Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KESELAMATAN
PASIEN
DI
RUMAH
SAKIT
Dr.dr.Ina Rosalina SpAK.,Mkes.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
A. KETERANGAN UMUM
Agama : Islam
Alamat Rumah : jl. Dipatiukur no 20 Bandung, 40132
Alamat kantor : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9
Jakarta Selatan 12950
Tlp 021 5274915
Email : subdit.rspendidikan@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
TRISAKTI:
PARADIGMA
PENGUATAN
YANKES
JKN
SEHAT
DTPK KOTA
KELUARGA
SEHAT
PROGRAM
INDONESIA
SEHAT
PENINGKATAN
PENINGKATAN
AKSES
MUTU
angka
kemaHan
Pencapaian
MDGs
dan
Post
MDGs
angka
kemiskinan
Derajat
angka
kesakitan
kesehatan
rakyat
yg
Implementasi
JKN
akses
pelayanan
seHnggi-
Peningkatan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Hngginya
INDIKATOR
Target
No
SEMULA
2014
2015
2016
2017
2018
2019
1 Persentase kecamatan dengan kesiapan akses 0 61% 79% 85% 90% 95%
layanan kesehatan primer
2 Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses 50 60% 70% 80% 90% 95%
layanan rujukan
3 Jumlah RS yang terakreditasi 59 440 842 1124 1165 2247
4 Jumlah puskesmas yang terakreditasi 0 250 750 1500 3000 5000
No
MENJADI
Target
1
Jumlah
Kecamatan
yang
memiliki
minimal
1
Puskesmas
yang
terakreditasi
0
350
700
1400
2800
5600
Jumlah
Kab/Kota
yang
memiliki
minimal
1
RSUD
yang
233
233
293
356
416
477
2
terakreditasi
REGULATORY
FRAMEWORK
For
Pa$ent
Safety
DASAR
HUKUM
Pasien
Rumah
Sakit
PerMenKes
No.
251/MENKES/SK/VII/2012
Tentang
Komite
Keselamatan
Pasien
RS
Analisis
RCA, FMEA
- Kementerian Lain 5 3 8
38
SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN
(SKP)
Sutoto.KARS
40
TELUSUR
SISTEM:
PERTANYAAN
KEPADA
PERAWAT
(P)/DOKTER
(D)
1. Bagaimana
memastikan
bahwa
perintah
dokter
untuk
memberikan
obat
lewat
telepon
diterima
secara
benar
?
2. Bagaimana
memastikan
bahwa
obat
diberikan
pada
orang
yang
tepat
?
(P/D)
3. Apa
yang
anda
lakukan
bila
obat
yang
akan
anda
berikan
adalah
obat
High
alert
?
jelaskan
(P/D)
4. Jelaskan
bagaimana
implementasi
aturan
pengamanan
obat
obat
high
alert
(P/D)
5. Bagaiman
anda
memastikan
obat
yang
diperintahkan
dokter
sampai
pasien
dengan
tepat
(P/D)
6. Kapan
saat
anda
harus
mencuci
tangan
?
Apa
manfaat
cuci
tangan
itu,
tolong
diperagakan
cuci
tangan
sesuai
standar
WHO.
(P/D)
7. Apabila
ada
pasien
baru
masuk
rawat
inap
berjalan
dengan
dibantu
oleh
keluarganya,
aesmen
apa
yang
akan
anda
lakukan,
tolong
jelaskan
bagaimana
anda
melakukan
asesmen
tersebut,
dimana
anda
mencatat
hasil
asesmen
tersebut?
(P)
8. Bagaimana
anda
menangani
pasien
risiko
jatuh
?
(P)
Sutoto.KARS
41
ENAM
SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN
Sutoto.KARS
42
SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN
(SKP)
GAMBARAN
UMUM
SKP
syarat
mayor
dalam
akreditasi
KARS
Maksud
dari
SKP:
mendorong
perbaikan
spesik
dalam
keselamatan
pasien
SKP
:
menyoroti
bagian-bagian
yang
bermasalah
dalam
Yankes
Perbaikan
Disain
sistem
yang
baik:
memberikan
pelayanan
kesehatan
yang
aman
dan
bermutu
tinggi,
difokuskan
pada
solusi-solusi
sistem
yang
menyeluruh.
Sutoto.KARS
43
SASARAN
I
:
KETEPATAN
IDENTIFIKASI
PASIEN
Rumah
sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan
untuk
memperbaiki
/
meningkatkan
ketelitian
identikasi
pasien.
Sutoto.KARS
44
WRONG
IDENTIFICATION
WRONG
PERSON
OPERATION
KESALAHAN
IDENTIFIKASI
SALAH
SPERMA
Sutoto.KARS
46
Maksud
dan
Tujuan
SKP
I
Keliru
mengidenFkasi
pasien
:
1. Terjadi
hampir
di
semua
aspek
diagnosis
dan
pengobatan
2. Dalam
keadaan
:
1. pasien
masih
dibius
2. pindah
tempat
Fdur
3. pindah
kamar
4. pindah
lokasi
di
dalam
rumah
sakit
5. pasien
memiliki
cacat
indra
Tujuan
sasaran
ini
dua
hal:
1. mengidenFkasi
dengan
benar
2. mencocokkan
layanan
dengan
individu
tersebut.
Sutoto.KARS
47
KESALAHAN
IDENIFIKASI
BISA
TERJADI
PADA
BERBAGAI
KEADAAN
1. Pembedahan
dilakukan
pada
orang
yang
salah
2. Kesalahan
pemberian
obat:
Diberikan
pada
pasien
yang
salah
3. Salah
diagnosis
Salah
mengidentikasi
hasil
Pemeriksaan
PA
salah
pasang
label
4. Salah
mengidentikasi
saat
memasang
nama
pada
foto/imaging
5. Salah
orang
saat
melakukan
tranfusi
darah
6. Salah
dentikasi
saat
mengambil
specimen
(dahak,
air
seni,
darah,
dll)
salah
pasang
label
7. Salah
menyerahkan
bayi
pada
bukan
orang
tuanya
8. Kesalahan
pengisian
data
pasien.
Penulisan
nama
pasien
tidak
jelas/tulisan
tangan
tidak
jelas
Sutoto.KARS
48
WARNA
GELANG
PASIEN
GELANG
IDENTITAS
Biru:
Laki
Laki
Pink:
Perempuan
GELANG
PENANDA:
Merah:
Alergi
Kuning:
Risiko
Jatuh
Ungu
:
Do
Not
Resucitate
Sutoto.KARS
49
50
CARA
IDENTIFIKASI
PASIEN
1. IdenHtas
pasien
melekat
pada
pasien
Gelang
IdenHkasi
2. IdenHtas
pasien
tak
bisa/takmudah
berubah
3. IdenHkasi
Pasien
:
menggunakan
dua
idenHtas
dari
minimal
Hga
idenHtas
1. nama
pasien
(
e
KTP)
2. tanggal
lahir
atau
3. nomor
rekam
medis
Sutoto.KARS
51
CARA
IDENTIFIKASI
PASIEN
Petemuan
Pertama
seorang
petugas
dengan
pasien:
1. Secara
verbal:
Tanyakan
nama
pasien
2. Secara
visual:
Lihat
ke
gelang
pasien.
Cek
dua
dari
Hga
idenHtas,
cocokkan
dengan
perintah
dokter
Sutoto.KARS
52
SAAT
PEMASANGAN
GELANG
OLEH
PETUGAS
Sutoto.KARS
53
KEBIJAKAN
IDENTIFIKASI
PASIEN
1. Identikasi
menggunakan
gelang
pasien,
identikasi
terdiri
dari
tiga
identitas:
nama
pasien
(e
KTP),
nomor
rekam
medik,
dan
tanggal
lahir.
2. Pasien
laki-laki
memakai
gelang
warna
biru,
pasien
perempuan
memakai
gelang
warna
pink,
sedangkan
gelang
merah
sebagai
penanda
alergi,
dan
gelang
kuning
penanda
risiko
jatuh,
gelang
ungu
penanda
Do
not
Resucitate
3. Pada
gelang
identikasi
pasien:
Nama
pasien
harus
ditulis
lengkap
sesuai
e-KTP
bila
tak
ada
gunakan
KTP/kartu
identitas
lainnya,
bila
tak
ada
semuanya
minta
pasien/keluarganya
untuk
menulis
pada
formulir
identitas
yang
disediakan
RS
dengan
huruf
kapital
pada
kotak
kota
huruf
yang
disediakan,
nama
tidak
boleh
disingkat,
tak
boleh
salah
ketik
walau
satu
huruf
4. Identikasi
pasien
pada
gelang
identitas
pasien
harus
di
cetak,
tulisan
tangan
hanya
boleh
bila
printer
sedang
rusak/tak
ada
fasilitas
untuk
itu
dan
harus
segera
diganti
bila
printer
berfungsi
kembali.
KEBIJAKAN
IDENTIFIKASI
PASIEN
lanjutan.
1. Saat
memasang
gelang
harus
dijelaskan
manfaat
gelang
pasien,
dan
bahaya
untuk
pasien
yang
menolak,
melepas,
menutupi
gelang
.dll,
minta
pasien
utuk
mengingatkan
petugas
bila
akan
melakukan
tindakan
atau
memberi
obat
memberikan
pengobatan
tidak
menkonrmasi
nama
dan
mengecek
ke
gelang
2. Petugas
melakukan
identikasi
pasien
minimal
dua
dari
tiga
identitas
diatas
3. Cara
Identikasi
:
verbal
(menanyakan/mengkonrmasi
nama
pasien)
dan
visual
(melihat
gelang
pasien
dua
identitas,
cocokkan
identitas
pada
RM
pasien)
4. Semua
pasien
harus
di
identikasi
secara
benar
sebelum
dilakukan
pemberian
obat,
tranfusi/produk
darah,
pengobatan,
prosedur
/
tindakan,
diambil
sample
darah,
urin
atau
cairan
tubuh
lainnya
5. Pasien
rawat
jalan
tak
harus
memakai
gelang
identitas
pasien
kecuali
telah
ditetapkan
lain
oleh
RS,misalnya
ruang
haemodialisa,
endoskopi
6. Pasien
dengan
nama
sama
harus
diberi
tanda
HATI
HATI
PASIEN
DENGAN
NAMA
SAMA
pada
rekam
medik
dan
semua
formulir
permintaan
penunjang
Sutoto.KARS
55
PETUGAS
HARUS
MELAKUKAN
IDENTIFIKASI
PASIEN
SAAT:
1. pemberian
obat
2. pemberian
darah
/
produk
darah
3. pengambilan
darah
dan
spesimen
lain
untuk
pemeriksaan
klinis
4. Sebelum
memberikan
pengobatan
5. Sebelum
memberikan
Hndakan
Sutoto.KARS
56
SAAT
PEMASANGAN
GELANG
OLEH
PETUGAS
Sutoto.KARS
57
PETUGAS
HARUS
MELAKUKAN
IDENTIFIKASI
PASIEN
SAAT:
qpemberian
obat
qpemberian
darah
/
produk
darah
qpengambilan
darah
dan
spesimen
lain
untuk
pemeriksaan
klinis
qSebelum
memberikan
pengobatan
qSebelum
memberikan
Hndakan
Sutoto.KARS
58
Elemen
Penilaian
SKP.I.
1. Pasien
diidenHkasi
menggunakan
dua
idenHtas
pasien,
Hdak
boleh
menggunakan
nomor
kamar
atau
lokasi
pasien
(LIHAT
MKI
19.2
EP
1)
2. Pasien
diidenHkasi
sebelum
pemberian
obat,
darah,
atau
produk
darah.
(lihat
juga
AP.5.3.1,
Maksud
dan
Tujuan)
3. Pasien
diidenHkasi
sebelum
mengambil
darah
dan
spesimen
lain
untuk
pemeriksaan
klinis
(lihat
juga
AP.5.6,
EP
2)
4. Pasien
diidenHkasi
sebelum
pemberian
pengobatan
dan
Hndakan
/
prosedur
5. Kebijakan
dan
prosedur
mengarahkan
pelaksanaan
idenHkasi
yang
konsisten
pada
semua
situasi
dan
lokasi
Sutoto.KARS
59
MKI
19.2
EP
1:
1.
Mereka
yang
mendapat
otorisasi
untuk
mengisi
rekam
medis
pasien
diatur
dalam
kebijakan
rumah
sakit
Sutoto.KARS
60
SASARAN
II
:
PENINGKATAN
KOMUNIKASI
YANG
EFEKTIF
Rumah
sakit
mengembangkan
pendekatan
untuk
meningkatkan
efektivitas
komunikasi
antar
para
pemberi
layanan.
Sutoto.KARS
61
Maksud
dan
Tujuan
SKP
II
q Komunikasi
efekFf
akan
mengurangi
kesalahan
dan
menghasilkan
peningkatan
Keselamatan
Pasien
:
q Komunikasi
efekFf
1. tepat
waktu
2. akurat
3. lengkap
4. jelas
5. dipahami
oleh
pihak-pihak
terkait
q Bentuk
Komunikasi:
q Elektronik
q Lisan
q tertulis
Sutoto.KARS
62
Komunikasi
yang
mudah
terjadi
kesalahan
Terjadi
pada
saat:
q Perintah
diberikan
secara
lisan
q Perintah
diberikan
melalui
telpon
q Saat
pelaporan
kembali
hasil
pemeriksaan
kriHs.
Sutoto.KARS
63
Perintah
Lisan/Lewat
Telepon
ISI
PERINTAH
1. Tulis
Lengkap
NAMA
LENGKAP
DAN
TANDA
TANGAN
PEMBERI
PERINTAH
2. Baca
Ulang-
Eja
NAMA
LENGKAP
DAN
TANDA
TANGAN
untuk
NORUM/LASA
PENERIMA
PERINTAH
TANGGAL
DAN
JAM
3. Konrmasilisan
dan
tanda
tangan
Sutoto.KARS
64
CONTOH
FORMULIR
CATATAN
LENGKAP
PERINTAH
LISAN/MELALUI
TELEPON/
PELAPORAN
HASIL
PEMERIKSAAN
KRITIS
65
Sutoto.KARS
66
Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson.Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan, Laboratorium, EGC Edisi 11, jakarta. 2004.
Sutoto.KARS
67
.
Sutoto.KARS
70
SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF
MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN
TUGAS , PROFESI
S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN
Sutoto.KARS
73
MKI.19.2.
Elemen
Penilaian
1
Sutoto.KARS
74
MAKSUD
DAN
TUJUAN
APK
5.3.1
Proses
pelaporan
hasil
pemeriksaan/tes
dikembangkan
rumah
sakit
untuk
pengelolaan
hasil
kriHs
dari
tes
diagnosHk
untuk
menyediakan
pedoman
bagi
para
prakHsi
untuk
meminta
dan
menerima
hasil
tes
pada
keadaan
gawat
darurat.
RS
mempunyai
Prosedur
yang
melipuH
penetapan
tes
kriHs
dan
ambang
nilai
kriHs
bagi
seHap
Hpe
tes,
oleh
siapa
dan
kepada
siapa
hasil
tes
kriHs
harus
dilaporkan
menetapkan
metode
monitoring
yang
memenuhi
ketentuan
Sutoto.KARS
75
KEBIJAKAN
MENERIMA
PERINTAH
LISAN/LISAN
LEWAT
TELEPON
Penerima
perintah
menulis
lengkap
perintahnya,
membaca
ulang
dan
melakukan
konrmasi
Tulisan
disebut
lengkap
bila
terdiri
dari
jam/tanggal,
isi
perintah,
nama
penerima
perintah
dan
tanda
tangan,
nama
pemberi
perintah
dan
tanda
tangan
(pada
kesempatan
berikutnya)
Baca
ulang
dengan
jelas,
bila
perintah
mengandung
nama
obat
.
Bila
yang
obat
yang
diperintahkan
adalah
obat
LASA
maka
nama
obat
harus
di
eja
satu
persatu
hurufnya.
Konrmasi
lisan
dengan
mengatakan
yasudah
benar
atau
tidak,
itu
salah
tolong
diulangi
oleh
pemberi
perintah,
dan
tertulis
adalah
saat
pemberi
perintah
datang
untuk
membubuhka
tanda
tangannya,
pada
formulir
rekam
medis.
Di
unit
pelayanan
harus
tersedia
daftar
obat
Look
alike
sound
alike,
look
alike,
dan
sound
alike.
Ada
kolom
keterangan
yang
dapat
dipakai
mencatat
hal-hal
yang
perlu
dicatat.
Lihat
contoh
formulir
rekam
medis
Sutoto.KARS
76
SASARAN
III
:
PENINGKATAN
KEAMANAN
OBAT
YANG
PERLU
DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
Rumah
sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan
untuk
memperbaiki
keamanan
obat-obat
yang
perlu
diwaspadai
(high-
alert)
Sutoto.KARS
77
Maksud
dan
Tujuan
SKP
3
Obat
yg
Perlu
diwaspadai
:
obat
yang
sering
menyebabkan
KTD
atau
kejadian
sentinel;
HIGH
ALERT
ELEKTROLIT
KONSENTRAT
NORUM/LASA
(Nama
Obat
Rupa
Ucapan
Mirip/Look
alike
sound
alike)
Sutoto.KARS
79
Look
Alike
Sound
Alike
LASA LASA
Sutoto.KARS
80
NORUM
BAGAIMANA
MEMBEDAKAN
ANAK
YANG
MIRIP
INI
?
Sutoto.KARS
81
LASA
(LOOK
ALIKE
SOUND
ALIKE)
NORUM
(
NAMA
OBAT
RUPA
MIRIP)
CARA
MEMBEDAKAN:
hidraALAzine
hidrOXYzine
1. TALLMAN
LETTERING
ceREBYx
ceLEBRex
2. BERI
LABEL
LASA/NORUM
vinCRIStine
vinBLASTine
chlorproPAMIDE
chlorproMAZINE
glipiZIde
glYBURIde
dOXOrubicine
DAUNOrubicine
Sutoto.KARS
82
HIGH-ALERT
HIGH -ALERT
Sutoto.KARS
83
Look-Alike
High
Alert
Drugs
LOOK
ALIKE
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS
85
OBAT
HIGH
ALERT
Obat
yang
persentasinya
tinggi
dalam
menyebabkan
terjadi
kesalahan/error
dan/
atau
kejadian
sentinel
(sentinel
event)
Obat
yang
berisiko
tinggi
menyebabkan
dampak
yang
tidak
diinginkan
(adverse
outcome)
Obat-obat
yang
(Nama
Obat,
Rupa
dan
Ucapan
Mirip/NORUM,
atau
Look-Alike
Sound-Alike
/
LASA)
Sutoto.KARS
86
ELEKTROLIT
KONSENTRAT
1. Kalium/potasium
klorida
=
>
2
mEq/ml
2. Kalium/potasium
fosfat
=>
3
mmol/ml
3. Natrium/sodium
klorida
>
0.9%
4. Magnesium
sulfat
=>
50%
atau
lebih
pekat
Sutoto.KARS
87
ELEKTROLIT
KONSENTRAT
1. kalium/potasium
klorida
=
>
2
mEq/ml
2. kalium/potasium
fosfat
=>
3
mmol/ml
3. natrium/sodium
klorida
>
0.9%
!
4. magnesium
sulfat
=>
50%
atau
lebih
pekat
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS
88
ELEKTROLIT
KONSENTRATE
Cairan
ini
bisa
mengakibatkan
KTD/sentinel
event
bila
tak
disiapkan
dan
dikelola
dengan
baik
Terpenting
:
Ketersediaan
Akses
Resep
Pemesanan
Persiapan
Distribusi
Label
Verikasi
Administrasi
dan
pemantauan
Sutoto.KARS
89
Langkah
langkah>>>
Cara
untuk
mengurangi
atau
mengeliminasi
KTD:
Tingkatkan
proses
pengelolaan
obat-obat
yang
perlu
diwaspadai
Pindahkan
elektrolit
konsentrat
dari
unit
pelayanan
pasien
ke
farmasi.
RS
punya
Kebijakan
dan/atau
prosedur
Daftar
obat-obat
yang
perlu
diwaspadai
berdasarkan
data
yang
ada
di
rumah
sakit
identikasi
area
mana
saja
yang
membutuhkan
elektrolit
konsentrat,
seperti
di
IGD
atau
kamar
operasi
pemberian
label
secara
benar
pada
elektrolit
konsentrat
penyimpanannya
di
area
tersebut,
sehingga
membatasi
akses
untuk
mencegah
pemberian
yang
tidak
disengaja
/
kurang
hati-hati.
Sutoto.KARS
90
ELEKTROLIT
KONSENTRATE
Standarisasi
dosis,
unit
ukuran,
dan
terminologi
adalah
elemen
penHng
dari
penggunaan
yang
aman
Campuran
larutan
elektrolit
harus
dihindari
(misalnya
:
natrium
klorida
dengan
kalium
klorida).
Upaya
ini
memerlukan
perhaHan
khusus,
keahlian
yang
sesuai,
antar-profesional
kolaborasi,
proses
verikasi,
dan
fungsi
yang
akan
memasHkan
penggunaan
yang
aman.
Sutoto.KARS
91
Look
alike
LASA
Sutoto.KARS
92
LASA
LASA
Sutoto.KARS
93
LASA
LASA
Sutoto.KARS
94
LASA
Sutoto.KARS
95
LASA
Sutoto.KARS
96
KEBIJAKAN
PENANGANAN
OBAT
HIGH
ALERT
DEFINISI:
Obat
berisiko
Fnggi
yang
menyebabkan
bahaya
yang
bermakna
bila
digunakan
secara
salah
KETENTUAN
:
1. SeFap
unit
yan
obat
harus
punya
danar
obat
high
alert,
Obat
LASA,
Elektrolit
Konsentrat,
serta
panduan
penata
laksanaan
obat
high
alert
2. SeFap
staf
klinis
terkait
harus
tahu
penata
laksanaan
obat
high
alert
3. Obat
high
alert
harus
disimpan
terpisah,
akses
terbatas,
diberi
label
yang
jelas
4. Instruksi
lisan
obat
high
alert
hanya
boleh
dalam
keadaan
emergensi,
atau
nama
obat
harus
di
eja
perhuruf
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS
97
KEBIJAKAN
PENYIMPANAN
OBAT
HIGH
ALERT
DI
INSTALASI
FARMASI
1. Tempelkan
stiker
obat
high
alert
pada
setiap
dos
obat
2. Beri
stiker
high
alert
pada
setiap
ampul
obat
high
alert
yang
akan
diserahkan
kepada
perawat
3. Pisahkan
obat
high
alert
dengan
obat
lain
4. Simpan
obat
sitostatika
secara
terpisah
dari
obat
lainnya
5. Simpan
Obat
Narkotika
secara
terpisah
dalam
lemari
terkunci
double,
setiap
pengeluaran
harus
diketahui
oleh
penanggung
jawabnya
dan
dicatat
6. Sebelum
perawat
memberikan
obat
high
alert
cek
kepada
perawat
lain
untuk
memastikan
tak
ada
salah
pasien
dan
salah
dosis
7. Obat
hig
alert
dalam
infus:
cek
selalu
kecepatan
dan
ketepatan
pompa
infus,
tempel
stiker
label
nama
obat
pada
botol
infus.
Dan
di
isi
dengan
catatan
sesuai
ketentuan
HIGH
Sutoto.KARS
ALERT
98
CONTOH
STIKER
OBAT
HIGH
ALERT
PADA
BOTOL
INFUS
Sutoto.KARS
99
Elemen
Penilaian
SKP
3)
Rumah
sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan
untuk
memasFkan
tepat-lokasi,
tepat-
prosedur,
dan
tepat-
pasien.
