Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

BAB I Pendahuluan .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6

A. Pengertian Peranan ...................................................................... 6

1. Pengertian Kepemimpinan .................................................... 6

2. Peranan Kepemimpinan Camat ............................................. 8

B. Komunikasi Pemerintahan ........................................................... 9

1. Pengertian Komunikasi.......................................................... 9

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi ............................................. 10

3. Tujuan Komunikasi ............................................................... 12

4. Komunikasi Pemerintahan ..................................................... 12

C. Perencanaan Pembangunan ......................................................... 15

1. Teori Perencanaan ................................................................. 15

2. Pembangunan......................................................................... 17

3. Pengertian Perencanaan Pembangunan ................................. 19

4. Pengertian Musrenbang ......................................................... 19

D. Faktor-Faktor Yang Menghambat Komunikasi Pemerintahan .... 21

iii
Terhadap Perencanaan Pembangunan

E. Kerangka Fikir ............................................................................. 23

BAB III Metode Penelitian ......................................................................... 24

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 24

B. Tipe dan Jenis Penelitian ............................................................. 26

C. Populasi dan Sampel .................................................................... 26

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 27

E. Metode Analisis Data .................................................................. 28

F. Defenisi Operasional Variabel..................................................... 28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan berbagai

terobosan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Salah satu

cara yang ditempuh pemerintah adalah mendorong percepatan pembangunan

di daerah-daerah dengan menerapkan prinsip otonomi daerah. Berdasarkan

Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah bahwa setiap

daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan

kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi

masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Pemerintah menerapkan sistem otonomi daerah dalam percepatan

pembangunan dengan harapan bahwa setiap daerah lebih mengetahui kondisi

dan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing, sehingga

diharapkan bahwa setiap pemerintah daerah dapat mengelola,

mengembangkan dan meningkatkan potensi daerahnya guna tercipta

pemenuhan kebutuhan masyarakat yang lebih optimal.

Melalui Undang-undang No. 23 Tahun 2004, diharapkan daerah akan

lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat

diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan

mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah

dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan

mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomi wajar, efisien, efektif,

1
termasuk kemampuan perangkat daerah meningkatkan kinerja,

mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada

publik/masyarakat (Widjaya,2004:7).

Namun dalam penerapannya, otonomi daerah menimbulkan efek

negatif di daerah-daerah, khususnya bagi daerah yang belum siap, seperti

maraknya penyalahgunaan anggaran daerah serta belum meratanya

percepatan pembangunan di daerah-daerah. Daerah yang memiliki sumber

daya melimpah lebih cepat pembangunannya dibandingkan dengan daerah

yang terbatas sumberdaya alamnya.

Peranan masyarakat dan swasta dalam pembangunan daerah akan

semakin besar dan menentukan. Perlu kita sadari tanpa meningkatkan

partisipasi masyarakat dan swasta, otonomi akan kehilangan makna dasarnya.

Melalui otonomi, pemerintah daerah mempunyai peluang yang lebih besar

untuk mendorong dan memberi motivasi pembangunan daerah yang kondusif,

sehingga akan munculnya kreasi dan daya inovasi masyarakat yang dapat

bersaing dengan daerah lain

Hal itulah yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Enrekang,

Provinsi Sulawesi Selatan dalam mendorong setiap potensi yang dimiliki

daerahnya, baik itu di bidang perkebunan, pertanian, kehutanan, SDM,

aparatur pemerintahan, pendidikan, teknologi dan kemasyarakatan. Dari 12

kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang diharapkan kepada setiap

Pemerintah Kecamatan dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di

wilayahnya masing-masing agar pemerintah kabupaten dapat memetakan


2
seluruh potensi yang ada. Dengan mengetahui seluruh potensi yang ada,

diharapkan pemerintah kabupaten dapat mengambil kebijakan yang lebih

tepat, guna mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan di wilayah

Kabupaten Enrekang.

Kenyataannya, bahwa dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten

Enrekang, Kecamatan Bungin termasuk salah satu kecamatan yang

mengalami ketertinggalan pembangunan, dibandingkan dengan kecamatan-

kecamatan lain. Hal ini disebabkan karena peran camat selaku kepala wilayah

kecamatan belum melakukan komunikasi secara optimal kepada pemerintah

daerah kabupaten Enrekang.

