PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adapun manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pembentukan dan transportasi dari material sedimen tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Struktur Sesar
Struktur sesar ini mempunyai arah yang bervariasi,seperti pada daerah Lompobattang
ditemukan sesar dengan arah Utara-Selatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timurlaut, sedangkan
pada baian Utara mengarah Baratdaya-Timurlaut dan Baratlaut-Tenggara, dimana jenis sesar
ini sulit untuk ditentukan.
Terjadinya pelipatan dan pensesaran berhubungan dengan proses tektonik daerah
setempat, dimana akhir daripada kegiatan gunung api Miosen Bawah, diikuti oleh tektonik
yang menyebabkan terjadinya pemulaan terbentuknya Walanae. Peristiwa ini kemumngkinan
besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah dan menurun perlahan secara sedimentasi
berlangsung sampai kala Pliosen, hal ini diikuti oleh kegiatan gunung api pada daerah sebelah
Baratdaya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen dengan Gunung api
bawah laut, dan muncul pada kala Pliosen sebagi gunung api kontinen yang kemungkinan
besar pada kala ini mulai terjadi perlipatan, dimana kegiatan-kegiatan magma pada kala
Plistosen Atas diikuti oleh kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar di daerah
ini.
2.2 Sedimentologi
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari batuan
sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi, konglomerat, dan batuan
sedimen lainnya.
Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan
secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini.
Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan
pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu
geologi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan (Pettjohn, 1975 )
Proses terbentuknya batuan sedimen dari batuan yang telah ada sebelumnya. Material
yang berasal dari proses pelapukan kimiawi dan mekanis, ditransportasikan dalam bentuk
larutan dan padat, dan diendapkan sebagai sedimen, yang kemudian terlitifikasi menjadi
batuan sedimen.
Sedimen alamiah mempunyai suatu rentang ukuran partikel. Penyebaran ukuran di
sekitar ukuran rata-ratanya disebut sorting. Sedimen dengan well-sorted menunjukkan
penyebaran ukuran yang sempit, dan sedimen dengan poorly-sorted menunjukkan penyebaran
ukuran yang lebar. Dalam praktek teknik sipil, istilah-istilah ini memiliki arti yang
berlawanan. Sedimen dengan well- sorted adalah bergradasi jelek, dan sedimen dengan
poorly-sorted adalah bergradasi baik. Sedimen dengan well-sorted cenderung makin seragam,
sedangkan sedimen dengan poorly-sorted cenderung makin tidak seragam.
2.2.1 Analisa Ukuran Butir
Ukuran butir merupakan bagian yang mendasar dalam batuan sedimen klastik dan
merupakan ciri-ciri yang harus ada dalam mendeterminasi batuan sedimen. Ukuran butir
berkisar dari beberapa micron sampai beberapa meter, yang tersebar secara alami yang
menunjukkan sebuah satu rangkaian yang saling berkaitan. Dikarenakan banyaknya ukuran
butir maka dibutuhkan sebuah skala ukuran butir, dan yang umum digunakan adalah skala
Udden-Wentworth. Skala ini pertama kali dikenalkan oleh Udden pada tahun 1898 dan
kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh Wentworth pada tahun 1922. Skala ini merupakan
sebuah skala geometris yang setiap nilanya pada skala dua kali lebih besar dari nilai skala
sebelumnya, atau satu setengah kali lebih besar. Skala Udden-wentworth berkisar dari <1/256
mm (0,0039 mm) hingga >256 mm dan dibagi menjadi empat kategori ukuran (lempung,
lanau, pasir dan kerikil) yang mana dibagi menjadi sub-bagian ukuran butir.
