Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA ANAK: EFEK SAMPING

DAN BAGAIMANA MEMINIMALISIRNYA

Abir Saraswat

Kortikosteroid topikal merupakan salah satu dari obat yang paling sering
digunakan oleh dermatolog. Efeknya dalam menekan banyak jenis dermatosis
inflamasi membuat kortikosteroid topikal sangat bernilai dalam obat terapeutik
kami. Walaupun demikian, kortikosteroid topikal juga dikenal dengan julukan
obat "pisau bermata dua" karena kortikosteroid topikal sangat bermanfaat tetapi
perlu kehati-hatian para dokter dan pasien untuk keamanan dan penggunaan
efektif.

Pada anak, kortikosteroid topikal merupakan pelega gejala yang cepat,


terutama efeknya pada dermatosis pediatrik yang dapat dirasakan oleh seluruh
keluarga. Ketidaksesuaian penggunaan preparat kortikosteroid topikal dengan
salah satu dibawah ini dapat menyebabkan baik efek samping lokal maupun
sistemik: kuantitas per pengaplikasian, frekuensi pengaplikasian, durasi
pengobatan, potensi, vehikulum yang digunakan, dan lokasi pengaplikasian. Anak
- anak khususnya lebih rentan terhadap efek samping sistemik dari pemakaian
kortikosteroid topikal karena kurang berkembangnya fungsi barier kulit mereka
dan besarnya rasio luas permukaan tubuh berbanding berat badan. Oleh karena
itu, ada potensial lebih tinggi untuk pengabsorpsian obat secara klinis ke dalam
sirkulasi sistemik, yang mana mengalakan tujuan dari terapi topikal.

Efek samping kortikosteroid topikal pada anak

Tabel 1 merupakan gabungan efek samping dari penggunaan


kortikosteroid topikal dengan referensi khusus pada anak dan kemungkinan
mekanisme yang terlibat. Baik efek samping lokal maupun sistemik dapat
dihasilkan oleh agen ini. Sindroma cushing iatrogenik dan perlambatan
pertumbuhan linear karean absorpsi sistemik telah dilaporkan pada bayi dan anak
yang menggunakan kortikosteroid topikal, terutama pada regio popok. Walaupun
demikian, adrenal insufisiensi non-reversibel belum dilaporkan. Pada anak yang
lebih tua dan remaja penggunaan kortikosteroid topikal pada daerah wajah lebih
rentan terhadap terjadi steroid acne, rosasea atau perioral dermatitis

Ketergantungan dapat disebabkan ketika kortikosteroid topikal digunakan


secara rutin dalam jangka waktu yang lebih lama daripada yang periode
direkomendasikan pada lokasi seperti wajah dan fleksura. Hal ini bermanifestasi
sebagai rasa gata, terbakar, kemerahan, dan sensasi tidak menyenangkan lainnya
pada saat mencoba memberhentikan penggunaak kortikosteroid topikal dan
biasanya mengakibatkan pemakaian kortikosteroid topikal dengan potensi yang
lebih tinggi untuk mengontrol gejala ini. Dermatitis kontak alergi terhadap
kortikosteroid topikal merupakan efek samping yang seringkali tidak terdiagnosa
pada anak dan membutuhkan kejelian tinggi dari dokter yang merawat. Hal ini
biasanya bermanifestasi sebagai kurangnya respon kortikosteroid topikal dari
yang diharapkan dan juga terkadang timbul dermatosis inflamasi yang memberat
setelah pengobatan dengan kortikosteroid topikal. Hal ini biasanya terlihat pada
anak dengan dermatosis kronis berulang cnth: dermatitis atopik dan eksema
kronik. Dermatitis atopik maerupakan indikasi umum penggunaan kortikosteroid
topikal pada anak. Hal ini sangat penting bagi kita untuk sadar tentang
kemungkinan ini. Juga, beberapa dari kortikosteroid topikal potensi rendah dan
"aman" digunakan secara umum untuk anak seperti hidrokortison, desonida, dan
hidrokortison butirat mempunyai potensi alergi tinggi karena tidak stabilnya
struktur mereka. Beberapa dari kortikosteroid topikal poten umum merupakan
alergen yang jarang cnth: fluorinated kortikosteroid, klobetasol propionat,
betametason dipropionat, mometason, dll. Alergi terhadap kortikosteroid topikal
telah ditinjau baru-baru ini.

Memberatnya dermatosis infeksi terjadi ketika kortikosteroid topikal


digunakan secara tidak sesuai untuk pelega gejala dari "rashes" yang belum
terdiagnosa atau salah diagnosa. Beberapa dermatosis seperti tinea dapat ditekan
dan kehilangan karakteristik klinis mereka, hal ini dapat membuat diagnosis
menjadi sulit.

