Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insufisiensi katup trikuspidalis merupakan gangguan fungsi katup trikuspid, berupa penutupan katup tidak semp
urna sehingga menyebabkan darah mengalir kembali ke dalam atrium kanan; biasanya akibat dari tekanan yang
berlebihan pada jantung bagian kanan.
Insufisiensi katup trikuspidalis pada umumnya sering disebabkan oleh kebiasaan yang tidak sehat dan beberapa
faktor resiko misalnya ASD, penyakit jantung rematik, infark miokard, hipertiroid dan lain-lain. Seperti ganggua
n pada sistem kardiovaskuler yang lain, pasien yang mengalami insufisiensi katup trikuspidalis akan mengataka
n nyeri dada sebagai keluhan utamanya.
Perjalanan penyakit Insufisiensi katup trikuspidalis harus diketahui, baik penyebab maupun gejala bahkan komp
likasinya. Sehingga, tenaga kesehatan khususnya perawat perlu memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai g
ejalanya dan juga untuk menghindari resiko komplikasi yang lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi jantung?
2. Apa yang dimaksud insufisiensi katup trikuspidalis?
3. Bagaimana etiologi insufisiensi katup trikuspidalis?
4. Bagaimana patofisiologi insufisiensi katup trikuspidalis?
5. Apa saja komplikasi insufisiensi katup trikuspidalis?
6. Bagaimana manifestasi klinis insufisiensi katup trikuspidalis?
7. Bagaimana web of caution dari insufisiensi katup trikuspidalis?
8. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan insufisiensi katup trikuspidalis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kardiovaskuler II
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi jantung
2. Untuk mengetahui yang dimaksud insufisiensi katup trikuspidalis
3. Untuk mengetahui etiologi insufisiensi katup trikuspidalis
4. Untuk mengetahui patofisiologi insufisiensi katup trikuspidalis
5. Untuk mengetahui komplikasi insufisiensi katup trikuspidalis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis insufisiensi katup trikuspidalis
7. Untuk mengetahui web of caution dari insufisiensi katup trikuspidalis
8. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan insufisiensi katup trikuspidalis

1.3 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai anatomi fisioligi jantung pada insufisiens
i katup trikuspidalis, maksud, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, web of caution dan pemberi
an asuhan keperawatan pada insufisiensi katup trikuspidalis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG


A. Bagian-Bagian Jantung
Jantung adalah organ muskular berongga yang bentukya menyerupai piramid atau jantung pisang dan merupaka
n pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastinum (Syaifu
ddin, 2009:165).
Sifat-sifat jantung ada 4, yaitu otomatisitas, rhythmicity, konduktivitas dan kontraktilitas (hukum frank starling).
Bagian-bagian jantung meliputi basis kordis yaitu bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembu
luh darah besar (aorta ascendens, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena cava superior); dan apeks kordis
yaitu bagian bawah jantung yang berbentuk kerucut, letaknya cenderung ke kiri.
Penyokong utama jantung adalah paru yang menekan jnatung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah besar yang keluar dan masuk jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah (Syaifuddin,201
1:314).
Faktor yang memengaruhi kedudukan jantung, yaitu: faktor umur, bentuk rongga dada, letak diafragma dan peru
bahan posisi tubuh.
1) Otot Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunter sehingga dapat berkontraksi secara ritmis dan otomatis. Otot jantung h
anya terdapat di miokard (lapisan otot jantung) dan dinding pembuluh darah. Gambaran umumnya berupa serat-
seratparalel dengan banyak guratan melintang, terdapat jaringan ikat halus pada endomesium, mengandung pem
buluh darah kecil dan pembuluh getah bening. Miofilamen mengandung aktin dan miosin yg sama dengan otot r
angka.
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu:
99% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanisyaitu memompa.
Sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan potensial aksi yang bertanggung jawab
untuk kontraksi sel-sel pekerja
2) Kontraksi Otot Jantung
Sel-sel otot jantung mengalami modifikasi dan membentuk sistem hantar rangsang yang mengatur denyut jantun
g. Rambatan rangsang terjadi dari satu sel otot jantung ke sel otot lainnya.
3) Regenerasi Otot Jantung
Otot jantung lebih tahan trauma bila dibandingkan dengan otot lain yang sejenis akan tetapi tidak terdapat tanda-
tanda regenerasi jika terjadi cedera. Otot jantung yang rusak diperbarui dengan meninggalkan suatu jaringan par
ut.
4) Lapisan Jantung
a. Perikardium perikardium viseral dan parietal
b. Miokardium tersusun dari otot atria, otot ventrikel dan otot atrioventrikuler
c. Endokardium diliputi oleh membran yang terdiri dari jaringan endotel
5) Permukaan Jantung
Permukaan jantung (fasies kordis) terdiri dari 3 lapis, yaitu fasies sternokostalis (berbatasan dengan dinding dep
at toraks), fasies dorsalis (berbatasan dengan mediastinum posterior),dan fasies diafragmatika (berbatasan deng
an sentrum tendinium diafragma)

