PENDAHULUAN
1
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara berdaur ini
bertujuan agar terjadi peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran PKn di kelas
IV sehubungan dengan peran guru sebagai komunikator, pembibing, mediator dan penilai.
1. Identifikasi Masalah
Faktor penyebab dari masalah tersebut antara lain : (1) pembelajaran masih di
dominasi oleh kegiatan guru dalam bentuk ceramah; (2) siswa tidak aktif di dalam
pembelajaran; (3) Kurangnya sumber belajar yang digunakan sehingga menyulitkan siswa
untuk mendapatkan informasi yang luas, sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa
rendah.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam konteks kurikulum persekolahan
mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis. Hal ini dikarenakan salah satu tugas
dan peran PKn adalah menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan
karakter bangsa (National and character bulding). Konsekuensinya dalam pelaksanaan
proses pembelajaran disekolah harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi
serta kompetensi yang dimilikinya, baik potensi kognitif, efektif maupun perilaku dalam
menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun lingkungan sosial dimana mereka
hidup.
Tujuan PKn secara umum adalah untuk mengembangkan potensi individu warga
Negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, posisi, dan keterampilan kewarganegaraan
yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu melakukan kaji tindak untuk menemukan
teknik-teknik baru yang lebih efektif dalam persoalan tersebut.
2. Analisis Masalah
Untuk mengembangkan potensi individu warga Negara Indonesia sehingga memiliki
wawasan, posisi, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan
untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Guru harus profesional dalam menemukan masalah, menganalisa masalah, membuat
hipotesa serta menentukan alternatif penyelesaian masalah yang tepat sehingga permasalahan
dapat diatasi.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah : apakah dalam pembelajaran PKn meningkatkan hasil belajar melalui model
talking stick pada siswa kelas IV SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias?
Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan secara optimal, maka masalah umum
tersebut difokuskan menjadi dua masalah khusus sebagai berikut :
a. Apakah model talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN
074057 Maliwaa ?
b. Bagaimana model talking stick dalam pembelajaran PKn di kelas IV SDN 074057
Maliwaa ?
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara
relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-
perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini
membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan
(kematangan).
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud
belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya
dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar
merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan
mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada
periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi dalam diri
seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah
laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
5
2. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan
pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam
belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang
sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu
dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan
keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, lingkungan, kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan,
dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses
belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.
6
Paradigma baru PKn di SD
Paradigma berarti suatu model atau kerangka berfikir yang digunakan dalam proses
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Sejalan dengan dinamika perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar
bangsa yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia memasuki era reformasi diberbagai
bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis.
Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil
society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu atau mata pelajaran dipersekolahan
perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang
berubah. Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak
proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan
arah dan pesan konstitusi Negara RI. Pada hakekatnya, proses pembentukan karakter bangsa
diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses
itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat
mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Menurut Udin S. Winaputra, dkk (2007) tugas PKn dengan paradigma barunya
mengembangkan pendidikan demokrasi, mengemban tiga fungsi pokok, yakni
mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence), membina tanggung jawab
warga Negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga Negara (civic
participation). Kecerdasaan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga
Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi
spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.
Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikaan kewarganegaraan
diperlukan suatu strategi dan pendekatan khusus yang sesuai dengan paradigma baru PKn.
Keunggulan dari paradigma baru PKn dengan model pembelajarannya tak dapat
disangkal lagi dipandang dari pemikiran pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada
kegiatan belajar siswa aktif (active student learning) dan pendekatan inkuiri (inquiri
approach). Model pembelajaran PKn dengan paradigma baru, memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Membelajarkan dan melatih siswa berfikir kritis.
b) Membawah siswa mengenal, memilih dan memecahkan masalah.
c) Melatih siswa dalam berfikir sesuai dengan metode ilmiah.
7
d) Keterampilan sosial lain yang sejalan dengan model talking stick.
8
3. Kekuatan dan Keterbatasan Model talking stick
a. Kekuatan Metode Penemuan
Kekuatan penggunaan model talking stick adalah :
1) Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri
2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan
yang diperolehnya
3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan
dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para peserta didik
4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi
kepemilikannya dan sangat sulit melupannya
5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta
didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
b. Keterbatasan Metode Penemuan
Keterbatasan penggunaan metode ini adalah :
1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya
2) Memerlukan fasilitas yang memadai
3) Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat
tadisional, sedangkan metode baru ini dirasakan guru belum melaksanakan tugasnya
mengajar karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing
4) Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerimah
informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri
5) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik malah kebingungan
memanfatkannya.