Faktor yang mempengaruhi kortikosteroid topikal


Tiga kategori besar dari faktor yang berkaitan dengan efek samping potensial dari
kortikosteroid topikal:

Faktor terkait obat: Faktor ini termasuk struktur kimia di dalam


kortikosteroid dan formulasi vehikulum. Singkatnya, halogenasi dan subtitusi
rantai samping dapat meningkatkan potensi dari kortikosteroid topikal, sama
seperti formulasi pada basis salep oklusif, hal ini meningkatkan potensial untuk
menyebabkan efek samping. Jika kortikosteroid mempunyai metabolit aktif in
vivo, durasi aksi dan juga kemungkinan adanya efek samping akan meningkat.
Sebagai contoh, mometason mempunyai produk sisa yang aktif secara
farmakologi, tetapi flutikason tidak punya, hal ini membuat mometason secara
teoritis kurang aman untuk penggunaan jangka panjang.

Vehikulum dimana kortikosteroid topikal diformulasikan merupakan


penentu mayor dari potensi kortikosteroid topikal, dan juga efek samping
potensialnya. Salep oklusif dan zat - zat keratolitik atau peningkat penetrasi dapat
meningkatkan penetrasi obat secara dramatis dan maserasi kulit. Nantinya akan
menyebabkan kondisi ideal untuk pertumbuhan mikrobia. Formulasi seperti krim
dan losion mempunyai kandungan air yang tinggi membutuhkan lebih banyak
biosida dan pengawet untuk memperpanjang waktu kadaluarsanya, hal ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitivitas.

Faktor terkait lokasi: Faktor lokal yang meningkatkan resiko terjadinya


efek samping adalah stratum korneum yang tipis, dan banyaknya folikel
pilosebasea, kelembapan yang tinggi dan friksi. Semua faktor ini meningkatkan
penetrasi dari aplikasi obat topikal, dan menimbulkan baik efek samping lokal
maupun sistemik. Lokasi yang membutuhkan perhatian khusus pada semua umur
adalah kepala leher, daerah lipatan, skrotum; dan semua daerah popok pada bayi.
Daerah wajah khususnya rentan terhadap beberapa efek samping tertentu misalnya
hipertrikosis, acne, rosasea karena pemakaian kortikosteroid yang tidak tepat

Faktor manusia: Bagaimana agen topikal digunakan oleh pasien


merupakan faktor penting dalam keamanannya. Sebagai contoh, jumlah,
frekuensi, dan durasi pada pengaplikasian agen yang sama dapat bervariasi antar
pasien. Pasien dengan fobia steroid hanya akan mengaplikasikan sedikit
kortikosteroid dengan frekuensi sekali sehari, berbeda dengan pasien yang sangat
terganggu dengan rasa gatal dapat mengaplikasikan steroid topikal dalam jumlah
banyak dan sering, mengubah kecenderungan efek samping dari produk yang
sama. Oklusi selophane dan balutan handuk basah bermanfaat secara terapeutik
bagi anak dengan dermatosis berat tapi harus dilakukan dengan hati-hati untuk
periode terbatas karena hal ini dapat meningkatkan absorpsi produk yang
digunakan secara dramatis dan juga menyebabkan folikulitis

Penggunaan kortikosteroid topikal yang tidak sesuai merupakan masalah


besar. Kemudahan untuk mendapatkan kortikosteroid topikal poten sangat mudah
tanpa menggunakan resep dapat mengakibatkan penyalahgunaan. Beberapa
contoh penyalahgunaan dari kortikosteroid topikal adalah pemakaian resep
bersama antar keluarga dan teman, menggunakan kortikosteroid topikal sebagai
agen pemutih, pelembab, atau krim anti jerawat

Beberapa budaya khusus seperti obesitas anak dan penggunaan popok


oklusif mempunyai tempat khusus dalam keamanan penggunaan kortikosteroid
topikal pada anak. Kedua hal diatas meningkatkan maserasi kulit dan
meningkatkan kemungkinan absorpsi sistemik dari aplikasi lokal kortikosteroid,
juga dapat memicu pertumbuhan mikroba.

Strategi untuk memastikan keamanan penggunaan kortikosteroid topikal

Untuk meminalkan efek samping, setiap percobaan harus dibuat untuk


menghindari penggunaan kortikosteroid topikal ketika memungkinkan. Beberapa
subtitutor, tergantung pada kondisiL kalsineurin inhibitor topikal, agen
antipruritus topikal (cnth: fenol atau losion berisi mentol), emolien, atau
antimikroba topikal dengan aktivitas anti inflamasi (cntoh: metronidazole,
antifungal gol. azole).

Rash yang tidak terdiagnosis tidak boleh diobati dengan kortikosteroid


topikal, karena dapat memungkinkan diagnosis menjadi semakin sulit/tidak jelas.
Alternatif (lihat diatas) harus digunakan ketika uji diagnostik sedang dilakukan.
Jika tidak, kunjungan ulang harus dijadwalkan setelah beberapa hari sambil
memberikan pasien "bland" atau agen alternatif yang dibicarakan diatas untuk
memberi waktu sehingga dermatosisnya dapat timbul dengan jelas. Sudah jelas
kebenarannya bahwa kortikosteroid topikal dengan potensi terendah efektif dalam
mengontrol tanda dan gejala dari semua penyakit harus digunakan, khususnya
pada anak-anak. Walaupun begitu, dokter harus waspada untuk membiarkan
orang tua dengan fobia seroid mempengaruhi kortikosteroid yang diresepkan.
Sebagai contoh, perhatian terhadap efek samping seharusnya tidak berakibat pada
peresepan kortikosteroid topikal potensi rendah untuk pengobatan diskoid lupus
eritematosus.

