SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem informasi yang
menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara
yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat
melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi
sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data
set yang sama). Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu
sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi
sistem lainnya. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi
yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, sistem
informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran
data antar aplikasi. Dengan SIK Terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali
sehingga data yang sama akan disimpan secara elektronik dan bisa dikirim dan diolah. SIK
Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi pengembangan yang akan diadopsi
untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan. Dalam
rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK Nasional yang
menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia. Model ini memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK Manual
untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan
listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku
kepentingan SIK bisa bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan,
penyimpanan dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data
dapat ditingkatkan
Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib menyampaikan
laporan sesuai standar dataset minimal dan jadwal yang telah ditentukan. Halaman 16 dari 69
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan
pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk
hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Fasilitas
pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy
berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan
Nasional dalam format yang telah ditentukan. Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa,
perawat desa/perawat perkesmas, posyandu, polindes) melapor kepada puskesmas yang
membinanya, berupa data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya
akan dikembangkan program mobile health (mHealth) dengan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke Bank Data Kesehatan
Nasional. Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas
pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) akan dientri
ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima, akan diimpor ke dalam
aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi.
Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan
diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data
Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui
website Kemenkes.