1. Organisasi
a. Penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan haji di tingkat pusat
adalah Direktur Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan RI.
b. Penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraa n kesehatan haji di wilayah provinsi
adalah kepala dinas kesehatan provinsi.
c. Direktorat Jenderal PPM & PL
1) Membentuk Tim Penyelenggaraan Kesehatan Haji Embarkasi/ Debarkasi atas usul
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat
2) Memberikan bimbingan, pembinaan, evaluasi dan menetapkan standarisasi
pelaksanaan
3) penyelenggaraan kesehatan haji di dinas kesehatan : provinsi, kabupaten/kota dan
seluruh embarkasi/ debarkasi haji.
4) Menerima, mengolah, menganalisis dan menyelesaikan masalah yang timbul atau
terjadi di daerah.
5) Menyusun pedoman yang diperlukan.
d. Tim Penyelenggara Kesehatan Haji di Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji
1) Penanggung jawab penyelenggaraan kesehatan haji di pelabuhan embarkasi/
debarkasi haji adalah Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diba ntu oleh
unsur-unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Rumah
Sakit Rujukan, Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan atau Balai
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), Badan Litbangkes (Khusus
Embarkasi/ Debarkasi Jakarta).
2) Melaksanakan upaya pengawasan sanitasi, pemeriksaan kesehatan akhir,
pelayanan kesehatan terbatas (Poliklinik), surveilans penyakit dan pelayanan
rujukan ke rumah sakit yang ditunjuk.
e. Tim Penyelenggara Kesehatan Ibadah Haji Khusus
Penanggung jawab pemeriksa an kesehatan ibadah haji khusus yaitu dinas
kesehatan provinsi bekerjasama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan
embarkasi/debarkasi haji dibawah koordinasi Direktorat Jenderal PPM & PL.
2. Penyelenggaraan di Indonesia
a. Pengorganisasian kesehatan haji menjadi satu dalam struktur organisasi yang ada di
masing -masing jenjang administrasi kesehatan, di puskesmas, di dinas kesehatan
kabupaten/ kota dan di provinsi.
b. Untuk pelaksanaannya ditunjuk atau ditetapkan pengelola kesehatan haji pada
puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten / kota oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten / kota yang bersangkutan. Sedangkan untuk pengelola kesehatan haji di
dinas kesehatan provinsi ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan provinsi.
a. Pada saat operasional haji pengorganisasia n dalam penyelenggaraan haji mengikuti
organisasi kepanitiaan yang berlaku sesuai dengan ketentuan.
4) Di Pesawat
Pelayanan medis di pesawat dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan Kloter
a. Memeriksa kelengkapan obat yang disediakan di pesawat.
b. Melakukan visite secara berkala kepada cal on jemaah haji risti.
c. Memberikan pengobatan kepada jemaah haji sakit.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi dampak peningkatan
tekanan udara dan mabuk dalam perjalanan.
e. Membuat Certificate of Death (COD) bagi calon/ jemaah haji yang wafat.
3. Di Arab Saudi
Pelayanan medis di Arab Saudi dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan di
kloter serta PPIH di Arab Saudi bidang kesehatan sesuai daerah kerja
a) Pelayanan kesehatan dapat diperole dari tenaga keseatan kloter (TKI Kloter) untuk
taun ini (1427 H) dikembangkan pelayanan kesehatan di setiap makhtab berupa klinik
makhtab. Klinik makhtab akan melayami kebutuhan pelayanan kesehata rawat jalan
dan kegawat-daruratan. Disiapkan 76 klinik makhtab.
b) Bila diperlukan pelayanan kesehatan lanjut, dapat dirujuk ke BPHI Sektor. Disediakan
9 BPHI Sektor di Makkah dan 4 BPHI Sektor di Madinah di setiap Daker (daerah
kerja), disediakan juga sarana BPHI Daker yang dapat menampung perawatan lebih
dari 400 tempat tidur. Bila pelayanan yang disiapkan belum mapu memenuhi
kebutuhan, maka dapat dilakukan rujukan ke rumah sakit Arab Saudi. Tersedia
ambulance yang memenuhi klasifikasi international.
c) Selama proses Arafah dan Mina, disiapkan BPHI Arafah dan Mina. BpHI beroperasi
selama masa tersebut.