Kombinasi antifungal atau antibakterial dengan kortikosteroid harus


digunakan dengan perhatian pada pengobatan penyakit dermatosis infeksi primer.
biasanya, kombinasi ini menimbilkan penurunan gejala dan tanda yang cepat dan
pasien akan memberhentikan pengaplikasiannya terlalu cepat, hal ini dapat
menimbulkan rekurensi.

Sema pasien dan pengasuh harus diajarkan mengenai jumlah


pengaplikasin kortikosteroid topikal yang benar sesuai kasus. Pada kasus ini,
penggunaan fingertip unit (FTU) harus diajarkan kepada pasien dan perkiraan
jumlah FTU yang dibutuhkan untuk cukup mengobati area target harus
disampaikan. untuk area kecil, objek umum seperti kacang polong atau bulir
gandum harus digunakan untuk menjelaskan jumlah yang akan digunakan.
Kebanyakan dari kortikosteroid topikal moderen, seperti mometason, flutokason,
dan metilprednisolon dirokemendasikan untuk pemakaian sehari sekali. Baru -
baru ini juga direkomendasikan bahwa walaupun pada kortikosteroid topikal yang
lebih lama tetap harus digunakan sehari sekali pada dermatitis atopik. Dokter
harus menjelaskan bahwa pengaplikasian lebih sering tidak menimbulkan efek
yang lebih cepat atau lebih baik, tetapi akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya efek samping. Durasi pengaplikasian harus juga dijelaskan pada resep
dan disampaikan pada pasien atau pada pengasuhnya secara oral.
kortikosteroid topikal seharusnya tidak boleh diberikan sebgai satu satunya
agen aktif dalam resep. Semua faktor yang dapat dimodifikasi yang meningkatkan
dermatosis harus disampaikan baik secara farmakologis atau saran pencegahan.
Xerosis pada dermatitis atopik, gesekan/keringat pada dermatosis intertriginosa,
garukan pada psoriasis, higienitas pada dermatosis infeksi eksematosa rekuren,
pelindungan nyamuk pada papular urtikaria beberapa contoh dari faktor yang
dapat dimodifikasi.

Strategi untuk menghentikan kortikosteroid topikal harus diperhitungkan


untuk semua anak yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Hal ini dapat
berupa, substitusi emolien secara gradual; sekali seminggu penggunaan terapi
dengan agen non-steroid. Ada beberapa studi baik pada psoriasis dan dermatitis
atopik mengenai regimen yang dapat meminalisir penggunaan kortikosteroid
topikal dengan mengaplikasikan mereka secara intermiten atau mengganti mereka
dengan terapi nonsteroid seperti kalsipotriol atau takrolimus.

Berbagi resep dan menggunakan resep lama untuk mengobati masalah


baru merupakandua penyebab mayor dari efek samping terkait kortikosteroid
topikal. Dokter harus menjelaskan bahwa agen topikal tersebut kuat dan
berbahaya sama seperti pil dan kapsul dan harus diperlakukan sama seperti itu.
Informasi tertentu dan kontrol harus diberikan pada pasien/pengasuh dengan
menjelaskan mengenai produk yang dapat mereka gunakan secara aman untuk
penggunaan jangka panjang tanpa berkonsultasi dengan dokter, seperti emolien.
Mereka harus diberitahu tentang pengobatan awal (initial treatment) (cnth:
emolien/kalamin, sirup antihistamin) yang aman mereka lakukan jika terjadi
relaps, dan pada gagal pengobatan mereka harus melakukan kunjungan ulang.
Tips berukut sangat diapresiasi oleh pasien dan mengurangi kesempatan
penyalahgunaan kortikosteroid topikal.

Mencari efek samping awal dari pemakaian kortikosteroid topikal dapat


mencegah timbulnya efek samping ireversibel. Permukaan kulit secara
mikroskopik harus dilihat secara horizontal apakah anyaman kapiler pembuluh
darah subpapiler berdilatasi, hal ini utnuk mengetahui tanda awal dari atrofi
dermal.

Seni pada medis berada pada menyadari bahwa setiap pasien itu unik dan
pengobatan yang dibutuhkan adalah khusus pada keadannya. Kortikosteroid
topikal yang digunakan pada anak sama seperti diatas, pada panduan umum yang
digunakan sebagai garis besar/acuan diatas harus ditaati, pada saat yang sama
mencari solusi kreatif untuk masalah pasien sehingga mereka dapat dengan aman
menggunakan formula ini.

Anda mungkin juga menyukai