Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Praktikum


1. Agar mahasiswa/i mampu untuk mengetahui susunan,cara kerja, dan
penggunaan alat spektrofotometri.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui hubungan konsentrasi terhadap absorbansi
pada pengukuran dengan spektrofotometer UV Visibel.

1.2 Prinsip Percobaan


1. Berkas polikromatris diubah menjadi monokromatis.
2.Sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang diselidiki sebanding dengan
jumlah (konsentrasi) bahan yang diselidiki.

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Pengukuran Kandungan Fe dalam Paduan AlFeNi Menggunakan
Pengompleks Amonium Tiosianat Dengan MetodeSpektrofotometri
UV-VIS
Pendahuluan
Dalam industri nuklir paduan aluminium telah digunakan sebagai
bahanstruktur yaitu sebagai cladding bahan bakar.
Claddingbahanbakarberbasis aluminium telah dikembangkan oleh
berbagai negara di dunia sebagaikomponen reactor terutama seiring
denganpengembanganbahanbakar majuberdensitastinggi[1].Bahan
struktur paduan aluminium merupakan material yang mempunyai sifat
ketahanan korosi yang relatif baik dan memiliki sifat mekanik terutama
kekerasan yang cukup memadai. Unsur Fe merupakan unsur pemadu
yang terdapat dalamCladding bahanbakar alumunium sehingga
keberadaannya dalam paduan alumunium tersebut adalah sangat
penting. Meskipun unsur Fe berperan penting dalam pembuatan bahan
Cladding alumunium namun keberadaannya juga tidak boleh melebihi
persyaratan yang diperkenankan dalam bahan struktur. Sehubungan

1
dengan hal tersebut maka pengukuran kandungan Fe dalam paduan
AlFeNi adalah cukup penting, karena keberadaan Fe dapat
meningkatkan laju korosi dalam paduan AlFeNi. Terbukti dari
penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa semakin tinggi kadar Fe
pada paduan semakin besar laju korosinyanya. Pada kadar Fe 1,5%, 2%
dan 2,5% laju korosi bertambah dari 0,015 mpy ; 0,02 mpy dan 0,025
mpy[2]. Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan. Pengukuran
kandungan Fe tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat
spektrometer UV-Vis.

Teori
Spektrofotometer UV-Vis. merupakan salah satu metode dalam
kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sampel baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visible, ultra violet dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah
elektron valensi. Salah satu kegunaan spektrofotometer UV-Vis adalah
untuk menentukan kandungan unsur dari suatu bahan seperti kandungan
besi dari paduan AlFeNi.
Pada alat spektrofotometer UV Vis, Sumber cahaya yang
dilewatkan pada sampel besi akan memberikan informasi nilai serapan
(absorbansi) dengan variasi konsentrasinya. Spektrometri UV-Vis
adalah salah satu metode analisis yang berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Penurunan intensitas
cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya
media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut.
Pembentukan warna pada metode ini sangat menentukan ketelitian hasil
yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara
penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang
ditentukan. Pada penelitian ini dipilih pengompleks ammonium

2
tiosianat sebab pengompleks ini bereaksi cepat dengan besi membentuk
[3]
kompleks dari besi sianat yang berwarna merah terang Sehingga
dapat diketahui konsentrasi dari besi. Pada penelitian yang dilakukan
[3]
oleh peneliti sebelumnya , diketahui bahwa senyawa kompleks Fe
Sianat mengalami penurunan absorbansi sejak hari ke 2 sampai hari ke
7.Untuk penentuan konsentrasi senyawa kompleks NH4SCN, dilakukan
pada dua titik konsentrasi besi yaitu pada konsentrasi 5 ppm dan 10
ppm pada panjang gelombang tertentu. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa konsentrasi amonium tiosianat yang mempunyai puncak
absorbansi tertinggi adalah 0,1M[3] , karena ion besi dapat membentuk
senyawa kompleks besi tiosianat dengan sempurna. Konsentrasi
NH4SCN di bawah maupun di atas 0,1M absorbansinya mengalami
penurunan karena pembentukan senyawa kompleksnya tidak sempurna.
Kandungan unsur Fe dalam paduan AlFeNi dihitung menggunakan
persamaan :
1
0
0

