KESEHATAN KOMUNITAS
B. SASARAN
Menurut Maulana (2009), sasaran kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Sasaran Primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka
sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang
dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder pendidikan kesehatan adalah tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adata, dan sebagainya. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan, diharapkan kepada kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat di lingkungannya. Selain itu juga diharapkan
mereka mampu menjadi role model serta memberikan contoh penerapan
pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Upaya pendidikan kesehatan
pada sasaran sekunder ini sejalan dengan strategi dukungan social (social
support).
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier dari pendidikan kesehatan adalah pembuat
keputusan atau penentu kebijakan sesuai dengan ruang lingkup pendidikan
kesehatan misalnya lingkup rukun tetangga, rukun warga, dusun, desa,
kecamatan, kabupaten, dan lain sebagainya. Pendidikan kesehatan melalui
kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan akan berdampak pada
perilaku kelompok sasaran sekunder maupun primer. Upaya ini sejalan
dengan strategi advokasi pendidikan kesehatan.
1. Input
Menyangkut pada sasaran belajar yaitu individu, kelompok, serta
masyarakat dengan berbagai latar belakangnya.
2. Proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku)
pada diri subjek belajar tersebut. Dalam proses terjadi pengaruh timbal
balik antara berbagai factor antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik
dan fasilitator), metode, teknik belajar, alat bantu serta materi atau bahan
yang dipelajari.
3. Output
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
D. TAHAP-TAHAP
1. Pengkajian
a. Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu,
keluarga, atau kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan.
informasi tersebut diperlukan karena akan mempengaruhi pemilihan
materi, metode, dan media pendidikan kesehatan.
b. Metode adalah pengamatan langsung dan wawancara serta
mempelajari data yang sudah ada (medical record / kartu rawat jalan).
c. Aspek yang dikaji
1) Riwayat keperawatan. Informasi yang telah diperlukan melalui
pengkajian riwayat keperawatan merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi kebutuhan belajar, meliputi :
a) Usia, misalnya cara penyampaian informasi pada lansia secara
lambat dan berulang
b) Pemahaman dan persepsi klien tentng maalah kesehatan,
meisalnya tuberkulosis bukan merupakan penyakit keturunan
c) Keyakinan dan praktik tentang kesehatan, misalnya lebih
memilih dukun dari pada dokter.
2) Faktor budaya. Misalnya, kebiasaan makan-makanan berlemak
tinggi pada suku tertentu
3) Faktor ekonomi. Pemberian contoh dalam penyusunan menu
makanan disesuaikan dengan keadaan ekonomi klien.
4) Gaya belajar. Misalnya, bebrapa klien hanya dapat menerima
informasi dengan baik jika menggunakan alat bantu atau
demonstrasi.
5) Faktor pendukung pada klien. Contohnya, adanya keterlibatan
kleuarga sebagai pengawas minum obat (PMO) pada keluarga
dengan klien Tuberkulosis dalam kepatuhan pengobatan.
6) Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat juga digunakan untuk
mengkaji kebutuhan belajar klien antara lain :
a) Status mental, contohnya : klien yang sedang tegang atau
bersedih akan sulit menerima informasi yang akan diberikan
b) Tingkat energi dan status gizi, contohnya : pada keadaan
kurang asupan makanan (Malnutrisi), klien akan sulit
menerima informasi
c) Kapasitas fisik klien untuk belajar dan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
d) Kemampuan penglihatan, pendengaran, dan koordinasi otot.
d. Hasil pengkajian
1) Ketidaksiapan untuk belajar. Beberapa klien sering tidak siap untuk
belajar. Untuk itu, perawat perlu mengkaji penyebab ketidaksiapan
belajar tersebut yang meliputi :
a) Ketidaksiapan fisik seperti adanya kelelahan, nyeri dan
keterbatasan pergerakan.
b) Ketidaksiapan emosi, seperti adanya kecemasan, bersedih, dan
marah.
c) Ketidaksiapan kognitif seperti adanya pengaruh dari obat-
obatan yang diminum.
2) Motivasi. Motivasi yang ada pada diri klien sangat berpengaruh
dalam kebutuhan klien untuk belajar dan mendapatkan informasi.
Perawat dapat meningkatkan motivasi klien untuk belajar dengan
cara :
a) Lakukan pendekatan persuasif kepada klien.
b) Memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan
klien.
3) Tingkat kemampuan membaca. Klien sangat berpengaruh terhadap
kemampuan untuk menerima informasi selama ini. Untuk itu,
perawat perlu mengkaji tingkat kemampuan membaca klien untuk
menetapkan strategi pembelajaran yang tepat.