Dengan melihat begitu banyak potensi yang ada di Kecamatan

Bungin, perlu dipikirkan bagaimana cara agar potensi tersebut dapat

diberdayakan dan dikembangkan agar dapat mendorong percepatan

pembangunan di Kecamatan Bungin. Pemerintah Kecamatan dalam hal ini

Camat selaku kepala pemerintahan tertinggi di wilayah kecamatan dapat

mengambil langkah-langkah yang tepat dengan mengajak segenap komponen

masyarakat serta pemerintah kabupaten untuk memikirkan bagaimana cara

agar Kecamatan Bungin dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya

dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan peneltian terkait dengan perencanaan pembangunan

di Kecamatan Bungin dengan Judul PERAN KOMUNIKASI CAMAT

3
TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN

BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

B. Rumusan Masalah

Dari semua uraian diatas maka dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan camat terhadap perencanaan pembangunan di

Kecamatan Malua. ?

2. Bagaimana komunikasi pemerintahan terhadap perencanaan pembangunan

di Kecamatan Bungin. ?

3. Faktor-faktor apa yang menghambat komunikasi pemerintahan terhadap

perencanaan pembangunan di Kecamatan Bungin. ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari suatu penelitian adalah agar apa yang dilakukan dapat

mengarah ke sasaran dan mendapat hasil yang diharapkan. Adapun tujuan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan Camat terhadap perencanaan Pembangunan di

Kecamatan Bungin.

2. Untuk mengetahui Komunikasi pemerintahan terhadap perencanaan

Pembangunan di Kecamatan Bungin.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat komunikasi

pemerintahan terhadap perencanaan pembangunan di Kecamatan Bungin.

4
D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat akademis:

a. Sebagai salah satu kontribusi pemikiran ilmiah dalam melengkapi

kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan

terutama ilmu pemerintahan.

b. Sebagai salah satu bahan referensi bagi para peneliti lainnya yang

berminat mengenai masalah-masalah Perencanaan Pembangunan di

Kecamatan Bungin

2. Manfaat praktis:

Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak

pemerintah Kecamatan Bungin agar kedepannya lebih baik dalam proses

Perencanaan Pembangunan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peranan

Menurut Karl dan Rosenzweig (2002), konsep peranan itu berkaitan

dengan kegiatan seseorang dengan kegiatan dalam kedudukan tertentu baik

dalam sistem masyarakat maupun dalam organisasi.

Menurut Komaruddin (1994), yang dimaksud peran adalah :

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam

manajemen.

b. Pola peneilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya.

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Kartini Kartono (2010), Kepemimpinan adalah masalah

relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan ini

bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak,

mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain guna melakukan sesuatu,

demi pencapaian satu tujuan tertentu.

Jadi, kepemimpinan sebagai ilmu adalah hubungan antara pemimpin

dengan yang dipimpin dalam hal ini yang memimpin adalah pemerintah

sedangkan yang dipimpin adalah rakyat sendiri, obyek materinya adalah

manusia. Kepemimpinan sebagai seni adalah bagaimana seorang pemimpin

6
pemerintahan dengan keahliannya mampu menyelenggarakan pemerintahan

secara indah.

Aspek - aspek kepemimpinan menurut Ernie Trisnawati Sule dan

Kurniawan Saefullah ( 2005) adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Merencanakan berarti melihat jauh ke depan dan menentukan terlebih

dahulu yang akan dikerjakan, merancang bagaimana jalannya pekerjaan

dan mempersilahkan hal-hal yang perlu untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Pengarahan

Pengarahan yaitu untuk membimbing bawahan dalam mencapai tujuan,

menjaga keharmonisan dengan harapan dapat menciptakan keselarasan

antar tenaga kerja.

3. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan usaha untuk menyatupadukan dan

menyeleraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan, sehingga tercipta suatu kerja

sama yang terarah dan dapat mecapai tujuan bersama.

4. Pengawasan

Merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan membandingkan antara

pelaksanaan dengan rencana semula serta mengatur dan memperbaiki bila

terjadi penyimpangan, sehingga yang dikerjakan akan berjalan dengan

baik.

7
2. Peranan Kepemimpinan Camat

Sesuai dengan kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Maka implementasi kebijakan

otonomi daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural,

fungsional maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial yaitu menyangkut

kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya merupakan

perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya

menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai

perangkat daerah, Camat dalam menjalankan tugasnya mendapat pelimpahan

kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.

Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008. Kecamatan merupakan wilayah kerja

tertentu yang dipimpin oleh seorang Camat yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah untuk menangani

sebagian urusan otonomi daerah dan juga menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan.

Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya, Camat mempunyai fungsi :

1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya

mendorong peran serta masyarakat untuk ikut mensukseskan

perencanaan pembangunan dilingkup kecamatan, sekaligus melakukan

8
pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan

pemberdayaan masyarakat di wilayah Kecamatan baik yang dilakukan

oleh unit kerja pemerintah maupun swasta. Peran Camat dalam

Pembangunan Fisik

2. Pengkoordinasian upaya penyelenggara ketentraman dan ketertiban

umum dan penerapan serta penegakan peraturan perundang-undangan

dengan satuan kerja perangkat daerah terkait dan Kepolisian Negara.

3. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

Kecamatan dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal

agar bersinergi.

4. Pelaporan pelaksanaan tugas secara periodik dan tepat waktu kepada

Kepala Derah melalui Sekretaris Daerah .

B. Komunikasi Pemerintahan

1. Pengertian Komunikasi

Menelusuri asal kata komunikasi, bersal dari bahasa latin yakni

Communicatio bersumber dari kata Communis yang berarti sama.

Menurut Gde (1959:5) secara etimologis mendefinisikan, komunikasi sebagai

proses yang membuat suasana berbeda dalam kebersamaan kepada dua orang

atau lebih yang tadinya monopoli satu orang saja.

Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya,

yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam

(Hafied Cangara, 2006:19).

9
Makna hakiki komunikasi ditinjau dari kajian psikologis, dapat

ditemui pada karakteristik seseorang, sehingga makna filter konseptual yang

diienternalisasikan merupakan hasil pengalaman perorangan pada masa silam,

pola peneguhan yang telah dialami oleh individu. Upton (1961) secara jelas

mengungkapkan komunikasi terjadi selama makna ujaran berhubungan

dengan makna yang ditafsirkan, karena keduanya adalah respon yang

terkondisikan, keberhasilan komunikasi tergantung pada sejauh mana tingkat

kesamaan pengalaman komunikasi.

Berkaitan dengan strategi dan taktik berkomunikasi yang

dikembangkan oleh komunikator, siapa pun dan apapun jabatan dan

kedudukannya. Karena ketika sesorang komunikator atau karakterisitik

sumber berbicara tanpa menggunakan taktik dan strategi, itu akan berdampak

pada terhambatnya pencapaian tujun yang ingin dicapai (Uchjana, 1993:299)

Albert Scheflen (1974:183), menangkap hakikat makna menurut aliran

pragmatis. Pada waktu itu ia menekankan tentang apa makna perilaku, dan

bukan bertanya tentang makna apa yang mereka berikan pada perilaku

mereka, bahwa makna itu, ada dalam perilaku adalah asumsi filosofi, bahwa

perilku itu merupakan cerminan perasaan emosi, kepribadian, dan sikap yang

diinternalisasikan.

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Bertolak dari pengertian dan pemaknaan komunikasi yang telah

diuraikan pada halaman sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa komunikasi

merupakan dasar bagi semua interaksi manusia, termasuk didalamnya

interkasi kelompok. Oleh sebab itu komunikasi dikatakan memiliki peran

10
dominan dalam kehidupn manusia, sehingga fungsi komunikasi adalah

mencapai tujuan peran tersebut, yaitu antara lain :

1. Mencapai pengertian satu sama lain

2. Membina kepercayaan

3. Mengkoordinir tindakan

4. Merencanakan strategi

5. Melakukan pembagian pekerjaan

6. Melakukan aktivitas kelompok

7. Berbagi rasa

Apabila dikaitkan dengan kepentingan organisasi pemerintahan, maka

setiap organisasi yang secara jelas memiliki hierarki wewenang dan garis

panduan formal yang harus dipatuhi karyawan, dalam hal ini komunikasi

bertujuan untuk mengendalikan perilaku anggota dalam beberapa cara.

Fungsi lain yang dilakukan oleh komunikasi berhubungan dengan

perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi

memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk

mengambil keputusan dengan memperhatikan data guna mengenali dan

menilai pilihan-pilihan alternatif.

Uraian di atas mensyaratkan bahwa komunikasi memiliki empat

fungsi utama dalam organisasi atau kelompok tertentu, yaitu, :

1. Fungsi pengawasan

2. Fungsi motivasi

3. Fungsi pengungkapan emosional

4. Fungsi informasi (Robbins, 1996)

11
3. Tujuan Komunikasi

Berlo (1960:8-9) mengemukakan tujuan komunikasi apat ditinjau dari

dua aspek, yakni aspek yang bersifat umum dan aspek spesifik. Tujuan

komunikasi dilihat secara umum meliputi hal-hal berikut :

1. Imformative

2. Persuasive

3. Entertaiment

Ditinjau dari aspek informative, komunikasi berhubungan dengan

kemampuan intelektual sesorang untuk bertindak rasional, objektif dan

konkrit. Artinya walaupun tujuan komunikasi hanya sekedar memberi dan

menerima informasi, namun pelaku komunikasi harus tetap dalam prinsip

objektivitas, rasionalitas, logis dan kongkrit, bisa saja suatu informasi

berkembang namun tidak jelas sumbernya dari mana, faktanya apa serta

dalam konteks apa, harus pula dicemati siuasi dari kondisi yang berkembang

saat itu dan sebelumnya. Sedangkan tujuan komunikasi dilihat dari aspek

persuasive berkaitan erat dengan kejiwaan dan emosional. Artinya

berkomunikasi secara persuasive adalah, berkomunikasi dalam rangka

mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau

sikap mereka.