Metode Kerja Kelompok
1. Pengertian dan Tujuan
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta
didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk
dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Dalam Mulyani Sumantri dan Johar
Permana, 2003 : 148), metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik
beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu guru dituntut untuk mampu
9
menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulatif mampu melibatkan anak
bekerja sama dan berkolaborasi dalam kelompok.
Penerapan metode kerja kelompok menuntuk guru untuk dapat mengelompokkan
peserta didik secara arif dan proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu
kelompok dapat didasarkan pada: (a) fasilitas yang tersedia; (b) perbedaan individual dalam
minat belajar dan kemampuan belajar; (c) jenis pekerjaan yang diberikan; (d) wilayah tempat
tinggal peserta didik; (e) jenis kelamin; (f) memperbesar partisipasi peserta didik dalam
kelompok ; dan (g) berdasarkan pada lotre/random.
10
3) Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan
berdiskusi dan proses keompok.
11
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
2. Subjek Penelitian
Sasaran dalam perbaikan pembelajaran ini adalah kelas IV SDN 074057 Maliwaa,
yang mempunyai siswa sebanyak 17 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan daur
setiap siklus sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis bersama
antara penulis, supervisor/tutor 1 terhadap hasil belajar siswa mengidentifikasi
masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.
12
Dari hasil tersebut di atas penulis selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun rencana perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I yang difokuskan
pada perencanaan langkah-langkah perbaikan dan skenario tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran dan meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Menyiapkan materi PKn dengan menggunakan metode ceramah ,tanya jawab
dan penugasan dalam pemecahan masalah PKn tentang misi kebudayaan
Indonesia.
3. Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu :
a) Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Lembar penilaian kemampuan siswa memahami materi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
c) Lembar evaluasi akhir mengukur tingkat pencapaian tujuan atau target
perbaikan pembelajaran
4. Menentukan kriteria keberhasilan/ketercapaian perbaikan pembelajaran.
Dalam penelitian ini perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil/tercapai
apabilah :
a) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar < 25
% dan rata-rata nilai lebih dari 65
b) Ketuntasan belajar, yaitu jika 85 % dari seluruh siswa mencapai nilai
65
b. Pelaksanaan
13
4) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
c. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peniliti yang sekaligus
sebagai guru kelas dengan teman sejawat guru sebagai pengamat selama proses
perbaikan pembelajaran. Data penelitian yang dikumpulkan adalah :
1) Data aktifitas siswa dalam menjawab pertanyaan.
2) kemampuan siswa dalam memahami materi tentang misi kebudayaan
Indonesia melalui metode ceramah, tanya jawab dan penugasan seperti :
a) kecermatan menyebutkan contoh-contoh kebudayaan Indonesia yang
pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Kemampuan menjelaskan sebab-sebab kebudayaan Indonesia mudah
dikenal di luar negeri.
c) Kemampuan menjelaskan tujuan misi kebudayaan.
d) Kecermatan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
3) Data tingkat ketuntasan belajar siswa. Data dikumpulkan menggunakan
lembar evaluasi.
d. Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama supervisor 2 melakukan analisis terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pembelajaran terhadap
guru dan siswa pada siklus I. Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
penulis bersama supervisor 2 dari catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam
proses dan akhir perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar bagi upaya perbaikan pada siklus II.
14
mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan
masalah. Dari hasil refleksi terhadap proses dan hasil belajar siswa pada siklus I,
maka perencanaan ulang perbaikan pembelajaran siklus II difokuskan pada perubahan
metode yang akan digunakan. Pada sikus II ini akan menggunakan model talking stick
dan kerja kelompok. Secara keseluruhan, perencanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus II mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun rencana perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II yang difokuskan
pada perencanaan langkah-langkah perbaikan dan skenario tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran dan meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Menyiapkan materi PKn dengan menggunakan model talking stick dan kerja
kelompok dalam pemecahan masalah PKn tentang misi kebudayaan Indonesia.
3. Menyiapkan LK yang akan digunakan oleh siswa secara kelompok yang
memuat tugas-tugas yang perlu diselesaikan siswa selama pembelajaran
berkenaan dengan misi kebudayaan Indonesia.
4. Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu :
a) Lembar pengamatan aktivitas siswa selama mengerjakan LK dengan
model talking stick dan kerja kelompok.
b) Lembar penilaian kemampuan siswa memahami materi misi
kebudayaan Indonesia.
c) Lembar evaluasi akhir mengukur tingkat pencapaian tujuan atau target
perbaikan pembelajaran.
5. Menentukan kriteria keberhasilan/ketercapaian perbaikan pembelajaran.
Dalam penelitian ini perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil / tercapai
apabilah :
a) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar < 25
% dan rata-rata nilai lebih dari 65.
b) Ketuntasan belajar, yaitu jika 85% dari seluruh siswa mencapai nilai
65.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II, penulis dibantu supervisor 2 melaksanakan
skenario pembelajaran dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
15
1) Guru melaksanakan kegiatan permulaan seperti apersepsi, pembagian
kelompok, kemudian guru menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri dan kerja kelompok di dalam pembelajaran.
2) Guru membagikan LK kepada masing-masing kelompok, yang di dalamnya
memuat soal-soal yang perlu diselesaikan oleh masing-masing kelompok dengan
menggunakan model talking stick dan kerja kelompok.
3) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya untuk dibahas
atau didiskusikan secara klasikal. Dilanjutkan pemantapan oleh guru.
c. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peniliti yang sekaligus
supervisor 2 sebagai pengamat selama proses perbaikan pembelajaran. Data penelitian
yang dikumpulkan adalah :
1) Data aktifitas siswa dalam menyelesaikan LK.
2) kemampuan siswa dalam memahami materi misi kebudayaan Indonesia
melalui penerapan model talking stick dan kerja kelompok seperti :
a) kecermatan menyebutkan contoh-contoh kebudayaan Indonesia yang
pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Kemampuan menjelaskan sebab-sebab kebudayaan Indonesia mudah
dikenal di luar negeri.
c) Kemampuan menjelaskan tujuan misi kebudayaan.
d) Kecermatan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
3) Data tingkat ketuntasan belajar siswa. Data dikumpulkan menggunakan
lembar evaluasi.
d. Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama supervisor 2 melakukan analisis terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pembelajaran terhadap
guru dan siswa pada siklus II. Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
penulis bersama supervisor 2 dari catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam
proses dan akhir perbaikan pembelajaran.
16
Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan
model talking stick pada pelajaran PKn, peneliti menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif, yaitu analisis data yang sesuai dengan peristiwa yang terjadi melalui gambaran-
gambaran nyata tentang peristiwa tersebut. Adapun beberap analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran, digunakan rumus berikut:
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I berlangsung dalam satu kali tatap muka (1
x 35 Menit). Pada tahap ini guru melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan
apa yang direncanakan.
Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus ini kegiatan awal sampai akhir
penelitian dibantu teman sejawat guna perbaikan lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
1. kegiatan Awal
Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa untuk mengarahkan siswa kepada materi yang akan dibahas. Siswa
terlihat aktif menjawab pertanyan guru.
2. Kegiatan Inti
a) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang jenis-jenis kebudayaan
Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Siswa mengerjakan latihan soal yang ditulis oleh guru di papan tulis.
18
c) Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaannya.
3. Kegiatan akhir.
a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
b) Siswa mencatat rangkuman materi di buku catatannya.
c. Observasi.
Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat guru dengan hasil sebagai
berikut :
a) Pada kegiatan awal siswa aktif menjawab pertanyaan apersepsi yang
disampaikan oleh guru.
b) Banyak siswa yang tidak mendengarkan ketika guru memberi penjelasan
tentang misi kebudayaan Indonesia. Siswa ada yang bergurau dengan temannya.
c) Siswa saling mencontoh pekerjaan temannya ketika mengerjakan latihan soal.
d) Hasil evaluasi siswa rendah.
d. Refleksi
a) Pada kegiatan awal guru harus memberikan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan yang bisa membawah siswa ke materi yang akan dibahas.
b) Guru perlu mengubah metode yang mampu mengaktifkan siswa didalam
pembelajaran serta mudah memahami materi misi kebudayaan Indonesia. Model
talking stick dan kerja kelompok sesuai untuk memudahkan siswa dalam
menerimah materi tersebut.
c) Guru harus mengawasi serta memotivasi siswa ketika mengerjakan latihan
soal.
d) Guru perlu menyediakan lembar kerja (LK) yang berisi tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa secara kelompok,agar siswa aktif di dalam pembelajaran.