2.2 Penyakit-Penyakit Global Haji
a. Kelembaban (Hunmiditas)
Kondisi udara di dalam kabin bertekanan pada tempat penumpang berada, yang setara
dengan kondisi udara pada ketinggian 5000--8000 kaki, kelembaban (humiditas)-nya adalah
40--50%. Lebih kering dari kelembaban udara daerah-daerah dekat pantai yang mempunyai
kelembaban 80-90%.
b. Udara kering:
Kelembaban yang rendah atau udara kering akan memudahkan penguapan dari
keringat melalui pori-pori kulit tubuh sehingga tanpa disadari ternyata tubuh telah kehilangan
banyak cairan tubuh, hal ini akan lebih berbahaya bila terjadi pada orang lanjut usia.
Kehilangan keringat di lingkungan udara yang kering tidak disadari sehingga dapat
mengancam kesehatan tubuh. Apalagi bila disertai jumlah urine yang bertambah banyak
akibat udara yang dingin, akan sangat berbahaya pada kondisi fisik dan fisiologi tubuh
jemaah haji lanjut usia.
c. Dehidrasi:
Penguapan keringat disertai pengeluaran urine yang berlebihan, apalagi jika tidak
diimbangi dengan minum secukupnya maka akan terjadi dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan
dimana tubuh calon jemaah haji (penumpang) kehilangan dan kekurangan cairan (yang
diikuti pula dengan kehilangan dan berkurangnya garam tubuh).Adapun gejalanya adalah otot
pegal, haus dan lainlain.
Menanggulanginya adalah dengan minum secukupnya, menghabiskan makanan yang
dihidangakan oleh pramugari dan memakai krim kulit atau salep
vaseline.
Penyakit Lainnya
Pada tahun 2003 mutasi corona virus yang baru menyebabkan pandemi severe
acute respiratory syndrome (SARS) atau corona virus pneumonia (CVP). Setelah itu,
muncul kasus hebat di kawasan Asia, Eropa dan Amerika Latin, yakni flu burung.22
Kasus SARS (severe acute respiratory syndrome) atau sindrom pernapasan akut berat
pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong (China) pada bulan November 2003.
Severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi pada jaringan paru
manusia.
Penyakit SARS ini mempunyai tingkat penularan yang tinggi terutama di antara
petugas kesehatan yang selanjutnya menyebar ke anggota keluarga dan pasien-pasien
rumah sakit.Angka kematian di antara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%.Hingga saat
ini SARS dilaporkan telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan ditemukannya
penderita yang dicurigai SARS. Dengan kenyataan di atas maka pada tanggal 15 Maret
2003, WHO menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat)
yang harus mendapat perhatian dari semua negara di dunia.23
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas dan berbatasan
dengan negara-negara terjangkit dan negara tempat ditemukannya penderita
SARS.Keadaan ini menjadi ancaman terhadap masuknya penyakit ini ke wilayah
Indonesia dan didukung oleh banyaknya jalur transportasi langsung dengan daerah-daerah
di Indonesia.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan diri
dan lingkungan, mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin serta menghindari
berpergian ke daerah-daerah yang dilaporkan terjadi wabah SARS.
B. Meningitis
a. Pengertian
Meningitis meningokokus adalah penyakit menular yang sering terbawa oleh
jamaah haji Indonesia.Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang menyerang selaput
otak atau sumsum tulang (meningens) yang terjadi secara akut dan cepat
menular.Penyakit ini bisa mangakibatkan kematian dan apabila pasien sembuh bisa
menimbulkan kecacatan seperti hilang pendengaran atau tuli, tidak bisa melihat atau buta
dan mungkin juga bisa menderita penyumbatan aliran LCS (hidrosefalus). Sejarah
mencatat bahwa pada tahun 1989 pernah terjadi infeksi pada jemaah haji asal Indonesia
sebanyak 99 kasus ketika menunaikan ibadah haji dan jumlah yang meninggal pada
waktu itu 40 orang. Penyakit ini sangat mudah menyebar melalui kontak sekret atau
lendir di saluran pernafasan, bisa berupa ingus, ludah ataupun dahak.Maka perlu adanya
kewaspadaan dini agar penyakit ini tidak menyebar lagi pada jamaah haji.Biasanya wabah
ini terjadi pada musim panas yang panjang dan kering. Perbedaan suhu tubunh dengan
lingkungan serta pengaruh udara di sekitar akan mempengaruhi sel-sel tubuh yang berada
dalam rongga mulut dan hidung, sehingga sel-sel tersebut lebih mudah rusak. Kondisi ini
akan mempermudah masuknya bakteri ke dalam tubuh, kemudian akan menyebar ke
dalam darah dan menyebabkan peradangan selaput otak atau meningitis. Hal ini perlu
diwaspadai oleh petugas kesehatan haji, terutama apabila musim haji terjadi pada musim
panas seperti saat ini.Selalu ingatkan jemaah haji untuk menjaga kesehatannya.
b. Gejala
Gejala penyakit meningokokus tidak spesifik tetapi mungkin termasuk demam,
sakit kepala, kekejangan leher, sakit sendi, ruam dengan bintik atau lebam ungu, kurang
senang dengan cahaya cerah dan muntah secara mendadak. Tidak semua gejala akan
timbul sekaligus. Anak-anak kecil mungkin mengalami gejala yang kurang spesifik.Ini
mungkin termasuk lekas marah, sulit bangun, tangis nyaring, dan menolak makan.
