Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Tepung
Tempe
Research
Article
DAYA
TERIMA
DAN
KANDUNGAN
ZAT
GIZI
FORMULA
TEPUNG
TEMPE
DENGAN
PENAMBAHAN
SEMI
REFINED
CARRAGEENAN
(SRC)
DAN
BUBUK
KAKAO
F.
Bastian,
E.
Ishak,
A.
B.
Tawali,
M.
Bilang
ABSTRAK:
Tempe
merupakan
salah
satu
makanan
tradisional
Indonesia
yang
berasal
dari
kedelai.
Tempe
memiliki
nilai
gizi
dan
daya
cerna
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
kedelai.
Produk
turunan
tempe
masih
sangat
kurang,
karena
selama
ini
tempe
langsung
dikonsumsi
dalam
bentuk
gorengan
atau
direbus.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
membuat
produk
turunan
tempe
yaitu
formula
tepung
tempe,
kemudian
melihat
daya
terima
meliputi
rasa,
aroma,
dan
tekstur;
dan
kandungan
gizi
dari
produk
yang
dihasilkan.
Penelitian
ini
terbagi
atas
dua
atahap,
pada
tahap
pertama
akan
ditentukan
berapa
persen
penambahan
semi
refine
carragenan
(SRC)
untuk
meningkatkan
kestabilan
larutan
formula
tepung
tempe.
Penerimaan
panelis
terhadap
formula
tepung
tempe
dengan
penambahan
bubuk
kakao
dianalisis
pada
tahap
kedua
penelitian.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
rancangan
acak
lengkap
satu
factorial
dengan
dua
ulangan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
penambahan
SRC
4%
(b/b)
atau
1
g
dari
berat
formula
tepung
tempe
25
g
merupakan
penambahan
SRC
terbaik
dengan
tingkat
kestabilan
larutan
sebesar
71%.
Penambahan
bubuk
kakao
terbaik
yaitu
dengan
penambahan
9%
(w/w).
Produk
formula
tepung
tempe
ini
memiliki
kandungan
gizi
protein
21,7%;
lemak
13,66%;
serat
5,18%;
air
3,02%;
abu
6,44%;
dan
karbohidrat
55,18%.
Kata
Kunci
:
Tempe,
formula
tepung
tempe,
semi
refine
carrageenan,
bubuk
kakao
PENDAHULUAN
maka
protein,
lemak,
dan
karbohidrat
pada
tempe
menjadi
Tempe
merupakan
makanan
tradisional
yang
telah
lebih
mudah
dicerna
di
dalam
tubuh
dibandingkan
yang
dikenal
di
Indonesia,
dibuat
dengan
cara
fermentasi
atau
terdapat
dalam
kedelai.
Proses
fermentasi
yang
terjadi
pada
peragian.
Pembuatannya
merupakan
hasil
industri
rumah
tempe
berfungsi
untuk
mengubah
senyawa
makromolekul
tangga.
Tempe
diminati
oleh
masyarakat,
selain
harganya
kompleks
yang
terdapat
pada
kedelai
(seperti
protein,
lemak,
murah,
juga
memiliki
kandungan
protein
nabati
yang
tinggi.
dan
karbohidrat)
menjadi
senyawa
yang
lebih
sederhana
Setiap
100
g
tempe
mengandung
protein
20,8
g;
lemak
8,8
g;
seperti
peptida,
asam
amino,
asam
lemak
dan
monosakarida.
serat
1,4
g;
kalsium
155
mg;
fosfor
326
mg;
zat
besi
4
mg;
Tempe
mempunyai
daya
simpan
yang
singkat
dan
akan
vitamin
B1
0,19
mg;
dan
karoten
34
g.
Mutu
protein
tempe
segera
membusuk
selama
penyimpanan.
Hal
ini
disebabkan
lebih
tinggi
jika
dibandingkan
dengan
kedelai
rebus.
Tempe
oleh
proses
fermentasi
lanjut,
menyebabkan
degradasi
memiliki
padatan
terlarut
34%
sedangkan
kedelai
rebus
14%;
protein
lebih
lanjut
sehingga
terbentuk
amoniak.