6) Tepi Jantung
Tepi jantung (margo kostalis) terdiri atas dua lapis yaitu margo dekstra dan margo sinistra.
1. Margo dekstra : lapisan ini dibentuk oleh dinding atrium dekstra dan dinding ventrikel dekstra. Selain itu, la
pisan ini juga memisahkan fasies sternokostalis dengan fasies diafragmatika sebelah kanan.
2. Margo sinistra : lapisan ini dibentuk oleh dinding atrium sinistra (bagian atas) dan dinding ventrikel sinistra
(bagian bawah), serta memisahkan fasies sternokostalis dengan diafragmatika sebelah kiri.
7) Alur Permukaan Jantung
Alur pada permukaan jantung ada tiga jenis yaitu sulkus atrioventrikularis, sulkus longitudinalis anterior, dan su
lkus longitudinalis posterior.
1. Sulkus atrioventrikularis : alur yang mengelilingi atas dan bawah basis kordis
2. Sulkus longitudinalis anterior : alur ini terdapat pada fasies sternokostalis mulai dari celah diantara arteri p
ulmonalis dengan aurikula sinistra sampai dengan apeks kordis
3. Sulkus longitudinalis posterior : alur ini terdapat pada fasies diafragma kordis mulai dari sulkus koronarius
dekstra yang bermuara ke vena kava inferior menuju apeks kordis
8) Ruangan pada Jantung
1. Atrium dekstra
Atrium dekstra terdiri atas rongnga utama dari aurikula diluar, sedangkan bagian dalam membentuk suatu rigi kr
isata terminalis. Pada bagian utama atrium yang terletak posterior terhadap rigi terdapat dinding halus yang seca
ra embriologis berasal dari sinus venosus. Bagian atrium yang terletak didepan rigi mengalami trabekulasi akiba
t berkas serabut otot yang berjalan dari Krista terminalis.
Muara yang terletak pada atrium kanan adalah sebagai berikut.
a. Vena kava superior
b. Vena kava inferior
c. Sinusa koronarius
d. Sinus atrioventrikuler dekstra
Sisa fetal pada atrium kanan setelah masa perkembangan adalah fossa avails dan anulus ovalis. Dua struktur ya
ng terletak pada septum interatrial ini memisahkan atrium kanan dengan atrium kiri. Fossa ovalis merupakan lek
ukan dangkaln tempat foramen ovale pada fetus dan anulus ovalis membentuk tepi yang merupakan septum pad
a jantung embrio.
2. Ventrikel Dekstra
Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikuler dekstrum dan dengan traktus pulmonalis mel
alui osteum pulmonalis. Lapisan dinding ventrikel dekstra jauh lebih tebal dari pada atrium dekstra.
3. Atrium Sinistra
Atrium sinistra terdiri atas rongga utama dan aurikula yang terletak dibelakang atrium dekstra dan membentuk s
ebagian besar basis (fasies posterior). Pada bagian belakang atrium sinistra terdapat sinus ibligue pericardium se
rosum dan pericardium fibrosum. Bagian dalam atrium sinistra dan bagian atrikula mempunyai rigi otot seprti a
urikula kanan. Muara atrium sinistra vena pulmonalis dari masing paru-paru bermuara pada dinding posterior da
n tidak mempunyai katup, osteum ventrikuler sinistra yang dilindungi oleh valvula mitralis.
4. Ventrikel sinistra
Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan aorta melalui osteum aorta. Din
ding ventrikel kiri tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Tekanan darah intraventrikuler sinistra enam kali leb
ih tinggi dibandingkan dengan tekanan dari ventrikel kanan.

9) Katup Jantung
Kasron (2011:14) mengatakan bahwa katup jantung berfungsi untuk mem-pertahankan alirah darah searah melal
ui bilik-bilik jantung. Ada 2 jenis katup jantung : katup atrioventrikularis (AV) dan katup semilunaris.
1. Katup atrioventrikularis
Daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup atrioventrikularis terdiri dari dua yaitu, katup trikus
pidalis dan katup bikuspidalis. Katup trikuspidalis yang terletak antara atrium dan ventrikel dextra mempunyai 3
buah daun katup. Katup bikuspidalis (katup mitral) memisahkan atrium dan ventrikel sinistra, merupakan katup
dengan dua buah daun katup.
Daun katup dari kedua katup ini tertambat melalui berkas-berkas tipis jaringan fibrosa yang disebut korda tendin
ae. Kordatendinae akan meluas menjadi otot papilaris, yaitu tonjolan otot pada dinding ventrikel. Kordatendinae
menyokong katup pada waktu ventrikel berkontraksi untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam atriu
m. Apabila kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan, maka darah akan mengalir kembali ke dalam
atrium jantung sewaktu ventrikel berkontraksi.
2. Katup Semilunaris
Katup semilunar terdiri dari dua katup yaitu katup aorta dan katup pulmonalis. Kedua katup semilunar sama ben
tuknya; katup ini terdiri dari 3 daun katup simetris yang menyerupai corong yang tertambat kuat pada annulus fi
brosus. Katup aorta terketak antara ventrikel sinistra dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak antara ventr
ikel dextra dan arteri pulmonal. Katup semilunar mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteri pulmonal
ke dalam ventrikel, ventrikel dalam keadaan istirahat.

Tepat di atas daun aorta, terdapat kantung menonjol dari dinding aorta dan arteri pulmonalis yang disebut sinus
valsava. Muara arteri koronaria terletak di dalam kantung-kantung tersebut. Sinus-sinus ini melindungi muara k
oronaria dari penyumbatan oleh daun katup, padawaktu katup aorta terbuka.
10) Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut saraf simpatis, parasimpatis, dan system saraf autonom melalui leksus kardiakus
. Saraf simpatis berasal dari terungkus simpatikus bagian servikal, torakal, akan tetapi bagian atas saraf simpatis
berasal dari nervus vagus. Serabut aferen post ganglion berjalan ke nodus sinus atrialis dan nodus atrioventrikul
aris yang tersebar ke bagian jantung yang lain. Serabut aferen berjalan bersama nervus vagus dan berperan seba
gai reflek kardiovaskular yang berjalan bersama saraf simpatis.

B. Fisiologi Jantung
Fungsi jantung yaitu : 1)Circulatory Function : Berfungsisebagaisirkulasiumumbersamapembuluhdarahdan v
olume darah.
2)Cardiac Function : Termasuk myocardium,katupdansistimkonduksi.

