Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Karangan: Isnin Maliya

Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Misteri


Lolos moderasi pada: 26 September 2017

Ini sudah kesekian kalinya aku mengubrak-abrik meja belajar dan lemariku. Namun,
tetap saja benda berbentuk segi-empat itu tidak kutemukan. Aku coba mengingat-ingat
di mana terakhir kali aku meletakkan buku diary itu. Setahu-ku, diary itu
kuletakkan di tumpukan buku-buku pelajaran. Kalau tidak salah, semalam aku
melihatnya. Tapi kini, ketika dicari, diary itu telah menghilang. Seakan-akan
bersembunyi. Seolah-olah ia tidak ingin menerima coretan-coretan tanganku. Ah,
kalau begini aku ingat mengenai kisah diary bernoda merah. Apa kalian tahu kisah
diary itu? Tidak? Baiklah, baca sampai habis kisah ini

Aku adalah sebuah buku berukuran sedang dengan theme cover musim semi. Tanpa
diberitahu pun, semua orang pasti tahu kalau aku adalah diary. Pemilikku adalah
seorang gadis berpenampilan sederhana dan apa adanya. Dengan dua kepangan di
rambutnya, sebagai ciri khas gadis itu.

Gadis itu termasuk orang yang pendiam. Di mana pun ia berada, ia selalu terlihat
diam saja. Tidak banyak bicara. Di keramaian pun, ia selalu terlihat menyendiri.
Orang-orang di sekitarnya mengira bahwa gadis itu mempunyai keterbelakangan mental
atau tidak normal. Ada yang mengatakan bahwa gadis itu sombong dan sulit
beradaptasi. Ada yang mengatakan bahwa tidak ada yang ingin berdekatan dan berteman
dengan gadis itu. Berbagai macam persepsi yang orang tunjukkan untuk gadis pendiam
itu.

Namun, siapa yang tahu bahwa gadis itu selalu mengekspresikan perasaannya melalui
sebuah tulisan. Setiap waktu, setiap hari, dalam setiap keadaan, gadis itu selalu
menulis apapun yang ia rasakan di dalam diriku. Hingga suatu ketika, gadis itu
mulai merasakan apa yang sewajarnya dirasakan oleh setiap manusia. Perasaan yang
manusiawi. Cinta. Ya, gadis itu jatuh cinta. Diriku penuh akan rangkaian kata cinta
yang dirasakannya.

Dear diary
Untuk pertama kali aku melihat dirinya. Apa kau tau? Ada sesuatu yang berbeda saat
aku menatapnya. Wajahnya itu.. Ahh, rasanya aku ingin senyum-senyum sendiri saat
wajah dinginnya itu terlintas di pikiranku. Pasti kau heran, kan? Bagaimana bisa
aku menyukai laki-laki berwajah dingin? Tapi, begitulah kenyataannya. Aku sendiri
pun tidak mengerti. Eits, tunggu.. apa yang barusan kukatakan tadi? Aku
menyukainya? Haha. Aku rasa aku terlalu terburu-buru mendeskripsikan perasaanku.
Aku tidak tahu, akan kubawa ke mana perasaan yang aneh ini. Aku hanya berharap,
semoga rasa ini berakhir indah.

Dear diary
Rasa penasaranku bertambah terhadap laki-laki berwajah dingin itu. Bagaimana tidak?
Aku selalu dipertemukan dengannya. Aku tidak mengerti, bagaimana ini bisa terjadi.
Di mana pun aku berada, laki-laki berwajah dingin itu pun ada di dekatku. Haha,
tidak-tidak. Sepertinya aku terlalu berlebihan. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
Iya kan, diary?

Dear diary
Ini bukan suatu kebetulan! Aku yakin, pasti ada suatu alasan mengapa takdir terus
mempertemukan aku dengan laki-laki berwajah dingin itu. Pagi tadi, saat upacara
bendera akan dimulai, aku hanya ingin memastikan apakah laki-laki berwajah dingin
itu ada di sekitarku atau tidak. Aku mencari keberadaannya. Namun, aku tidak
menemukan sosok dirinya. Saat itu, aku benar-benar yakin bahwa pertemuanku dengan
dia hanyalah sebuah kebetulan. Lalu, kau tahu apa yang selanjutnya terjadi, diary?
Aku menginjak sepatu seseorang karena aku berjalan mundur. Lebih tepatnya, aku
terdorong oleh orang yang ada di depanku dan membuat tubuhku terdorong ke belakang.
Yang kulakukan saat itu adalah bersiap-siap mendengar omelan dari seseorang yang
sepatunya kuinjak itu. Selang beberapa waktu, aku tidak mendengar apapun dari orang
itu. Saat aku menolehkan kepalaku ke belakang, saat itulah rasanya aku ingin
pingsan! Diary, apa kau tahu? Ternyata laki-laki berwajah dingin itu ada di
belakangku. Dan sepatu yang terkena injakanku tadi adalah sepatunya! Aku bisa
merasakan pipiku yang mulai menghangat. Ah, ada apa ini! Seluruh tubuhku ikut
bergetar, terutama jantungku. Diary, tolong beritahu kepadaku! Apakah ini yang
namanya jatuh cinta?

Dear diary
Cinta memang tidak mengenal waktu ya, diary? Cinta datang secara tiba-tiba, kapan
saja dan kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun.
Cinta bisa membuat siapa saja yang merasakannya menjadi gila. Mulai dari senyum-
senyum sendiri, selalu memikirkan tentang dirinya, selalu membayangkan sosok
dirinya, dan masih banyak lagi. Diary, aku belum mengetahui nama laki-laki berwajah
dingin itu. Aku harus mencari tahu itu, bukan hanya nama, tapi semua tentang laki-
laki berwajah dingin itu.

