Anda di halaman 1dari 27

BAB III

SUMBER AJARAN ISLAM

I. Sistematika Sumber Ajaran Islam

Nilai dan sumber nilai Islam yaitu Al-Quran, As Sunnah, dan Ijtihad. Penggunaan
tiga sumber nilai itu hendaknya diprioritaskan yang pertama, kemudian yang kedua
dan selanjutnya yang ketiga. Apabila bertentangan yang satu dengan yang lain,
maka hendaknya dipilih Al-Quran terlebih dahulu kemudian yang kedua, Al Hadist.
Meskipun ketiganya adalah sumber nilai, akan tetapi antara yang satu dengan yang
lainnya mempunyai kualitas dan bobot yang berbeda-beda dengan pengaruh hukum
yang berbeda-beda pula.

II. Al-Quran

1. Pengertian Al-Quran :
1) Menurut Lughat.
Bacaan atau yang dibaca.
Al-Quran adalah masdhar yang diartikan denagn arti isim maful, yaitu
maqru = yang dibaca.
2) Menurut istilah : nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.

2. Nama-nama Al-Quran :
1) Al-Kitab : tulisan yang lengkap (2:2)
2) Al-Furqon : memisahkan yang hak dan yang batil (25:1)
3) Al-Mauidhoh : nasihat (10:57)
4) As-Syifa : obat (10:57)
5) Al-huda : yang memimpin (72:13)
6) Al-Hikmah : kebijaksanaan (17:39)
7) Al-Hukmu : keputusan (13:37)
8) Al-Khair : kebaikan (3:103)
9) Ad-Dzikru : peringatan (15:9)
10) Ar-Ruh : roh (42:52)
11) Al-Muttaharah : yang disucikan (80:14)

3. Pembagian isi Al-Quran :


Al-Quran terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun
di Madinah. Ada juga yang berpendapat 86 turun di Makkah dan 28 turun di
Madinah.
Surat yang turun di Makkah disebut Makiyah. Ciri-cirinya :

15
a. Umumnya suratnya pendek-pendek.
b. Menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlak.
c. Panggilannya ditujukan kepada manusia.
Surat yang turun di Madinah disebut Madaniah. Ciri-cirinya :
a. Umumnya suratnya panjang-panjang.
b. Menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya
(syariah)
c. Panggilannya ditujukan kepada orang-orang beriman.

4. Sejarah kodifikasi dan perkembangannya.


Allah akan menjamin kemurnian dan kesucian Al-Quran akan selamat dari
usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan. (15:9, 75:17-19).
Al-Quran ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada Nabi,
Nabi langsunag memerintahkan kepada para sahabat untuk menuliskannya
secara hati-hati. Kemudian mereka hafalkan dan mereka amalkan.
Pada awal pemerinyahan khalifah yang pertama dari khulafaurrasyidin, yaitu
Abu Bakar Ash Shidiq, Al-Quran telah dikumpulkan dalam mushaf tersendiri.
Dan pada jaman khalifah ketiga, Usman Bin Affan. Al-Quran sempat
diperbanyak. Alhamdulillah Al-Quran yang asli itu sampai saat ini masih ada.
Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk
menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka
menghindari adanya kesalahan dalam bacaan maupun tulisan, Karena penulisan
pada masa pertama tidak memakai tanda baca.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa tafsir Al-Quran yang
ditulis ulama Islam, dan tumbuh pula berbagai disiplin ilmu untuk membaca dan
membahas Al-Quran.

5. Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Quran :


a) Ilmu Mawatin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas
tentang tempat-tempat turunnya Al-Quran.
b) Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas
sebab-sebab turunnya ayat Al-Quran.
c) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang ,membahas tentang
teknik membaca Al-Quran.
d) Gharibil Quran, yaitu ilmu yang membahas tentang
kalimat-kalimat yang asing artinya dalam Al-Quran.
e) Ilmu Wajuh Wa Nadzar, yaitu ilmu yang membahas
tentang kalimat yang mempunyai arti dan makna apa yang dikehandaki oleh
sesuatu ayat dalam Al-Quran.
f) Ilmu Aqsamil Quran, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang maksud-maksud sumpah Tuhan dalam Al-Quran.
g) Ilmu Amtsalil Quran, yaitu ilmu yang membahas
tentang perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Quran.

16
h) Dan masih banyak lagi.

6. Fungsi dan peranan Al-Quran :


Al-Quran adalah wahyu Allah (42:7) yang berfungsi :
1) Sebagai mujizat bagi Rasulullah Muhammad SAW (17:88, 10:38).
2) Sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia (4:105, 5:49&50, 45:20).
3) Sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya
(5:48&15, 16:64).

III. Al-Hadist

1. Pengertian Al-Hadist.
Menurut Bahasa (lughat), Jadid lawan qadim: yang baru, Qarid: yang dekat(yang
belum lama terjadi), Khabar: warta.
Menurut istilah ahli hadist: segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau, dan
segala keadaan beliau.

2. Al-Hadist Sebagai Sumber Hukum dan Nilai.


Al-Quran telah mewujudkan ittiba dan mentaati hukum-hukum dan peraturan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa ayat:
QS. Al Hasyr: 7, QS. An Nisa: 64, QS. Al Ahzab: 36.
Ayat-ayat lain yang cukup banyak dijadikan alasan yang pasti tentang hal
tersebut, seperti:
a. Setiap mumin harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya:
8:20, 47:33, 4:59, 3:32, 58:13, 24:54, 5:92.
b. Kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah: 4:80, 3:31.
c. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa: 8:13, 58:5, 4:115.
d. Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman: 4:65.