1) Sistem Sirkulasi
Komponen sistem sirkulasi adalah 1) jantung sebagai pemompa; 2) pembuluh darah sebagai saluran distribusi d
arah; dan 3) darah sebagai medium transportasi
a. Sirkulasi Pulmonal
Pembuluh darah yang terlibat ialah pembuluh pembuluh yang mengangkutdarahantarajantung paru.

Vena kavaatrium kananmelaluikatuptrikuspidalisventrikelkananmelaluikatup semilunarpulmonalarteripul


monalisparu-paruvena pulmonalis.
b. Sirkulasi Sistemik
Pembuluh darah yang terlibat ialah pembuluh pembuluh yang mengangkutdarahantarajantungdansistem organ.
Vena pulmonalisatrium kirimelaluikatupmitralisventrikelkirimelaluikatupsemilunar aortaaortaarteri arter
iol arteriola kapiler venula vena vena kava.
2) Sistem Konduksi
a. Nodus SA(Sinoaurikularis) potensial aksi : 60-100x/menit
b. Nodus AV (Atrioventrikularis) potensial aksi : 40-60x/menit
c. Bundle of HIS potensial aksi : 20-40x/menit
d. Serabut Purkinye potensial aksi : 20x/menit
SA nodesmenyebardari atrium kananke atrium kirimelaluijalurbachmanAV nodes (impuls mengalami perla
mbatan konduksi) melaluijalurinternodalkeberkas hiskeberkaskanan (RBB)dankiri (LBB) serabutpurkinje.
Pemacujantungutama ; SA nodes.

2.2 DEFINISI INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


Menurut kamus kedokteran Dorland (2012:537), Insufficiency adalah tidak mampu melaksanakan tugas atau fun
gsi yang diberikan; tricuspid valve insufficiency adalah gangguan fungsi katup trikuspid, berupa penutupan katu
p tidak sempurna sehingga menyebabkan regurgitasi trikuspid; biasanya akibat sekunder dari muatan sistolik ya
ng berlebihan.
Regurgitasi Katup Trikuspidalis (Inkompetensia Trikuspidalis, Insufisiensi Trikuspidalis, Tricuspid Regurgitatio
n) adalah kebocoran pada katup trikuspidalis yang terjadi setiap kali ventrikel kanan berkontraksi (systole).
Price & Wilson mengatakan (2002) bahwa regurgitas adalah daun katup tidak dapat menutup rapat sehingga dar
ah dapat mengalir balik ( sinonim dengan insufisiensi katup dan inkompetensi katup).
Infusiensi katup trikuspidalis dapat dikatakan sebagai kebocoran katup trikuspidalis yang disebabkan penutupan
daun katup tidak sempurna sehingga terjadi aliran balik darah ke atrium kanan.

2.3ETIOLOGI INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


Regurgitasi/insufisiensi katup trikuspidalis murni biasanya disebabkan gagal jantung kiri yang sudah lanjut atau
hipertensi pulmonalis berat, sehingga terjadi kemunduran fungsi ventrikel kanan. Penyebab Insufisiensi katup tri
kuspidalis yang lain, yaitu:
1) Anatomi katup abnormal
a. Penyakit jantung reumatik
b. Bukan jantung reumatik : endokarditis infektif, anomali eibsteins, prolaps katup trikuspidalis, kongenital (
defek atrioventrikuler kanan), karsinoid (dengan hipertensi pulmonal), infark miokard, iskemia/ruptur muskulus
papilaris, trauma, kelainan jaringan ikat (sindrom marfan), artritis reumatoid, radiasi dengan akibat gagal jantun
g, fibrosis endomiokard.
2) Anatomi katup normal
Kenaikan tekanan sistolik ventrikel kanan oleh berbagai sebab (dilatasi anulus)
3) Lain-lain
a. Tumor
b. Kawat pacu jantung
c. Hipertiroidisme
d. Endokarditis loeffler
e. Aneurisma sinus valsava (Sudoyono, dkk, 2006:1584)
Aksan (2013) menjelaskan bahwa penyebab insufisiensi katup trikuspidalis dapat terjadi atas dua sebab:
1) Fungsional disebabkan dilatasi ventrikel kanan yang menyebabkan dilatasi tricuspid yang akhirnya men
yebabkan insufisiensi tricuspid. Timbul sebagai akibat adanya decompensasio cordis kanan.
2) Organic disebabkan RHD dan atau kelainan congenital.
Pada dasarnya, etiologi penyakit ini karena penyakit jantung bawaan, gangguan pada katup trikuspid atau pada k
atup lain serta peningkatan tekanan pada ventrikel kanan.

2.4MANIFESTASI KLINIS INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


Tanda dan gejala insufisiensi katup trikuspidalis antara lain:
1) Peningkatan tekanan atrium kanan akan diteruskan ke vena kava superior dan vena kava inferior
2) Perasaan berdenyut pada leher (JVP meningkat)
3) Adanya perasaan perih diperut akibat adanya hepatomegali
4) Mudah lelah
5) Nyeri dada
6) Napas cepat
7) Anoreksia
8) Gejala lain seperti halnya stenosis mitral