Dimana :
Ax = kadar Fe (%)
Vx = volume sampel (mL)
Fp = Faktor pengenceran
Cx = konsentrasi hasil pengukuran (ug/mL)
Bx = berat sampel (gr)

Dalam pengukuran dapat terjadi penyimpangan. Penyimpangan


tersebut dapat disebabkan oleh ketidak sempurnaan alat ukur analisis,
metode dan operator yang tidak terlatih, sehingga diperlukan suatu
indikator mutu yang dapat diterapkan secara umum, konsisten dapat
diukur serta mempunyai arti yang jelas. Adapun indikator tersebut yang
memenuhi persyaratan adalah ketidakpastian yang merupakan suatu
parameter untuk menentukan rentang nilai yang didalamnya

3
diperkirakan nilai benar yang diukur berada[4]. Untuk analisis besi
dalam paduan AlFeNi, akan ditetapkan faktor apa saja yang digunakan
terhadap nilai ketidakpastian perhitungannya. Sumber-sumber ketidak
pastian dapat berasal dari setiap tahapan yang diamati dalam
menganalisis suatu unsur dalam suatu sampel. Seperti[5,6] definisi
besaran ukur yang tidak lengkap, realisasi definisi besaran ukur yang
tidak sempurna, pengambilan sampel yang kurang mewakili populasi,
pengetahuan yang kurang tentang besaran pengaruh, bias personil,
resolusi atau ambang diskriminasi alat ukur, nilai standaracuan yang
digunakan, konstanta atau parameter yang digunakan dalam proses
pengukuran, pendekatan atau asumsi yang tercakup dalam metode dan
prosedur dan variasi pengamatan berulang yang dilakukan terhadap
besaran ukur yang sama.

Hasil Dan Pembahasan


Penentuan Daerah Kerja
Pada penentuan daerah kerja yang dilakukan terhadap larutan
standar Fe 12 ppm diperoleh daerah kerja yang memberikan puncak
spektrum unsur Fe pada panjang gelombang 461,0 nm dengan besar
serapan 0.533, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1

Panjang gelombang yang diperoleh adalah karakteristik dari senyawa


komplek Fe-sianat sehingga untuk pengukuran Fe selanjutnya

4
dilakukan pada panjang gelombang tersebut, karena pada keadaan
tersebut hukum Lambert- Beer akan terpenuhi dengan baik.
Pengukuran larutan standar
Pada pengukuran intensitas serap larutan standar pada
panjang gelombang daerah kerja Fe diperoleh
hasilsepertiditunjukkandalamtabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran absorbansi standar Fe ( = 461,0 nm)
Tabel 1. Hasil pengukuran absorbansi standar Fe ( = 461,0 nm)

Konsentrasi (ppm) Absorbansi SD

Blanko 0,007 0,007 0,007 0,007

Standar 1,0 0,038 0,037 0,037 0,037 0,0000

Standar 2,0 0,077 0,077 0,077 0,077 0,0006

Standar 4,0 0,176 0,176 0,176 0,176 0,0000

Standar 6,0 0,243 0,243 0,243 0,243 0,0000

Standar 8,0 0,356 0,356 0,356 0,356 0,0000

Standar 10,0 0,459 0,459 0,459 0,459 0,0000

Standar 12,0 0,533 0,533 0,532 0,533 0,0006

Pada tabel 1 terlihat bahwa hasil pengukuran intensitas serap


larutan standar sangat presisi,hal ini ditunjukkan dari besar nilai
standardeviasiyang samadengan nol, sehingga nilai pengukuran
intensitas serap mendekati nilaibenar.
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva
kalibrasi Fe

