
Klorida : - mmol/L
5. Mengobati infeksi : Gentamisin
6. Memperbaiki gizi mikro :
Asam folat 1 mg/hari
7. Memberikan makanan untuk fase stabilisasi
e. Kalori : 100 kkal/kgBB/hari ( 100 x BB ideal = 100 x 28 = 2800
kkal/hari ).
f. Cairan : 130-150 ml/kgBB/hari ( 150 x BB aktual = 150 x 5,4 = 810
ml/hari)
F 75 : 70 ml/2jam
8. Makanan untuk tumbuh kejar
F 100 : 150-220 ml/kgBB/hari
150 x BB aktual = 150 x 5,4 =810 ml (bisa diberikan 6 kali atau 4 jam
sekali).
9. Stimulasi tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku karenanya harus diberikan :
f. Kasih sayang
g. Lingkungan yang ceria
h. Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
i. Aktivitas fisik segera setela sembuh
35
j. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan
sebagainya)
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah.
d. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD, dapat dikatakan anak
sembuh
e. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah setelah dipulangkan
f. Menyarankan orang tua untuk :
1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering
2. Membawa anak untuk periksa kembali (kontrol) :
g. Bulan I :1 x/minggu
h. Bulan II : 1x/2 minggu
i. Bulan III-VI : 1x/bulan
4. Pemberian imunisasi kembali (booster)
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali
Dengan berbagai komplikasi yang memperburuk kondisi penderita gizi
buruk, maka dianjurkan untuk melakukan 10 langkah menangani gizi buruk
yaitu:11
36
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
39