Modifikasi yang dilakukan pada skala udden-wentworth yang paling banyak
digunakan adalah skala logaritma phi, yang mana data dapat memiliki nilai yang sama untuk
data grafik dan perhitungan statistik. Skala ini dikenalkan oleh Krumbein pada tahun 1934,
yang didasari pada hubungan :
dimana adalah ukuran phi dan S adalah ukuran butir dalam millimeter. Ukuran butir
sebenarnya dinyatakan dalam millimeter dimana semakin menurun nilai ukuran butir maka
nilai phi (+) bertambah dan semakin meningkat nilai ukuran butir maka nilai phi (-)
bertambah, hal ini dikarenakan material sedimen berukuran pasir, lanau dan lempung lebih
melimpah pada batuan sedimen.
Table 2.1: Tabel ukuran butir material sedimen, menunjukkan kelas-kelas ukuran butir
wentworth, ekuivalen dengan phi () dan nomor sieve Sieve Standar U.S berhubungan dengan
ukuran phi () dan millimeter.
Catatan : nilai phi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-)
Ukuran butir material sedimen dapat diukur dengan beberapa metode. Pemilihan
metode didasarkan pada tujuan studi yang hendak dilakukan, jangkauan ukuran butir yang
akan diukur dan derajat konsolidasi sedimen atau batuan sedimen. Partikel yang berukuran
besar (kerakal, berakal, bongkah) baik material lepas atau batuan sedimen dapat diukur
manual dengan menggunakan sebuah caliper. Ukuran butir biasanya dinyatakan dengan
dimensi panjang atau dimensi intermediet sebuah partikel.
Butiran hingga ukuran lanau yang merupakan material lepas atau batuan sedimen
biasanya diukur dengan sieve. Nomor sieve dari Sieve Standar U.S yang sesuai digunakan
dengan ukuran butir dalam mm dan ukuran phi (Tabel 2.1). Metode sieve mengukur partikel
berukuran sedang. Material berukuran butiran hingga lanau juga dapat diukur dengan
menggunakan metode sedimentasi yang didasarkan pada kecepatan pengendapan partikel.
Dalam metode ini, butiran dibiarkan turun sesuai dengan kolom air pada temperatur tertentu
pada tabung pengendapan dan dihitung waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk
mengendap. Waktu pengendapan partikel memiliki hubungan empiris pada kurva distribusi
ukuran standar (kurva kalibrasi) untuk memperoleh hasil yang setara dengan ukuran butir
(mm) dan nilai phi. Kecepatan pengendapan partikel diakibatkan oleh bentuk partikel.
Partikel yang berbentuk bola lebih cepat mengendap dibandingkan dengan yang tidak
berbentuk bola dalam massa yang sama. Oleh karena itu, menentukan ukuran butir secara
alami, partikel yang tidak berbentuk bola dengan metode sedimentasi bisa saja tidak
memberikan hasil yang persis sama dengan metode sieve.
Partikel berukuran lanau halus dan lempung dapat ditentukan dengan metode
sedimentasi dengan menggunakan hukum Stokes. Jika kecepatan pengendapan partikel dapat
diukur pada temperature tertentu, diameter partikel dapat dihitung dengan hitungan
matematika sederhana :
Dimana D adalah diameter partikel dalam cm, V adalah kecepatan pengendapan partikel, dan
C adalah konstanta tergantung dengan berat jenis partikel serta berat jenis dan viskositas
fluida (biasanya air).
Metode sedimentasi standar untuk mengukur partikel sedimen berukuran kecil dengan
menggunakan analisis pipet. Untuk melakukan analisis pipet partikel sedimen berukuran
halus diaduk hingga membentuk suspense dalam volume air yang telah diukur dalam sebuah
tabung pengendapan. Material sedimen yang berukuran seragam dalam suspense akan tertarik
ke pipet pada waktu tertentu dan pada kedalaman tertentu, kemudian diuapkan untuk
dikeringkan dalam oven dan setelah itu ditimbang.