5
Selanjutnya dari pengukuran tersebut dibuat hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi yang digambarkan dengan kurva
kalibrasi seperti ditunjukkan pada gambar 2 di atas. Pada Gambar 2
kurva kalibrasi unsur Fe, terlihat adanya hubungan yang linier antara
konsentrasi dengan absorban. Dari kurva kalibrasi tersebut diperoleh
Persamaan garis lurus y = 0,0451-0,0064 dengan koefisien regresi
sebesar 0,9967.
Nilai koefisien regresi yang diperoleh lebih besar dari 0,98[5] , hal ini
menunjukkan ketepatan terhadap data ukur yang mendekati nilai benar,
karena hasil linieritas yang baik ditunjukkan dengan nilai koefisien
regresi mendekati angka 1.
Pengukuran intensitas serap larutan sampel Fe
Pengukuran intensitas serap dalam larutan sampel dilakukan
dengan 3 kali pengulangan terhadap 3 contoh sampel Fe. Dari
pengukuran tersebut dihitung konsentrasi Fe dalam sampel terukur
menggunakan persamaan garis regresi dengan cara memasukkan harga
y (absorbans). Dari perhitungan tersebut diperoleh besar konsentrasi Fe
dalam sampel terukur 5,3082 g/mL untuk sampel 1, 4,4656 g/mL
untuk sampel 2, dan untuk sampel 3 adalah, 5,1308 g/mL Sehingga
rerata kandungan Fe dalam sampel terukur adalah 4,9682 g/mL,
seperti ditunjukkan dalam tabel 2
Tabel 2. Hasil Pengukuran Sampel AlFeNi ( = 469,0 nm)
Absorban
Sampel si SD RSD

AlFeNi
ke 1 2 3 rerata

0,00057 0,00258

1 0,223 0,223 0,224 0,223 7 7

0,00057 0,00295

2 0,195 0,195 0,194 0,195 7 9

3 0,225 0,225 0,225 0,225 0,0000 0,0000

6
Data hasil perhitungan kandungan Fe dalam sampel terukur selanjutnya
digunakan untuk mengukur kandungan Fe dalam sampel AlFeNi.
Kandungan Fe dalam paduan Alumunium tersebut dihitung
menggunakan persamaan (1). Dari perhitungan diperoleh kandungan Fe
dalam paduan AlFeNi sebesar 7419,65 g/gr atau setara dengan
0,7419%.

1.3.2. Spektrofotometri
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative
juka energy tersebut ditransimiskan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibanding fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang
gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30 40 nm. Sedangkan
pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel
dan blangko ataupun pembanding.
1. Sumber Cahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah
lampu wolfram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, i = K

7
Vn, I = arus cahaya, V = tegangan , n = eksponen ( 3-4 pada lampu
wolfram ), variasi tegangan masih dapat diterima 0,2 % pada suatu
sumber DC, misalkan : baterai. Lampu hydrogen atau lampu deuterium
digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram
adalah energy radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai
panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat
digunakan transformator.
2. Monokromator
Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil
penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka
prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan lamda
yang diinginkan.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca
corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita
harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada
daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih
kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa
digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat
digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut
organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta
seragam keseluruhannya.

4. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang. Pada spektrofotometer,
tabung pengganda electron yang digunakan prinsip kerjanya telah
diuraikan.

8
1.3.3. Spektrofotometer UV dan UV Visibel
Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultraviolet dan sinar
tampak merupakan salah satunya dapat dianggap sebagai energy yang
merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah dan hubungan
digunakan untuk menggambarkan gelombang ini. Panjang gelombang
merupakan jarak linier dari satu titik pada satu gelombang yang
berdekatan. Dimensi panjang gelombang adalah panjang ( L ) yang
dapat dinyatakan dalam centimeter (cm) atau yang lebih umum adalah
dalam unit unit berikut :
1 angstrom () = 10-8 cm = 10-10 m
1 nanometer ( nm ) = 10-7 cm = 10-9 m= 1 millimikron m= 10
1 mikrometer ( m ) = 10-6 m = 10-4 cm = 1 mikron ( )
Satuan nanometer ( nm ) saat ini dipilih daripada satuan yang
pemakaiannya lebih kuno yakni millimikron ( m ). Huruf latin lamda
() merupakan simbol yang umum digunakan untuk panjang
gelombang.
Frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang melewati suatu titik
tertentu dalam satuan waktu. Dimensi frekuensi adalah seperwaktu ( T-
1 -1
) dan satuan yang digunakan biasanya detik . Satuan frekuensi juga
dapat dinyatakan sebagai putaran perdetik atau hertz ( Hz ). Frekuensi
biasanya disimbolkan dengan huruf latin nu (v). Bilangan gelombang
merupakan seperpanjang gelombang (1/) sehingga satuannya adalah
1/panjang. Jika panjang gelombang dinyatakan dengan cm, maka
bilangan gelombang dinyatakan dengan cm-1 .
Spektrofotometri UV Vis adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengetahui karakteristik senyawa melalui proses penyerapan
cahaya yang dipancarkan oleh senyawa. Penyerapan senyawa melalui
interaksi electron terhadap pancaran cahaya UV Vis pada daerah
serapan UV Vis spectrum elektromagnetik molekul mengalami
transisi electron.

