BAB V
BENTUK-BENTUK USAHA
A. Pendahuluan
Di Indonesia terdapat tiga kelompok bentuk usaha, yaitu usaha swasta, usaha negara,
dan usaha koperasi. Meskipun ketiga bentuk usaha di atas sama-sama bertindak
sebagai pelaku usaha, tetapi memiliki perbedaan-perbedaan, dilihat dari segi tujuan
dan cara melakukan kegiatan usaha.
Bentuk usaha atau organisasi perusahaan tersebut dapat dipecahkan lagi ke dalam
bentuk-bentuk khusus yang lebih spesifik dan memiliki karakteristik tersendiri.
Dilihat dari aspek hukum perusahaan,masing-masing bentuk usaha memiliki
pengaturan yang berbeda tentang tentang pendirian,hak dan kewajiban pihak-pihak,
tanggung jawab, pembubaran, dan sebagainya. Demikian juga dilihat dari aspek
ekonomi dan bisnis, masing-masing bentuk usaha tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
Oleh karena itu, seorang pengusaha yang ingin mendirikan bentuk usaha tertentu atau
berinvestasi di dalamnya perlu mempertimbangkan, baik aspek hukum maupun aspek
ekonomi dan bisnisnya. Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk usaha tersebut satu
persatu secara lebih terinci.
B. Usaha swasta
Dalam suatu usaha swasta, modal usahanya dimiliki seluruhnya atau sebagian besar
oleh pihak swasta. Usaha swasta ini dilihat dari besar kecilnya skaala usaha terdiri dari
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Usaha swasta jumlahnya paling banyak
jika dibandingkan dengan usaha negara dan usaha koperasi. Oleh karena itu, perannya
cukup besar di dalam perekonomian nasional.
Usaha swasta dapat dibaagi ke dalam beberapa bentuk usaha/organisasi perusahaan,
yaitu Perusahaan perorangan atau Usaha Dagang (UD), Persekutuan Firma (Fa),
Persekutuan Komanditer (CV), dan Perseroan Terbatas (PT).
27
Bentuk-bentuk Usaha
28
Bentuk-bentuk Usaha
c. Pendirian
Karena belum diatur dalam undang-undang, maka tata cara pendirian usaha
dagang ini cukup sederhana. Tidak ada keharusan untuk membuat dalam bentuk
tertulis dengan akta notaris. Dalam hal ini diserahkan kepada pengusaha itu
untuk menentukannya sendiri apakah cukup didirikan secara lisan, dengan akta
di bawah tangan, atau dengan akta notaris (akta otentik). Walaupun demikian,
dalam praktek usaha dagang seringkali didirikan dengan membuat akta notaris.
Pendirian dengan akta notaris ini memang lebih baik untuk kepentingan
pembuktian.
Setelah usaha dagang terbentuk dengan atau tanpa akta notaris,terdapat beberapa
kewajiban hukum lainnya yang harus dilakukan pengusaha supaya dapat
beroperasi di lapangan.
Kewajiban tersebut antara laain sebagai berikut :
Memperoleh Tanda Daftar Perusahaan (TDP) pada Departemen Perindustrian
dan Perdagangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan, kecuali untuk perusahaan perorangan kecil
sebagaimanadiatur di dalam undang-undang tersebut;
1) Memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau surat izin usaha
industri, sesuai dengan bidang usahanya, pada Departemen Perindustrian dan
Perdagangan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundangan perizinan
usaha;
2) Memperoleh Surat Izin Tempat Usaha (SITU) melalui pemerintah daerah
setempat sesuai dengan peraturan daerah di lokasi usaha;
3) Memperoleh izin berdasarkan Undang-Undang Gangguan (hinder
Ordonnantie=HO Stb 1926 No.226) atau melakukan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan lingkungan hidup. HO dan AMDAL hanya diperlukan untuk
bidang usaha tertentu yang dapat membahayakan lingkungan, sebagaimana
diatur dalam perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan itu.
29
Bentuk-bentuk Usaha
d. Tanggung Jawab
Pengusaha yang mendirikan usaha dagang bertanggung jawab secara pribadi
terhadap segala risiko usaha dan terhadap prihak kreditur perusahaan. Hal ini
berbeda dengan persekutuan atau badan usaha yang tanggung jawabnya dipikul
oleh lebih dari seorang.
Tanggung jawab pribadi terhadap segala perikatan perusahaan tersebut melekat
dengan seluruh kekayaan (hak milik) pribadi yang ada pada pengusaha tersebut.