Sementara komunikasi bertujuan untuk menghibur (to entertain)

berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan, misalnya berbentuk hiburan,

kesenian, lawakan dan semacam dengan itu.

4. Komunikasi Pemerintahan

a. Makna komunikasi pemerintahan

12
Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan (2001) dalam

bukunya Komunikasi Pemerintahan, adalah penyampaian ide, program,

dan gagasan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal

ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat

sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya

masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan

pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan

masyarakat. Dalam kondisi tersebut, berarti pemerintah memiliki

kewenangan sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan,

bahkan untuk merespon keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan aturan

dan ketentuan yang berlaku.

Pemerintah sebagai pihak pertama, berada di tingkat pusat dan

daerah berperan sebagai stakeholders utama dari e-Government. Peranan

pemerintah dalam konsorsium (pengusaha yang mengadakan usaha

bersama) terkait adalah sebagai pihak yang menentukan tujuan, kebijakan,

standar, dan pola kerja sama dari segala yang berkaitan dengan

perencanaan, penerapan, dan pengembangan konsep e-Government.

Dengan kata lain, pemerintah memiliki kewajiban untuk membentuk

sebuah lingkungan yang kondusif agar implementasi sistem e-Government

dapat terlaksana dengan baik.

Dalam bukunya, Erliana Hasan (2005:28) menyebutkan bahwa

terdapat empat kondisi yang harus dikuasai oleh komunikator dalam

menyampaikan pesan, antara lain sebagai berikut: (1) keterampilan, (2)

sikap, (3) pengetahuan, dan (4) sistem sosial budaya . Berkenaan dengan

13
keterampilan, Erliana Hasan (2005:89) juga menambahkan, bahwa

terdapat beberapa keterampilan yang harus dimiliki komunikator agar

komunikasi dapat berjalan secara memuaskan, antara lain: keterampilan

mendengarkan, keterampilan bertingkah laku asertif, keterampilan

menyelesaikan konflik, keterampilan meyelesaikan masalah secara

bersama, keterampilan membaca situasi, keterampilan melakukan persuasi.

Komponen kedua yang harus dikuasai komunikator adalah sikap.

Adapun dua diantara faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan

interpersonal yang baik menurut Jalaluddin Rakhmat (1998:129) antara

lain sikap suportif dan sikap terbuka. Sedangkan kondisi sistem sosial-

budaya yang harus dikuasai oleh komunikator, yaitu yang berkenaan

dengan latar belakang pendidikan dan norma yang berlaku di lingkungan

masyarakat selaku komunikan. Hal ini sejalan dengan apa yang

diungkapkan oleh Millet J.J (dalam Erliana Hasan,2005:108) bahwa dalam

menjalankan aktivitas penerangan dan sebagainya digunakan sistem

komunikasi yang cocok yakni tergantung pada dua faktor. Salah satunya

adalah keadaan dari yang menerima komunikasi

Berkaitan dengan isi pesan, dijelaskan pula oleh Erliana Hasan

(2005:58), bahwa pesan komunikasi terdiri dari pikiran sebagai isi pesan

dan lambang sebagai media primer sebagai pembawa pikiran kepada

komunikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan

oleh Pemerintah Kecamatan sesungguhnya dipengaruhi oleh komponen

pertama pada penjelasan sebelumnya. Karena isi pesan itu sendiri

merupakan pikiran yang diungkapkan oleh komunikator. Dan pikiran

14
itulah yang sebenarnya terbentuk jika komponen pertama telah dipenuhi

oleh komunikator, yakni yang berkaitan dengan sikap, keterampilan,

pengetahuan, dan sistem sosial-budaya. Sehingga dengan penguasaan

keempat kondisi itulah, yang akan mempengaruhi komunikator dalam

berpikir yang kemudian dikeluarkan melalui pesan yang disampaikan.

b. Karakteristik Komunikasi Pemerintahan

Hampir semua aparatur pemerintahan paham tentang komunikasi

namun tidak semuanya memahami bagaimana berkomunikasi secara

efektif. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pendekatan faktual,

dan aktual namun sebelumnya perlu penguasaan dan pemahaman

komunikasi yang benar secara komprehensif yang berladaskan kejujuran

komunikasi dan berkomunikasi atas dasar hati nurani.