9
Gelombang cahaya dirambatkan melalui panjang gelombang yang
menyebabkan perubahan energy akibat aliran partikel ( foton ). Ketika
cahaya mengenai senyawa X. Panjang gelombang serapan adalah
hubungan yang disebabkan oleh perbedaan energi orbital electron
dalam senyawa.
Dasar Spektrofotometri UV- Vis
Energi electron adalah energy molekul dan atom yang disebabkan
oleh energy potensial dan energy kinetic elektronnya. Energi kinetic
electron dan energy potensial timbul karena interaksi electron dengan
inti dan electron lain. Molekul mempunyai tingkat electron dalam atom.
Tingkat energy molekul ini disebut orbital molekul. Orbital molekul
timbul dari interaksi orbital atom dengan atom yang membentuk
molekul itu. Spektrum electron suatu molekul adalah hasil transisi
antara dua tingkat energy electron pada molekul tersebut. Transisi yang
terjadi antara dua keadaan tingkat energy dinyatakan dengan notasi
sebagai berikut

s *

s Ditulis *

Sistem gugus atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya


disebut chromophore / kromofer. Kromofor yang menyebabkan
terjadinya transisi menjadi ialah system yang mempunyai electron
pada orbital molekul orbital S atom A dan B berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya menghasilkan dua orbital molekul dalam molekul
AB.
Penyerapan Radiasi Oleh Molekul
Semua molekul mempunyai energy yang dapat digambarkan
menjadi fenomena yaitu :

10
1. Molekul secara keseluruhan dapat bergerak yang kejadian ini
disebut dengan tranlasi energy yang berhubungan dengan translasi
disebut dengan energy translasional , Etrans .
2. Bagian molekul atau atom sekelompok atom dapat bergerak karena
berkenaan satu sama lain. Gerakan ini disebut dengan vibrasi dan
energinya dinamakan dengan energi Vibrasional, Evyjbr .
3. Molekul dapat berotasi pada sumbunya dan rotasi ini
dikarakterisasi dengan energi rotasional, Erot .
4. Disamping bentuk gerakan gerakan tersebut suatu molekul
memiliki konfigurasi elektronik dan energinya atau energi
elektronik , E elek tergantung pada keadaan elektronik molekul.
Hukum Lamber
Bila suatu cahaya monokromatis masuk kedalam larutan setbal b
maka sebagian energy akan diserap oleh molekul molekul dalam
larutan. Pengurangan intensitas cahaya berbanding lurus dengan tebal
larutan.
Hukum Beer
Intensitas cahaya monokromatis yang masuk kedalam larutan,
maka sebagian energy akan diserap oleh molekul molekul dalam
larutan. Pengurangan intensitas cahaya berbanding lurus dengan
pertambahan kadar zat dalam larutan.
Hukum Lamber Beer
Hukum Lamber Beer merupakan gabungan kedua hokum diatas
yang menetapkan hubungan antara intensitas cahaya yang masuk
dengan intensitas cahaya yang keluar, merupakan fungsi dari teba
larutan dan kadar zar dalam larutan.