Dear diary
Aku tau namanya! Aku tau kelasnya! Aku tau ekskul yang diikutinya! Aku tau teman-
temannya! Aku tau rumahnya! Aku tau tanggal lahirnya yang hanya berjarak 3 hari
dari tanggal lahirku. Aku tau kesukaannya! Aku tau sifat aslinya! Aku tau semuanya,
diary!

Dear diary
Aku bahagia sekali, diary! Untuk pertama kalinya dia menatapku. Apa ini artinya dia
sudah tau bahwa aku menyukainya? Oh, aku sungguh-sungguh bahagia.

Dear diary
Apa aku salah? Apa aku salah telah mencintai laki-laki berwajah dingin itu? Apa aku
telah melakukan sebuah kesalahan karena telah mencintai laki-laki berwajah dingin
itu? Saat jam istirahat tadi, aku menghabiskan waktu di perpustakaan. Ada seorang
perempuan cantik berseragam putih abu-abu menghampiriku. Perempuan itu menyuruhku
untuk berhenti mencintai laki-laki berwajah dingin itu. Perempuan itu juga
mengancamku, jika aku tidak berhenti menyukai laki-laki berwajah dingin itu, maka
aku akan celaka. Aku tak habis pikir, diary! Ternyata bukan cuma aku yang menyukai
laki-laki berwajah dingin itu. Perempuan itu pun menyukainya. Sampai-sampai ia
mengancam untuk mencelakaiku. Haha, aku tidak ingin ambil pusing. Ini tentang
perasaanku, bukan orang lain. Tapi, bagaimana perempuan itu bisa tau kalau aku
menyukai laki-laki berwajah dingin itu?

Dear diary
Coba tampar pipiku, diary! Ayo tampar! Ah, aku lupa. Kau mana mungkin bisa
menamparku. Hehe, aku hanya ingin memastikan apakah aku hanya bermimpi, atau ini
benar-benar merupakan suatu kenyataan. Laki-laki berwajah dingin itu mengantarku
pulang sekolah tadi. Kebahagiaanku sungguh tidak bisa kulukiskan dengan sebuah
kata-kata. Dan yang lebih membahagiakan lagi, nanti malam dia akan menjemputku, dia
akan mengajakku makan malam. Ini benar-benar diluar dugaanku, diary! Aku kira dia
tidak menyukai gadis sepertiku. Tapi, ternyata lihatlah! Secepat itu dia mengajakku
makan malam. Rasanya aku tidak sabar untuk malam nanti. Sekarang, aku ingin
menyiapkan baju yang akan kupakai malam nanti.

Dear diary
Aku sudah siap! Lihat penampilanku sekarang. Apakah sudah sempurna, diary? Huftt,
aku merasa tegang sekali, diary. Sebelumnya aku tidak pernah pergi makan malam
bersama laki-laki yang aku cintai. Tapi, mengapa dia lama sekali datangnya? Lebih
baik aku menunggu di sini saja, di kamarku. Aku merasa malam ini benar-benar
dingin. Hmm.. apa kau mendengar sesuatu, diary? Aku mendengar seperti langkah kaki
seseorang. Ah, mungkin ini hanya halusinasiku saja. Aku sendirian di rumah ini.
Kedua orangtuaku sedang ada urusan diluar kota. Semua pintu di rumah ini juga sudah
aku kunci. Jadi, mana mungkin orang bisa masuk ke dalam rumahku. Tapi, mengapa
suara langkah kaki itu semakin jelas dan dekat? Aku mulai merasa takut, diary.
Bagaimana ini? Hah, ada yang membuka pintu kamarku. Oh Tuhan, aku tidak berani
melihat ke belakang. Diary, bantu akuuu!!!

Itu adalah tulisan terakhir gadis pendiam itu di dalam diriku. Malam itu, sebelum
aku terpelanting ke bawah kolong tempat tidurnya, aku melihat tubuhnya penuh dengan
darah. Aku ingin sekali membantunya. Tapi, aku tidak berdaya. Aku hanyalah sebuah
buku yang tidak bisa bergerak. Kasihan sekali gadis itu. Siapa yang tega melakukan
ini terhadapnya? Ah, ternyata dia! Laki-laki berwajah dingin.

Ya, seperti itulah kisahnya. Benar-benar tidak masuk akal. Ah, sudahlah. Aku tidak
ingin memikirkan kisah itu. Aku harus melanjutkan pekerjaanku mencari buku diaryku.
Nah, ini dia!!!! Tapi, bagaimana bisa diaryku berada di bawah tempat tidurku?
Mungkin saja buku itu terjatuh saat aku menaruhnya di atas kasur.

Aku membuka buku diaryku. Sudah lama sekali aku tidak menulis di sini. Diary, apa
kau rindu padaku? Hehe.

Tapi.. ada apa ini? Mengapa diaryku penuh dengan noda? Mengapa diaryku bernoda
merah?

Cerpen Karangan: Isnin Maliya


Facebook: Isnin Maliya
Kunjungi blog penulis untuk membaca karya-karyanya yang lain :
http://pena-lia.blogspot.com

Cerpen Diary Bernoda Merah merupakan cerita pendek karangan Isnin Maliya, kamu
dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru
buatannya.

Anda mungkin juga menyukai