C. Perencanaan Pembangunan

1. Teori Perencanaan

Dalam arti luas, perencanaan merupakan upaya manusia dalam

meminimalkan ketidakpastian. Dan perencanaan itu dapat dikatakan

perencanaan yang ideal jika langkah-langkah yang dilakukan oleh manusia itu

sendiri semakin dekat dengan kehidupan manusia, sedangkan dalam arti

sempit, perencanaan berarti derivat dari kemampuan foresight itu, yaitu ,

kemampuan mengukurmesuring). Menurut Tjokroamidjojo dalam

elisa.ugm.ac.id (2014:1) perencanaan memiliki pengertian dalam arti luas

sebagai suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Perencanaan

merupakan suatu cara bagaimana seorang atau sekelompok manusia

15
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya

lebih efisien dan efektif. Selain hal diatas, perencanaan juga menjadi suatu

penentu tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana,

bilamana dan oleh siapa.

Bentuk-bentuk perencanaan sedikitnya ada delapan jenis, yaitu:

1. Perencanaan menurut jangka waktu

2. Perencanaan menurut sifat dorongannya

3. Perencanaan menurut alokasi sumber daya

4. Perencanaan menurut tingkat keluwesan

5. Perencanaan menurut sistem ekonomi

6. Perencanaan menurut arus informasi

7. Perencanaan menurut dimensi pendekatan, dan

8. Perencanaan menurut lingkaran aktivitas pembangunan Tri Widodo

dalam Nogroho dan Wrihatnolo (2011:4)

Menurut B.S. Muljana (1995:4) perencanaan pembangunan menurut

jangka waktu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Perencanaan jangka panjang (Perspektif), biasanya mempunyai rentang

waktu antara 25 (dua puluh lima) tahun. Perencanaan jangka panjang

ini dikatakan sebagai perencanaan perspektif dikarenakan jangkauannya

yang melintasi beberapa tahun dimana pada umumnya perencanaan ini

teetuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

b. Perencanaan jangka menengah. Perencanaan jangka menengah ini

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu

atau rentang waktu antara empat sampai enam tahun.

16
c. Perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mempunyai

rentang waktu satu tahun. Rencana ini sering disebut sebagai rencana

operasional tahunan. Perencanaan-perencanaan jangka pendek yang

diterapkan di Indonesia antara lain Rencana Pembangunan Tahunan (

Repeta atau Repetada). Pandangan diatas dapat dikatakan bahwa,

perencanaan pembangunan merupakan urat nadi untuk mengukur

keberhasilan pembanguan yang dilaksanakan pada suatu negara.

Perencanaan yang matang, trukur, dan terarah akan memberikan

kemudahan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta

memberikan kemudahan terhadap evaluasi dari program pembangunan

yang telah dilaksanakan. Menurut Jackson dan Schuler dalam Umam

(2011:82) tujuan utama dari perencanaan adalah memfasilitasi efektivitas

organisasi, yang harus diintegrasikan dengan tujuan perencanaan jangka

pendek dan jangka panjang organisasi.

2. Pembangunan

a. Pengertian Pembangunan

Menurut Rustiadi Ernan dkk (2011), pembangunan dapat diartikan

sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan

keadaan yang dapat menyadiakan berbagai alternatif yang sah bagi

pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Dengan

perkataan lain proses pembangunan merupakan proses memanusiakan

manusia. Pembangunan lebih berkonotasi fisik artinya melakukan

kegiatan-kegiatan membangun yang bersifat fisik, secara lebih sempit

diartikan sebagai membangun infrastruktur/fasilitas fisik.

17
Pembangunan masyarakat dirumuskan sebagai suatu proses melalui

usaha dan prakarsa masyarakat sendiri ataupun kegiatan pemerintahan

dalam rangka memperbaiki kegiatan ekonomi, sosial dan budaya (Dilla

dalam Rochajat, 2011:14).

Menurut Sumodiningrat (1998), mengatakan bahwa syarat yang

harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan adalah dengan

mengikutsertakan semua anggota masyarakat dalam setiap tahap

pembangunan.

Sedangkan Rochajat (2011:14) mendefenisikan pembangunan

adalah suatu proses perubahan yang bersifat multidimensi menuju kondisi

yang semakin mewujudkan hubungan yang serasi antara kebutuhan

(needs) dan sumber daya (resources) melalui pengembangan kapasitas

masyarakat untuk melakukan proses pembangunan.

Selanjutnya Kunarjo (1992) menyebutkan bahwa dilihat dari

prosedurnya maka perencanaan pembangunan terdiri dari 2 pendekatan,

yaitu pendekatan perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning) dan

pendekatan perencanaan daribawah ke atas (bottom-up planning). Yang

disebut atas disini dapat berarti pemerintah pusat atau unit perencanaan

nasional atau juga dapat berarti perencanaan makro. Sebaliknya yang

disebut bawah dapat berarti pemerintah daerah atau departemen atau

juga dalam tingkat mikro/proyek.

b. Pembangunan Fisik

Menurut Wresniwiro (2007), pembangunan terdiri dari

pembangunan fisik berupa infrastruktur bangunan fasilitas umum dan non

18
fisik berupa peningkatan perekonomian rakyat. Fisik merupakan sesuatu

yang dapat dilihat dan diraba seperti badan, bangunan, jalan,jembatan dan

lain-lain.