3. Hubungan As-Sunnah dan Al-Quran.


a) Bayan tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat secara
umum, mujmal dan musytarak.
b) Bayan taqrir, yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan Al-Quran.
c) Bayan tauhid, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-
Quran.

4. Perbedaan antara Al-Quran dan Al-Hadist Sebagai Sumber Hukum.


a) Al-Quran nilai kebenarannya qati (adsolut), sedangkan
Al-Hadist adalah zhanni (kecuali hadist mutawatir).
b) Seluruh ayat Al-Quran mesti dijadikan sebagai
pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadist mesti kita jadikan sebagai
pedoman hidup.

17
c) Al-Quran sudah pasti otentik lafazh dan maknanya,
sedangkan hadist tidak.
d) Apabila Al-Quran membicarakan aqidah dan hal-hal
yang ghaib maka setiap mukmin wajib mengimaninya. Sedangkan hadist ada
yang wajib diimani dan ada yang tidak wajib.
5. Klasifikasi Hadist Dari Segi Sedikit/ Banyaknya Rawi.
a. Hadist Mutawatir: Hadist yang diriwayatkan banyak rawi mencapai suatu
batas jumlah yang mana mereka mustahil sepakat berdusta.
Syarat mutawatir:
1) Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus
berdasarkan tanggapan panca indera yakni warta yang mereka
sampaikan itu herus benar-benar asli pendengaran atau penglihatan
sendiri.
2) Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak
memungkinkan mereka bersepakat untuk bohong.
3) Adanya keseimbangan antara rawi-rawi dalam thabaqah(lapisan)
pertama dengan jumlah rawi-rawi dalam thabaqah berikutnya.
Faedah hadist mutawatir:
Suatu keharusan untuk menerimanya bulat-bulat sesuatu yang diberitakan
oleh hadist mutawatir, hingga membawa kepada keyakinan yang qathi
(pasti).

b. Hadist Ahad: Suatu Hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat hadist


mutawatir.
Pembagian hadist ahad menurut jumlah perawi:
1) Hadist Masykur: hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau
lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.
2) Hadist Aziz: hadist yang diriwayatkan oleh dua orang.
3) Hadist Gharib: hadist yang dalam sanadnya terdapat seorang yang
menyaendiri dalam meriwayatkan.
Pembagian Hadist ahad menurut kualitas dapat diterima/ tidak sebagai
hujjah:
1) Hadist Sahih: Hadist yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang
adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung dan tidak
janggal.
2) Hadist Hasan: Hadist yang pada sanadnya tidak terdapat orang
yang tertuduh dusta, tidak terdapat kejanggalan pada matanya dan
Hadist itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak
jalan) yang sepadan maknanya.

c. Hadist Dhaif: Hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-
syarat atau Hadist hasan.
Macam Hadist dhaif berdasarkan rawi-rawinya tercatat keadilan dan
kedlabitannya:

18
a. Hadist mudhu: Hadist yang dibuat oleh seseorang (pendusta)
yang ciptaan itu dibangsakan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan
dusta, baik sengaja atau tidak.
b. Hadist matruk: Hadist yang menyendiri dalam periwayatan
yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam peng- Hadist-
an.
c. Hadist munkar dan maruf: Hadist yang diriwayatkan orang
yang lemah disebut munkar, sedangkan diriwayatkan orang yang tsiqah
atau berlawanan orang yang lunak disebut maruf.

6. Sejarah singkat perkembangan Al-Hadist.


Para ulama membagi perkembangan Hadist kepada 7 periode, yaitu:
1) Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada jaman rasul : 13SH 11SH)
2) Masa pembatasan riwayat (masa khulafaurrasyidin : 12-40 H)
3) Masa perincian Hadist (pada masa generasi tabiin dan sahabat-sahabat
muda : 41 H akhir abad 1 H)
4) Masa pembukuan Hadist (permulaan abad II H)
5) Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad III H - selesai)
6) Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad IV H jatuhnya Baghdad
pada th. 656 H)
7) Masa pembuatan kitab syarah Hadist, kitab-kitab tahrij dan penyusunan
kitab dan koleksi yang lebih umum (656 H dst.)

Pada jaman Rasulullah Al-Hadist tidak dituliskan, sebab:


a) Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu
yang diijinkan beliau sebagai catatan pribadi.
b) Rasulullah berada di tengah-tengah umat Islam sehingga dirasa tidak
sangat perlu untuk dituliskan pada waktu itu.
c) Kemampuan baca tulis di kalangan sahabat sangat terbatas.
d) Umat Islam sedang dikonsentrasikan pada Al-Quran.
e) Kesibukan-kesibukan ukat Islam yang luar biasa dalam
menghadapiperjuangan dakwah yang sangat penting.

Sahabat-sahabat yang menghafal Hadist, yaitu:


Abu Hurairah, meriwayatkan sekitar 5374 buah Hadist.
Abdullah bin Umar bin Khattab, meriwayatkan sekitar 2630 buah Hadist.
Anas bin Malik, meriwayatkan sebanyak 2286 buah Hadist.
Abdulluah bin Abbas, meriwayatkan 1160 buah Hadist.
Aisah Ummul Muminin, meriwayatkan 2210 buah Hadist.
Jabir bin Abdullah, meriwayatkan 1540 buah Hadist.
Abu Said Al Hudri, meriwayatkan 1170 buah Hadist.