11
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Tabung Nessler 50 ml : 8 buah
2. Pipet Ukur 1 ml : 3 buah
3. Pipet Ukur 5 ml : 2 buah
4. Pipet Ukur 10 ml : 1 buah
5. Labu Ukur 100 ml : 1 buah
6. Corong : 1 buah
7. Batang Pengaduk : 1 buah
8. Bula Hisap : 2 buah
9. Beaker Glass 200 ml : 1 buah
10. Beaker Glass 500 ml : 5 buah
11. Beaker Glass 800 ml : 1 buah
12. RakTabungNessler : 1 buah
13. BotolSemprot : 3 buah
14. GelasUkur 50 ml : 1 buah
15. PipetTetes : 2 buah
b. Bahan yang digunakan
1. Larutan HCl 1:1 : 7 ml
2. Aquades : 70 ml
3. Larutan Fe (stock) : 7 ml
4. Larutan BufferAsetat 50 % : 35 ml
5. LarutanOphenontrolin : 35 ml
6. Air kran : 25 ml
7. Air masak : 25 ml
8. LarutanHidroksiAmoniumKlorida : 7 ml

12
2.2 Prosedur Kerja

a. Prosedur Kerja Preparasi


1. Alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan.
2. Larutan stock Fe dituangkan ke beaker glass, lalu dipipet sebanyak
1,3,5,7,9 ml dan ditambahkn ke tabung Nessler dan diberi label.
3. Larutan sampel dituang ke beaker glass, lalu dipipetmasing-masing
sebanyak 25 ml dan ditambahkan kedalam tabung Nessler.
4. Larutan HCl 1:1 sebanyak 1 ml dipipet, lalu ditambahkan kedalam
larutan stock tadi dan larutan sampel.
5. Larutan Hidroksi Amonium Klorida dituang kedalam beaker glass, lalu
dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan kedalam larutan stock dan
larutan sampe ltadi.
6. Larutan Ophenontrolin dipipe tsebanyak 5 ml, lalu ditambahkan masing-
masing kedalam larutan stock dan larutan sampel.
7. LarutanBuffer Asetat 50 % dipipetsebanyak 5 ml lalu ditambahkan ke
dalam larutan stock tadi dan diaduk.
8. Masing-masing larutan ditambahi 10 ml aquadest dan dicatat perubahan
warna yang terjadi.

13
b. Prosedur Kerja UV / Vis Spektrofotometer
1. Diperiksa bahwa tidak terdapat sampel didalam cell compartement.
2. Diperiksa posisi setiap switch, harus pada posisi off atau posisi semula.
3. Dinyalakan Power Switch.
4.Dipilih ampu yang sesuai, dinyaakan sesuai dengan range panjang
gelombang yang akan diukur. Lampu D2 untuk range 190-380 nm.
Lampu W untuk range 380-900 nm.
5.Melalui knop panjang gelombang, diatur panjang gelombang yang
dikehendaki.
6.Diperiksa 0 % T dengan meletakkan shutter block pada sampelbeam,
display harus menunjukkan 0 % T.
7.Diletakkan cell cell berisi pelarut pada reference dan sampel beam,
diatur agar absorbansinya 0 atau 100 % Y.
8.Diletakkan cell berisi sampel yang akan diukur pada sampel beam,
dibaca hasilnya pada display.

14
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

3.1.Gambar Peralatan
TabungNessler LabuUkur

Gelas ukur PipetTetes

Botol semprot Pipet Volume

15
Bola Hisap PipetUkur

Corong Beaker Glass

BatangPengaduk RakTabungNessler

16
3.2. Gambar Rangkaian

3.3. Keterangan Gambar Rangkaian


1. Sampel Compartment 9. Lamp Power Switch
2. 100 % T/ Zero Control 10. Print Button
3. Sensitivity Switch 12. Duv Mode Selector
4. Wavelength Selection 13. Digital Read Out
5. Power Selection
6. Power Switch
7. Mirror Lever
8. Deutrium Lamp Starter

17
BAB IV
DATA PENGAMATAN

Tabel Data 4.1. Pengamatan Pengukuran Kadar Cu

No Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1 1.0000 0.032

2 3.0000 0.056

3 5.0000 0.083

4 7.0000 0.098

5 9.0000 0.123

Tabel Data 4.2. Pengamatan Pengukuran Kadar Cu dalam Sampel

No Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1 Sampel 1 9,4172 0,128


(air kran)
2 Sampel 2 -1,1901 0,009
(air masak)