Analisis pipet memberikan hasil yang sama dengan hasil analisis tabung pengendapan
sedimen untuk material sedimen yang berukuran lebih kasar sulit dilakukan. Untuk
menyederhanakan prosedur ini, tabung pengendapan dengan perekam otomatis dan
penyeimbang sedimentasi dikembangkan untuk mempercepat penentuan material sedimen
berukuran pasir dan lempung. Kebanyakan tabung pengendapan dengan perekam otomatis,
biasanya disebut analisator cepat material sedimen, fungsinya yaitu mengukur perubahan
waktu dalam berat sedimen yang tersisa pada material sedimen berukuran pan (<256 mm)
dalam sebuah kolom air pada tabung pengendapan atau mengukur perubahan tekanan dalam
kolom air sebagai endapan sedimen di luar kolom. Selain itu ukuran butir juga dapat
ditentukan dengan membandingkan kurva berat atau tekanan dengan waktu terhadap kurva
kalibrasi.
Tabung pengendapan otomatis ini adalah photohydrometer, yang mana digunakan
untuk mengukur intensitas arah sinar yang melewati sebuah kolom pengendapan sedimen.
Sebagai endapan sedimen yang telah keluar dari suspensi, sinar lebih sedikit dipantulkan oleh
partikel yang lebih halus dan intensitas cahaya meningkat. Intensitas cahaya diukur pada saat
sebelum ditentukan dapat dihubungkan secara empiris dengan kecepatan pengendapan
partikel dan dengan demikian itulah ukuran partikelnya.
Ukuran butir partikel kecil dapat juga dihitung dengan alat penghitung partikel
elektrik yang disebut Coulter counter. Coulter counter awalnya dikembangkan untuk
menghitung sel darah, tetapi juga bisa diaplikasikan untuk menghitung ukuran partikel yang
berukuran 0,5 mikron sampai 1,0 mm. Analisis ukuran dengan Coulter counter didasarkan
pada prinsip bahwa sebuah partikel melewati sebuah zona elektrik yang dihasilkan dari
larutan elektrolit, yang mana partikel terdispersi dengan ion-ion yang cocok. Perubahan ini
terskala dan terhitung sebagai getaran (volt). Besar setiap getaran bernilai sesuai dengan
volume partikel, dan jumlah getaran merupakan fungsi konsentrasi partikel, dengan
menghitung jumlah getaran dari beragam besaran, persen volume pertikel yang berbeda
ukuran dapat ditentukan.
Ukuran butir partikel material lepas sedimen dapat diukur dengan menggunakan
analisis sieve atau analisis sedimentasi. Ukuran dan pemilahan partikel berukuran pasir dan
lanau dapat diperkirakan dengan menggunakan pantulan cahaya mikroskop binokuler dalam
sayatan tipis sebuah batuan dengan menggunakan mikroskop petrografi dan disesuaikan
dengan micrometer okuler. Partikel berukuran lanau halus dan lempung dalam batuan
sedimen dapat dipelajari dengan menggunakan mikroskop electron.
Tabel 2.2. Metode pengukuran ukuran butir material sedimen
Metode pengukuran ukuran butir diuraikan secara umum dengan jumlah data yang
banyak yang mana harus dikurangi dengan mempersingkatnya sebelum digunakan. Tabel
data menunjukkan berat butiran pada berbagai kelas butiran yang harus disederhanakan
menjadi rata-rata populasi butiran sebagai rata-rata ukuran butir dan pemilahan. Antara data
grafik dan matematis menggunakan metode pengurangan yang umum digunakan. Grafik
mudah untuk dibuat dan menyediakan gambaran dari distribusi ukuran butir. Di sisi lain,
metode matematis, merupakan data awal grafik, hasil parameter statistik ukuran butir yang
dapat digunakan untuk mempelajari lingkungan
pengendapan.
Gambar 6: Sortasi ukuran butir material sedimen dengan derajat yang berbeda-beda. (From
Anstey, R.L. Chase, 1974, Environment through time : Burgess, Minneapolis, Minn. Fig. 1.2, p.
