MAKALAH
NAMA KELOMPOK :
METI (S.1644787)
MARSELINA PATODING (s.1642876)
MARLIS PAYUNG (s.1640874)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena perkenaan-Nyalah kami
dapat menyelesaikan tugas tentang ACINETOBACTER BAUMANII kini dapat kami
selesaikan.
Kami menyadari bahwa penyajian dan penyusunan tugas kami ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak, demi penyempurnaantugas ini.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, kami berharap makalah ini berguna,
bermakna, bermanfaat dan menambah wawasan bagi pihak yang membacanya.
morfologi selnya. Menurut Lay (1994), morfologi mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran
dan penataan biasanya tidak cukup untuk melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti sifat
pewarnaan, pola pertumbuhan koloni, reaksi petumbuhan pada karbohidrat, dan penggunaan
asam amino sangat membantu dalam identifikasi mikroba. Menurut Barrow and Feltham
(1993), uji Indol-Methyl red-Voges Proskauer-Citrate.
(IMViC) digunakan juga sebagai uji untuk karakteristik dari mikroorganisme. . Identifikasi
dilakukan untuk mengetahui spesies bakteri wild type yang diperoleh untuk selanjutnya digunakan
untuk berbagai keperluan; selain itu proses tersebut juga berfungsi untuk mengecek ulang (uji
konfirmasi) isolat yang telah diketahui spesies dan karakternya, sehingga dapat memperkecil kesalahan
pada hasil uji yang dilakukan. Identifikasi dan klasifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih
dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Ukurannya yang sangat kecil, tidaklah memungkin
bagi kita untuk mempelajari satu mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakteristik
suatu biakan yang merupakan populasi dari suatu mikroorganisme. Biakan murni yang mengandung
hanya satu macam mikroorganisme ini kemudian baru ditentukan spesiesnya (Bisset,1963). Pendekatan
yang dapat dilakukan dalam uji identifikasi yaitu dengan pendekatan konvensial (mikrobiologis) dan
pendekatan molekuler. Pendekatan yang banyak dan umum digunakan yaitu pendekatan konvensional
(mikrobiologis) dan pendekatan molekuler (analisis fragmen gen 16 S). Pendekatan secara molekuler
dilakukan dengan mencocokkan urutan basa gen 16 S isolat uji dengan data yang ada dipangkalan data
gen/gen bank, kemudian dianalisis kedekatan hubungan dan kemiripannya (homologinya). Pada
pendekatan molekuler, tahapan pertama proses untuk mendapatkan fragmen gen 16 S yang akan di
sekuens (proses untuk mengetahui urutan basa N), yaitu dilakukan isolasi DNA kromosomal sel (DNA
kromosom secara keseluruhan). Pendekatan mikrobiologis biasanya dengan menumbuhkan pada media
tertentu sehingga dapat diamati bentuk koloninya dan beberapaperlakuan untuk menguji sifat
biokimianya. Sedangkan metode Pewarnaan seperti pewarnaan Gram dan endospora dapat sekaligus
melihat bentuk sel mikroba tersebut. Hasil ujinya kemudian dibandingkan dengan hasil uji standar,
sehingga dapat diketahui genus dan spesies mikroba (Lay, 1994).
Acinetobacter baumanii
adalah pleomorphic basil gram-negatif aerobik (sama kelihatannya dengan Haemophilus influenzae
pada pewarnaan Gram) umumnya terisolasi dari lingkungan rumah sakit dan dirawat di rumah sakit
pasien. Infeksi Acinetobacter jarang tetapi, ketika mereka terjadi, biasanya melibatkan sistem organ
yang memiliki kandungan tinggi (misalnya, saluran pernafasan, CSF, cairan peritoneal, saluran kemih)
cairan, mewujudkan sebagai pneumonia nosokomial, infeksi yang terkait dengan dialisis peritoneal
rawat jalan terus menerus (CAPD), atau kateter bacteruria terkait.
Acinetobacter pneumonia
terjadi dalam wabah dan biasanya dikaitkan dengan dukungan peralatan pernapasan terjajah atau
cairan. meningitis nosokomial dapat terjadi pada pasien bedah saraf terjajah dengan tabung
drainase ventrikular eksternal Acinetobacter Multidrug tahan bukanlah fenomena baru atau yang
muncul, namun A. baumanii selalu inheren organisme resisten terhadap antibiotik beberapa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
e) Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Acenobacter baumanii
BAB II
PEMBAHASAN
A.EPIDEMOLOGI
Epidemiologi infeksi Acinetobacter luas dan mencakup infeksi yang terkait dengan
lingkungan tropis, perang dan bencana alam, dan wabah di wilayah beriklim sedang [ 3-
7 ]. Ini secara alami mendiami air dan tanah, dan waduk lain yang mungkin termasuk
hewan peliharaan, arthropoda, dan hewan makanan [ 5,8-10 ]. Pada manusia,
Acinetobacter dapat menjajah kulit, luka, dan saluran pernafasan dan saluran
pencernaan [ 11 ]. Hal ini juga dapat menghuni biofilm oral, yang menjadi predisposisi
pneumonia jika terjadi aspirasi ke saluran pernapasan bagian bawah [ 12,13 ].