Ruam meningokokus yang biasa tidak terhapus dengan sedikit tekanan pada
kulit.Tidak semua orang yang menderita penyakit meningokokus mengalami ruam atau
ruam mungkin terjadi secara lambat dalam penyakit ini.Adakalanya gejala biasa mungkin
timbul setelah gejala yang kurang spesifik termasuk sakit kaki, tangan dingin dan warna
kulit tidak normal.
c. Patogenesis
Kuman N. meningitidis masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran nafas
bagian atas.Umumnya wabah Meningitis meningokokusterjadi pada musim panas yang
panjang dan kering. Perbedaan suhu tubuh dan udara dilingkungannya serta pengaruh
udara yang kering dapat menyebabkan kerusakan sel (lesi epithel mukosa) karena
terjadinya denaturalisasi pencairan selaput lemak sel sehingga terjadi kerusakan
mitochandria yang akan mengakibatkan terjadinya metabolik asidosis dan hypoxia
cellulair. Kondisi ini akan mempermudah masuknya bakteri kedaiam tubuh yang
kemudian akan berkembang biak di selapt nasofaring orang yang terpajan. meningitis
dapat berkembang menjadi dua
kemungkinan yaitu:
d. Cara Penularan
Kuman penyebab meningitis akan dapat hidup aktif bila berada dalam tubuh
manusia, kuman ini akan berkembang biak di daerah nasofaring sebelum menyebar
melalui pembuluh darah kemudian menyerang selaput otak dan selaput sumsum
tulang. Kuman meningitis akan mati apabila berada diluar tubuh manusia, bila terkena
pengeringan dan terkena sinar matahari, namun kuman ini tahan terhadap pembekuan
ataupun udara dingin. Jalur penularan yang paling sering adalah melalui kontak
misalnya melalui bersin atau batuk atau sekret yang tidak sengaja terpegang.Pada saat
kondisi haji atau saat pelayanan haji penularan bisa karena tinggal bersama di asrama,
berbagi alat makan, sikat gigi dan mungkin rokok.Sehingga bila ada satu orang
jemaah sakit meningitis, maka seluruh pemondokan harus dilakukan pemeriksaan.
f. Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan oleh para jemaaah haji yang akan berangkat
menunaikan ibadah haji : Pemberian Vaksin meningitis maksimal 10 hari sebelum
keberangkatan, kecuali jemaah haji hamil Memelihara kebersihan diri dan lingkungan
(sampah dan ventilasi) yang baik Tidak berbagi alat makan dan minum dan juga alat-
alat untuk kebersihan badan dengan orang lain Makan makanan yang bergizi, cukup
minum dan cukup istirahat Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau
minum dan juga setelah bersin atau batuk dengan kertas bersih yang menyerap cairan
kemudian membuangnya ke tempat sampah Mengenakan masker saat keluar
pemondokan dan ketika sakit, kecuali sedang ihram. Menghindari tempat umum yang
ramai dan berdesak-desakan yang tidak ada kaitannya dengan prosesi ibadah haji,
terutama bila dalam keramaian tersebut ada orang yang sakit batuk atau pilek
Menghindari kontak percikan air ludah, dahak ingus dan cairan bersin dari orang lain
Berusaha menghindari kontak dengan pasien yang suspek meningitis. Sejak
diberlakukannya vaksinasi meningitis pada jemaah haji, hampir tidak ada jemaah haji
yang terkena meningitis. .
C. MERS
Novel corona virus atau disebut juga MERS (Middle East Respiratory
Syndrome) adalah virus yang menyerang pernapasan, yang pertama kali muncul di
Timur Tengah seperti Yordania, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi baru pada tahun
2012. Hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau antivirus dari virus corona ini.
Ciri-ciri orang yang dicurigai terinfeksi virus corona (MERS-NCoV) dari ringan
hingga
berat meliputi:
a. Demam lebih dari 38oC disertai batuk
b. Memiliki riwayat perjalanan ke semenanjung Arab atau negara-negara tetangga
dalam waktu sepuluh hari sebelum mulai sakit
c. Laju pernapasan, yaitu jumlah tarikan dan hembusan nafas, lebih dari 30 kali /
menit
d. Mengalami kelainan pada saluran pernapasan yang menyebabkan kesulitan
dalam bernapas
Karena sampai saat ini belum ada antivirus yang dapat menyembuhkan infeksi
virus corona, pencegahan yang dilakukan saat kita berada di daerah infeksi antara lain:
a. Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b. Tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin
c. Menggunakan masker untuk penutup saluran pernapasan
d. Biasakan cuci tangan pakai sabun (CTPS)
e. Memperhatikan asupan gizi, mengkonsumsi vitamin, dan istirahat cukup
E. Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (lebih dari 3 kali dalam
sehari) dengan kepadatan tinja yang lebih lunak (encer) dari biasanya. Diare ditularkan
lewat lalat lewat makanan atau minuman yang tidak terjaga kebersihannya dan
mengandung kuman. Makanan basi juga dapat menyebabkan diare karena kemungkinan
sudah mengandung kuman penyebab penyakit diare. Jika sudah mengalami diare,
hendaknya segera saja mengambil tindakan dengan banyak minum cairan, supaya tidak
terjadi dehidrasi (kekurangan cairan) karena kehilangan cairan tubuh. Kebanyakan kasus
diare disebabkan oleh virus yang tidak membutuhkan antibiotik.
Beberapa cara untuk mencegah diare antara lain:
a. Cuci tangan menggunakan sabun setiap akan makan dan setelah buang air besar
b. Pilih makanan yang bersih dan dikemas dengan baik (rapat, disegel) dan perhatikan
tanggal kadaluarsanya
c. Apabila ingin membeli makanan di rumah makan, pilihlah yang terpercaya
kebersihannya
d. Jika hendak menyantap makanan yang disediakan oleh catering, perhatikan kondisi
makanan, apakah masih baik, berlendir, bau, atau basi
e. Pilihlah jamban atau WC (toilet) yang bersih. Jika perlu, bawa tisu dan air bersih
sendiri.
F. Penyakit Kulit
Musim haji tahun ini bertepatan dengan musim panas di Saudi Arabia dan suhu
tertinggi tercatat sekitar 420C 44,50C, dengan rata-rata suhu harian sekitar 28,20C -
33,30C. Ini juga dapat menimbulkan beberapa permasalahan penyakit pada kulit seperti
kulit kering, bibir pecah-pecah, dan jerawat.
Agar terhindar dari penyakit kulit tersebut hendaknya melakukan pencegahan sebagai
berikut:
a. Membersihkan muka. Kulit yang bersih adalah kunci dari kesehatan kulit. Banyaknya
produksi minyak dan keringat ditambah debu yang menempel membuat kulit kotor.
Untuk itu, kulit harus dibersihkan lebih rutin. Boleh menggunakan susu pembersih
atau sabun.
b. Menggunakan lotion atau sunblock agar membantu kulit tetap lembab
c. Banyak minum air putih agar tidak dehidrasi sehingga kulit tetap segar
d. Banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran sebagai sumber vitamin, mineral,
dan sumber-sumber antioksidan. Hal ini untuk mengurangi radikal bebas yang
semakin banyak di musim panas.
Deteksi dini memahami bahwa diperlukan kajian secara terus menerus dan sistematis
terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi Kejadian Luar Biasa [KLB] di kloter. Tujuan
kegiatan deteksi dini terutama untuk mengetahui potensi ancaman KLB. Sedangkan potensi
yang dapat kita gunakan untuk menilai ini, kita pergunakan data yang bersumber dari
surveilans terpadu penyakit dan jejaring surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.
Kemudian berdasarkan kajian epidemiologi tersebut, kita dapat merumuskan suatu peringatan
kewaspadaan dini KLB di kloter dan pada periode waktu tertentu. Terdapat beberapa jenis
kegiatan dalam usaha deteksi dini KLB. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan
terhadap KLB, antara lain meliputi kegiatan :
Tindakan Segera Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan
Keracunan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu
KLB penyakit menular dan keracunan, dan apabila terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi
dini dan diikuti dengan respon penanggulangan KLB sehingga jumlah penderita dan
kematian minimal serta KLB dapat ditanggulangi. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
KLB Penyakit Menular dan Keracunan bagi Jamaah Haji terdiri dari :
2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan imunisasi dan peningkatan daya
tahan jamaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku jamaah haji.
3. Penanggulangan KLB.
Langkah-langkah Antisipasi:
2. Berkoordinasi dengan sektor setempat agar sektor ikut berperan juga menyampaikan
pesan-pesan kesehatan ke para jamaah.