2.5 PATOFISIOLOGI INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


Anatomi katup trikuspidalis yang abnormal atau penyakit jantung reumatik menyebabkan disfungsi pada katup d
engan adanya lesi atau daun katup tidak menutup dengan sempurna sehingga terjadi gangguan dalam distribusi d
arah dari atrium ke ventrikel. Hipertensi pulmonal membuat tekanan darah pada ventrikel kanan juga meningkat
sehingga, jantung berdilatasi untuk menyesuaikan tekanan yang meningkat tersebut. Akibatnya, darah yang sem
ula dialirkan atrium kanan ke ventrikel kanan, akan kembali ke atrium kanan yang tekanannya lebih rendah.
Pada regurgitasi katup trikuspidalis, ketika ventrikel kanan berkontraksi, yang terjadi bukan hanya pemompaan
darah ke paru-paru, tetapi juga pengaliran kembali sejumlah darah ke atrium kanan. Kebocoran ini akan menyeb
abkan meningkatnya tekanan di dalam atrium kanan dan menyebabkan pembesaran atrium kanan. Tekanan yang
tinggi ini diteruskan ke dalam vena yang memasuki atrium, sehingga menimbulkan tahanan terhadap aliran dara
h dari tubuh yang masuk ke jantung.
WOC (Web of Caution) INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS
Penyakit jantung rematik
Bukan penyakit rematik
ASD

endokarditis
Inflamasi dinding miokard
Kebiasaan
Tekanan ventrikel kanan
Peradangan pada miokard
Obat-obatan
Perokok
Alcohol
Shunt aliran darah dari atrium kiri ke kanan
Inflamasi pada dinding endokardium
Disfungsi katup
Dilatasi katup trikuspidalis
Penebalan katup trikuspidalis
Dilatasi atrium dan ventrikel kanan
Penebalan dinding pada atrium dan ventrikel kanan
Penebalan dinding miokard sebelah kanan
Distensi miokard
Zat- zat kimia dalam darah
Hipertrofi ventrikel kanan
Perubahan konsentrasi darah
Dilatasi atrium
Beban kerja jantung
Hematokrit/ darah
Pelebaran katup trikuspit
Difusi ventrikel kanan
Aliran darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan
Tekanan darah atrium kanan
Peradangan/penebalan dinding endokardium sebelah kanan
Hiperkontraksi atriumdan ventrikel kanan
Tekanan darah arteri pulmonal
Aliran darah ke jantung
Penebalan katup trikuspidalis
Hipertrofi atrium dan ventrikel kanan
Jantung melemah dan menebal
Hipertensi pulmonalis
Dilatasi arteri pulmonalis
Regurgitasi aliran darah dari ventrikel kanan ke atrium kanan melalui katup trikuspidalis
Beban kotraktilitas ventrikel kanan
Penutupan katup trikuspidalis tidak sempurna
Pe curah jantung kanan
Hipertrofi atrium dan ventrikel kanan
Tekanan atrium kanan
Aliran darah kembali ke atrium kanan
Lambung terasa penuh
Menekan hepar
Dilatasi hiperkatrasi atrium kanan
Aliran darah balik ke vena cava inferior
anoreksia
Mual dan muntah
HCL
Aliran darah ke arteri pulmonalis
Gangguan pemenuhan nutrisi
Suplain O2 dalam darah
Gangguan difusi gas
Suplain darah ke paru-paru
Takipneu
Pengembangan paru-paru tidak optimal
Suplain darah O2 dan nutrisi ke organ tubuh tidak adekuat
hipoksemia
hipoksemia
Gangguan pola napas tidak efektif
Suplai O2 dalam darah muskular
Disfungsi neuromuskular
Suplai darah ke organ renal
Disfungsi filtrasi glomerulus
Pembatasan eliminasi urine
diguria , arusia
ATP energi
Metabolisme otot
Kontraksibilitas otot
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
Suplain darah(O2) ke sel-sel otot jantung sebelah kiri
O2 paru-paru dan jantung kiri
Dilatasi vaskuler
Nyeri dada
Angina pektoris
Iskemia
Perasan takut mati
Gangguan perfusi jaringan
Tekanan aliran darah tidak stabil
Suplai O2 dalam darah ke jaringan abnormal
Prognosis dan kondisi penyakit
Koping(-)
Curah jantung
Ansietas

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS INSUFISIENSI KATUP TRIKUS-PIDALIS


1) Diet rendah garam
2) Istirahat dan batasi aktivitas fisik
3) Obat-obatan diuretik
4) Operasi Valvuloplasty
5) Tricuspid valve replacement (TVR) bila ada kerusakan organik yang berat (Sely:2010).

2.8 KOMPLIKASI INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


Komplikasi yang dapat terjadi pada insufisiensi katup trikuspidalis adalah gagal jantung kanan dan infark mioka
rd.

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INSUFISIENSI KATUP TRIKUSPIDALIS


1) Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri dada kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provoking Incident) : Nyeri saat beraktivitas
Q (Quality of Pain) : Nyeri sedang
R (Region, Radiation, Relief) : Nyeri pada dada kanan
S ( Scale of Pain) : Skala 0-10, yang pasien rasakan adalah skala 6-7
T (Time) : nyeri muncul dalam waktu cukup lama terutama saat beraktivitas
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien menderita nyeri dada, hipertensi pulmonal, hipertiroid, atau endokarditis sebelumnya. Kaji mengenai oba
t-obat yang pernah diminum pasien dan alergi obat pada pasien.

Riwayat Keluarga
Penyakit jantung pada orang tua yang berusia muda akan menjadi faktor utama penyakit jantung pada keturunan
nya.
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Mengkaji situasi tempat pasien bekerja dan lebiasaan merokok, minum alkohol dan obat tertentu yang meningka
tkan resiko penyakit jantung.
Psikologis
Pasien merasakan kecemasan berat sampai ketakutan pada kematian.

b. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : Dispnea karena terdapat sputum dan takipnea
B2 (Blood) : - Inspeksi : kakeksia, sianosis, TD menurun
- Palpasi : pembengkakan pada vena jugularis dan hepar.
- Perkusi : batas jantung tidak bergeser
-Auskultasi : terdapat bising sepanjang sistole
B3 (Brain) : Kesadaran CM, wajah meringis dan merintih, pusing.
B4 (Bladder) : Anuria, oliguri
B5 (Bowel) : Asam lambung meningkat sehingga terjadi anoreksia.
B6 (Bone) : Pasien mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, sehingga kesulitan melakuka
n perawatan diri.

c. Pemeriksaan Diagnostik
a) Kateterisasi
Indikasi dan Penggunaan:
Untuk pengukuran tekanan vena sentral (CVP)
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini membe
rikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vascular.