19
IV. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
Menurut Harfiah: dari kata ijtihada, yang artinya mencurahkan tanaga,
memeras pikiran, berusaha sungguh-sungguh, bekerja semaksima mungkin.
Menurut istilah: suatu pekerjaan yang mempergunakan segala kesanggupan daya
rohaniah untuk mengeluarkan hukum syara: menyusun suatu pendapat dari suatu
masalah hukum berdasar Quran dan Sunnah.

2. Kedudukan Ijtihad.
Al-Quran dan As-Sunnah merupakan dua sumber ajaran Islam. Sedangkan
Ijtihad berfungsi sebagai alat penggerak, tanpa adanya Ijtihad kedua sumber
itu akan lumpuh.

3. Cara berIjtihad
a) Qiyas : resoning by analogy, yaitu menetapkan suatu
hukum terhadap suatu hal yang tidak diterangkan oleh Al-Quran dan As-
Sunnah, dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah
diterangkan hukumnya oleh Al-Quran/ As-Sunnah. Karena ada sebab yang
sama.
b) Ijma : Konsensus (Ijtihad kolektif), yaitu
persepakatan ulama-ulama Islam dalam menentukan sesuatu masalah
ijtihadiyah.
c) Istihsan : Preference. Yaitu menetapkan sesuatu
hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihafiayah atas dasar prinsip-prinsip
umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang, dll. Oleh para ulama
disebut juga sebagi Qiyas Khafi (analogy samar-samar).
d) Mashalihul Mursalah : utility. Yaitu menetapkan hukum
terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan
kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat.

4. Golongan yang diwajibkan berIjtihad, menurut pendapat Imam As-Suyuti :


a) Khalifah (pemimpin tertinggi).
b) Wazir (menteri khalifah).
c) Qodhi (hakim peradilan).
d) Mufti (orang yang menyampaikan fatwa).
e) Hisbah (kontrol sosial).
f) Wali Al-Madzalim (orang yang mengurusi orang-orang
dhalim).

20
g) Miqabah (asosiasi).

5. Stratifikasi Mujtahid
Tingkatan mujtahid :
1) Mujtahid absolut (Mujtahid mutlak), yang tidak bertaqlid pada imamnya,
namun hanya menggunakan pirantinya untuk berijtihad.
2) Mujtahid dependen/ Mujtahid eksepsi (Mujtahid muqoyad/ Mujtahid
takhrij).
3) Mujtahid seperioritas (Mujtahid tarjih).
4) Mujtahid instruksi (Mujtahid fatwa).

6. Syarat-syarat Mujtahid
a) Mengetahui nasakh mansukh Al-Quran, munfashal
mujmalnya, amm khasnya.
b) Bisa membedakan antara hadist yang shahih dan yang tidak.
c) Mengerti letak ijma dan khilafiah ulama.
d) Mengetahui dimensi qiyas.
e) Bisa meletakkan dalil secara proporsional.
f) Menguasai ilmu bahasa sehingga kontekstual pernyataannya bisa dipahami.

7. Perbedaan Ittiba dan Taqlid.


Ittiba : Mengikuti seseorang sekaligus mengetahui betul bahwa statementnya
itu benar-benar sah.
Taqlid : Mengetahui seseorang tanpa mengetahui dimensi dan kontekstual
statementnya.

Allah mencela orang-orang yang taqlid sebagimana banyak ayat Al-Quran:


- Qs. At-Taubah : 31
- Qs. Al-Zukhrut : 23-24
- Qs. Al-Anfal : 22

21
BAB IV
AQIDAH ISLAM

A. AQIDAH ISLAM.
1. Pengertian Aqidah.
- Etimologi : Dari kata bahasa Arab Aqoda, masdarnya Aqiidatan artinya
ikatan.
- Terminologi : Segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu
dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak
boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi persangkaan.
Aqidah disebut juga dengan iman atau kepercayaan.
- Iman suatu yang tidak dapat dilihat oleh indera, tetapi dapat dilihat
dari indikatornya yaitu amal, ilmu, dawah dan sabar.
- Sedangkan yang dimaksud :
a. Iman yaitu meyakini Islam
b. Amal yaitu melaksanakan Islam
c. Ilmu yaitu mempelajari Islam
d. Dawah/ jihad yaitu menyebarluaskan dan membela Islam
e. Sabar yaitu tabah dalam menjalani Islam.

Iman adalah keyakinan dalm hati dibuktikan dengan pernyataan lidah,


dibuktikan dengan pernyataan lidah, diwujudkan dalam amal perbuatan.
- Iman bikan satu yang hanya diucapkan dengan lidah (Qs. 2:8-9).
- Bukan semata-mata dalam amal (Qs. 4:142).
- Bukan hanya diaykini dalam hati (Qs. 27:14, 2:148).
Orang mukmin yang baik digambarkan dalam :
- Qs. An-Nisa : 65
- Qs. Al-Muminin : 51
- Qs. Al-Ahzab : 36
- Qs. Al-Anfal : 2-4
- Qs. Al-Hujurat : 15

2. Urgensi Aqidah Islam

22
- Aqidah adalah masalh fundamental yang menjadi titik tolak permulaan
seorang miskin.
- Jadi tegaknya aktivitas keIslaman dalam hidup dan kehidupan
seseoranglah
yang membuktikan dia memiliki Aqidah atau menunjukkan kualitas iaman
yang ia miliki.
- Tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepercayaan yang ia
miliki.
- Aqidah atau iman merupakan pelita hidup, tanah berpijak dan tali untuk
bergantung dalam menghadapi seribu satu masalah manusia.
3. Ruang Lingkup Aqidah dalam Rukun Iman, meliputi :
- Iman kepada Allah WST.
- Iman kepada para malikat Allah SWT.
- Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
- Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
- Iman kepada hari akhir/ Qiamat.
- Iman kepada Qodho dan Qodar.