2, reprinted by permission of Burgess Publishing Co.)
Sortasi dihitung dengan standar deviasi. Dalam statistik konvensional, satu standar
deviasi mencakup 68 persen pada area pusat pada kurva frekuensi.
Gambar 7: Kurva frekuensi distribusi normal, menunjukkan hubungan antara standar deviasi dan
mean (rata-rata). Satu standar deviasi (1 ) disetiap sisinya rata-rata bernilai 68 persen pada area
dibawah kurva frekeunsi. (After Friedman, G. M., and J.E. Sanders, Principle of sedimentology.
1978 by John Wiley & Sons, Inc. Fig. 3.12, p.70, reprinted by permission of John Wiley &
Sons, Inc., New York.)
Rumus untuk menghitung standar deviasi dengan metode statistik ditunjukkan dalam
tabel 3.
Perlu diperhatikan untuk menghitung standar deviasi dengan rumus ini maka standar
deviasi dinyatakan dengan nilai phi ( ) dan disebut juga standar deviasi phi.
Tabel 4 : Tabel Standar Deviasi
Seperti disebutkan diatas bahwa pupulasi material sedimen tidak memiliki distribusi ukuran
butir yang normal, malahan menunjukkan derajat ketidaksimetrisan atau skewness. Modus,
mean (rata-rata) dan median pada populasi skew ukuran butir semuanya berbeda, seperti
diilustrasikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 8: Ilustrasi kurva frekuensi modus, median dan mean (rata-rata) dan perbedaan antara
kurva frekuensi normal dan kurva asimetri (skew). (After Friedman G. M., and J.E. Sanders,
Principle of sedimentology. 1978 by John Wiley & Sons, Inc. Fig. 3.18, p.75, reprinted by
permission of John Wiley & Sons, Inc., New York.)
Kurva frekuensi ukuran butir dapat menunjukkan variasi dari puncak-puncak yang bebeda.
Derajat puncak-puncak kurva frekuensi disebut kurtosis. Meskipun kurtosis dapat dihitung,
tapi secara signifikan tidak dapat diketahui serta menampakkan jumlah yang sedikit dari
interpretasi ukuran butir.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikum dan melakukan
pengolahan data ialah :
1. Pada daerah penelitian di dapatkan material sedimen berupa pasir yang berukuran pasir halus
- sangat kasar .
2. Skewness menunjukkan penyebaran atau distribusi dimana semakin positif (fine skewed)
maka material sedimen yang terendapkan cenderung lebih banyak material berukuran halus.
Semakin negatif skewness (coarse skewed) maka material sedimen yang terendapkan
cenderung berukuran kasar.
3. Kurtosis menunjukkan semakin datar suatu kurva maka semakin material sedimen tidak
terdistribusi normal dan semakin lengkung suatu kurva maka semakin materisl sedimen
terdistribusi normal.
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu ;
1. Dalam pengambilan sampel dilapangan sebaiknya benar-benar memperhatikan cara
menyampling karena jika tidak maka setiap lapisan akan terkontaminasi, sehingga data yang
dihasilkan tidak akurat.
2. Dalam praktikum sebaiknya disesuaikan jadwal praktikum karena sampel yang dianalisis
cukup banyak sedangkan alat penggetar yang digunakan hanya satu.
DAFTAR PUSTAKA
Jr, Sam Boggs.1987.Principle Sedimentology and Stratigrafi.Colombus:Merrill Publishing
Company.
Mual Maul.2012.http://Wingman Arrows.html.Bab 3 Tekstur Sedimen.diakses pada tanggal 6 Mei
2014.pukul 23.10 WITA.
Salamba, Daud Rani.2013.http://God of Geology.html.Praktikum Sedimentologi Analisa Ukuran
Butir.diakses pada tanggal 6 Mei 2014.pukul 08.54 WITA