Setiap pembangunan fisik yang dilaksanakan harus memperhatikan

hal-hal yang terdapat dalam perencanaan seperti dana, pengawasan, lokasi

dan waktu pelaksanaan, keuntungan yang diterima masyarakat, sifat dan

bentuk dari proyek.

3. Pengertian Perencanaan Pembangunan

Arthur W. Lewis (2005) mendefinisikan perencanaan pembangunan

suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang

masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumber daya yang tersedia secara

lebih produktif.

Sjafrizal (2014 : 24) perencanaan pembangunan adalah cara atau

teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien

sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.

4. Pengertian Musrenbang

Musrenbang adalah forum-forum multi-pihak terbuka yang secara

bersama mengidentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan

masyarakat. Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang)

Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan

(stakeholders) Kecamatan untuk menyepakati rencana kerja Kecamatan tahun

anggaran berikutnya (tim kerja buku panduan penyelenggaraan Musrenbang,

2008:3).

19
Musrenbang yang menurut Sumpeno (2008:28) merupakan

perencanaan pembangunan bersama masyarakat adalah merupakan panduan

atau model pembangunan Kecamatan yang menitikberatkan pada peran serta

masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Pendekatan ini dilandasi

oleh nilai-nilai dan semangat gotong-royong yang telah mengakar dalam

budaya masyarakat Indonesia. Gotong-royong bertumpu pada keyakinan

bahwa setiap warga masyarakat memiliki hak untuk memutuskan dan

merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan serta cara terbaik

dalam upaya mewujudkannya. Secara garis besar musrenbang mengandung

pengertian sebagai berikut:

1. Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari indentifikasi

kebutuhan masyarakat hingga penetapan program pembangunan.

2. Perencanaan pembangunan lingkungan, semua program peningkatan

kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan perdamaian masyarakat di

lingkungan pemukiman dari tingkat RT/RW, dusun dan kelurahan.

3. Perencanaan pembangunan bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi

dan sumber daya masyarakat setempat.

4. Wujud nyata peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Perencanaan yang menghasilkan program pembangunan yang

diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan,

kemakmuran dan perdamaian masyarakat dalam jangka panjang.

Musrenbang berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi dan

harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non

20
pemerintah, sekaligus mencapai consensus bersama mengenai prioritas

kegiatan pembangunan anggaran.

D. Faktor-Faktor yang menghambat Komunikasi Pemerintahan terhadap

Perencanaan Pembangunan

Meskipun komunikasi tampaknya sederhana, tetapi untuk

mendapatkan komunikasi yang efektif seringkali banyak hambatan, walaupun

faktor situasi dan kondisi turut beperan, tetapi faktor manusia yang paling

banyak berperan. Karena komunikasi sebagai suatu proses interaksi, maka

faktor manusia memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian

komunikasi yang efektif (Erliana Hasan 2005:91)

Berikut ini uraian singkat beberapa faktor yang menghambat proses

komunikasi :

1. Perbedaan latar belakang; Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi,

dan memang setiap orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu

merupakan tanggungjawab komunikator (pengirim pesan) untuk mengenal

perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan

dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta

saluran komunikasi sesuai agar respon yang diharapkan dapat tercapai.

Perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan kesalahan dalam

komunikasi antara lain :

a. Perbedaan persepsi

b. Perbedaan Pengalaman dan latar belakang

c. Sikap praduga/stereotip

21
2. Faktor bahasa; Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun

nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi

antara lain:

a. Perbedaan arti kata

b. Penggunaan istilah atau bahasa tertentu

c. Komunikasi nonverbal

3. Sikap pada waktu berkomunikasi; Hal ini ikut berperan, bahkan sering

menjadi faktor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat meghambat

komunikasi tersebut antara lain :

a. Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar

b. Mengadakan penilaian terhadap pembicara

c. Sibuk mempersiapkan jawaban

d. Bukan pendengar yang baik

e. Pengaruh faktor emosi

f. Kurang percaya diri

g. Gaya/cara bicara dan nada suara

4. Faktor lingkungan; Lingkungan dan kondisi tempat kita berkomunikasi

juga ikut menetukan proses maupun hasil komunikasi tersebut. Hal hal

yang berpengaruh antara lain:

a. Faktor tempat

b. Faktor situasi/waktu

22
E. Kerangka Fikir

Pemerintah Kecamatan
Komunikasi Pemerintahan (X2)

