KAJIAN PUSTAKA
6
7
ini kemudian menyebabkan peningkatan glukosa post prandial atau yang disebut
Impaired Glucose Tolerance (IGT) (Powers, 2015). Gangguan sekresi insulin bersifat
progresif, dan progresifitasnya melibatkan toksisitas glukosa dan lipotoksisitas, jika
tidak ditangani menyebabkan penurunan massa sel pankreas yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan gula darah secara permanen (Kaku, 2010).
Kecurigaan adanya DMT2 perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan gejala
klinis yang klasik berupa poliuria, polidipsia, polifagia, nocturia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, dan keluhan lain dapat berupa lemah
badan, kesemutan, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada
wanita, dan hipertensi (PERKENI, 2015).
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah,
dengan pemeriksaan yang dianjurkan yaitu pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan plasma darah vena. Kriteria diagnosis DMT2 yaitu (ADA, 2015;
PERKENI, 2015):
1. Glukosa plasma puasa puasa 126 mg/dL ( 7.0 mmol/L) atau;
2. Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dl
( 11,1 mmol/L) atau;
3. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL ( 11,1 mmol/L) atau;
4. Kadar HBA1c 6,5%
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok kelompok pre-DMT2 yang meliputi Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung
hasil yang diperoleh.
TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl.
GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl.
DMT2 dapat dibagi menjadi 5 tahapan klinis seperti yang tertera di dalam
Tabel 2.1 (Wu, 2015).
Tabel 2.1. Tahapan DMT2
Tahapan Analisis Glukosa Manifestasi Klinis Tujuan Intevensi
8
5. Kolesterol High Density Lipid (HDL) : laki-laki : > 40 mg/dl ; perempuan : >
50 mg/dl
6. Trigliserida : < 150 mg/dl
2.3.Aktivitas Fisik
Menurut Fatimah (2011) dalam Ryoto (2012) aktivitas fisik adalah pergerakan
tubuh akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi.
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani yang di
dalamnya termasuk kekuatan otot (Ryoto, 2012). Menurut Baecke (1982) terdapat
tiga aspek yang dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang yaitu
pekerjaan, olahraga, dan kegiatan waktu luang. Aktivitas fisik yang teratur
memberikan efek positif terhadap sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, respiratori,
dan endokrin. Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas
fisik adalah dengan metode Baecke (Baecke dkk., 1982). Untuk aktivitas fisik yang
diukur adalah indeks pekerjaan, indeks oleh raga, dan indeks waktu luang (cara
pengukuran pada lampiran 3).
2.4.Status Gizi Commented [U1]: Kak ongky cai pengertian status gizi ya, ntr
gabung sama IMT yang dibawahnya
Status gizi adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah cara untuk menggambarkan berat badan
dalam hubungannya dengan tinggi badan. IMT dihitung dengan berat badan (kg)
dibagi kuadrat tinggi badan (m2). IMT pada umumnya akan terus meningkat sesuai
usia. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan lemak tubuh dan penurunan tinggi
badan, massa otot, kifosis, osteoporosis dan perubahan morfologi kolumna vetebralis.
12
IMT biasa digunakan untuk menentukan status gizi individu (Ryoto, 2012). Pada
orang Asia, IMT diklasifikasikan seperti pada Tabel 2.2 (WHO, 2004).
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT pada orang Asia
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5-22,9
Overweight 23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II >30