Beberapa strain Acinetobacter dapat bertahan dalam pengeringan lingkungan selama
berminggu-minggu, sebuah karakteristik yang mendorong penularan melalui
kontaminasi fomite di rumah sakit [ 14-16 ].
Asosiasi dengan iklim - Secara historis, Acinetobacter telah menjadi patogen iklim
lembab. Beberapa tahun sebelum Acinetobacter menjadi perhatian di unit perawatan
intensif (ICUs) di Amerika Serikat, hal itu disebut sebagai penyebab 17 persen kasus
pneumonia ventilator terkait di ICU Guatemala, yang kedua setelah Pseudomonas,
yang menyebabkan 19 persen kasus [ 17 ].
Bakteri ACINOTOBACTER BAUMANII berbentuk kokobasil atau diplokokus Gram negatif,
tidak memiliki flagella, tidak berspora, memiliki fimbria, bersifat aerob, memberi uji oksidase
negatif dan katalase positif.
ACINOTOBACTER BAUMANII bertumbuh dengan baik pada suhu suhu 42C- 44 C.
Acinetobacter merupakan salah satu bakteri gram negatif yang menyebabkan infeksi nosokomial
di Indonesia yaitu sebesar 25,8 %.6 Timbulnya resistensi Acinetobacter terhadap carbapenem
memberikan masalah yang cukup besar dalam dunia kesehatan karena carbapenem saat ini
merupakan terapi lini pertama bagi pasien yang terinfeksi Acinetobacter di rumah sakit. Menurut
CDC, resistensi terhadap carbapenem meningkat dari 9 % menjadi 40 % dari tahun 1995 sampai
tahun 2004.7 Pada penelitian-penelitian sebelumnya faktor yang berpengaruh terhadap infeksi
carbapenem-resistant Acinetobacter adalah pemakaian CVC, keganasan, penggunaan
cephalosporin golongan III, penggunaan carbapenem , APACHE II score, lama rawat inap,
perawatan intensif dan transmisi silang .10-20
B.KARAKTERISTIK
Acinetobacter baumannii adalah bakteri gram-negatif yang dapat
[1]
menyebabkan infeksi nosokomial pada manusia. Bakteri ini dapat tumbuh pada
suhu 44 C, menggunakan berbagai jenis karbohidrat sebagai sumber nutrisi,
dan mampu melekat pada sel epitelial manusia.[1] Karakteristik dari bakteri ini
adalah aerobik, berbentuk koko-basil, dan dapat dengan cepat tahan (resisten)
terhadap berbagai antibiotik. [2] Bakteri ini diketahui dapat melakukan kolonisasi
di unit operasi, medis, persalinan, dan perawatan luka bakar dalam suatu rumah
sakit serta berperan dalam infeksi penyakit akut seperti meningitis, pneumonia,
dan bakteremia.[2] Acinetobacter baumannii juga diketahui tahan (reisten)
terhadap sabun dan antiseptik konvensional sehingga kontaminasi koloni bakteri
ini pada tangan Petugas kesehatan dengan petugas kesehatan.
Acinetobacter baumannii
C.FAKTOR VIRULENSI
Bakteri virulen adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dan mampu
menyerang jaringan tubuh sehingga menyebabkan penyakit parah.[1] Viruensi sendiri
merupakan derajat kemampuan suatu patogen oportunistik untuk menyebabkan
penyakit.[2] Bakteri virulen ini mempunyai faktor virulensi sehingga mampu
menyebabkan suatu penyakit dan dapat diatakan lebih viruen dari yang
lain.[2] Sel Streptococcus pneumoniae yang memiliki kapsul bersifat virulen dan
menyebabkan pneumonia, sebaliknya yang tidak berkapsul
bersifat avirulen.[2] Strain virulen dari Corynebacterium diphtheriae menghasilkan
suatu toksin yang menyebabkan diphtheria.[2] Bakteri virulen ini mengeluarkan bahan
atau senyawa yang mendukung virulensinya dan biasanya ia memiliki struktur
khusus.[2] Namun, pada beberapa mikroorganisme, komponen yang membuat virulensi
tidak jelas dan tidak diketahui.[2] Struktur permukaan penting dalam hal virulensi bakteri,
terutama kemampuannya melekat kemudian pembentukan koloni sebagai tahap
awal infeksi.[2] Faktor virulensi dari beberapa mikroorganisme diketahui karena
menghasilkan enzim ekstraseluler.[2] Meskipun bukan enzim ekstraseluler tunggal yang
membuktikan kemampuannya menjadi faktor yang bertanggung jawab untuk virulensi,
tetapi tidak diragukan bahwa sebagai enzim memainkan beberapa peran dalam proses
patogenik diantaranya kemampuan bakteri patogen untuk
memasuki jaringan.[2] Beberapa enzim ekstraseluler ini adalah
enzim hialuronidase, lechitinase, dan collagenase.[2] Selain enzim, toksin yang
dihasilkan merupakan salah satu faktor virulensi suatu bakteri virulen
seperti enterotoksin ekstraseluler yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae yang berperan
pada sel usus kecil.[2]
Faktor Virulensi Bakteri[sunting | sunting sumber]
E.GAMBARAN KLINIS
Bakteri Acinetobacter baumannii dimatikan oleh azithromycin (hijau).
