Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Biologi Lengkap
Beranda Home Kimia Fisika Biologi
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah
dibuat.
A. Larutan
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen
yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa
dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut
campuran. Suatu larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih
zat. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah.
Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan,
1984).
Larutan dilihat berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang
mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain
didekatnya. Contoh larutan homogen yaitu gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran
heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air susu
dan air kopi (Syukri, 1999).
Pour point adalah suhu terendah yang dinyatakan sebagai kelipatan 5oF dimana
minyak yang diamati mengalir apabila minyak didinginkan dan diperiksa pada kondisi
tertentu. Poir point yang tinggi akan mengakibatkan mesin sulit dinyalakan pada suhu
rendah. Pour point ester minyak jarak yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada
spesifikasi yang diperbolehkan. Rendahnya nilai pour point ini menunjukkan bahwa
produk ester minyak jarak dapat digunakan pada daerah yang sangat dingin
(Kusumaningsih dkk, 2006).
B. Jenis-jenis larutan
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat
dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utama yang
terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat
terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat
bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas adalah larutan
Pengenceran bisa menurunkan harga konsentrasi larutan. Hal itu yang menjadi
dasar pembuatan larutan di laboratorium seringnya. Dalam rumus pengenceran pun
dapat dilihat bahwa penambahan air atau zat pelarut akan menurunkan konsentrasi
larutan. Rumusnya: V1.M1 = V2.M2 jika V1adalah volume betadine pekat dan M1adalah
konsentrasi betadine pekat. Kemudian ditambahkan pelarut untuk proses pengenceran
sehingga V2 (volume encer) maka M2 sebagai konsentrasi pengenceran yang memiliki
konsentrasi lebih kecil dari pada konsentrasi sebelumnya. Jadi intinya pengenceran
dapat menurunkan harga (Oktoby, 2001).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari
larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi
seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya (Lesdantina, 2009).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, seperti persen berat
(w/w), persen volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm),
fraksi mol (x) dan normalitas (N).
Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Perhitungannya:
c. Molaritas (M)
d. Molalitas (m)
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: gelas piala, gelas ukur 100 mL,
pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok 10 mL, labu takar 50 mL dan 100mLburet.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : asam klorida pekat,
larutan natrium hidroksida 0,1M pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1M,
indikator metil merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, aquades.
1. Larutan asam klorida pekat diambil 4,15 mL dengan menggunakan gelas ukur yang
telah ditimbang dan pipet tetes. Lakukan dalam lemari asam.
3. Asam klorida pekat yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam labu takardengan
perlahan-lahan. Lakukan dalam lemari asam.
7. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl
yang telah diencerkan ini disebut larutan B.
1. Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH
yang akan digunakan.
7. Volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret dibaca. Hitung
volume natrium hidroksida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal
dan volume akhir natrium hidroksida dalam buret.
2. Natrium hidroksida dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang
telah berisi 20-25 mL akuades hangat.
5. Akuades ditambahkan hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar
kemudian kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut
sebagai larutan C.
3. Volume awal larutan HCl 0,1 Mdicatat dalam buret dengan membaca skala pada
meniskus bawah larutan.
6. larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan,
hentikan titrasi.
7. Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Hitung volume asam
klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir
asam klorida dalam buret.
5. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH encer di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan,
hentikan titrasi.
1. Hasil
larutan homogeny
yang baru
(larutan B)
II. Penentuan Konsentrasai Larutan HCl melalui titrasi
a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah
V2 NaOH = 3,2 mL
V1 HCl = 10 mL
V2 HCl = 10 mL
larutan NaOH
V1 NaOH = 3,2 mL
V2 NaOH = 3,6 mL
aquades
Mr NaOH 40 gram/mol
(Larutan C)
yang baru
(Larutan D)
2. Perhitungan
a. Konsentrasi Larutan A
MHCl = 12,0630
VA = 50 mL
Ditanya : MolaritasA = .?
MA . 50 = 12,0630 . 4,15
MA = 1,00 M
b. Konsentrasi Larutan B
Diketahui : MA = 1,00 M
VA yang diencerkan = 20 mL
VB = 100 mL
Ditanya : MB = ..?
Jawab : MA . VA = MB . VB
20 = MB . 100
MB = = 0,2 M
2. Melalui Titrasi
VHCl = 10 mL
VNaOH = 3 mL
X .10 mL .1 = 0,1 . 3
10X = 0,3
MHCl = 0,03 M
VHCl = 10 mL
VNaOH = 3,4 mL
10X = 0,34
MHCl =0,034 M
a. Konsentrasi Larutan C
Mr NaOH = 40 gr/mol
Ditanya : M NaOH = .?
Jawab :n =
= = 0,01 mol
MNaOH = n/v
=0,01/0,05 L
= 0,2 M
b. Konsentrasi Larutan D
Diketahui : MC = 0,2 M
VC = 25 mL
VD = 100 mL
Ditanya : MD = ..?
Jawab : MC . VC = MD . VD
0,2. 25 = MD . 100
5 = 100 MD
MD = 5 =0,05 M
100
2. Melalui Titrasi
a. Titrasi NaOH oleh HCl
Diketahui : VNaOH = 10 mL = 0,01 L
VHCl = 4,6 mL =0,0046 L
NHCl =0,1 N
Ditanyakan : MNaOH ?
Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH
0,1.0,0046 = MNaOH.0,01 L
MNaOH = 0,046 M
b. Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui : VNaOH = 19,15 mL = 0,01915 L
VHC l= 10 mL = 0,01 L
NHCl = 0,1 N
Ditanyakan : MNaOH ?
Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH
0,1.0,01L = MNaOH.0,01915
MNaOH= 0,0522 M
B. Pembahasan
Percobaan pembuatan dan pengenceranlarutan asam klorida percobaan ini untuk
mengetahui bagaimana cara pembuatan dan penentuan konsentrasi larutan. Dalam
praktikum ini kita menggunakan beberapa bahan yaitu larutan asam klorida pekat,
larutan natrium hidroksida 0,1M, pellet natrium hidroksida, larutan asam klorida yang
sudah diketahui konsentrasinya yaitu sebesar 0,1M, kemudian indikator metil merah,
indikator phenophtlaein , dan akudes.
Percobaan yang pertama adalah pembuatan dan pengenceran larutan HCl yang
bertujuan untuk mendapatkankonsentrasi larutan lebih rendah dari konsentrasi semula.
HCl pekat diambil sebanyak 4,15 mL diambil dengan gelas ukur kemudian dimasukkan
dalam labu takar beri akuades 20-25ml masih dilakukan didalam lemari asam.
Kemudiandiencerkan dengan menambahkan air murni (akuades) sampai batas tutup
labu takar kocok hingga homogen. Dari pengenceran ini akan kita dapatkan HCl encer
yang tentunya dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dengan demikian data yang kami
peroleh dari hasil percobaan sesuai dengan tujuan pengenceran. Molaritas HCl pekat
adalah 12,0630 mol/L, molaritas larutan A adalah 1,0 M mol/L, dan molaritas larutan B
adalah 0,2 M Dapat kita lihat, Molaritas HCl pekat lebih tinggi daripada molaritas
larutan A dan larutan B. Begitu pula molaritas larutan A lebih tinggi daripada molaritas
larutan B. Hal ini menunjukan bahwa pembuatan larutan dan dimaksudkan untuk
mengencerkan larutan tersebut saya rasa sudah terlihat jelas.
Hal ini dapat terlihat pada hasil perhitungan molaritas dalam hal ini satuan
konsentrasi yang dipakai adalah moralitas. Terlihat bahwa terjadi perbedaan yang jelas
dari data yang ada dengan data perhitungan setelah kami melakukan percobaan.
Konsentrasi larutan HCl pekat lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi dari larutan
HCl yang sudah m,engalami pengenceran. Kami telah melakukan pengenceran untuk
melakukan pengenceran larutan. setelah ini kami akan melakukan titrasi dari larutan
yang sudah kita encerkan lagi dengan penitran yang sesuai.
Pada praktikum ini dilakukan titrasi HCl encer dengan menggunakan titran NaOH
dan indikator metil merah serta indikator phenophtalein. Fungsi dari pemberian
indikator adalah untuk mengetahui titik ekivalen dari suatu proses titrasi apakah sudah
tercapai. Pada titrasi HCl dengan menggunakan indikator metil merah terlihat bahwa
adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi metil merah. Sebelum larutan ini dititrasi
larutan ini berwarna merah muda , lalu setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan
NaOH terjadi perubahan warna yaitu menjadi warna kuning muda. Pada titrasi ini rata-
rata volume NaOH yang terpakai yaitu 3 mL sehingga didapat molaritasnya 0,03 mol/L.
Data pada titrasi pertama volume NaOH secara garis besar, telah dilakukan dengan
benar. Baik menggunakan indikator metil merah maupun indikator
phenophtalein.Prosedur diatas menggunakan reaksi kuantitatif yang mengacu pada
reaksi asam basa.
Dalam pembuatan larutan dengan melarutkan zat dalam bentuk padatan harus
memilik ketelitian dan kesabaran sendiri. Hal ini tergantung pada asisten masing-
masing. Pada penentuan titik ekivalen sudah dibantu oleh indicator karena indikator
penentu titik ekivalen. Tetapi dalam menentukan titik ekivalen masing-masing orang
tidak sama dalam presepsi warna akhir. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang
kompak dari praktikan dan asisten.
Jika suatu larutan konsentrasinya sudah diketahui maka larutan tersebut adalah
larutan standar. Larutan standar terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer konsentrasinya relatif tetap
dibandingkan dengan konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat.
Larutan standar sekunder konsentrasinya sering mengalami perubahan dibanding
konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat.
VI. KESIMPULAN
1. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven.
2. Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengenceran zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan
mengencerkan suatu larutan pekat. Salah satu cara menurunkan konsentrasi suatu
larutan adalah dengan cara pengenceran.
3. Dalam proses titrasi diperlukan adanya indikator sebagai penunjuk akhir suatu proses
titras atau sebagai penunujuk tercapainya titik ekuivalen. Dalam percobaan ini
digunakan dua indikatoryaitu phenophtalein dan metil merah.
4. Dari data perhitungan konsentrasi dari Larutan A adalah = 1,0 M dan untuk larutan B
sebanyak = 0,2 M, kemudian konsentrasi larutan C 0,2 M , dan konsentrasi dari
larutan D sebesar 0,05M.
DAFTAR PUSTAKA