4. Mengesakan Allah
Sekedar percaya akan wujudnya Tuhan belum cukup untuk menjadikan
seseorang itu Islam dan itu bukan prestasi.
Sebab kepercayaan itu sudah ada dengan sendirinya tertanam dalam hati
sejak menusia lahir, walaupun kedang-kadang tertutupi atau tidak.
Mengakui adanya Tuhan, tapi kadang dia sadar dalam keadaan kritis,
diancam maut, terterpa badai topan lantas dia mohon perlindungan Tuhan.
Watak seperti ini digambarkan dalam Al-Quran :
1. Qs. Yunus (10) : 22-23
2. Qs. Lukman (31) : 31-32
Bahkan ayat-ayat seperti ini diulang smapi 10 kali walaupun redaksinya
berbeda :
1) Qs. Al-Anam (6) : 63-64 5) Qs. Ar-Ruum (30) : 33
2) Qs. Al-Nahl (16) : 53-54 6) Qs. Az-Zumar (41) : 8 & 49
3) Qs. Al-Isra (17) : 67 7) Qs. Fuslihat (41) : 51
4) Qs. Al-Ankabut
Bahkan dalam ayat lain lebih ditegaskan bahwa manusia dengan sendirinya
sudah mengakui akan wujud dan kekuasaan Allah SWT.
Firman Allah : Qs. Al-Ankabut (29) : 61
Kalau kamu tanyai manusia, siapakah yang telah mencipatakan langit dan
bumi dan menundukkan matahari dan bulan mereka menjawab Allah .
Ayat-ayat semacam itu berulang kali disebutkan :
1) Qs. Al-Ankabut (29) : 63 4) Qs. Lukman (31) : 25
2) Qs. Ayunus (10) : 31 5) Qs. Az-Zuhruf (43) : 9
& 87
3) Qs. Al-Muminun (23) : 84-89 6) Qs. Az-Zumar (39) : 38

23
Jadi kepercayaan akan wujudnya Allah, Maha pencipta segalanya, sudah
sejiwa dengan manusia karena sudah ditanamkan Allah sebelum kita
dilahirkan ke muka bumi.
Contoh-contoh tanggapan yang berbeda tentang Tuhan :
1) Pandangan Primitif : Adanya tahayul, klenik, sihir. Dll.
2) Pandangan yang berkembang : Tuhan seperti manusia atau binatang.
3) Pandangan berkelompok : Tuhan pemimpin yang berpengaruh.
4) Pandangan modern : Tuhan brebentuk nabi, tokoh-tokoh dunia berupa
patung yang disembah.
Jadi kepercayaan dan kebutuhan penyembahan kepada Tuhan sudah ada
dengan sendirinya : Qs. Adzariat (51) : 56
Sedangkan watak pribadi seseorang bertingkat semakin berkualitas maka
pengungkapan penyembahannya juga semakin berkualitas.

Maka kesimpulannya : Seseorang tidaklah cuku[ dikatakan muslim hanya


sekedar percaya atau menyembah Tuhan. Karena orang yang dikatakan
kafirpun pecaya, bahwa Quran bercerita bahwa syetan pun percaya bahkan
pernah berdialog denag Allah SWT.
1) QS. Al-Baqarah (2) : 30-34
2) Qs. Al-Araf (7) : 12-18
Pada ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesalahan iblis
bukan karena tidak percaya akan wujudnya Allah, tetapi karena kesalahan
yang fatal yaitu sombong kepada Allah . Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :
Tidak akan masuk surga seseoarang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan walaupun sebiji atom .

Rasa kibir (membesarkan diri) ini adalah penyakit jiwa yang sengaja
ditularkan iblis kepada manusia sesuai dengan tekadnya yang disebutkan
dihadapan Allah SWT.
Kehidupan yang demikian banyak berkembang pada sikap manusia. Sikap
mengagungkan dan membanggakan nenek moyang, bangsawan, dll.
Sikap mengagungkan tanpa kritis sangat dicela oleh Allah Qs. Al-Maidah (5)
: 104.
Inilah sebabnya barangkali orang yang mampu berfikir scientific dan betul-
betul menguasai science tidak akan percaya tahayul, klenik, dll. Karena itu
hanyalah ilmu iblis.
Jadi yang paling utama dalam hubungan makhluk dengan Allah, bukan hanya
percaya akan wujud Allah saja tetapi ialah kepatuhan yang bulat hanya
kepada Allah SWT saja.

Inilah inti ajaran Islam yaitu mentauhidkan Allah atau mengesakan Allah.

24
Mentauhidkan ialah : meletakkan kedudukan Allah dan semua perintah-
perintahnya di atas segala-galanya terutama di atas kepentingan dan
keinginan pribadi.
Oleh karena itu mentauhidkan jauh lebih sukar daripada sekedar
mempercayai akan wujud Allah. Mentauhidkan Allah membutuhkan suatu
perjuangan yang berat dan kemampuan menghayati sikap bertauhid secara
tetap merupakan prestasi yang paling mulia, maka pantas mendapat pahala
yang besar.

BAB V
MERAIH QALBU CERDAS HIDUP MULIA DENGAN 7B

Kiat meraih qalbu cerdas hidup mulia dunia dan akhirat dapat ditempuh melalui 7B
(Berniat, Bertaubat, Berdoa, Berdzikir, Beribadah, Berzuhud dan Bertafakur
mengingat mati).
Qalbu yang cerdas sangat dibutuhkan dalam upaya menggapai kemuliaan hidup di
dunia maupun di akhirat nanti. Karena Pada hakikatnya hidup ini adalah sebuah ujian
untuk menyeleksi siapa yang paling baik amalnya diantara manusia, firman Allah
SWT



Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al
Mulk 67 : 2)

4.1. Berniat yang benar dalam segala aktivitas (QS. Al-Anam 7: 162)

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Innamalamaalu binniyyat (HR. Bukhari, Muslim)


Setiap amal tergantung pada niatnya

Niyyatul mumin khairun minamalihi (Al-hadits)


Niat orang mukmin lebih baik dari amalnya

25
Seseorang baru digolongkan sukses dunia akhirat sangat ditentukan dari segala
aktivitas kehidupan manusia yang diniatkan semata mata karena Allah SWT, sebab
amal yang diterima disisi Allah hanya yang berniat ikhlas karena Allah.Dengan niat
semua aktifitas menjadi terarah, amal tanpa niat tidak ada artinya disisi Allah,
niat harus dilaksanakan dihati dengan penuh keihklasan dan lillahitaala. QS
Albaqarah (2:264) dan QS. Al Insan (76:8-9)





Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah
dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir
*)
.

*)
mereka Ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak
pula mendapat pahala di akhirat.



Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan.
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.

4.2. Bertaubat dengan sungguh-sungguh


Manusia tidak lepas dari kesalahan dan dosa, maka orang orang yang beruntung
adalah orang orang yang bertaubat menyesali masa lalunya merubah diri untuk
hari esok lebih baik lagi, sehingga kesempatan sukses baik di dunia dan akhirat
masih menjadi harapan apabila ia senantiasa bertaubat atas perbuatan perbuatan
yang dilakukan pada masa yang telah lalu.Cara bertaubat dengan banyak mengucap
istighfar, berhenti dari perbuatan jelek, menyesali , berjanji tidak akan mengulangi
dan mengganti dengan perbuatan yang baik.
Rosulullah tidak kurang dari 70 kali sehari semalam beristighfar( Al-Hadits)
Taubat yang sesungguhnya adalah taubatannasuha sebagaimana firman Allah
dalam QS: An Nisa (4): 17-18

26






Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang
mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan*), yang Kemudian mereka bertaubat
dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula
diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi
orang-orang itu Telah kami sediakan siksa yang pedih.

*)
Maksudnya ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa
perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang
durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan
kejahatan Karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena dorongan
hawa nafsu.

Maka segeralah bertaubat kepada Allah jangan sampai terlambat seperti


terlambatnya Firaun bertaubat kepada Allah SWT
Hal ini dikisahkan dalam QS. Yunus (10) : 90-92)
Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun
dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila
Fir'aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada
Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal Sesungguhnya kamu Telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu**) supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.

**)
yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun
itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir
lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir.

4.3. Berdoa selalu kepada Allah

27
Manusia sebagai makhluq yang lemah sehingga senantiasa membutuhkan pertolongan
dari Allah SWT untuk menjaga kemuliaan hidup di dunia sampai akhirat, maka
setiap akan beraktifitas dimulai dengan berdoa kepada Allah SWT agar menjadi
bagian nilai ibadah. Sebagaimana sabda Nabi:
Doa adalah jantungnya Ibadah (Al Hadist)
Doa adalah pedangnya orang mumin (Al Hadist)
Doa merupakan salah satu bentuk ekpresi cita-cita dan harapan serta optimisme.

28
4.4. Berdzikir selalu kepada Allah
Pengertian
Dzikir berasal dari kata dzakara yang bisa bermakna: menyebut-nyebut (dengan
mulut), atau mengingat, mengenang, merasakan, menghayati (dengan qalbu). Metode
dzikir Jahri (nyata) dan dzikir Sirri (rahasia) dasarnya:

Dan rahasiakanlah (sirri) perkataanmu atau nyatakanlah (jahri), sehingga Dia Maha
Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada (QS. 67: 13)
Contoh dzikir jahri dilakukan mulut dengan menyebut bacaan-bacaan (lafadz):
Istighfar ASTAGHFIRULLAHALADHIM
Tasbih SUBHANALLAH
Tahmid ALHAMDULILLAH
Tahlil LAAILAHAILLALLAH
Takbir ALLAHUAKBAR
Dan lain-lain

Karenanya dzikir jahri nyata terdengar suaranya dan nyata terlihat getar bibir
mengucapkannya. Bila dilakukan berjamaah suara dzikir jahri kadang menggemuruh
menimbulkan rasa mencekam dan rendah di hadapan Allah SWT.

Hadist Nabi SAW tentang dzikir jahri:


Sesungguhnya bergemuruhnya suara orang berdzikir saat usai sholat fardlu betul-
betul terjadi di masa Rasulluloh SAW aku dapat mengetahui orang sudah usai sholat
(berjamaah di masjid Nabi) ketika kudengar suara dzikir itu (HR. Bukhori, Muslim,
Abu Daud dan Ahmad)
Dzikir sirri tidak menggunakan mulut melainkan dzauq (perasaan) dan syuur
(kesadaran) yang ada di dalam qalbu. Karenanya dzikir ini menjadi tersamar
(khaffiy) dan hanya pelaku dan Allah SWT saja yang mengetahuinya. Dalam dzikir
sirri orang mengingat Allah, merasakan kehadiran Allah, menyadari keberadaan
Allah, rasa dekat, bersahabat seakan melihat Allah. Itulah Ikhsan, dimana dalam
ibadahmu kamu melihat Allah atau setidaknya merasa sedang dilihat oleh Allah
SWT.
Inilah dzikir yang hakiki, sebab hubungan manusia dengan Allah SWT tidak
berhubungnan dengan tubuh jasmaninya melainkan dengan qalbunya.


Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berhubungan dengan manusia dengan
qalbunya (QS. 8: 24)

Saat melakukan dzikir sirri orang mengaktifkan qalbunya mengingat Allah sehingga
dirinya on-line (tersambung, wushuf) dengan Allah SWT. Saat itulah terjadi
penyerapan Nur Ilahi (divine light) ke dalam qalbu sehingga terjadi proses

29
pencerahan (enilightenment). Nur Ilahi yang menembus qalbu akan terpantulkan ke
otak yang menjadi pusat kendali tubuh manusia. Mekanisme biokimia dan bioelektrik
pada sel-sel otak akan dikendalikan oleh Nur Ilahi sehingga menimbulkan
gelombang-gelombang alpha yang menentramkan syaraf, membangkitkan kreativitas
sekaligus rasa cinta ke sekujur tubuh, menepis rasa takut dan cemas, mengganti
kekecewaan dengan harapan, kemarahan dengan kedamaian, malas dengan semangat.
Tersingkaplah tirai kebodohan (kayssyaf), terbukalah wawasan baru. Hadir di
hadapan teman kehidupan taqwa yang penuh pelangi mahabbah diharumi semerbak
ridho illahi.

Energi
Mag
hfira
h
Energi
Him
Nur Ilahi mengandung: mah
1.Energi Maghfirah, yang membakar hangus dosa-dosa di qalbu, menepis sesal,
Energi
menjungkal kecewa dan malas. Hida
2.Energi Himmah, kemauan kuat yang mendorong yah orang bekerja keras (work hard)
penuh semangat Energi
Rah yang mendorong orang bekerja
3.Energi Hidayah, petunjuk dan inspirasi kreatif
dengan cerdas (work smart) mah
Energi
4.Energi Rahman, energi cinta yang mendorong orang bekerja bersama dengan tulus
Baro
ikhlas (work heart) tanpa pamrih, terbatas dari nista moral
qah
5.Energi Barokah, semangat kemuliaan dengan harga diri, kemantapan pribadi yang
tangguh mengendalikan hawa nafsu dan godaan iblis

Maka jangan puas hanya dengan dzikir mulut, tembuskan dzikir ke dalam qalbu,
getarkan qalbu dengan rasa rindu kepada Allah, getaran yang juga menggoncang
sel-sel kelenjar hormon untuk aktif menjaga keseimbangan hormon di dalam tubuh.
Hormon adalah pengendali metabolisme tubuh. Dengan dzikir sirri metabolisme akan
berjalan lancar alamiah menimbulkan kehangatan dan daya tahan tubuh (immune)
terhadap berbagai penyakit.
Hidupkan qalbu dengan dzikir sirri.

4.5. Beribadah dengan benar


Ibadah Ritual / Mahdhah
Makna ibadah ritual menjadi potensi spiritual

30
Contoh ibadah ritual yang dilakukan dengan benar akan melahirkan potensi
spiritualitas hidup yang unggul:
A. SHOLAT
Pengertian Sholat
Sholat artinya doa, Ikatan (kata Silaturahmi) saling bertemu untuk mengikat kasih
sayang
Makna spiritual sholat:
1. Focus dan konsentrasi (Penyerahan diri kepada Allah SWT)


Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka
sembahlah aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingatku (Thoha (20):14
2. Latihan Disiplin
3. Doa Kepada Allah SWT
4. Ketenangan Batin
5. Latihan Hidup bersih
6. Latihan Hidup sehat
7. Hidup Bermasyarakat
8. Kepatuhan pada pemimpin ( Loyalitas )
9. Persamaan Derajat Manusia

B.PUASA
Pengertian Puasa : menahan diri/pengendalian diri (Imsak)
Makna spiritual puasa :
1. Manifestasi dari pernyataan iman
2. Menguasai hawa nafsu
3. Pelatihan disiplin
4. Pelatihan tabah dan sabar
5. Perisai dari godaan-godaan hidup
6. Menanamkan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan sodaqah
7. Menanamkan perasaan kasih sayang kepada fakir miskin
8. Puasa adalah sehat dalam arti kesehatan

C.ZAKAT
Pengertian:
Menurut bahasa: Suci, subur dan berkah.
Menurut istilah: Zakat adalah pemberian sebagian harta yang telah nishab kepada
mustahiqnya (yang berhak) sesuai dengan peraturan syara.
Makna spiritual zakat:
1. Menolong yang lemah
2. Mewujudkan pemerataan
3. Membersihkan jiwa yang kikir
4. Mewujudkan persaudaraan
5. Membersihkan dari hak orang lain

31
6. Mencegah bala dan musibah

D. HAJI
Pengertian:
Menurut bahasa: Menyengaja
Menurut istilah: Menyengaja mengunjungi baitullah untuk menjalankan ibadah.
Makna spiritual haji:
1. Pengabdian
2. Disiplin diri
3. Persaudaraan
4. Persamaan
5. Kesucian dan kebersihan
6. Pengorbanan

E.Ibadah Umum / Ibadah Ghairu Maghdhah


Pengertian:
Semua aktifitas manusia yang didasari karena iman dan mengharap ridho dari Allah
SWT serta sesuai dengan syariat Allah SWT.
Makna spiritual ibadah ghairu maghdhah:
Setiap aktivitas manusia sebagai khalifah di bumi yang didasari ibadah kepada Allah
akan melahirkan semangat dan kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat,
berguna dan mulia di dalam kehidupan di lingkungan manusia. Sebagaimana hadist
Nabi: Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (HR. Muslim)

4.6. Berzuhud (merasa tidak memiliki dan dimiliki sesuatu)


Sikap ini sangat penting karena orang yang hatinya melekat pada suatu materi itu
akan memperbudaknya.