Di sini tidak ada pemisahan antara harta kekayaan perusahaan (Usaha Dagang)
dengan harta kekayaan pribadi pemilik perusahaan. Dalam hal ini berlaku
ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang berbunyi :
Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari
menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perorangan.
2. Persekutuan Perdata
a.Pengertian
Persekutuan perdata merupakan bentuk usaha perkumpulan yang paling
sederhana. Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian antara 2 (dua) orang
atau lebih, masing-masing memasukkan modal untuk menjalan suatu usaha.
Kelebihan Persekutuan perdata dibandingkan usaha dagang adalah dalam
pengumpulan modal, sedangkan kelemahannya pada penonjolan kemaampuan
pribadi para pengusaha dan pada kepemimpinan/kepemilikan ganda yang
membuka kemungkinan timbulnya perselisihan.
b. Pengaturan
Fa diatur dalam kuhd Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUH Perdata.
c.Pendirian
Persekutuan Perdata didikan atas dasar perjanjian saja, dan tidak mengharuskan
adanya syarat tertulis, artinya dapat didirikan dengan lesan saja.
d. Tanggung Jawab
Apabila seorang sekutu mengadakan hubungan dengan hukum dengan pihak
ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas
30
Bentuk-bentuk Usaha
perbuatan perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun
dia mengatakan bahwa perbuatannya untuk kepentingan sekutu, kecuali jika
sekutu-sekutu lainnya memang nyata-nyata memberikan kuasa atas
perbuatannya.
Contohnya anggota Persekuan Perdata ABC yang sekutunya terdiri dari Ali,
Badu, dan Cecep, maka semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau untuk
kepentingan Fa ABC tersebut.
Apabila seorang saja bertindak, katakanlah A terhadap ketiga misalnya Danu,
maka maka A sajalah yang bertanggung jawab kepada Danu, kecuali A dalam
perbuatannya tersebut nyata-nyata mendapatkan kuasa dari Badu dan Cecep.
e. Berakhirnya Persekutuan Perdata
Persekutuan Perdata berakhir/ bubar apabila :
1) waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
2) barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
3) seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
4) dan lain-lain
31
Bentuk-bentuk Usaha
c. Pendirian
Firma harus didirikan dengan akta notaris, namun demikian jika Fa tersebut telah
menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga, pendirian dengan tanpa akte notaris
pun telah dianggap berdiri 22 dan Pasal 23 KUHD
Kemudian Akta pendirian tersebut harus didaftarkan pada kepaniteraan
Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui Berita Negara.
Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan pengumuman selesai dilakukan, Fa
tersebut telah berdiri dan untuk menjalankan operasi bisnis masih perlu
melengkapi dengan beberapa izin dan persyaratan lainnya sebagaimana telah
diuraikan pada usaha dagang, antara lain daftar perusahaan, SIUP, SII, SITU, dan
HO/AMDAL.
d. Tanggung Jawab
Setiap sekuta Fa dapat melakukan perikatan atau hubungan hukum dengan pihak
ketiga untuk dan atas nama perseroan, tanpa perlu adanya surat kuasa khusus dari
sekutu lainnya. Misalnya, Fa ABC yang sekutunya terdiri dari Ali, Badu, dan
Cecep, maka semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau untuk kepentingan
Fa ABC tersebut.
Apabila seorang saja bertindak, katakanlah A, maka secara hukum juga mengikat
B dan C. Artinya, pihak ketiga, misalnya D, apabila merasa dirugikan oleh A ia
dapat menggugat baik A, B maupun C sendiri-sendiri atau ketiganya di
pengadilan.
Tanggung jawab demikian dinamakan tanggung jawab renteng atau tanggung
jawab, tanggung menanggung atau tanggung jawab solider.
Harta kekayaan yang dapat digugat tidak terbatas hanya pada harta kekayaan
perusahaan (Fa) saja, tetapi meliputi juga karta kekayaan pribadi masing-masing
pengusaha tersebut. Misalnya kekayaan yang ada di rumah atau di tempat lainnya.
e. Berakhirnya Firma
Firma dianggap bubar apabila :
32
Bentuk-bentuk Usaha
33
Bentuk-bentuk Usaha
harta firma tak cukup untuk pelunasan, mereka berhak atas harta prive para
pesero sejajar dengan kreditur prive.