1. Perbedaan latar belakang


2. Bahasa
Peranan Camat (X1) 3. Sikap
4. Faktor lingkungan
1. Pengkoordinasian kegiatan
pemberdayaan masyarakat
2. Penyelenggaraan Erliana Hasan (2005:91)
Ketentraman dan ketertiban
umum.
3. Penyelenggaraan kegiatan
Pemerintahan di tingkat
Kecamatan Perencanaan Pembangunan (Y)
4. Pelaporan pelaksanaan tugas
secara periodik kepada 1. Defenisi perencanaan
Kepala Daerah melalui pembangunan
Sekretaris Daerah 2. Persiapan sistematis
3. Tujuan
PP Nomor 19 Tahun 2008
Tjokroamidjojo (2014:1)

Peningkatan Pembangunan di Kecamatan Bungin


Kabupaten Enrekang

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bungin Kabupaten

Enrekang. Alasan yang menjadi pertimbangan, mengapa Kecamatan Bungin

dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu adanya niat dari peneliti untuk

menggambarkan/deskriptif karena ada permasalahan peran komunikasi

Camat terhadap perencanaan pembangunan di Kecamatan Bungin Kabupaten

Enrekang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperkirakan sekitar dua bulan di Kecamatan Bungin

Kabupaten Enrekang. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 20 Oktober s/d

20 November 2017. Selama melakukan penelitian sebagai peneliti akan

mengumpulkan data mengenai permasalahan peran Camat dan komunikasi

pemerintahan terhadap perencanaan pembangunan di Kecamatan Bungin.

24
3. Jadwal Penelitian

Secara garis besar tahapan-tahapan dalam kegiatan penyusunan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Minggu Ke
No Jenis Kegiatan Bulan
I II III IV
1. Pengajuan dan persetujuan judul Agustus 2017 X
2. Observasi Agustus 2017 X
3. Penulisan Proposal September 2017 X X
4. Konsultasi pada pembimbing September 2017 X X X
5. Persiapan seminar proposal Oktober 2017 X
6. Perbaikan dan konsultasi Oktober 2017 X X
7. Penelitian Oktober & X X X X
November 2017
8. Pengolahan data & penulisan November 2017 X X
skripsi bab IV, V, VI
9. Konsultasi November 2017 X X
10. Persiapan Hasil Penelitian Desember 2017 X
11. Perbaikan, Konsultasi dan Desember 2017 X
Penulisan Akhir
12. Ujian Skripsi Desember 2017 X

25
B. Tipe dan Jenis Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009:14).

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012:119), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dari penelitiannya ini adalah seluruh aparat kecamatan

Sebab, dalam perencanaan pembangunan, khususnya di tingkat Kecamatan,

setiap warga masyarakat di Kecamatan berhak untuk memberikan masukan

dan saran mengenai apa-apa saja yang perlu dan menjadi perhatian,

khususnya bagi pemerintah Kecamatan untuk dijadikan sebagai bahan dalam

perencanaan pembangunan di wilayah tersebut.

Dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2016:85) . Dengan memperhatikan hal di atas, maka sampel

26
dalam penelitian ini adalah seluruh aparat pemerintah kecamatan. Sampel

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Nama Sampel Jumlah Ketarngan

1 Pegawai Kecamatan Bungin (PNS) 14

2 Pegawai tidak tetap (PTT) 8

Jumlah 22

Sumber : Dokumen data PNS/non PNS Kantor Kecamatan Bungin 2017

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat

dipertanggungjawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam

pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan langsung terhadap objek penelitian (Sugiyono, 2016 :145).

2. Kuisioner, Yaitu pengumpulan data dengan memberikan sejumlah

pertanyaan/pernyataan berkaitan dengan objek yang diteliti (Sugiyono,

2016 : 142).

3. Dokumentasi

Yaitu sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini adalah melalui

27
dokumen atau peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan

sebagainya yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti (Arikunto,

2002 : 149)

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, setelah variabel-variabel ditentukan,

maka langkah selanjutnya adalah membuat indikator-indikator dari variabel-

variabel tersebut. Dari indikator-indikator yang dibuat, maka selanjutnya

adalah membuat instrumen-instrumen yang terdiri atas item-item

pernyataan/pertanyaan yang akan diberikan dan dijawab oleh responden. Data

diolah dengan menggunakan skalaLikert (Sugiyono, 2016:93). Setiap

jawaban dari responden, dikategorikan ke dalam 4 macam jawaban dengan

penilaian sebagai berikut :

tidak setuju =1

kurang setuju = 2

setuju =3

sangat setuju = 4
F. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang

diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

secara riil, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.