Man ahabba syaian fahuwa abduuhu (barang siapa mencintai sesuatu maka dia
akan diperbudaknya) (Al Hadist)

Berzuhud dapat dapat diamalkan dengan rumus seperti tukang parkir dimana dia
tidak merasa memiliki antara yang datang dan yang pergi.
Karena sesungguhnya semua hanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Sebagaiman firman Allah:



Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

32
4.7. Bertafakur mengingat mati
Seseorang yang selalu mengingat mati dan siap untuk mati, dia akan tumbuh
kesadaran bahwa hidup di dunia sangat sebentar saja. Kesadaran ini akan
melahirkan betapa waktu hidup yang diberikan oleh Allah SWT sangat berharga dan
tidak akan lewat dengan sia-sia. Manusia yang memiliki qalbu yang cerdas dia akan
menggunakan waktu hidupnya dengan perbuatan yang positif, produktif dan menjaga
kemuliaannya dari dunia sampai akhirat.
Sebagaiman hadist Nabi: Orang yang hatinya cerdas adalah orang yang selalu
ingat mati dan siap mati
Kematian adalah suatu yang pasti dialami seluruh yang berjiwa, firman Allah SWT
QS. Ali Imran (3):185




Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

33
BAB VI
ETOS KERJA MULIA

1.Mengenal Hakekat Kerja Mulia


Hakekat kerja
Melakukan aktivitas
Fisik maupun mental
Tujuan mendapatkan kepuasan

Motif individu
Majemuk
Dapat berubah-ubah
Berbeda-beda
Beberapa motif tak disadari

Job performance
Hasil capaian dengan ukuran tertentu
Tidak produktif
Standart
Produktif

Needs hierarchy
Physiological needs
Safety needs
Social needs
Esteem needs
Self Actualization

Physiological needs
Sandang, Pangan
Tempat berlindung
Sex
Kesejahteraan individu
Kebutuhan dasar manusia

Safety needs
Aman waktu kerja
Aman harta yang ditinggal
Aman masa depan karyawan

Social needs
Diterima orang lain (ling & kerja)

34
Dihormati (dirinya penting)
Berprestasi
Ikut partisipasi

Esteem needs
Prestise
Prestasi
Simbol status

Self actualisation
Pengembangan diri
Mengejar prestasi
Berbuat yang terbaik
Optimalisasi kemampuan diri

Kebutuhan sekunder
Berprestasi (Achievement)
Bekerjasama (Affiliation)
Berkuasa (Power)

Model MARS
Perilaku Individu dalam Organisasi dan Kinerja

Nilai - nilai
Persepsi akan
peranan

Kepribadian Motivasi

Perilaku dan
Persepsi kinerja

Emosi dan sikap Kemampuan

Faktor faktor
situasional
Tekanan

35
2.Tipe-tipe Etos Kerja
Etos kerja samurai
Bersikap benar dan bertanggungjawab
Berani dan ksatria
Murah hati dan mencintai
Bersikap santun dan hormat
Bersikap tulus dan sungguh-sungguh
Menjaga martabat dan kehormatan
Mengabdi pada bangsa (Jansen)

Etos kerja Jerman


Bertindak rasional
Berdisiplin tinggi
Bekerja keras
Berorientasi sukses material
Tidak mengumbar kesenangan
Hemat dan bersahaja
Menabung dan investasi (Jansen)

Etos kerja Indonesia


Munafik (suka pura-pura)
Enggan tanggung jawab (cari kambing hitam)
Jiwa feodal (gemar upacarasuka dihormati, mementingkan status dari pada
prestasi)
Percaya takhayul (mistis, gaib)
Watak lemah (kurang yakin, plin plan, gampang terintimidasi)
Artistik dekat dengan alam
(Muchtar Lubis, 1977)

Etos kerja profesional


Rahmat, tulus penuh rasa syukur
Amanah, benar penuh tanggung jawab
Panggilan, tuntas penuh integritas
Ibadah, serius penuh kecintaan
Seni, cerdas penuh kreativitas
Kehormatan, tekun penuh keunggulan
Aktualisasi, keras penuh semangat
Pelayanan, paripurna penuh kerendahan hati

Etos kerja Rosululloh


Aktualisasi keimanan dan ketaqwaan
Tidak untuk menumpuk kekayaan duniawi
Kerja untuk meraih keridhoaan Allah SWT
Kerja, amal sholeh

36
Kerja, ibadah

Kerja (jihad fi sabilillah)


Kerja untuk menghidupi anak-anak yang masih kecil
Kerja untuk menghidupi orang tua yang sudah lanjut usia
Kerja untuk diri sendiri agar tidak meminta-minta