19
sesuai. oleh kegiatan
3. Memotivasi siswa saat kerja - V guru,
kelompok. sehingga
4. Menggunakan metode - V siswa kurang
bervariasi. aktif didalam
5. Guru memberikan rangkuman - V pembelajaran
materi
6. Melaksanakan tes akhir. V -
20
Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Aspek yang diamati Interpretasi
No Nama Murid
1 2 3 4 5 Jumlah Huruf
1. Noverianus Gulo 15 15 0 12 15 57 C
2. Septiaman Zebua 15 15 0 13 15 58 C
3. Oktobereni Zai 15 13 0 13 15 56 C
4. Augustiar Waruwu 13 12 0 12 12 49 D
5. Berkat Iman Zai 10 11 0 10 10 41 D
6. Joni Yaman Zebua 11 11 0 10 10 42 D
Juliman Nofanolo 15 14 0 14 14 57 C
7.
Zebua
8. Marionefata Harefa 15 13 0 13 15 56 C
Robin Berlian 11 11 0 11 10 43 D
9.
Halawa
10. Sukardin Hura 13 12 0 12 12 49 D
11. Yanti Yani Halawa 13 13 0 12 12 50 D
12. Agun Rahmat Hura 10 10 0 10 10 40 D
13. Agusman Zai 12 13 0 12 12 49 D
14. Andi Kristian Zai 11 11 0 11 11 44 D
15. Ardiaman Zai 15 13 0 14 15 57 C
16. Ardina Zai 13 12 0 12 12 49 D
17. Baktyaman Zai 12 11 0 11 11 45 D
Berti Suryani 15 13 0 13 15 56 C
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa 11 11 0 11 10 43 D
19
Dewanty Zai
Ezri Wasti Novia 13 12 0 12 12 49 D
20
Gori
Rata Rata Nilai 49.5 D
Keterangan :
1 = keaktifan dalam tugas
2 = sosialisasi dengan teman
3 = keterlibatan dalam kelompok
4 = kemampuan bertanya
5 = kemampuan menjawab
21
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas = 7 orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 13 orang
Klasikal = Belum tuntas
22
siswa adalah 60,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 35% atau ada 7
siswa dari 20 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus I secara klasikal belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai
65 hanya sebesar 35% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu 85%. Dari 20 siswa yang dilakukan PTK hanya 7 siswa yang mengalami
peningkatan dengan prosentase 35%, dan 13 orang yang tidak mengalami peningkatan
dengan prosentase 65%. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I berkaitan dengan
proses pembelajaran serta perolehan hasil tes pada siklus I, maka perlu dilakukan
perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus II.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
a) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) tentang misi
kebudayaan Indonesia.
b) Guru menyiapkan lembar kerja (LK) dan jenis tes yang akan digunakan.
c) Guru menyiapkan instrument observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II berlangsung dalam satu kali tatap muka
(1 x 35 Menit). Pada tahap ini guru melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah direncanakan.
Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus ini kegiatan awal sampai akhir
penelitian dibantu teman sejawat guna perbaikan lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru memperhatikan kesiapan siswa untuk menerimah
pelajaran, seperti : sikap duduk dan tidak bergurau dengan temannya. Guru
menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi
sebelumnya, yaitu tentang jenis-jenis kebudayaan Indonesia, untuk mengajak
siswa ke materi yang akan dibahas.
1. Kegiatan Inti
a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.
b) Siswa diberi penjelasan secara klasikal tentang cara mengerjakan LK
dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok.
23
c) Masing-masing kelompok mengerjakan LK dengan mencari informasi
tentang jenis-jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional di buku paket PKn dan di buku sumber lain yang
terdapat di lingkungan sekolah.
d) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya secara
bergantian, dimulai dari kelompok I. kelompok yang lain memperhatikan,
kemudian memberikan pertanyaan ataupun tanggapan.