2) Kreditur prive, yaitu kreditur yang karena sebab-sebab lain mempunyai
piutang kepada para pesero firma. Ia hanya dapat menuntut dari harta prive
para peseroa firma
34
Bentuk-bentuk Usaha
c.Pendirian
Sama halnya juga dengan Fa, CV adalah persekutuan yang melibatkan lebih
dari satu orang pengusaha. Oleh karena itu, pendiriannya harus melalui
pembuatan suatu perjanjian pendirian meskipun secara lisan. Pembuatan
perjanjian ini tunduk pada aturan hukum perjanjian. Perjanjian inilah yang
kemudian didaftarkan dan diumumkan.
Setelah pendirian tersebut selesai, pengusaha harus mendaftarkan perusahaan
pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan undang-undang
tentang wajib daftar perusahaan dan mengurus berbagai macam perizinan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
d. Tanggung jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam sekutu,
yaitu sekutu aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam perusahaan
juga bertugas mengurus perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu diam yang
hanya memasukkan modal, tetapi tidak terlibat di dalam pengurusan
perusahaan. Akibatnya, terdapat juga dua macam tanggung jawab sekutu CV.
Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada kekayaan CV, tetapi
juga kekayaan pribadi (kalau diperlukan).
Di sini persis sama dengan sekutu pada sebuah Fa. Lain halnya dengan sekutu
pasif yang hanya bertanggung jawab terbatas pada modal yang dimasukkan saja.
Misalnya, A sebagai sekutu pasif pada CV ABC memasukkan modal Rp 1 juta,
maka kalau CV ABC tersebut mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga
(katakanlah D) sebesar Rp 10 juta, A hanya wajib menanggung sebesar modal
yang telah di investasikannya tersebut saja (yaitu Rp 1 juta). A tidak perlu
menambah uang untuk membayar sisa hutang perusahaan tersebut. Hal ini
tentunya berbeda dengan B dan C yang merupakan sekutu aktif dalam CV
tersebut, yang menyebabkan mereka bertanggung jawab bertanggung jawab
tidak terbatas, baik secara sendiri-sendiri (A atau B) maupun secara bersama-
sama (A dan B). Apabila A dan B ini masing-masing memasukan modal Rp 1
juat. Sebagai sekutu aktif mereka masih harus mengorbankan kekayaan pribadi
untuk menutupi sisa hutang perusahaan tersebut.
35
Bentuk-bentuk Usaha
36
Bentuk-bentuk Usaha
Apabila suatu persekutuan komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun
jatuh pailit karena hutang-hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang
mereka yang harus ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk
pesero komanditer, di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang telah
disetornya.
37
Bentuk-bentuk Usaha
38
Bentuk-bentuk Usaha
39
Bentuk-bentuk Usaha
40
Bentuk-bentuk Usaha
41
Bentuk-bentuk Usaha
Modal dasar adalah sejumlah maksimum modal yang disebut dalam akta
pendirian. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disanggupkan oleh para
pemegang saham. Dan modal yang disetor adalah modal yang benar-benar telah
disetor oleh para pemegang saham dalam kas perseroan .
Dalam UUPT ditentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp
20.000.000,00 sementara modal yang ditempatkan adalah 25% dari modal dasar
yang harus telah ditempatkan pada saat pendirian perseroan. Berarti 25% x Rp
20.000.000,00 = Rp 5.000.000,00. Dan modal yang disetor paling sedikit 50%
dari nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan. Berarti 50% x Rp
5.000.000,00 = Rp 2.500.000,00.
Modal PT tersebut terdiri dari saham-saham, baik saham atas nama dan atau
atas tunjuk. Menurut Pasal 46 UUPT, menyangkut saham ini ditetapkan dalam
Anggaran Dasar (AD). Saham dapat terdiri dari satu klasifikasi atau lebih.
Mungkin saja dalam sebuah PT terdapat bermacam-macam saham, misalnya
saham biasa, saham prioritas, dan saham-saham lain dengan hak khusus yang
semuanya harus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Dalam Penjelasan Pasal 36 UUPT dijelaskan bahwa pemegang saham biasa
berhak untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai perseroan, hak
menerima pembagian dividen dan sisa kekayaan dalam proses likuidasi. Dalam
Pasal 72 UUPT diatur bahwa setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu
hak suara (one share one vote), kecuali dalam Anggaran Dasar ditentukan lain.
f. Organ Perseroan Terbatas
Berbeda dengan manusia, badan hukum PT sebagai subjek hukum pendukung
segala hak dan kewajiban tidak dapat bertindak sendiri. Badan hukum menjadi
subjek hukum bukan secara alamiah, melainkan ditentukan oleh hukum yang
dibuat manusia melalui lembaga yang berwenang untuk itu. Oleh karena itu, PT
perlu dilengkapi dengan organ atau alat perlengkapannya supaya dapat berfungsi
sebagai subjek hukum seperti manusia.