Tujuan :
Kateterisasi Jantung Kanan: Mengetahui saturasi O2 dan tekanan darah pada semua bagian jantung kanan mulai
dari Vena Cava sampai Arteri Pulmonari.
Hasil yang di dapatkan:
Aliran balik media kontras melalui katup tricuspid, peningkatan tekanan atrium kanan, curah jantung normal ata
u menurun (Aksan, 2013).
b) Pemeriksaan EKG
Elektrokardiogram menunjukkan pembesaran atrium kanan (gelombang P tinggi dan sempit dikenal sebagai P p
ulmonale) bila irama sinus normal (Arif Muttaqin, 2012:338). Pembesaran atrium kanan (hipertrofi atrium kana
n)menyebabkan gelombang P runcing (peaked) (Hampton, 2004:89). Diagnosis pembesaran atrium kanan ditega
kkan dengan adanya gelombang P yang amplitudonya melebihi 2.5 mm pada sadapan inferior (II,III, dan AVF) (
Thaler, 2009:79).
Selain itu juga terjadi fibrilasi atrium:hipertrofi ventrikel kanan (Arif Muttaqin, 2012:338). Hipertrofi ventrikel k
anan dilihat pada sadapan ventrikel kanan (terutama V1), biasanya disertai deviasi sumbu ke kanan, gelombang
P runcing (hipertrofi atrium kiri), dan pada kasus berat, inversi gelombang T pada sadapan V1, V2, dan kadang-
kadang pada sadapan V3 atau bahkan V4 (Hampton, 2004:91).
c) Ekokardiogram
Dilatasi ruang-ruang sisi kanan, perubahan gerakan daun-daun katup trikuspidalis
d) Radiogram Dada
1) Terjadi pembesaran ventrikel dan atrium kanan sehingga menunjukkan kardiomegali.
2) Terjadi gambaran hipertensi pulmonal.
3) Pada fluoroskopi terlihat pulsasi sistolik atrium kanan (Sudoyono, dkk, 2006:1584).
e) Temuan Hemodinamik
1) Tekanan atrium kanan akan meningkat mendekati tekanan ventrikel kanan.Peningkatan tekanan atrium ka
nan ini ditunjukkan dengan gelombang n yang nyata.
2) Curah jantung menurun.

2) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian, maka diagnosis keperawatan utama dapat meliputi hal-hal beriku
t:
a. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium s
ekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium
b. Gangguan pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak dengan takipneu (
napas cepat)optimal ditandai
c. Curah jantung kanan menurun berhubungan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ditandai dengan hi
pertrofi atrium dan ventrikel kanan
d. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan suplai darah ke renal ditandai dengan anuria
f. Gangguan proses pemenuhan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan in
take, mual, dan anoreksia
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung yang mengganggu keseimbangan supla
i O2 ditandai dengan kelelahan dan kelemahan fisik
h. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan perasaan takut mati.
3) Rencana Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan m
iokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium ditandai dengan wajah meringis
Tujuan : dalam waktu 1 X 24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria Hasil : secara subyektif pasien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan TT
V dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine > 600 ml/hari.
Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :
Berikan lingkungan isti-rahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan

Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium dapat mencetuskan nyeri dada.

HE:
Anjurkan pasien merespons nyeri (angina) de-ngan tepat, mis: berhenti beraktivitas.
Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan nyeri yang ti
mbul.
Kolaborasi:
Berikan vasodilator, contoh notrogliserin, nifedipin (procardia) sesuai indikasi

Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardium (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan
iskemia miokardium.

Observatif :
Selidiki laporan nyeri dada dan dibandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala nyeri (0-10) untuk re
ntang intensitas nyeri. Catat ekspresi verbal dan nonverbal nyeri, respons otomatis terhadap nyeri (berkeringat,
TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)

Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu m
enentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menyangkal adanya nyeri.

Diagnosa 2 : Gangguan pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak opti
mal ditandai dengan takipneu (napas cepat)
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-24x/menit, respon batuk berkurang.
Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :
Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi
jantung

Kolaborasi:
1. Berikan diet tanpa garam
2. Berikan diuretik, contoh : furosemide, sprinolakton, dan hidronolakton
1. Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap penin
gkatan beban kerja jantung sehingga akan meningkatkan kebutuhan miokardium
2. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jringan, sehingg
a menurunkan risiko terjadinya edema paru

Observatif :
1. Kaji adanya edema
2. Ukur intake dan output
3. Timbang berat badan
4. Auskultasi bunyi napas (krakles)
1. Curiga gagal jantung kongestif/kelebihan volume cairan
2. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan kel
uaran urine
3. Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan
4. Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
Objektif :
Pantau data laboratorium elektrolit kalium

Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi

Diagnosa 3 : Curah jantung kanan menurun berhubungan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ditand
ai dengan hipertrofi atrium dan ventrikel kanan
Tujuan : dalam waktu 2 X 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil : stabilitas hemodinamik baik, urine > 600 ml/hari.
Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :
Bantu dengan aktivitas seuai indikasi bila pasien (mis.berjalan) bila pasien mampu turun dari tempat tidur.
Observatif :
Pantau TD, Nadi apikal, nadi perifer.
Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan jantung.