Amoniak
nitrogen
terlarut
tempe
sebesar
39%,
kedelai
rebus
6,5%;
yang
terbentuk
menyebabkan
munculnya
aroma
busuk.
Oleh
asam
amino
bebas
7,3-12%,
kedelai
rebus
0,5%;
dan
daya
karena
itu,
pengolahan
lebih
lanjut
dari
tempe
untuk
cerna
tempe
sebesar
83%,
sedangkan
kedelai
rebus
75%
menghasilkan
produk
turunan
tempe
perlu
dilakukan
untuk
(Astuti,
1999).
Menurut
Murata
et
al.
(1967),
tidak
terdapat
memperpanjang
masa
simpannya.
Salah
satu
alternatif
perbedaan
yang
signifikan
antara
jumlah
protein
dan
mineral
produk
turunan
tempe
yaitu
dibuat
tepung
tempe
yang
antara
tempe
dan
kedelai,
namun
terdapat
perbedaan
antara
kemudian
dikembangkan
menjadi
produk
formula
tepung
jumlah
asam
amino
bebas
tempe
yang
lebih
tinggi
hingga
8,5
tempe.
kalinya
dibandingkan
dengan
kedelai.
Perbedaan
signifikan
Produk
tepung
tempe
merupakan
salah
satu
produk
lainnya
yaitu
penambahan
jumlah
serat
setelah
kedelai
hasil
pengolahan
dari
tempe
yang
dapat
dibuat
menjadi
difermentasi
menjadi
tempe.
minuman.
Permasalahan
yang
timbul
ketika
tepung
tempe
Komposisi
protein,
lemak,
dan
karbohidrat
tempe
tidak
ingin
dijadikan
minuman
yaitu
kelarutannya
yang
rendah
banyak
berubah
dibandingkan
dengan
kedelai,
namun
karena
terhadap
air
seduhan.
Selain
kelarutan
yang
rendah,
aroma
adanya
enzim
pencernaan
yang
dihasilkan
oleh
kapang
tempe,
langu
tempe
juga
menjadi
penolakan
bagi
sebagian
panelis
dan
cita
rasa
dari
produk
formula
tepung
tempe
juga
perlu
Dikirim
15/12/2012,
diterima
22/01/2013.
Para
penulis
adalah
dari
ditingkatkan.
Program
Studi
Ilmu
dan
Teknologi
Pangan,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar,
Indonesia.
Kontak
langsung
melalui
email:
F.
Bastian
Permasalahan
kelarutan
tepung
tempe
dapat
diatasi
(februadi@unhas.ac.id)
dengan
penambahan
stabilisator
seperti
Semi
Refine
Carrageenan
(SRC).
Penambahan
SRC
akan
meningkatkan
2013
Indonesian
Food
Technologist
Community
Available
online
at
www.journal.ift.or.id
viskositas
larutan
karena
karagenan
yang
memiliki
gugus
5
Vol.
2
No.
1
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Tepung
Tempe
hidrofilik
sehingga
memiliki
sifat
mengikat
air.
Struktur
kappa
Perlakuan
III
=
1,25
g
BK
(5%
w/w)
+
11,25
g
TT
dan
iota
karagenan
memungkinkan
pembentukan
double
helix
Perlakuan
IV
=
1,5
g
BK
(6%
w/w)
+
11
g
TT
yang
mengikat
rantai
molekul
menjadi
bentuk
jaringan
tiga
Perlakuan
V
=
1,75
g
BK
(7%
w/w)
+
10,75
g
TT
dimensi
atau
gel
yang
dapat
berfungsi
sebagai
stabilisator
Perlakuan
VI
=
2
g
BK
(8%
w/w)
+
10,5
g
TT
yang
dapat
menahan
molekul-molekul
besar
untuk
tidak
Perlakuan
VII
=
2,25
g
BK
(9%
w/w)
+
10,25
g
TT
mengendap.