18
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1. Perhitungan Regresi linier Sederhana


Tabel perhitungan konsentrasi vs absorbansi
No Konsentrasi Absorbansi X2 Y2 XY
(ppm)
1 1.0000 0.032 1 0.001024 0.032

2 3.0000 0.056 9 0.003136 0.168

3 5.0000 0.083 25 0.006889 0.415

4 7.0000 0.098 49 0.009604 0.686

5 9.0000 0.123 81 0.015129 1.107

X = 25 Y = 0.392 X2 = 165 Y2 = XY =
0.035782 2.408

X = 25

Y = 0.392

XY = 2.408

X2 = 165

Y2 = 0.035782

Persaman yang digunakan untuk mendapatkan garis linier adalah :

Y = a + bx

Dimana nilai a dan b pada persamaan tersebut dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :

19
(XY)(X)(Y)
b= n(X2 ) (X)2

Maka nilai koefisien a dan b adalah

(XY)(X)(Y) Y X
b= Y= X=
n(X2 ) (X)2

5(2,408)(25)(0,392) 0,392 25
b= Y= X=
5(165)(25)2 5 5
(12,04)(9.8)
b= (825)(625)
Y = 0,0784 X=5
2,24
b= 200

b= 0,0112
Y= a + bx
0,0784 = a + (0,0112)5
0,0784 = a + 0,056
a = 0,0224
5.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Concentrationvs Absorbansi
(XY)(X)(Y)
R=
[(X2 )(x)2 ][(Y2 )(Y)2 ]

5(2,408)(25)(0.392)
R=
[5(165)(25)2 ][5(0,035782)(0.392)2
12,049.8
R=
(825625)(0.178910,153664)
2,24
R=
(200)(0.025246)
2,24
R=
5,0492
2,24
R= 2,247042

R= 0,9968
R2 = 0,9937
3. Perhitungan konsentrasi sampel (X)untuksampel 1 dansampel 2
Dik : Absorbansi (Y1) = 0.4178 dan (Y2) = -1,1901
Y = a+ bx
Dit : Konsentrasi (X)= . ?
Penyelesaian :

20
Sampel 1
Y = 0,0224+ (0,0112)x
0,4178= 0,0224+ (0,0112)x
0,0112x= 0,128 0,0224
0,0112x= 0,1056
0,1056
x = 0,0112

x = 9,4285 ppm

Untuksampel 2
Y = 0,0224+ (0,0112)x
0,009= 0,0224+ (0,0112)x
0,0112x = -0,0224 + 0,009
0,0112x = -0,0134
0,0134
x = 0,0112

x = -1,1964

Grafik Konsentrasi Vs Absorbansi


0.14
y = 0.0112x + 0.0224
0.12
R = 0.9937
0.1
Absorbansi

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi

Gambar 5.1.1. Grafik Konsentrasi Vs Asbsorbansi

21
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan yang diperoleh didapat persamaan regresi y= a + bx


menjadi Y= 0,0224+ 0,0112x
2. Dari pengolahan data diperoleh koefisien korelasi R = 0.9968 dan
koefisien determinasi R2 = -0.9937
3. Absorbansi sampel air keran yang diperoleh dari percobaan adalah 9,4172
dan konsentrasi sampel air minum adalah -1,1964 ppm

6.2 Saran

Diperlukan ke hati-hatian dalam membuat larutan standart dan berhati-hati


pada saat menggunakan alat Spektrofotometer UV-VIS.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti,Sri. 2017 . Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Medan . Untuk


Kalangan Sendiri.

Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia OrganikEdisiKetiga. Jakarta:Erlangga

Haidir,Andi,dkk . 2013 . Pengukuran Kandungan Fe dalam Paduan


AlFeNiMenggunakan Pengompleks Amonium Tiosianat Dengan
MetodeSpektrofotometri UV-VIS . Yogyakarta.

Khopkar.S.M. 2008.KonsepDasar Kimia Analitik..Jakarta :Universitas Indonesia

Saidah,Aas,dkk. 2013 . Kimia BidangKeahlian Dan Rekayasa .Jakarta :Erlangga

23

Anda mungkin juga menyukai