Organ PT tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi
dan komisaris.
1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
42
Bentuk-bentuk Usaha
43
Bentuk-bentuk Usaha
44
Bentuk-bentuk Usaha
perusahaan induk sebagai pimpinan sentral. Adapun ciri konsern tersebut adalah
a) adanya kesatuan dari sudut ekonomi, dan b) adanya jumlah jamak secara
yuridis.
Dalam konsern tersebut terdapat perusahaan yang mendominasi/melaksanakan
pimpinan sentral sebagai perusahaan induk, dan perusahaan yang bergantung
pada putusan perusahaan yang dominan sebagai perusahaan anak.
i. Pembubaran Perseroan
Pembubaran Perseroan dapat dilakukan karena :
Keputusan RUPS
Jangka waktunya telah berakhir
Penetapan pengadilan
1) Keputusan RUPS
Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan sah jika keputusan tersebut
diambil sesuai dengan ketentuan pasal 74 ayat (1) UU No. 1 tahun 1995 yaitu
berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan pasal 76 UU tersebut dalam hal
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran
perseroan, bahwa keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili paling sedikit bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit bagian dari jumlah suara
tersebut. Perseroan resmi dibubarkan pada saat ditetapkan dalam keputusan
RUPS, dan selanjutnya dilikuidasi oleh likuidator.
2) Jangka Waktunya telah Berakhir
Jika perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya (sebagaimana ditetapkan
dalam Anggaran Dasar) telah berakhir, maka Menteri Kehakiman atas
permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu tersebut.
Permohonan tersebut diajukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
sebelum jangka waktu berdirinya perseroan berakhir.
Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut hanya dapat
dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili paling sedikit bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
45
Bentuk-bentuk Usaha
suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit bagian dari jumlah suara
tersebut.
3) Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas :
a) Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat bahwa perseroan telah
melanggar kepentingan umum;
b) Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah;
c) Permohonan kreditor berdasarkan alasan perseroan tidak mampu
membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan
perseroan tidak cukup untuk melunasi seluruh hutangnya setelah
pernyataan pailit dicabut;
d) Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat
hukum dalam akta pendirian perseroan
Dalam hal pembubaran perseroan dengan penetapan pengadilan, ditetapkan
pula penunjukan likuidator
j. Likuidasi
Dalam hal perseroan bubar, Likuidator dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari wajib :
1) Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (pasal 21 UU No. 1 tahun 1995 jo UU
No. 3 tahun 1982);
2) Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara RI;
3) Mengumumkan dalam dua surat kabar harian; dan
4) Memberitahukan kepada Menteri Kehakiman
Jangka waktu 30 hari tersebut dihitung sebagai berikut :
1) Jika perseroan dibubarkan oleh RUPS, maka jangka waktu tersebut dihitung
sejak tanggal pembubaran oleh RUPS;
2) Jika perseroan dibubarkan oleh penetapan pengadilan, jangka waktu tersebut
dihitung sejak tanggal penetapan pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap
46
Bentuk-bentuk Usaha
Jika likuidator lalai mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan (UU No. 3 tahun
1982) maka likuidator secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga. Dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut,
wajib disebutkan nama dan alamat likuidator.
Jika perusahaan dibubarkan, maka perseroan tidak dapat melakukan tindakan
hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses
likuidasi. Tindakan pemberesan tersebut meliputi :
1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan;
2) Penentuan tata cara pembagian kekayaan;
3) Pembayaran kepada para kreditor;
4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
5) Tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pemberesan
kekayaan
Jika suatu perusahaan tengah dalam proses likuidasi, maka dalam surat keluar (di
belakang nama perseroan) dicantumkan kata-kata dalam proses likuidasi.
Likuidator dari perseroan yang telah bubar wajib memberitahukan kepada semua
kreditor dengan surat tercatat mengenai bubarnya perseroan. Pemberitahuan
tersebut memuat :
1) Nama dan alamat likuidator;
2) Tata cara pengajuan tagihan;
3) Jangka waktu pengajuan tagihan yang tidak boleh lebih dari 120 hari terhitung
sejak surat pemberitahuan diterima
Jika tidak ditunjuk likuidator, maka direksi bertindak selaku likuidator. Ketentuan
mengenai pengangkatan, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tanggung jawab,
dan pengawasan terhadap direksi berlaku pula bagi likuidator.