Indikator klinis dari adekuatnya curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini/tindakan terhadap deko
mpensasi.
HE:
Diskusikan/demostrasikan tehnik manajemin stres. (rujuk pada DK: ansietas).

Reduksi ansietas dapat menurunkan simulasi jantung simpatis dan beban kerja jantung.

Kolaborasi :
1. Tingkatkan atau dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.
2. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi . pantau DGA/nadi oksimetri.
3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis,.antidisritmia; obat iinotropik; vasodilator, diuretik.
4. Siapkan untuk intervensi bedah sesuai indikasi

1. Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preloat), yang memungkinkan oksigenasi, menu-run
kan dispnea dan regangan jantung.
2. Memberikan oksigen dalam upaya untuk meng-kompensasi pening-katan kebutuhan oksigen.
3. Pengobatan disritmia atrial dan ventrikuler khususnya mendasari kondisi dan sitomatologi tetapi ditujukan
pada berlangsungnya/ meningkatnya efesiensi/curah jantung. Vasodilator digunakan untuk menurunkan hiperten
si dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik (afterload). Penurunan ini mengembalikan dan menghilangka
n tahanan. Diuretik menurunkan volume sirkulasi ( freload), yang menurunkan TD lewat katup yang tak berfung
si, meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti vena.
4. Penanganan/perbaikan penyakit katup mungkin perlu untuk meningkatkan curah jantunk atau mengontrol/
mengatasi dekompensasi jantung.

Observatif :
Pantau irama jantung sesuai indikasi.

Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. Disritmia atrium paling umum, berkenaan dengan peningk
atan tekanan dan volume Atrium. Abnormalitas konduksi dapat juga terjadi , mis. , pada penyakit katup aortik,
kaena penurunan perfusi arteri kroner.

Diagnosa 4 : Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung ditandai dengan e
dema perifer
Tujuan : dalam waktu 2 X 24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria Hasil : tidak terjadi edema perifer atau edema berkurang, TTV dalam batas normal, Urine > 600 ml/
hari.
Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :
1. Pantau urine output
2. Catat adanya keluhan pusing
3. Catat perubahan edema ekstremitas (berkurang atau tidak)
4. Catat murmur
1. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produ
ksi urine < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik
2. Keluhan pusing merupakan menifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah
3. Edema ekstremitas menunjukkan perfusi perifer daerah ektremitas (terutama ekstremitas bawah) mengal
ami gangguan. Merupakan indikasi terjadinya gagal jantung.
4. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung, (kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot
papilar
Kolaborasi :
1. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein
2. Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi

1. Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung, s
ehingga meningkatkan frekuensi jantung
2. Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat
Observatif :
1. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur
2. Kaji kualitas peristaltik
3. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
4. Kaji status mental klien secara teratur
5. Pantau frekuensi jantung dan irama
6. Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memu
ngkinkan
1. Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer
2. Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna, serta dampak penurunan elektrolit
3. Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika berat, akan ditemukan adanya tanda kongesti
4. Mengetahui derajat hipoksia pada otak
5. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia
6. Hipotensi dapat terjadi sampai dengan disfungsi ventrikel. Hipertensi juga merupakan fenomena umum b
erhubungan dengan nyeri cemas karena pengeluaran katekolamin

Diagnosa 5 : Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan suplai darah ke renal yang disebab
kan penurunan curah jantung ditandai dengan anuria.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam, eliminasi urine meningkat (kembali normal)
Kriteria Hasil : TTV normal, pengeluaran urine > 400 mL / hari.
Rencana Tindakan
Rasional
Kolaborasi :
1. Perhatikan dalam pemberian kalsium
2. Awasi TTV. Kaji nadi perifer, turgor kulit, mukosa mulut dan timbang tiap hari.
1. Peningkatan kadar kalsium memudahkan pembentukan kristal pada renal sehingga mengganggu aliran ur
ine.
2. Indikator keseimbangan cairan. Menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi pengganti cairan
Obserfatif :
1. Tingkatkan atau pertahankan intake cairan
2. Catat keluaran urine; selidiki penurunan / penghentian saluran urine secara tiba-tiba
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi
4. Observasi dan catat warna urine perhatikan adanya hematuria atau perdarahandari

1. Mempertahankan hidrasi atau aliran urine dengan baik


2. Penurunan aliran urine secara tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi/ disfungsi atau dehidrasi.
3. Membantu mempertshankan sirkulasi yang adekuat dan aliran urine
4. Perdarahan pada urine memerlukan intervensi medik yang baik.

Diagnosa 6 : Gangguan proses pemenuhan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual, dan anoreksia
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi
Kriteria Hasil : Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutisi sesuai anjuaran, klien d
an keluarga mengetahui tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien, asupan meingkat pada porsi makan yang di
sediakan

Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :
Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini
Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan
HE :
1. Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di RS
2. Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangn dengan penyakitnya

1. Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien
2. Klien kadang kala mempunyai selera makan yang sudah terbiasa sejak di rumah. Dengan bantuan keluarga
dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi
Kolaborasi :
1. Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil
2. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/
pemeriksaan per oral
3. Beri motivasi dan dukungan psikologis
4. Dengan nutrisien tentang pemenuhan diet klien
5. Pemberian multivitamin

1. Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan kondisi, serta mngurangi beban ke
rja jantung
2. Hygiene oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan klien
3. Meningkatkan secara psikologis
4. Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien
5. Memenuhi asupan vitamin yang kurang sekunder dari penurunan asupan nutisi secara umum dan memperba
iki daya tahan tubuh

Diagnosa 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung yang mengganggu keseim
bangan suplai O2ditandai dengan kelelahan dan kelemahan fisik
Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam terdapat aktivitas pasien dapat mengalami peningkatan
Kriteria Hasil : pasien tidak mengeluh pusing dan lemah, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia d
an mudah dijangkau klien, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
Rencana Tindakan
Rasional
Mandiri :Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut denga
n duduk dan sebagainya.

Tehnik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

Kolaborasi :
1. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
2. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
1. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada, k
emajuan aktivitas terhadap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
2. Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
Observasi :
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: Frekuensi nadi 20 per menit diat
as frekuensi istirahat; catat peningkatan TD. Dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkering
at; pusing; atau pingsan.
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan,TD stabil/frekuensi
nadi,peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

1. Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh
kelebihan kerja/jantung.
2. Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
Diagnosa 8 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan perasaan takut mati
.
Tujuan : dalam waktu 1 X 24 jam kecemasan pasien berkurang
Kriteria Hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penye
bab yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Rencana tindakan
Rasional
Mandiri:
1. Identifikasi/evaluasi persepsi pengobatan yang ditunjukkan oleh situasi
2. Tanyakan perasaan pasien tentang efek penyakit terhadap pola hidup dan status kesehatan yang akan data
ng. kaji keefek-tifan koping dengan stresor.
3. Pantau respons fisik, contoh palpitasi, taki-kardi, gerakan berulang, gelisah.

1. Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi.


2. Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping penyakit katup jantung kronis yang secara pasti menggangg
u pola hidup seseorang.
3. Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respon
s verbal dan nonverbal.
HE:
Anjurkan pasien mela-kukan teknik relaksasi, contoh: bernapas dalam, bimbing imajinasi dan relaksasi progresif
.
Mengurangi ansietas, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping,
Kolaborasi:
1. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas
Libatkan orang terdekat pasien dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencana pengo
batan
1. Menurunkan kelemahan, meningkatkan energi.
2. Keterlibatan orang terdekat akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan menin
gkatkan rasa nyaman.
Obserfati :
Berikan tindakan kenya-manan (contoh : mandi, gosokan punggung, peru-bahan posisi)

Membantu meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.

4) Implementasi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan m
iokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium ditandai dengan wajah meringis
Tujuan : dalam waktu 1 X 24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria Hasil : secara subyektif pasien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan TT
V dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine > 600 ml/hari
Implementasi
Mandiri:
Menyelidiki laporan nyeri dada dan dibandingkan dengan episode sebelum-nya. Gunakan skala nyeri (0-10) unt
uk rentang intensitas nyeri. Catat ekspresi verbal dan nonverbal nyeri, respons otomatis terhadap nyeri (berkerin
gat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)
Mengevaluasi respons terha-dap obat
Memberikan lingkungan isti-rahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan
Menganjurkan pasien meres-pons nyeri (angina) de-ngan tepat, mis: berhenti beraktivitas.
Kolaborasi:
Memberikan vasodilator, contoh notrogliserin, nifedipin (procardia) sesuai indikasi

Diagnosa 2 : Gangguan pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak opti
mal ditandai dengan takipneu (napas cepat)
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-24x/menit, respon batuk berkurang.
Rencana Tindakan
Melakukan auskultasi bunyi napas (krakles)
Mengkaji adanya edema
Mengukur intake dan output
Menimbang berat badan
Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi:
Memberikan diet tanpa garam
Memberikan diuretik, contoh : furosemide, sprinolakton, dan hidronolakton
Memantau data laboratorium elektrolit kalium

Diagnosa 3 : Curah jantung kanan menurun berhubungan dengan peningkatan tekanan atrium kanan atau ir
ama konduksi elektrikal ditandai dengan hipertrofi ventrikel kanan
Tujuan : dalam waktu 2 X 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil : stabilitas hemodinamik baik, urine > 600 ml/hari.
Implementasi
Mandiri:
Memantau TD, Nadi apikal, nadi perifer.
Memantau irama jantung sesuai indikasi
Meningkatkan atau dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat
Membantu dengan aktivitas seuai indikasi bila pasien (mis.berjalan) bila pasien mampu turun dari tempat tidur.
Mendiskusikan/demostrasikan tehnik manajemin stres. (rujuk pada DK: ansietas).
Kolaborasi:
Memberikan oksigen suplemen sesuai indikasi . pantau DGA/nadi oksimetri.
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis,.antidisritmia; obat iinotropik; vasodilator, diuretik.
Menyiapkan untuk intervensi bedah sesuai indikasi

Diagnosa 4 : Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung ditandai dengan e
dema perifer
Tujuan : dalam waktu 2 X 24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria Hasil : tidak terjadi edema perifer atau edema berkurang, TTV dalam batas normal, Urine > 600 ml/
hari.
Implementasi
Mandiri:
Melakukan auskultasi TD. Membandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bi
la memungkinkan
Mengkaji status mental klien secara teratur
Mengkaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur
Mengkaji kualitas peristaltik
Mengkaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
Memantau urine output
Mencatat adanya keluhan pusing
Mencatat perubahan edema ekstremitas (berkurang atau tidak)
Mencatat murmur
Memantau frekuensi jantung dan irama
Memberikan makanan kecil/mudah dikunyah, membatasi asupan kafein
Kolaborasi :
Mempertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi

Diagnosa 7 : Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan suplai darah ke renal yang disebab
kan penurunan curah jantung ditandai dengan anuria.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam, eliminasi urine meningkat (kembali normal)
Kriteria Hasil : TTV normal, pengeluaran urine > 400 mL / hari.
Implementasi
Mencatat keluaran urine; selidiki penurunan / penghentian saluran urine secara tiba-tiba
Observasi dan catat warna urine perhatikan adanya hematuria atau perdarahandari
Tingkatkan atau pertahankan intake cairan
Awasi TTV. Kaji nadi perifer, turgor kulit, mukosa mulut dan timbang tiap hari.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Perhatikan dalam pemberian kalsium