Penambahan
karagenan
dalam
ukuran
tertentu
Pada
tahap
kedua
dilakukan
pengujian
organoleptik
akan
meningkatkan
stabilitas
larutan,
namun
jika
teralu
pada
rasa,
aroma,
dan
tekstur
pada
produk
yang
dihasilkan
banyak
akan
menyebabkan
pembentukan
gel
yang
berlebih.
dengan
menggunakan
20
orang
panelis.
Kandungan
zat
gizi
Bau
langu
pada
tempe
dapat
dikurangi
dengan
proses
yang
dianalisis
antara
lain
kadar
protein
dengan
metode
O blansir
menggunakan
air
panas
90 C
selama
15
menit,
kjeldahl,
kadar
lemak
dengan
metode
soxhlet,
kadar
air
sedangkan
cita
rasa
formula
tepung
tempe
dapat
ditingkatkan
dengan
metode
oven,
kadar
serat
kasar
dengan
metode
dengan
penambahan
bubuk
kakao.
gravimetric,
dan
kadar
abu
dengan
metode
drying
ash.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
dilakukan
Pengukuran
kadar
karbohidrat
dihitung
sebagai
by
difference.
penelitian
mengenai
daya
terima
dan
kandungan
nilai
gizi
Penentuan
perlakuan
terbaik
dilakukan
dengan
metode
dengan
penambahan
SRC
dan
bubuk
kakao
untuk
skoring,
dan
bobot
dari
tiap
parameter
organoleptik
dibobot
menghasilkan
produk
formula
tepung
tempe.
menggunakan
metode
AHP
(Analytic
Hierarchy
Process)
MATERI
DAN
METODE
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Pembuatan
tepung
tempe
dimulai
dengan
pengirisan
Kestabilan
Larutan
tempe
dengan
ketebalan
0,5-1
cm.
Tempe
yang
telah
diiris-iris
Pengujian
kestabilan
larutan
dilakukan
untuk
melihat
O kemudian
di
blansir
menggunakan
air
panas
(90 C)
selama
15
konsistensi
formula
tepung
tempe
dalam
larutan
air
seduhan.
menit.
Tempe
yang
telah
di
blansir
kemudian
di
tiris
lalu
Penambahan
SRC
diharapkan
dapat
meningkatkan
kestabilan
O dikeringkan
menggunakan
oven
blower
pada
suhu
70 C
larutan
tepung
tempe
karena
diketahui
tepung
tempe
sangat
selama
7
jam.
Tempe
yang
telah
kering
kemudian
digiling
sulit
larut
dalam
air
sehingga
akan
mengendap
jika
dibiarkan
menggunakan
grinder
dan
diayak
menggunakan
ayakan
100
dalam
air
mesh.
Tepung
tempe
yang
dihasilkan
kemudian
di
campur
Hasil
pengujian
kestabilan
larutan
menunjukkan
dengan
bahan
campuran
yaitu
gula
pasir,
SRC,
dan
bubuk
penambahan
05%
SRC
menghasilkan
kestabilan
larutan
kakao.
sebesar
3388%
(Tabel
1).
Kestabilan
larutan
dari
formula
Penelitian
ini
terbagi
atas
dua
tahap.
Tahap
pertama
tepung
tempe
semakin
meningkat
dengan
meningkatnya
untuk
menentukan
berapa
persen
penambahan
SRC
untuk
jumlah
penambahan
SRC.
meningkatkan
kestabilan
larutan
tepung
tempe
pada
air
Penambahan
SRC
dapat
meningkatkan
kestabilan
seduhan.
Penelitian
pada
tahap
ini
merupakan
penelitian
larutan,
namun
jumlah
endapan
gel
yang
terdapat
pada
dasar
eksperimental
dengan
rancangan
acak
lengkap
satu
faktorial
gelas
juga
meningkat.
Penambahan
SRC
sebesar
5%
untuk
mengetahui
tingkat
kestabilan
larutan
dan
pengamatan
menghasilkan
kestabilan
larutan
88%
namun
endapan
gel
pada
endapan
di
dasar
gelas.
Terdapat
lima
perlakuan
yang
terdapat
pada
dasar
gelas
juga
lebih
banyak
penambahan
SRC
yaitu
0%;
1%;
2%;
3%;
4%;
dan
5%
(w/w)
dibandingkan
dengan
penambahan
SRC
14%.
Gel
yang
dari
berat
formula
tepung
tempe
25
g.
Kestabilan
larutan
diuji
terbentuk
pada
dasar
gelas
berasal
dari
kelebihan
SRC
yang
O dengan
menuang
hasil
seduhan
formula
tepung
tempe
(90 C)
tidak
larut
dalam
air
kemudian
mengendap
di
dasar
gelas.
kedalam
gelas
ukur
100
ml
kemudian
didiamkan
selama
30
Endapan
ini
kemudian
pada
akhirnya
akan
membentuk
gel
jika
O menit
(suhu
60-70 C)
dan
diamati
pemisahan
antara
larutan
suhu
cairan
turun
seiring
dengan
masa
penyimpanan
untuk
yang
stabil
dan
cairan
yang
terpisah.
Nilai
kestabilan
larutan
pengamatan
kestabilan
larutan
selama
30
menit.
diuji
menggunakan
One
Way
Anova
dengan
tingkat
kepercayaan
95%
dan
dilanjutkan
dengan
pengujian
Duncan
Tabel
1.
Hasil
perhitungan
kestabilan
larutan
dan
pengamatan
untuk
mengetahui
beda
nyata
antar
perlakuan.
endapan
g el
pada
dasar
gelas
Tahap
kedua
akan
dilakukan
penambahan
bubuk
kakao
P enambahan
Endapan
gel
pada
Kestabilan
larutan
(%)
(BK)
untuk
meningkatkan
cita
rasa
dari
produk
formula
tepung
SRC
( %)
dasar
gelas
a 0
33
-
tempe
(TT).
Masing-masing
perlakuan
diberikan
tambahan
b 1
50
-
sukrosa
sebesar
46%
dari
total
sampel
25
g.
Penambahan
2
c 60
+
sukrosa
ini
jika
dibandingkan
SNI
susu
bubuk
coklat
masih
3
c 67
+
dibawah
standar
yaitu
maksimal
penambahan
55%.
Perlakuan
4
d 71
+
penambahan
bubuk
kakao
yaitu:
5
e 88
++
Perlakuan
I
=
0,75
g
BK
(3%
w/w)
+
11,75
g
TT
Perlakuan
II
=
1
g
BK
(4%
w/w)
+
11,5
g
TT
6
Vol.
2
No.
1
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Tepung
Tempe
Penambahan
SRC
4%
dipilih
sebagai
penambahan
diuji
organoleptik
rasa,
aroma
dan
tekstur.
Hasil
pengujian
SRC
terbaik
karena
memiliki
endapan
gel
pada
dasar
gelas
organoleptik
dapat
dilihat
pada
Tabel
2.
yang
lebih
sedikit
dibandingkan
penambahan
SRC
5%,
dan
jika
Rasa
diamati
kestabilan
larutannya
lebih
tinggi
jika
dibandingkan
Hasil
uji
organoleptik
dari
segi
rasa
yang
disukai
oleh
dengan
penambahan
SRC
1-3%.
panelis
adalah
perlakuan
penambahan
2,25
g
bubuk
kakao
+
10,25
g
tepung
tempe.
Penilaian
panelis
pada
kombinasi
ini
Pengujian
organoleptik
yaitu
suka.
Penambahan
cocoa
bubuk
yang
mencapai
2,25
g
Penelitian
pada
tahap
kedua
merupakan
menyebabkan
rasa
coklatnya
lebih
terasa
sehingga
pengamplikasian
dari
hasil
yang
diperoleh
pada
tahap
menghasilkan
cita
rasa
yang
enak.
Rasa,
aroma,
dan
warna
pertama
yaitu
penambahan
SRC
sebesar
4%
(w/w)
pada
pada
cocoa
bubuk
ditimbulkan
pada
proses
penyangraian
formula
tepung
tempe.
Pada
tahap
ini
akan
di
kombinasikan
sehingga
penambahan
cocoa
bubuk
berpengaruh
terhadap
penambahan
bubuk
kakao
dan
tepung
tempe
kemudian
akan
rasa
minuman
tempe
yang
dihasilkan.
Tabel
2.
Hasil
Pengujian
Organoleptik
pada
perlakuan
penambahan
bubuk
kakao
dan
tepung
tempe
Perlakuan
Rasa
Aroma
Tekstur
0,75
g
BK
(3%
w/w)
+
11,75
g
TT
3,37
(netral)
3,41
(netral)
3,47
(netral)
1
g
BK
(4%
(w/w)
+
11,5
g
TT
3,23
(netral)
3,28
(netral)
3,66
(suka)
1,25
g
BK
(5%
w/w)
+
11,25
g
TT
3,30
(netral)
3,48
(netral)
3,15
(netral)
1,5
g
BK
(6%
w/w)
+
11
g
TT
3,42
(netral)
3,47
(netral)
3,11
(netral)
1,75
g
BK
(7%
w/w)
+
10,75
g
TT
3,05
(netral)
3,19
(netral)
3,41
(netral)
2
g
BK
(8%
w/w)
+
10,5
g
TT
3,41
(netral)
3,64
(suka)
3,44
(netral)
2,25
g
BK
(9%
w/w)
+
10,25
g
TT
3,55
(suka)
3,61
(suka)
3,48
(netral)
Tekstur
organoleptik
(rasa,
aroma,
dan
tekstur)
dibobot
menggunakan
Perlakuan
penambahan
1
g
bubuk
kakao
+
11,5
g
metode
AHP.
Dari
hasil
perhitungan
pembobotan
AHP
tepung
tempe
merupakan
perlakuan
terbaik
yang
dipilih
oleh
diperoleh
bobot
untuk
rasa,
aroma,
dan
tekstur
berurut
panelis
dengan
skor
penilaian
4
(suka).
Panelis
juga
menilai
adalah
:
0,57;
0,14;
dan
0,29.
Setelah
dikalikan
antara
nilai
dengan
penambahan
SRC
tekstur
formula
tepung
tempe
lebih
organoleptik
dan
nilai
bobot
diperoleh
perlakuan
terasa
lembut
jika
dibandingkan
dengan
minuman
dari
susu
penambahan
2,25g
(9%)
bubuk
kakao
+
10,25
tepung
tempe
kedelai
yang
berasal
dari
seduhan
tepung
kedelai
ataupun
dari
merupakan
perlakuan
terbaik.
Perlakuan
ini
kemudian
tepung
tempe
tanpa
penambahan
SRC.
dihitung
nilai
gizinya.
Aroma
Nilai
Gizi
Formula
Tepung
Tempe
Penambahan
bubuk
kakao
sebanyak
2
g
+
10,5
g
Nilai
gizi
yang
dihitung
meliputi
Protein,
lemak,
kadar
tepung
tempe
dan
penambahan
bubuk
kakao
2,25
g
+
10,25
g
air,
serat,
kadar
abu
dan
karbohidrat.
Nilai
gizi
dari
produk
tepung
tempe
dipilih
sebagai
perlakuan
terbaik
dari
segi
formula
tepung
tempe
dapat
dilihat
pada
Tabel
3.
aroma
oleh
panelis.
Panelis
rata-rata
memberikan
skor
4
(suka)
untuk
perlakuan
ini.
Pada
perlakuan
ini
aroma
kakao
Tabel
3.
Perbandingan
Nilai
Gizi
Tepung
Tempe
dan
Formula
Tepung
sangat
terasa
karena
jumlah
penambahan
yang
lebih
tinggi
Tempe
dibandingkan
dengan
perlakuan
lainnya.
Formula
Tepung
Parameter
Tepung
Tempe
(%)
Penambahan
bubuk
kakao
yang
mencapai
2,25
g
(9%)
Tempe
(%)
Protein
46
21,7
dari
25g)
atau
1%
(w/v)
dari
200
ml
air
seduhan
menyebabkan
Lemak
24,7
13,66
aroma
coklatnya
lebih
terasa
dan
menutupi
rasa
hambar
pada
Total
Karbohidrat
19,3
55,18
minuman
tempe
dan
aroma
menimbulkan
aroma
coklat
yang
Serat
2,5
5,18
khas
sehingga
menghasilkan
cita
rasa
yang
diterima
oleh
Kadar
air
7,7
3,02
panelis.
Pada
beberapa
produk
minuman
yang
menggunakan
Kadar
Abu
2,3
6,44
penambahan
cocoa
bubuk,
cocoa
bubuk
ditambahkan
sebanyak
0,250,5%(w/v),
misalnya
pada
produk
pembuatan
Data
pada
Tabel
3
dapat
dilihat
bahwa
kadar
protein
minuman
berbasis
santan
kelapa
(Prabawani,
2011)
dan
pada
yang
diperoleh
yaitu
sebanyak
21,7%,
kadar
lemak
sebanyak
produk
yoghurt
dari
susu
kambing
(Ferdian,
2011).
13,66%,
kadar
serat
5,18%,
kadar
abu
sebanyak
6,44%,
kadar
air
3,02%,
dan
karbohidrat
sebanyak
55,18%
Pemilihan
Perlakuan
Terbaik
Kandungan
protein
sebanyak
21,7%
diperoleh
dari
Pemilihan
perlakuan
terbaik
dilakukan
dengan
metode
tepung
tempe,
sedangkan
kandungan
lemak
minuman
tempe
skoring,
dimana
bobot
dari
masing-masing
parameter
7
Vol.
2
No.
1
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Daya
Terima
dan
Kandungan
Zat
Gizi
Formula
Tepung
Tempe
sebanyak
13,655%
dipengaruhi
oleh
jumlah
kandungan
lemak
Edwin
R.
Morris,
David
A.
Rees,
Geoffrey
Robinson.,
2004.
yang
memang
sudah
banyak
terdapat
pada
tempe.
Cation-specific
aggregation
of
carrageenan
helices:
Nilai
kadar
air
sebanyak
3,02%
menunjukkan
bahwa
Domain
model
of
polymer
gel
structure.
Journal
of
produk
formula
tepung
tempe
bersifat
tahan
lama.
tingkat
Molecular
Biology,
Volume
138,
Issue
2,
Pages
349362
kadar
air
yang
rendah
yaitu
48%
pada
produk
pangan
dapat
Fahmitasari,
Yoan.,
2004.
Pengaruh
Penambahan
Tepung
meningkatkan
daya
simpan
produk
pangan.
Karagenan
terhadap
Karakteristik
Sabun
Mandi
Cair.
Pengujian
kadar
abu
dilakukan
untuk
mengetahui
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678 kandungan
mineral
anorganik
pada
minuman
tempe
dalam
9/19459/C04yfa.pdf?sequence=1.
Diakses
tanggal
18
bentuk
abu
setelah
melalui
proses
pembakaran
dalam
tanur
Juli
2012.
dengan
suhu
750C.
Nilai
kadar
abu
yang
diperoleh
sebanyak
Ferdian,
A.,
2011.
Pengaruh
Bubuk
Cokelat
Fermentasi
pada
6,44%.
Kadar
abu
merupakan
parameter
untuk
menunjukkan
Yoghurt
Susu
Kambing
menggunakan
starter
nilai
kandungan
bahan
anorganik
(mineral)
yang
ada
di
dalam
Streptococcus
thermop
Lactobacillus
fermentum
suatu
bahan
atau
produk.
Semakin
tinggi
nilai
kadar
abu
maka
Thermophilus
terhadap
kadar
air,
keasaman
dan
semakin
banyak
kandungan
bahan
anorganik
di
dalam
produk
Mikrobiologi.
Skripsi.
Fakultas
peternakan
universitas
tersebut.
andalas.
Nilai
kadar
karbohidrat
pada
tepung
formula
tempe
ini
Frauendorfer,
F.,
and
Peter
Schieberle.
2008.
Changes
in
Key
merupakan
jumlah
perhitungan
biasa
yang
dilakukan
dengan
Aroma
Compounds
of
Criollo
Cocoa
Beans
During
menghitung
secara
keseluruhan
antara
kadar
protein,
lemak,
Roasting.
Journal
of
Agricultural
and
Food
Chemistry.
air,
dan
abu.
Hal
ini
didukung
oleh
pernyataan
Winarno
pp
1024410251
(1992),
bahwa
perhitungan
kadar
karbohidrat
suatu
bahan
Latifah,
Syahruni,
and
Hadju
V.
2001
Formula
tepung
tempe
pangan
dapat
dihitung
secara
perbedaan
antara
jumlah
dan
Kandungan
Gizinya
(The
Tempe
Formula
and
its
kandungan
air,
protein,
lemak
dan
abu
dengan
rumus
nutrition
contents).
Makassar:
Pusat
Studi
Pangan,
karbohidrat
yaitu
100%-(protein+lemak+abu+air).
Karbohidrat
Gizi,
dan
Kesehatan,
2001.
yang
terhitung
merupakan
gabungan
dari
gula
sederhana,
Murata,
K.,
Ikehata,
H.
And
Miyamoto,
T.
1967,
Studies
on
the
pati,
oligo
sakarida,
dan
serat.
Penambahan
gula
dan
SRC
pada
Nutritional
Value
of
Tempeh.
Journal
of
Food
Science,
produk
membuat
produk
formula
tepung
tempe
memiliki
nilai
32:
580586.
karbohidrat
yang
tinggi.
Tingginya
persentase
kandungan
Nout
MJR,
Kiers
Jl.,
2005.
Tempe
Fermentation,
innovation,
karbohidrat
pada
formula
tepung
tempe
menyebabkan
and
functionality:
update
into
the
third
millennium.
persentase
kandungan
protein
dan
lemak
menurun.
App
Environ
Microbiol
98:789-805.
Prabawani,
M.,
Satiawiharja,
B.,
and
Rungkat,
F.Z.,
2011.
KESIMPULAN
Development
of
Low
Fat
Coconut
Milk
(Cocos
nucifera
Formula
terbaik
untuk
menghasilkan
formula
tepung
l)
Added
by
Non-Fat
Cocoa
Powder
(Theobroma
cacao
tempe
yaitu
4%
SRC
+
9%
bubuk
kakao
+
41%
Tepung
Tempe
+
l).
Skripsi.
Institut
Pertanian
Bogor.
46%
sukrosa.
Dari
formulasi
tersebut
diperoleh
nilai
gizi
yaitu:
Sutomo,
B.,
2008.
Cegah
Anemia
dengan
Tempe.
kadar
protein
yang
diperoleh
yaitu
sebanyak
21,7%,
kadar
http://myhobbyblogs.
com/food/files/2008/06/.
lemak
sebanyak
13,66%,
kadar
serat
5,18%,
kadar
abu
Diakses
tanggal
18
Juli
2012
sebanyak
6,44%,
kadar
air
3,02%,
karbohidrat
sebanyak
Steinkraus,
K.
H.,
Hwa,
Y.
B.,
Van
Buren,
J.
P.,
Provvidenti,
M.
I.
55,18%
and
Hand,
D.
B.
(1960),
Studies
on
Tempeh
-
an
Indonesian
Fermented
Soybean
Food.
Journal
of
Food
DAFTAR
PUSTAKA
Science,
25:
777788
Astuti,
M.,
1999.
Tempe
dan
Ketersediaan
Besi
untuk
Widjanarko,
2008.
Karagenan
Penstabil
Alami.
Penanggulangan
Anemi
Besi.
Di
dalam
Sapuan
dan
http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/07/08/ Noer
Soetrisno,
Bunga
Rampai
Tempe
Indonesia,
karagenan-bahan-penstabil-alami/.
Diakses
tanggal
21
Yayasan
Tempe
Indonesia,
Jakarta.
Juli
2012.
Badan
Standarisasi
Nasional,
1992.
Standar
Mutu
Tempe
Winarno
F.G.,
1985.
Tempe
Making
on
VariousSubstrates.
Di
Kedelai.
SNI
01-3144-1992
dalam:
Asian
Symposium
on
Non-Salted
Soybean
Badan
Standarisasi
Nasional,
2009.
Standar
Mutu
Susu
Bubuk
Fermentation
Tsukuba.
Coklat.
SNI
3725:2009