Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Ilmu Astrologi Jawa

http://ensiklo.com
Astrologi adalah ilmu perbintangan yang dapat dibedakan dengan astronomi. Astrologi mengakar
pada kebudayaan yang beragam dengan penamaan yang beragam. Astrologi menggunakan
isyarat pergerakan benda langit sebagai penanda situasi alam atau manusia di bumi. Astrolog
percaya bahwa pergerakan bintang dan benda langit lainnya memiliki hubungan dengan situasi
manusia dan alam di bumi. Hal ini menggambarkan keterhubungan antar anasir yang terdapat di
alam semesta. Masyarakat Yunani Kuno dan China (kini Tiongkok) memiliki pemahaman dan
sistem penandaan tersendiri tentang astrologi.

Pelbagai budaya memiliki corak astrologi yang berbeda. Yunani mungkin adalah salah satu model
astrologi yang cukup dikenal. Nama-nama, seperti Sagitarius, Cancer, Libra dan Aquarius adalah
nama-nama yang cukup populer. Shio adalah astrologi China yang juga cukup populer di
Indonesia. Seperti Astrologi Yunani, Shio adalah penanda berupa hewan-hewan yang
melambangkan waktu, tahun dan bulan dengan karakteristik masing-masing. Hewan
melambangkan keterhubungan antara 12 cabang bumi, waktu dan lima unsur utama kehidupan.
Periode shio berputar selama 60 tahun.

Masyarakat Jawa juga memiliki sistem astrologi yang unik. Astrologi Jawa berkembang dari
kearifan budaya Jawa Kuno. Pranata mangsa adalah istilah penting yang digunakan. Pranata
mangsa berarti sifat umum yang melekat pada suatu zaman atau masa. Pranata tersebut juga
memiliki sistem perputaran atau rotasi seperti horoskop Yunani (zodiak) dan Shio pada
kebudayaan China. Pranata mangsa pada kebudayaan Jawa mencakup: (1).Kaso; (2) Karo; (3)
Katelu; (4) Kapat; (5) Kalima; (6) Kanem; (7) Kapitu; (8) Kawolu; (9) Kasangka; (10) Kasadasa; (11)
Desta, dan; (12) Saddha.

Selain perhitungan masa dengan mengacu pada perputaran matahari dengan ciri khas 12 bulan,
astrologi Jawa juga mengenal istilah weton. Weton memperkirakan kepribadian, sifat dan nasib
seseorang. Meski tidak bersifat mutlak, weton digunakan sebagai pengingat bagi orang Jawa
untuk berhati-hati dalam menjalani hidup. Filosofi hidup eling lan waspada (ingat dan selalu
waspada) menjadi unsur penting dalam pemahaman tentang weton dalam kehidupan sehari-hari
orang Jawa.

Astrologi Jawa melalui penanda weton juga menggambarkan ciri-ciri umum kepribadian, bahkan
ciri fisik pada waktu anak-anak, remaja dan dewasa. Astrologi Jawa beroperasi dengan
menggunakan filosofi titen (teliti, cermat, rinci) terhadap fenomena alam dan keterkaitannya
dengan manusia dan peristiwa lingkungan.
Ilmu titen sangat operasional pada konteks pranata mangsa. Melalui ketelitian untuk mengamati
dan menghubungkan gejala alam, pranata mangsa memungkinkan orang Jawa memerkirakan
waktu tanam, jenis tanaman yang cocok dan kemungkinan penyakit tanaman pada periode
(mangsa) tertentu. Pranata mangsa bahkan menggambarkan musim dan iklim pada periode
waktu tertentu. Perubahan ekosistem global kini banyak dipercaya membuat sistem penandaan
pranata mangsa tidak sesuai lagi dengan kondisi alam. Hal ini membutuhkan kekuatan filosofi
titen untuk kembali menghidupkan sistem penandaan alam yang dapat menginspirasi manusia
secara luas.

Terdapat beberapa kata kunci penting yang menjadi intisari astrologi Jawa, yaitu filosofi Eling lan
Waspada dan Ilmu Titen. Eling lan waspada merupakan instrumen yang mengingatkan orang
Jawa untuk selalu ingat (pada Tuhan dan kebaikan), serta waspada agar tidak terjerumus pada
kejahatan. Ilmu atau filosofi titen mengajarkan manusia Jawa untuk selalu berusaha rinci dan
cermat memahami gejala alam dan manusia. Weton dan pranata mangsa adalah sistem
penandaan yang bersumber dari kearifan eling lan waspada serta ilmu titen.

Sumber: http://ensiklo.com/2014/08/mengenal-ilmu-astrologi-jawa/

Anda mungkin juga menyukai