1. Peranan Camat (X1) yang saya maksud disini adalah tugas dan fungsi

Camat di Kecamatan Bungin Kabupaten Enrekang.

Adapun indikator yang digunakan pada peranan Camat meliputi :

28
a. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah dalam

upaya mendorong peran serta masyarakat untuk ikut mensukseskan

perencanaan pembangunan dilingkup kecamatan.

b. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum dan penerapan serta penegakan peraturan

perundang-undangan dengan satuan kerja perangkat daerah terkait

dan Kepolisian Negara.

c. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

Kecamatan dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi

vertikal agar bersinergi.

d. Pelaporan pelaksanaan tugas secara periodik dan tepat waktu kepada

Kepala Derah melalui Sekretaris Daerah .

2. Komunikasi Pemerintahan (X2) yang saya maksud adalah interaksi antara

Camat dengan para Kepala Desa/Lurah Kecamatan Bungin dan satuan

perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Enrekang.

Adapun indikator yang digunakan pada komunikasi Pemerintahan

meliputi :

a. Perbedaan latar belakang; Setiap orang ingin diperlakukan sebagai

pribadi, dan memang setiap orang berbeda, berkaitan dengan

perbedaan itu merupakan tanggungjawab komunikator (pengirim

pesan) untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi

pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan

secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi sesuai agar

29
respon yang diharapkan dapat tercapai. Perbedaan yang mungkin

dapat menimbulkan kesalahan dalam komunikasi antara lain :

- Perbedaan persepsi

- Perbedaan Pengalaman dan latar belakang

- Sikap praduga/stereotip

b. Faktor bahasa; Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun

nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi

antara lain:

- Perbedaan arti kata

- Penggunaan istilah atau bahasa tertentu

- Komunikasi nonverbal

c. Sikap pada waktu berkomunikasi; Hal ini ikut berperan, bahkan sering

menjadi faktor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat meghambat

komunikasi tersebut antara lain :

- Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar

- Mengadakan penilaian terhadap pembicara

- Sibuk mempersiapkan jawaban

- Bukan pendengar yang baik

- Pengaruh faktor emosi

- Kurang percaya diri

- Gaya/cara bicara dan nada suara

30
d. Faktor lingkungan; Lingkungan dan kondisi tempat kita

berkomunikasi juga ikut menetukan proses maupun hasil komunikasi

tersebut. Hal hal yang berpengaruh antara lain:

- Faktor tempat

- Faktor situasi/waktu

3. Perencanaan Pembangunan (Y) yang saya maksud adalah kumpulan

kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilaksanakan melalui

proses musrenbang untuk mencapai tujuan pembangunan.

Adapun indikator yang digunakan pada perencanaan pembangunan

meliputi :

a. Perencanaan memiliki pengertian dalam arti luas sebagai suatu proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

b. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana seorang atau

sekelompok manusia mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-

sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

c. Selain hal diatas, perencanaan juga menjadi suatu penentu tujuan yang

akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh

siapa.

31
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Gondokusumo. 1980. Komunikasi Penugasan. Jakarta : Gunung Agung

Berlo, D.K. 1960. The Proces of Communication. New York: Holt, Rinehart, and
Winston

Depari, Eduard dan Colin MacAndrews 1991 Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hasan Erliana, 2005, Komunikasi Pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.

Hafied Cangara. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hasan. I. 2005 Pokok-pokok materi statistik I. Edisi kedua. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada.
Semarang.

Kartini Kartono. 2010. Pemimpin Dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan


Abnormal Itu. Rajawali Press. Jakarta.

Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Lewis, Arthur 2005 Development Planning, New York dan London Routledge
Taylor dan Francis.

Mustanir Ahmad, 2016 dalam Lewis, Arthur

Onong Uchjana Effendy. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin, 1998, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya

Rustiadi Ernan, 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka


Obor Indonesia. Jakarta.

Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan dan


Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah Kurniawan. 2005. Pengantar


Manajemen.Kencana. Jakarta.

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Mithods). Edisi kedua, Bandung:
Alfabeta, 2012 Offset.

Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:


Alfabeta.

Sumodiningrat Gunawan. 1998. Pemberdayaan Masyarakat dari JPS. PT.


Gramedia. Jakarta.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi.


Jakarta: Rajawali Pers.

Sumpeno, Wahyudin. Perencanaan Desa Terpadu (Panduan Perencanaan


Pembangunan Berbasis Masyarakat). Jakarta : CRS Indonesia.

Tim Kerja. 2008. Buku Panduan Penyelenggaraan Musrenbang.

Tjokroamidjojo. 2014 dalam elisa. Ugm.ac.id

Wijaya, H.A.W.2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada.

Wresniwiro, 2007. Membangun Republik Desa. Visimedia. Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai