KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi oleh karena kelainan pada sekresi insulin
akibat terjadinya gangguan pada fungsi pankreas atau pun dikarenakan kerja
(PERKENI 2011).
Sedangkan menurut WHO (2011), Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit
dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, lemak, protein sebagai hasil dari
yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manisfestasi berupa
Wilson, 2009).
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang terlihat dengan kadar glukosa
darah diatas normal. Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangatlah penting
demi keterseimbangan kadar glukosa di dalam darah , dimana untuk orang normal
(non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam postprandial harus
dibawah 140 mg/dL. Kadar yang seimbang tersebut akan dapat terganggu yaitu
cenderung naik bila terjadi gangguan pada kerja insulin (Suyono, 2009)
1
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi
sistem) yang disebabkan oleh defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak
adekuat yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia.
B. Etiologi
Diabetes Mellitus terjadi karena organ pankreas tidak mampu memproduksi
Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leococite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
esternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan
yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa
2
juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau kecil)
insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu tedapat
diabetes tipe 2.
Faktor-faktor ini adalah :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
Orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar lemak yang tinggi atau
dengan yang tersimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan
hormon yang bertugas untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah mengalami
penurunan fungsi akibat dari kerja kerasnya dalam melakukan tugas sebagai
tipe 2.
c. Riwayat keluarga
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,
mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai unmasked atau baru
ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk,
3
riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir
yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
Melalui mekanisme infeks sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
terjadi ketika sel beta pangkreas melakukan suatu aktivitas biokimia dalam hal ini
proses peningkatan kadar insulin untuk menurunkan kadar glukosa dalam tubuh,
4
oleh sistem imun membaca/menterjemahkannya sebagai virus (benda asing)
menghasilkan insulin).
Akibat hal tersebut maka pengkompensasian terhadap peningkatan glukosa
darah tinggi). Jika konsentrasi gukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
tersebut muncul dalam urine yang disebut dengan glukosuria. Ketika glukosa
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
(pemecahan glukosa baru dari asamasam amino serta substansi lain), namun
pada penderita defiisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
5
Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda
dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian.
2. Diabetes mellitus Tipe II
Diabetes tipe II disebabkan oleh beberapa faktor juga antara lain Usia,
proses peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa dalam
insulin dimana tugas dari insulin ini berfungsi untuk mengedarkan glukosa
glukosa tersebut diedarkan kesetiap sel malah berkurang akibat penurunan fungsi
penigkatan.
Ginjal merupakan tempat penyaring hasil dari sekresi dalam tubuh tidak
mampu lagi menyerap glukosa akibat dari hiperglikemia tersebut dan akibatnya
meringankan kerja dari dari ginjal dalam pengeluaran glukosa maka terjadi
penyerapan air dan elektrolik dalam ginjal untuk mengencerkan glukosa, sehingga
urine keluar secara encer bersama air, elektronik dan zat-zat yang lainnya. Karena
urine keluar secara terus menerus bersama dengan air dan elektrolik maka tubuh
bersifat lebih kental sehingga mempengaruhi proses sirkulasi darah dalam tubuh.
6
Gangguan fungsi insulin itu juga mengakibatkan gangguan metabolisme
lemak (dislipidemia). Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar
mengendap dalam pembuluh darah arteri yang berefek pada gangguan pada
sirkulasi darah atau yang biasa disebut dengan aterosklerosis. Akibat dari
besar) yang berpengaruh adalah organ jantung, serebral dan daerah ekstremitas
arteri koroner dalam hal ini infark miokard (gagal jantung) ini disebabkan
karena kurangnya suplai oksigen terhadap sel-sel jantung akibat dari sumbatan
pada daerah pembuluh darah arteri koronaria. Dan untuk daerah cerebral, akan
dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam
sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit
pembentukan gangren yang disebabkan oleh sirkulasi yang buruk akibat dari
sumbatan pada saluran peredaran darah yang mengarah pada daerah ekstremitas
khususnya bagian bawah (distal) selain itu pula adanya gangguan kemampuan
7
penyembuhan luka yang lama dan akibatnya akan terjadi gangren serta berpotensi
untuk diamputasi.
Untuk daerah mikrovaskuler yang berpengaruh adalah daerah retina
(penglihatan) dan daerah ginjal. Khusus untuk daerah retina (penglihatan), akan
bayangan tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah
dari berbagai jenis seperti pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol,
venula dan kapiler. Dan pembuluh darah inilah yang merupakan pusat sumbatan
lama tanpa ada tindakan yang progresif maka akan berpotensi terhadap kebutaan.
Sedangkan untuk daerah ginjal, akan berdampak pada penyakit nefropati ini
disebabkan oleh glukosuria yang terus menerus sehingga mekanisme filtrasi ginjal
terjadinya nefropati. Jika tubuh membentuk zat keton lalu terjadi nefropati maka
ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi yang berpotensi pada gagal ginjal.
D. Tanda dan Gejala
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
8
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
E. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Tujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah : menetapkan diagnosa,
mengikuti perjalanan penyakit, kontrol terapi dan deteksi dini adanya kelainan
akibat DM.
1. Pemeriksaan kadar gula darah
Cara yang dianjurkan adalah cara enzimatik, dan yang banyak digunakan dalam
laboratorium adalah cara glukosa oksidase. Cara lain adalah cara o-toluidine.
Kedua cara ini dianggap memberi hasil yang mendekati kadar glukosa
sesungguhnya.
9
F. Komplikasi
1. Akut :
a. ketoasidosis diabetik
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotis
c. Hipoglikemia
2. Kronik:
Umumnya terjadi pada 10-15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar):
1) Pembuluh coroner
2) Vaskilar perifer
3) Vaskular otak
b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil) :
1) Mengenai mata (Retinopati)
2) Mengenai ginjal (Nefropati)
3) Penyakit Neuropati (merupakan saraf sensorik-motorik) yang anatomi serta
G. Penatalaksanaan
berbagai penyakit dan diperlukan kerja sama semua pihak di tingkat pelayanan
kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Perencanaan makan.
hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi yang baik
yaitu :
a. Karbohidrat sebanyak 60 70 %.
b. Protein sebanyak 10 15 %.
c. Lemak sebanyak 20 25 %.
10
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani.
2. Latihan jasmani
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.
menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat
misalnya jogging.
3. Pengelolaan farmakologis
a) Golongan sulfonilurea.
Obat golongan ini sudah dipakai sejak tahun 1957 dan tidak dipakai pada tipe
b) Golongan biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah Metformin.
11
insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta efeknya juga berefek
menurunkan kadar glukosa hati. Metformin mencapai kadar puncak dalam darah
setelah 2 jam.
menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di hati.
c) Insulin
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
sulfoniluera atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapit dak
sulfoniluera dengan metformin. Dan bila masih belum berhasil, dipakai kombinasi
12
Tabel I. Kategori Insulin
Perjalanan
Preparat Awitan Puncak Durasi Indikasi
Waktu
Ultratelente
(UL)
Digunakan
terutama
untuk
mengontrol
kadar
glukosa
13
puasa.
H. Pencegahan
Adapun yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
14
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi/tidak)
11. Keamanan
15
N
DIAGNOSA NOC NIC
O
1 Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri :
berhubungan 1. Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri
dengan agen injuri 2. Nyeri terkontrol secara komprehensif
biologis 3. Tingkat kenyamanan termasuk lokasi,
(penurunan perfusi Setelah dilakukan asuhan karakteristik, durasi,
jaringan perifer) keperawatan selama 3 x 24 frekuensi, kualitas dan
jam, klien dapat : ontro presipitasi.
1. Mengontrol nyeri, dengan 2. Observasi reaksi
indikator : nonverbal dari
a. Mengenal faktor-faktor ketidaknyamanan.
penyebab 3. Gunakan teknik
b. Mengenal onset nyeri komunikasi terapeutik
c. Tindakan pertolongan non untuk mengetahui
farmakologi pengalaman nyeri klien
d. Menggunakan analgetik sebelumnya.
e. Melaporkan gejala-gejala 4. Kontrol ontro
nyeri kepada tim lingkungan yang
kesehatan. mempengaruhi nyeri
f. Nyeri terkontrol seperti suhu ruangan,
2. Menunjukkan tingkat pencahayaan,
nyeri, dengan indikator: kebisingan.
a. Melaporkan nyeri 5. Kurangi ontro
b. Frekuensi nyeri presipitasi nyeri.
c. Lamanya episode nyeri 6. Pilih dan lakukan
d. Ekspresi nyeri; wajah penanganan nyeri
e. Perubahan respirasi rate (farmakologis/non
f. Perubahan tekanan darah farmakologis)..
g. Kehilangan nafsu makan 7. Ajarkan teknik non
. farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/ontrol
nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada komplain
tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan
16
klien tentang
manajemen nyeri.
Administrasi analgetik
1. Cek program
pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
4. Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2 Ketidakseimbanga Nutritional Status : FoodNutrition Management
n nutrisi kurang and Fluid Intake 1. Monitor intake makanan
dari kebutuhan 1. Intake makanan peroral dan minuman yang
tubuh b.d. yang adekuat dikonsumsi klien setiap
ketidakmampuan 2. Intake NGT adekuat hari
menggunakan 3. Intake cairan peroral 2. Tentukan berapa jumlah
glukose (tipe 1) adekuat kalori dan tipe zat gizi
4. Intake cairan yang adekuat yang dibutuhkan dengan
5. Intake TPN adekuat berkolaborasi dengan
ahli gizi
3. Dorong peningkatan
intake kalori, zat besi,
protein dan vitamin C
4. Beri makanan lewat
oral, bila
memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien
akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien
sudah bisa makan lewat
oral.
3 Defisit Volume NOC: NIC :
17
Cairan b.d 1. Fluid balance 1. Fluid management
Kehilangan volume 2. Hydration a. Timbang popok/pembalut
cairan secara aktif, 3. Nutritional Status : Food and jika diperlukan
Kegagalan Fluid Intake b. Pertahankan catatan intake
mekanisme Kriteria Hasil : dan output yang akurat
pengaturan 1. Mempertahankan urine c. Monitor status hidrasi
output sesuai dengan usia dan ( kelembaban membran
BB, BJ urine normal, HT mukosa, nadi adekuat,
normal tekanan darah ortostatik ),
2. Tekanan darah, nadi, suhu jika diperlukan
tubuh dalam batas normal d. Monitor vital sign
3. Tidak ada tanda tanda e. Monitor masukan
dehidrasi, Elastisitas turgor makanan / cairan dan
kulit baik, membran mukosa hitung intake kalori harian
lembab, tidak ada rasa haus f. Kolaborasikan pemberian
yang berlebihan cairan IV
g. Monitor status nutrisi
h. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
i. Dorong masukan oral
j. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
2. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
3. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
4. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
5. Atur kemungkinan tranfusi
6. Persiapan untuk tranfusi
18
DAFTAR PUSTAKA
th
Brunner,Suddarth (2011). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 2
Kedokteran EGC: Jakarta.
19
Doenges, Marilyn E (1999) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih
bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih
bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
20
21