2. Kegiatan akhir
a) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
b) Siswa diberi PR untuk mencari informasi tentang jenis-jenis
kebudayaan Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan
internasional.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat guru dengan hasil sebagai
berikut :
a) Pada kegiatan awal, siswa tenang karena guru telah mengkondisikan siswa
kearah situasi belajar yang baik. Namun ketika guru menyampaikan apersepsi
hanya beberapa siswa yang aktif menjawab.
b) Tidak ada pembagian tugas di dalam kelompok untuk mengerjakan LK
(Lembar Kerja). Sehingga ada beberapa anggota kelompok yang hanya
memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan LK.
c) Siswa kesulitan mencari informasi, karena keterbatasan sumber informasi
yang terdapat di lingkungan sekolah.
d) Pada saat masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya secara
bergantian, kelompok yang lain kurang aktif untuk memberikan tanggapan
ataupun pertanyaan, sehingga diskusi kelas kurang hidup.
e) Ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.
d. Refleksi
a) Dalam memberikan apersepsi hendaknya guru memilih pertanyaan yang bisa
menggiring siswa kepada materi yang akan dibahas dan menyenangkan siswa,
seperti : bertanya tentang lagu-lagu daerah dan menyanyikannya bersama-sama
b) Pada saat masing-masing kelompok mengerjakan tugas, sebaiknya guru
berkeliling untuk memberikan motivasi, petunjuk ataupun menilai keaktifan siswa
24
c) Guru ataupun sekolah harus menyediakan sumber-sumber informasi yang
berkenaan dengan materi yang akan dibahas dengan cukup
d) Sebelum membahas materi ini, sebaiknya guru memberikan tugas di rumah
untuk mencari informasi tentang kebudayaan Indonesia yang pernah ditampilkan
dalam misi kebudayaan internasional,baik dengan bertanya kepada orang tua
ataupun mencari di Koran atau majalah. Sehingga pada saat pembelajaran
berlangsung siswa sudah siap untuk menyampaikan informasi yang ditemukan
dirumah kepada kelompoknya.
e) Guru harus memotivasi siswa agar aktif didalam diskusi kelas, serta
membimbing siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan.
f) Guru harus menyuruh siswa untuk mencatat hasil LK kelompoknya di buku
catatannya agar siswa mudah mengingat materi tersebut sehingga hasil evaluasi
siswa meningkat.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas guru Siklus II
Kemunculan
Perilaku Guru Yang
No Tidak Komentar
Diobservasi Ada
Ada
1. Mengadakan apersepsi V - Guru kurang
2. Menggunakan media yang V - memberikan
sesuai. motivasi
3. Memotivasi siswa saat kerja - V kepada siswa.
kelompok.
4. Menggunakan metode V -
bervariasi.
5. Guru memberikan rangkuman - V
materi
6. Melaksanakan tes akhir. V -
25
5. Berkat Iman Zai 12 12 12 12 12 60 C
6. Joni Yaman Zebua 12 12 12 12 12 60 C
Juliman Nofanolo 15 15 15 15 15 75 B
7.
Zebua
8. Marionefata Harefa 16 15 16 15 15 77 B
Robin Berlian 13 12 13 12 12 62 C
9.
Halawa
10. Sukardin Hura 14 13 14 14 14 69 C
11. Yanti Yani Halawa 15 14 14 15 15 73 B
12. Agun Rahmat Hura 12 12 12 12 12 60 C
13. Agusman Zai 15 14 14 14 14 71 B
14. Andi Kristian Zai 15 14 14 14 14 71 B
15. Ardiaman Zai 16 15 15 15 15 76 B
16. Ardina Zai 14 14 14 14 14 70 C
17. Baktyaman Zai 14 14 14 13 13 68 B
Berti Suryani 15 14 14 14 14 71 B
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa 15 14 14 14 14 71 B
19
Dewanty Zai
Ezri Wasti Novia 16 15 15 15 15 76 B
20
Gori
Rata Rata Nilai 70.15 B
Keterangan :
1 = keaktifan dalam tugas
2 = sosialisasi dengan teman
3 = keterlibatan dalam kelompok
4 = kemampuan bertanya
5 = kemampuan menjawab
26
8. Marionefata Harefa 80 Tuntas
9. Robin Berlian Halawa 60 Tidak Tuntas
10. Sukardin Hura 70 Tuntas
11. Yanti Yani Halawa 70 Tuntas
12. Agun Rahmat Hura 50 Tidak Tuntas
13. Agusman Zai 70 Tuntas
14. Andi Kristian Zai 60 Tidak Tuntas
15. Ardiaman Zai 80 Tuntas
16. Ardina Zai 70 Tuntas
17. Baktyaman Zai 60 Tidak Tuntas
Berti Suryani 80 Tuntas
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa Dewanty 70 Tuntas
19
Zai
20 Ezri Wasti Novia Gori 80 Tuntas
Jumlah 1400
Rata-rata 70
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas = 14 orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 6 orang
Klasikal = Belum tuntas
65 hanya sebesar 70% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu 85%. Dari 20 siswa yang diadakan PTK, 17 orang mengalami peningkatan
27
dengan prosentase 85%, dan terdapat 3 orang siswa yang tidak mengalami
peningkatan dengan prosentase 15%.
Tabel 4.13 Perbandingan Data Nilai Rata-rata Tes Formatif dari Siklus I, II
Nilai
Jumlah Siswa
Siklus I Siklus II
17 60.5 70
28
Berdasarkan analisa data di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
81 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 70% atau ada 19 siswa dari 20 siswa yang
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal sudah
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 sebesar 70% lebih besar dari
prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 35 %. Dari 20 siswa yang diadakan PTK,
terdapat 19 siswa yang mengalami peningkatan dengan prosentase 70%, dan 1 orang yang
tidak mengalami peningkatan dengan prosentase 5%. Adanya peningkatan pada siklus II ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model talking
stick dan kerja kelompok, sehingga siswa mudah dalam memahami materi yang disajikan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
a. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kurang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya motivasi
hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Ketuntasan belajar hanya 35%
dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa 60,5 yang masih dibawah prosentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu 85 % dengan nilai rata-rata 65. Jadi pada
siklus I ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.
29
b. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kurang
dapat mengaktifkan siswa, karena dengan menggunakan metode tersebut guru
mendominasi kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa pasif.
c. Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn tentang misi kebudayaan Indonesia dengan metode ceramah,
tanya jawab dan penugasan mencapai skor 49,5 dengan katagori kurang. Jadi dapat
dikatakan siswa kurang aktif di dalam pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan dengan baik. Namun metode yang digunakan guru tidak dapat
meningkatkan keaktifan siswa serta motivasi hasil belajar siswa terhadap materi yang
diajarkan masih rendah.
2. Siklus II
a. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar
dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya motivasi hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 70% dengan nilai rata-rata prestasi belajar
siswa 70. Namun pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai
karena ketuntasan belajar yang diperoleh hanya 70% lebih kecil dari prosentase
ketuntasan belajar yang dikehendaki yaitu 85%.
b. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok sudah cukup.
Namun guru perlu memberikan motivasi serta membimbing siswa untuk aktif dalam
kegiatan kelompok ataupun dalam diskusi antar kelompok ketika menyampaikan hasil
kerja kelompoknya. Guru juga harus menyediakan buku sumber yang cukup untuk
memudahkan siswa dalam mencari infornasi yang dibutuhkan dalam mengerjakan
LK.
30
c. Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn tentang misi kebudayaan Indonesia dengan model talking stick
dan kerja kelompok mencapai nilai 70.15 dengan katagori baik. Jadi siswa dapat
dikatakan aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah pembelajaran dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok
dengan cukup. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang masih kurang dalam
membimbing dan memberi motivasi kepada siswa untuk aktif di dalam kegiatan
kelompok. Namun pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada siklus II ini lebih
baik dibandingkan dengan siklus I
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran menggunakan beberapa metode selama
tiga siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan model talking stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (35,29 %), siklus II (64,7 %)
2. Penerapan model talking stick dan kerja kelompok dapat dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Memilih topik atau pokok bahasan yang benar-benar bisa diterapkan dengan
model talking stick dan kerja kelompok.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
talking stick dan kerja kelompok.
c. Menyediakan Lembar Kerja (LK) yang berisi petunjuk untuk mencari dan
menemukan informasi tentang materi pelajaran, baik dibuku paket ataupun dibuku
sumber lain.
d. Menyediakan buku sumber yang cukup yang akan digunakan siswa untuk
mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan petunjuk LK.
32
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias.
4. Untuk penelitian serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh
hasil yang lebih baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
Wardani, I G A K.; Wihardit K; & Nasoetion N. (2007). Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 1).
Jakarta : Universitas Terbuka.
Sumantri, Mulyani & Permana, Johar. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdiknas.
Winaputra, Udin. S.; dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
34