2. Diagnosis keperawatan
a. Tujuan : dirumuskannya masalah yang dihadapi klien terkait engan
pendidikan ksehatan yang diberikan
b. Metode : analisis data (informasi) berdasarkan hasil dari pengkajian
c. Rumusan diagnosis keperawatan : berkaitan dengan kebutuhan belajar
lien secara umum dapat dikelompokan dalam kategori diagnosis yang
didasarkan pada respon klien dan etiologi
3. Perencanaan
a. Tujuan perencanaan : menetapkan apa yang ingin dicapai dalam
mengatasi masalah
b. Aspek dalam perencanaan meliputi tujuan, sasaran, metode, dan media
materi, tempat, dan langkah-langkah
c. Tahapan dalam menyusun rencana pengajaran sebagai berikut :
1) Menetapkan prioritas pengajaran. Kebutuhan belajar klien disusun
berurutan menurut prioritas kebutuhan belajar. Perawat dan klien
dapat secara bersama-sama menetapkannya karena dengan
melibatkan klien akan meningkatkan motivasi klien untuk belajar
sesuai kebutuhannya
2) Menyusun kriteria yang diharapkan. Perawat perlu menyusun
kriteria yang diharapkan dapat terjadi dalam proses belajar meliputi
keadaan yang dapat diamati dan diukur, aktivitas klien yang dapat
diamati dan diukur kondisi bagaimana aktivitas kondisi tersebut
yang dilakukan klien dan kriteria waktu yang dilakukan klien
3) Memilih materi. Oerawat perlu memilih sumber-sumber informasi
yang meliputi buku, jurnal keperawatan dan kesehatan, serta media
lainnya.
4) Menentukan startegi mengajar. Metode mengajar yang digunakan
perawat harus sesuai dengan kondisi klien dan materi yang akan
disampaikan oleh pengajar. Contohnya, seseorang yang tidak dapat
membaca materi dapat diberikandengan diskusi dan menggunakan
media gambar (lembar balik).
d. Implementasi
1) Tujuan Implementasi : melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perawat tida perlu terpaku
pada rencana yang telah disusun
3) Rencana dapat direvisi segera bila dalam pelaksanaan ada
perubahan pada kondisi klien atau faktor eksternal klien
4) Yang perlu diperhatikan dalam mengajar adalah kesesuaian dan
wkatu yang tepay sehingga memungkinkan klien untuk mengajar
dalam setiap pertemuan
5) Lingkungan dapat menghambat atau membantu dalam proses
belajar
6) Alat bantu dapat membantu memfokuskan perhatian klien daam
belajar
7) Belajar akan lebih efektif bila klien menemukan materi yang
mereka butuhkan.
1. Pendidikan (educational)
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik)
untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan
kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan
kepada pengetahuan dan kesadarnnya melalui proses pembelajaran.
Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan
menetap, karena didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendidikan
kesehatan ini adalah hasilnya lama karena perubahan melalui proses
pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama.
2. Paksaan atau tekanan (Coercion)
Paksaan atau tekanan yang dilakukan kepada masyarakat agar
melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan meraka sendiri. Tindakan atau perilaku sebagai hasil tekanan ini
memang cepat, tetapi tidak akan langgeng karena tidak didasari oleh
pemahaman dan kesadaran untuk apa mereka berperilaku seperti itu.
Berdasarkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dua
pendekatan tersebut, maka pendekatan pendidikanlah paling cocok sebagai
upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat, melalui faktor perilaku.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi
kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Green (1980), perilaku ini
ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor yang dapat mempermudah atau
mempredisposisi timbulnya perilaku dalam diri seorang individu atau
masyarakat. Faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam kelompok faktor
predisposisi diantaranya adalah pengetahuan individu, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma sosial.
b. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor pendukung perilaku adalah faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku atau tindakan individu atau
masyarakat. Faktor ini meliputi tersedianya sarana pelayanan
kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor yang memperkuat terjadinya suatu tindakan untuk
berperilaku sehat diperlukan adalah perilaku petugas kesehatan dan
dari tokoh masyarakat seperti lurah dan tokoh agama. Selain hal
tersebut juga diperlukan ada tersedianya peraturan dan perundang-
undangan yang memperkuat.
1. Manfaat PHBS
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga
akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tannga
tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.
Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang
tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi
seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai
keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan
adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan
citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi
percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memeberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah
Tangga ber PHBS. Rumah tangga yang ber-PHBS adalah rumah tangga
yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu:
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
j. Tidak merokok di dalam rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Yudha,Arief (2010)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61407/Chapter II.pdf. di
unduh 26 April 2017
Efendi, Ferry.(2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.
Yogyakarta : Nuha Medika.