Atas permohonan satu orang atau lebih yang berkepentingan atau atas
permohonan kejaksaan, Ketua pengadilan Negeri dapat mengangkat likuidator
baru dan memberhentikan likuidator lama karena yang bersangkutan tidak
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya atau dalam hal hutang perseroan
melebihi kekayaan perseroan.
47
Bentuk-bentuk Usaha
Likuidator bertanggung jawab atas likuidasi kepada RUPS. Sisa kekayaan hasil
lukuidasi diperuntukkan bagi pemegang saham. Likuidator wajib mendaftarkan
dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi sesuai dengan ketentuan pasal 21
dan 22 UU No. 1 tahun 1995 serta mengumumkannya dalam dua surat kabar
harian.
C. Usaha negara
1. Pengertian
Usaha negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun sebagian besar oleh negara (Head,
1997:7).
2. Pengaturan
Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara. Pengaturan
lebih lanjut terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1998.
Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga bentuk usaha negara yaitu :
a. Perusahaan Jawatan (Perjan);
b. Perusahaan Umum (Perum); dan
c. Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha negara lainnya
yang sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam undang-undang
tersendiri. Dan terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962.
3. Pendirian
Pendirian sebuah BUMN berbeda dengan pendirian usaha swasta. Di sini peranan
pemerintah cukup besar dalam penetapan anggaran dasar perusahaan, tujuan, status
keuangan, metode operasi, manajemen dan sebagainya yang disertai dengan
tindakan legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana sebagai modal
perusahaan.
48
Bentuk-bentuk Usaha
Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan wajib
daftar perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.
4. Klasifikasi
a. Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang
tidak dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi pemerintah tertentu dan
pegawainya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada perundang-undangan
kepegawaian yang berlaku. Oleh karena itu, Perjan bukan merupakan badan
hukum. Tujuan Perjan adalah semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, yang sifatnya tidak mencari laba (non-commercial corporation).
b. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik. Pekerja di
Perum merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur secara khusus.
Perum ini bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Pegawai Perum merupakan
buruh/pekerja yang tindak pada hukum perburuhan/ ketenaga kerjaan
yangberlaku. Jadi, statusnya sama dengan mereka yang bekerja di perusahaan
swasta. Tujuan Perum di samping memberikan pelayanan kepada masyarakat
banyak juga mencari keuntungan (commercial and social service corporation).
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 ditegaskan bahwa Perum
adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa
kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perum
didirikan dengan Peraturan Pemerintah yang menetapkan antara lain besarnya
kekayaan negara yang dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan
penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah. Perum memperoleh
status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perum berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1998 tersebut ditegaskan pula bahwa
maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu
49
Bentuk-bentuk Usaha
50
Bentuk-bentuk Usaha
D. Usaha Koperasi
1. Pengertian
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para anggotanya terdiri dari orang
seorang yang disebut koperasi primer dan koperasi yang beranggotakan badan-
badan hukum koperasi yang disebut koperasi sekunder.
Baik koperasi primer maupun koperasi sekunder merupakan badan hukum.
2. Pengaturan
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam Undang-Undang republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat
mengacu terutama pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa
51
Bentuk-bentuk Usaha
52
Bentuk-bentuk Usaha
4. Perangkat Organisasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas.
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam koperasi yang
bertugas menetapkan antara lain anggaran dasar, pengurus dan pengawas, rencana
kerja, dan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Keputusan rapat anggota diambil
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat atau apabila tidak berhasil
berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota mempunyai
satu suara. Sedangkan hak suara pada koperasi sekunder diatur dalam anggaran
dasarnya. Rapat anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam setahun.
Pengawas dipilih dari/dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun. Pengurus bertugas antara lain mengelola koperasi dan
usahanya, mengajukan rancangan kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan
belanja koperasi, dan menyelenggarakan pembukuan, laporan keuangan, dan rapat
anggota. Apabila diperlukan untuk pengelolaan usaha sehari-hari pengurus dapat
menyangkut pengelola berdasarkan hubungan kerja atas dasar perikatan dan
bertanggung jawab kepada pengurus. Pengangkatan pengelola demikian perlu
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
Pengawas juga dipilih dari/dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota yang
tugasnya adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan koperasi dan membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
Untuk itu, pengawas berwenang meneliti catatan yang ada pada koperasi dan
mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Di samping itu, pengawas harus
merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
53