Kebiasaan efektif seorang karyawan muslim


Selalu proaktif, kreatif dan inisiatif
Niat Lillahitaala
Mengutamakan yang paling utama
Selalu berfikir positif
Selalu mendahulukan kepentingan bersama daripada diri sendiri
Selalu meningkatkan kualitas
3.Integritas Pribadi
Menghadapi masalah
Cara memandang kehidupan
Kedewasaan
Kepemimpinan
Menabung hubungan
Menjaga integritas pribadi

a. Menghadapi masalah
Bertindak Positif
Mencari akar masalah
Bicara langsung dengan orang yang bersangkutan
Bertindak menyelesaikan masalah
Bertindak Negatif
Negatif agresif:Marah, Emosional, Menghina,Melecehkan dan
intimidasi
Negatif pasif: Murung, sedih, kawatir, tertekan, mengurung diri dan
menarik diri

b.Cara memandang kehidupan


1. Generous growing (murah hati yang mengembangkan), Hidup ini dipenuhi
anugerah yang tiada habisnya:
Merasa aman dan bahagia
Senang berbagi dengan orang lain
Bahagia melihat orang lain tumbuh
Puas dapat membantu orang lain

2. Jealous limiting (iri hati yang membatasi), memandang bahwa anugerah dalam
kehidupan ini terbatas:
Sulit berbagi dengan orang lain

37
Selalu ingin lebih bila dibandingkan dengan orang lain
Selalu khawatir bila melihat orang lain sukses

c. Kedewasaan
Merupakan keseimbangan antara ketegasan dan kepedulian
KETEGASAN (pertimbangan akan pendapat dan perasaannya sendiri)
KEPEDULIAN (pertimbangan akan pendapat dan perasaan orang lain)

d. Kepemimpinan
1. Kejujuran
2. Punya visi
3. Memberi inspirasi
4. Kompetensi
5. Keterbukaan
6. Kedewasaan
7. Konsisten/penuhi janji
8. Pelihara kepercayaan

e. Menabung hubungan
Senyum
Membantu orang lain aktualisasi
Memahami orang lain seutuhnya
Memberi penghargaan atas keberhasilan orang lain
Memenuhi janji
Rela menyatakan maaf
Memberi kejutan yang menyenangkan
f. Menjaga integritas pribadi
Integritas tinggi: Percaya A, katakan A dan tindakan A
Integritas rendah, misal: Mengeluh dan menegur orang lain terlambat, diri
sendiri terlambat

4.Kiat Etos Kerja Berkualitas/Mulia


Etos kerja
Etos : sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi
seseorang,sekelompok orang atau sebuah institusi..(Webster Dictionary)

Adalah sehimpunan PERILAKU KERJA yang lahir sebagai buah dari KEYAKINAN
dan total pada paradigma kerja tertentu (Jansen H. Sinamo- Pengembangan SDM
Institut Mahardika)

Pilihan hidup
MENCINTAI PEKERJAAN atau MENGELUH SETIAP HARI
Jika tidak bisa mencintai pekerjaan, maka hanya ada 5-ng :
Ngeluh

38
Ngedumel
Ngegosip
Ngomel
Ngeyel

Masalah dengan semangat kerja?


Dont worry anda tidak sendirian
Banyak orang lain punya masalah serupa
Hampir semua orang mengalami gairah kerja melorot.

Delapan etos kerja profesional


1.Etos pertama : Kerja adalah rahmat
Apapun pekerjaan kita adalah rahmat dari Allah SWT
Bakat dan kecerdasan adalah anugerah
Ada manfaat lain karena kerja
2.Etos kedua : Kerja adalah amanah
Apapun pekerjaan kita semua adalah amanah
Amanah, menjadikan kerja sepenuh hati & jauh dari tindakan tercela

3.Etos ketiga : Kerja adalah panggilan


Semua Profesi adalah Darma
Jika didasari panggilan , Im doing my best
Tidak akan merasa puas jika hasil karya kurang baik mutunya

4.Etos keempat : Kerja adalah aktualisasi


Apapun profesi kita adalah bentuk aktualisasi
Cara terbaik mengembangkan potensi diri
Membuat kita merasa ada
Aktualisasi diri , bagian dari psikososial manusia

5.Etos kelima : Kerja adalah ibadah


Semua pekerjaan Halal adalah Ibadah
Kesadaran sebagai Ibadah akan membuat Ikhlas

6.Etos keenam : Kerja adalah seni


Apapun profesi kita adalah seni
Seni menjadi enjoy

7.Etos ketujuh : Kerja adalah kehormatan


Apapun pekerjaan kita, adalah sebuah kehormatan
Jika bisa menjaganya, kehormatan yang lebih besar akan datang

8.Etos kedelapan : Kerja adalah pelayanan


Bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama

39
Rahmatan lil alamin

9.Dua Pilihan : Cinta atau Kecewa


Kerja bukan hanya untuk mencari makan tapi juga MAKNA

30-40 Tahun
bekerja
Pensiu
n

Manul
a

Pulang keharibaan Allah


SWT

40
DAFTAR PUSTAKA

Al-quran terjemah. Depag RI


Aa Gym, Fenomena Daarut Tauhid, Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu,
Bandung: Penerbit Mizan, 2002
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Syetan,
Jakarta: PT. Darul Falah, 2005
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Roh Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002
Asad Moch., Psikologi Industri,
Baker Gary S., Human Capital,
Bakran Adz-Azakariey, Hamdani. Prophrtic Intelligence, Kecerdasan Kenabian,
Yogyakarta : Penerbit Islamika, 2004
Darodjat Zakiyah, Kesehatan Mental,
Janita Dewi Ike, Maximum Motivation,
Mustofa Agus, Pusaran Energi Kabah, Sidoarjo: PT Padma Padang Mahsyar
Tasmara, Toto, K.H. Kecerdasan Ruhaniah, Jakarta : Gema Insani 2001
Wahfiudin, Pesantren Qalbu, Semarang : 2004

41

Anda mungkin juga menyukai