F.DIAGNOSA LABORATORIUM
Acinetobacter baumannii adalah bakteri gram-negatif yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial pada manusia.[1] Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 44 C, menggunakan berbagai
jenis karbohidrat sebagai sumber nutrisi, dan mampu melekat pada sel epitelial manusia.[1]
Karakteristik dari bakteri ini adalah aerobik, berbentuk koko-basil, dan dapat dengan cepat
tahan (resisten) terhadap berbagai antibiotik. [2] Bakteri ini diketahui dapat melakukan
kolonisasi di unit operasi, medis, persalinan, dan perawatan luka bakar dalam suatu rumah sakit
serta berperan dalam infeksi penyakit akut seperti meningitis, pneumonia, dan bakteremia.
Kimia klinik biasanya menerima serum. Sering bagian ini adalah bagian yang melakukan
pemeriksaan rutin terbanyak. Mereka menguji komponen/analit yang berbeda-beda
dalam serum atau plasma.
Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan penghitungan
darah dan evaluasi morfologi darah.
Imunologi-Serologi menguji banyak hal dengan menggunakan prinsip reaksi antigen-
antibodi.
Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun
jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba
patogen.
Parasitologi mengamati parasit.
Koagulasi menganalisis waktu bekuan dan faktor koagulasi.
Urinalisis menguji air seni untuk sejumlah analit
Toksikologi menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
Imunohematologi, atau bank darah menyediakan komponen, derivat, dan produk darah
untuk transfusi.
Histologi memproses jaringan padat yang diambil dari tubuh untuk membuat di kaca
mikroskop dan menguji detail sel.
Sitologi menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan
keadaan lain.
Sitogenetika melibatkan penggunaan darah dan sel lain untuk mendapatkan kariotipe,
yang dapat berguna dalam diagnosis prenatal (mis. sindrom Down) juga kanker
(beberapa kanker memiliki kromosom abnormal).
Virologi dan analisis DNA juga dilakukan di laboratorium klinik yang besar.
Patologi bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi
pada bedah seperti masektomi payudara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gaynes R, Edwards JR. Overview of nosocomial infections caused by
gramnegative bacilli. Clin Infect Dis 2005;41:848-854
2. Landman D, Quale JM, Mayorga D, Adedeji A, Vangala K, Ravishankar J et al.
Citywide clonal outbreak of multiresistant Acinetobacter baumannii and
Pseudomonas aeruginosa in Brooklyn, NY: the preantibiotic era has returned.
Arch Intern Med 2002; 162(13):1515-1520.
3. Garnacho-Montero J, Ortiz-Leyba C, Fernndez-Hinojosa E. Acinetobacter
baumannii ventilator-associated pneumonia: epidemiological and clinical
findings. Intensive Care Med 2005;31:649-655
4. Pollack, Andrew. Rising Treat of Infection Unfazed by Antibiotics. New York
Times, Feb. 27, 2010
5. Hidron AI, Edwards JR, Patel J. NHSN annual update: antimicrobialresistant
pathogens associated with healthcare-associated infections: annual summary of
data reported to the National Healthcare Safety Network at the Centers for
Disease Control and Prevention, 2006-2007. Infect Control Hosp Epidemiol
2008;29:996-1011[Erratum, Infect Control Hosp Epidemiol 2009;30:107].
6. Moehario LK, Tjoa E, Kiranasari A, Ningsih I, Rosana Y, Kurniawati A. Trends in
antimicrobial susceptibility of gram-negative bacteria isolated from blood in
Jakarta from 2002 to 2008.J Infect Dev Ctries 2009;3(11):843-838.