Diagnosa 8 : Gangguan proses pemenuhan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual, dan anoreksia
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi
Kriteria Hasil : Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutisi sesuai anjuaran, klien d
an keluarga mengetahui tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien, asupan meingkat pada porsi makan yang di
sediakan
Implementasi
Menjelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini
Menganjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di RS
Memberikan makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil
Melibatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangn dengan penyakitnya
Melakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/pem
eriksaan per oral
Memberikan motivasi dan dukungan psikologis
Kolaborasi :
Memenuhi diet klien
Melakukan pemberian multivitamin

Diagnosa 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung yang mengganggu keseim
bangan suplai O2ditandai dengan kelelahan dan kelemahan fisik
Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam terdapat aktivitas pasien dapat mengalami peningkatan
Kriteria Hasil : pasien tidak mengeluh pusing dan lemah, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia d
an mudah dijangkau klien, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari

Implementasi
Mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: Frekuensi nadi 20 per menit diata
s frekuensi istirahat; catat peningkatan TD. Dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat
; pusing; atau pingsan.
Mengkaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan,TD stabil/frekuensi na
di,peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Mendorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
Memberikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan du
duk dan sebagainya.
Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

Diagnosa 8 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan perasaan takut mati
.
Tujuan : dalam waktu 1 X 24 jam kecemasan pasien berkurang
Kriteria Hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penye
bab yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Implementasi
Mandiri:
Mengidentifikasi/evaluasi persepsi pengobatan yang ditunjukkan oleh situasi
Memantau respons fisik, contoh palpitasi, taki-kardi, gerakan berulang, gelisah.
Memberikan tindakan kenya-manan (contoh : mandi, gosokan punggung, peru-bahan posisi)
Mengkoordinasikan waktu istirahat dan aktivitas
Menanyakan perasaan pasien tentang efek penyakit terhadap pola hidup dan status kesehatan yang akan datang.
kaji keefek-tifan koping dengan stresor.
Melibatkan orang terdekat pasien dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencana pen
gobatan
Menganjurkan pasien mela-kukan teknik relaksasi, contoh: bernapas dalam, bimbing imajinasi dan relaksasi pro
gresif.

5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien infark miokard tanpa komplikasi, yaitu:
1. Bebas Nyeri
2. Curah jantung meningkat
3. Tanda-tanda vital kambali normal
4. Menunjukkan penurunan kecemasan mengenai penyakit yang diderita, penanganan dan aturan medis.
5. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi, sebagai berik
ut:
a) Menjelaskan proses terjadinya angina
b) Menjelaskan tindakan pencegahan komplikasi
c) Gelombang EKG jantung normal
d) Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut.
6. Mematuhi program perawatan diri.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Insufisiensi katup trikuspidalis merupakan penurunan fungsi pada katup trikuspidalis yang dapat mengakibatkan
darah dari ventrikel kanan kembali lagi ke atrium kanan. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen darah pada,
paru, jantung kiri dan seluruh sistem tubuh.
Etiologi penyakit ini dibedakan menjadi: 1) Penyakit jantung rematik; 2) bukan penyakit jantung rematik, mis: i
nfark miokard, ASD, prolaps katup trikuspidalis dan lain-lain; 3) penyakit lain, mis: hipertiroid, aneurisma sinis
valsava, dan endokarditis loeffler.
Manifestasi klinis yang menjadi keluhan utama pasien biasanyaadalah nyeri dada dan perasaan susah bernapas.
Hal ini perlu dikaji kepada pasien, berikut juga mengenai riwayat penyakitnya hingga dia datang ke tempat pela
yanan kesehatan sampai dengan psikologi pasien.
Setelah melakukan pengkajian secara lengkap, diagnosa segera dilakukan untuk menentukan intervensi dan impl
ementasi terhadap pasien. Sehingga, hasil akhir akan sesuai dengan yang diharapkan petugas kesehatan, pasien d
an keluarga pasien, yaitu gejala berkurang atau sembuh dari penyakit.

3.2 Saran
Seorang perawat hendaknya mendalami penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sistem kardiovaskuler termas
uk insufisiensi katup trikuspidalis. Dengan mendalami dan memahami etiologi dan patofisiologi penyakit insufis
iensi katup trikuspidalis, maka pemberian asukan keperawatan terhadap klien atau pasien dapat dilakukan denga
n efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. New. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.


E. Doenges, Mariiyn, dkk. 1999. Rensana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumen
tasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gleadle,Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Erlangga.
H. Gray, Huon, dkk. 2005. Kardiologi, edisi keempat. Jakarta:Erlangga.
Kasron. 2011. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta:Muha Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Ja
karta:Salemba medika.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit : Volume 1:
Edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
R.Hampton, John. 2004. Dasar-Dasar EKG, edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
S. Thaler, Malcolm. 2009. Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, edisi 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedok
teran ECG.
W. Sudoyono, Aru, dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Pen
yakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Aksan, S. Ramdasari. 2013. Asuhan Keperawatan pada penyakit katup jantung. http://mynameisrirind.blogspot.c
om/2013/01/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-katup.html. diakses tanggal 27 Mei 2014; pukul 19:34 WIB
Sely. 2010. Askep Trikuspidalis. http://sely-biru.blogspot.com/2010/02/askep-trikuspidalis.html. diakses tanggal
29 Mei 2014;pukul 06:57

Anda mungkin juga menyukai