Pendahuluan
Sistem produksi ternak di Indonesia khususnya didominasi oleh peternak kecil
(smallholder farmers). Pada umumnya peternak menjalankan usaha ternak sebagai
usaha sambilan, disamping mengusahakan usaha tani tanaman pangan. Dalam sistem
usaha tani, ternak mempunyai fungsi yang sangat beragam. Kapasitas multifungsi
ternak (khususnya ruminansia) dalam sistem usaha tani dapat dikategorikan menjadi 4
yaitu:
(i) menyediakan beragam sumberdaya yang dapat digunakan dan mengurangi risiko
sosial ekonomi (sebagai sumber pangan, sumber dana cadangan ketika diperlukan,
sumberdaya alami yang dapat diperbaharui)
(ii) mendukung hubungan dengan komponen sistem yang lain (daur ulang).
(iii) menghasilkan produk dengan nilai tambah seperti susu dan daging dan
menyediakan tenaga kerja, transportasi dan
(iv) berkontribusi pada produksi pertanian secara berkelanjutan (sebagai status sosial
pemilik gender issues dan menjaga keberlangsungan lingkungan.
Fungsi utama ternak bagi peternak kecil adalah sebagai sumber pangan melalui
produk yang dihasilkan ternak seperti daging, susu dan hasil ikutan lainnya seperti kulit
dan kotorannya. Produk ternak ini biasanya lebih banyak yang dijual untuk
mendapatkan cash income yang nantinya akan dibelikan kembali untuk bahan pangan
lain kebutuhan sehari-hari peternak. Selain itu, ternak juga berfungsi sebagai cadangan
dana investasi yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Ternak dapat
dijual dan menghasilkan uang untuk kebutuhan peternak yang mendesak.
Keberadaan ternak dalam sistem juga berfungsi sebagai penghubung dengan
komponen lain terkait dengan kapasitas ternak yang mampu untuk mendaur ulang.
Ternak dapat mengubah/mendaur ulang limbah yang berasal dari komponen sistem
yang lain dalam sistem integrasi menjadi produk yang mempunyai nilai tambah seperti
daging dan susu. Selain itu, dengan kotoran yang dihasilkan ternak seperti feces dan
urin dapat menjadi bagian dari proses lain dalam sistem usaha tani seperti proses
dekomposisi dalam pembuatan kompos dari limbah tanaman. Ternak juga digunakan
sebagai tenaga kerja di sebagian daerah di Indonesia, seperti untuk membajak tanah,
dan juga sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen usaha tani.
Secara keseluruhan, ternak tentu saja berkontribusi pada produksi pertanian secara
berkelanjutan (sebagai status sosial pemilik gender issues dan menjaga
keberlangsungan lingkungan). Di Indonesia kepemilikan ternak antara peternak laki-
laki dan perempuan (suami dan istri) tidak dibatasi oleh gender. Suami dan istri
peternak secara bersama-sama menjalankan usaha tani ternak dan berkompromi tentang
pengembangan usaha ternak yang dijalankan, misalnya tentang pembelian dan
penjualan ternak, pengembangan usaha di masa yang akan datang. Lain halnya di
beberapa daerah di Afrika, kepemilikan ternak antara peternak laki-laki dan perempuan
(suami dan istri) dibatasi oleh gender. Maksudnya adalah jika suami yang memiliki
ternak, istri tidak punya hak untuk memberikan kontribusi seperti saran/suara untuk
usaha ternak yang dijalankan. Dalam hal ini suami mempunyai hak penuh atas ternak
yang dimilikinya dan memutuskan bagaimana kelanjutan usaha tani ternak di masa
yang akan datang. Selain itu, keberadaan ternak dalam sistem usaha tani juga
berkontribusi bagi keberlanjutan sistem tersebut.
Tabel 1 Rata-rata nilai nutrisi kotoran padat dan cair beberapa jenis ternak
Kandungan nutrien
Jenis Ternak Bentuk
Nitrogen Phosphor Kalium Sulfur
Babi Padat (kg/ton) 8,4 4,6 10,8 3,2
Cair (kg/1000 L) 3,0 0,9 1,0 0,4
Ayam Padat (kg/ton) 9,0 13,0 8,2 2,9
Cair (kg/1000 L) 3,2 3,5 3,4 0,9
Sapi potong Padat (kg/ton) 6,3 1,9 6,2 1,4
Cair (kg/1000 L) - - - -
Sapi perah Padat (kg/ton) - - - -
Cair (kg/1000 L) 2,3 0,6 2,0 0,4
Sumber: Saskathcewan Agriculture and Food (Canada)