Sutoto.KARS
101
OPERASI
SALAH
KAKI
Sutoto.KARS
102
OPERASI
SALAH
SISI
Penyebab
Salah-lokasi,
Salah-prosedur,
Salah
Pasien
Pada
Operasi
1. Komunikasi
Yang
Tidak
EfekHf/Tidak
Adekuat
Antara
Anggota
Tim
Bedah
2. Kurang/Tidak
Melibatkan
Pasien
Di
Dalam
Penandaan
Lokasi
(Site
Marking)
3. Tidak
Ada
Prosedur
Untuk
Verikasi
Lokasi
Operasi
4. Asesmen
Pasien
Yang
Tidak
Adekuat
5. Penelaahan
Ulang
Catatan
Medis
Tidak
Adekuat
6. Budaya
Yang
Tidak
Mendukung
Komunikasi
Terbuka
Antar
Anggota
Tim
Bedah
7. Resep
Yang
Tidak
Terbaca
(Illegible
HandwriHng)
8. Pemakaian
Singkatan
Sutoto.KARS
104
Sutoto.KARS
105
Sutoto.KARS
106
Sutoto.KARS
107
KEBIJAKAN
PENANDAAN
LOKASI
OPERASI
1. Penandaan
dilakukan
pada
kasus
termasuk
sisi
(laterality),
multipel
struktur
( jari
tangan,
jari
kaki,
lesi),
atau
multipel
level
(tulang
belakang)
2. Perlu
melibatkan
pasien
3. Tak
mudah
luntur
terkena
air/alkohol
/
betadine
4. Mudah
dikenali
5. Digunakan
secara
konsisten
di
RS
6. dibuat
oleh
operator
/orang
yang
akan
melakukan
tindakan,
7. Dilaksanakan
saat
pasien
terjaga
dan
sadar
jika
memungkinkan,
dan
harus
terlihat
sampai
saat
akan
disayat
Sutoto.KARS
108
CONTOH
PENANDAAN
Sutoto.KARS
109
BEBERAPA
PROSEDUR
YANG
TIDAK
MEMERLUKAN
PENANDAAN:
Kasus
organ
tunggal
(misalnya
operasi
jantung,
operasi
caesar)
Kasus
intervensi
seperti
kateter
jantung
Kasus
yang
melibatkan
gigi
Prosedur
yang
melibatkan
bayi
prematur
di
mana
penandaan
akan
menyebabkan
tato
permanen
Sutoto.KARS
110
TIME
OUT
Sutoto.KARS
111
KEBIJAKAN
VERIFIKASI
PRAOPERATIF
:
Sutoto.KARS
112
Sebelum
Induksi
Anestesi:
Apakah
1. IdenHkasi
pasien,
prosedur,
informed
concent
sudah
dicek
?
2. Sisi
operasi
sudah
ditandai
?
3. Mesin
anestesi
dan
obat-obatan
lengkap
?
4.
pulse
oxymeter
terpasang
dan
berfungsi
?
5. Allergi
?
6. Kemungkinan
kesulitan
jalan
nafas
atau
aspirasi
7. Risiko
kehilangandarah
>=
500ml
Sutoto.KARS
113
Sebelum
Insisi
Kulit
(Time-
out):Apakah
.
1. Konrmasi
anggota
Hm
(nama
dan
peran)
2. Konrmasi
nama
pasien
,
prosedur
dan
lokasi
incisi
3. AnHbioHk
propillaksi
sdh
diberikan
dalam
60
menit
sebelumnya
4. AnHsipasi
kejadian
kriHs:
1. Dr
Bedah:
apa
langkah,
berapa
lama,
kmk
blood
lost
?
2. Dr
anestesi:
apa
ada
paHents
spesic
corcern
?
3. Perawat
:
Sterilitas
,
instrumen
?
5. Imaging
yg
diperlukan
sdh
dipasang
?
Sutoto.KARS
114
TIME
OUT
Sutoto.KARS
115
Sebelum
Pasien
Meninggalkan
Kamar
Operasi
1. Perawat
melakukan
konrmasi
secara
verbal,
bersama
dr
dan
anestesid
1. Nama
prosedur,
2. Instrumen,
gas
verband,
jarum
lengkap
3. Speciment
telah
di
beri
label
dengan
PID
tepat
4. Apa
ada
masalah
peralatan
yang
harus
ditangani
2.
Dokter
kpd
perawat
dan
anesesi,
apa
yang
harus
diperhatikan
dalam
recovery
dan
manajemen
pasien
Sutoto.KARS
116
Elemen
Penilaian
SKP.IV.
1. Rumah
sakit
menggunakan
suatu
tanda
yang
jelas
dan
dapat
dimengerti
untuk
identikasi
lokasi
operasi
dan
melibatkan
pasien
di
dalam
proses
penandaan.
2. Rumah
sakit
menggunakan
suatu
checklist
atau
proses
lain
untuk
memverikasi
saat
preoperasi
tepat
lokasi,
tepat
prosedur,
dan
tepat
pasien
dan
semua
dokumen
serta
peralatan
yang
diperlukan
tersedia,
tepat,
dan
fungsional.
3. Tim
operasi
yang
lengkap
menerapkan
dan
mencatat
prosedur
time-out
,
tepat
sebelum
dimulainya
suatu
prosedur
/
tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan
dan
prosedur
dikembangkan
untuk
mendukung
keseragaman
proses
untuk
memastikan
tepat
lokasi,
tepat
prosedur,
dan
tepat
pasien,
termasuk
prosedur
medis
dan
tindakan
pengobatan
gigi
/
dental
yang
dilaksanakan
di
luar
kamar
operasi.
Sutoto.KARS
117
SASARAN
V
:
PENGURANGAN
RISIKO
INFEKSI
TERKAIT
PELAYANAN
KESEHATAN
Sutoto.KARS
118
Maksud
dan
Tujuan
SKP.V.
PPI
(Pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
):
tantangan
terbesar
dalam
yan
kes
peningkatan
biaya
untuk
mengatasi
infeksi
yang
terkait
yan
kes
keprihaHnan
besar
bagi
pasien
maupun
para
profesional
pelayanan
kesehatan.
Infeksi
dijumpai
dalam
semua
bentuk
yan
kes
termasuk:
UTI,blood
stream
infecHons
dan
VAP
Pokok
pokok
eliminasi
:
cuci
tangan
(hand
hygiene)
yang
tepat
pakai
Pedoman
hand
hygiene
dari
WHO
Rumah
sakit
mempunyai
proses
kolaboraHf
untuk
mengembangkan
kebijakan
dan/atau
prosedur
yang
menyesuaikan
atau
mengadopsi
petunjuk
hand
hygiene
yang
sudah
diterima
Sutoto.KARS
secara
umum
untuk
119
Luka
Operasi
Terinfeksi
MRSA
SETIAP
STAF
KLINIS
HARUS
MENCUCI
TANGAN
SESUAI
STANDAR
WHO,
DAN
MENERAPKAN
FIVE
MOMENT
FOR
HAND
HYGINE
Elemen
Penilaian
SKP.V.
1. Rumah
sakit
mengadopsi
atau
mengadaptasi
pedoman
hand
hygiene
terbaru
yang
diterbitkan
dan
sudah
diterima
secara
umum
al
dari
WHO
Patient
Safety
2. Rumah
sakit
menerapkan
program
hand
hygiene
yang
efektif.
3. Kebijakan
dan/atau
prosedur
dikembangkan
untuk
mengarahkan
pengurangan
secara
berkelanjutan
risiko
infeksi
yang
terkait
pelayanan
kesehatan
Sutoto.KARS
121
Sutoto.KARS
122
Sutoto.KARS
124
Contoh:
PENGGGUNAAN
JEMBATAN
KELEDAI,
ENAM
AREA
DALAM
HAND-WASH/RUB
TELAPAK
TANGAN
PUNGGUNG
TANGAN
SELA-
SELA
JARI
PUNGGUNG
JARI-JARI
(GERAKAN
LAMA
CUCI
TANGAN:
KUNCI)
HAND
RUB
:
20-30
DETIK
SEKELILING
IBU
JARI
(PUTAR-
PUTAR)
HAND
WASH
40-60
DETIK
KUKU
DAN
UJUNG
JARI
(PUTAR-PUTAR)
Acknowledgement
:
WHO
World
Alliance
for
Patient
SSutoto.KARS
afety
126
REKOMENDASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN OLEH WHO
1. Penggunaan Sarung Tangan Tidak Menggantikan Kebutuhan Cuci Tangan
(Hand Rub /Handwash)
2. Pakailah Sarung Tangan Ketika Kontak Dengan Darah Atau Lainnya Yang
Berpotensi
Bahan Menular, Selaput Lendir, Atau Nonintact Kulit Akan Terjadi.
3. Tidak Mengenakan Sepasang Sarung Tangan Yang Sama Untuk Perawatan
Lebih
Dari Satu Pasien.
4. Ketika Mengenakan Sarung Tangan, Mengubah Atau Menghapus Sarung Tangan
Dalam Situasi Berikut:
1. Selama Perawatan Pasien Jika Bergerak Dari Situs Tubuh Yang
Terkontaminasi Untuk Membersihkan Situs Tubuh Dalam Pasien Yang
Sama;
2. Setelah Menyentuh Pasien;
3. Setelah Menyentuh Daerah Yang Terkontaminasi Dan Sebelum Menyentuh
Situs Bersih Atau Lingkungan.
5. Hindari Penggunaan Kembali Sarung Tangan. Jika Sarung Tangan Digunakan
Kembali,
Metode Pengolahan Yang Memadai Dan Divalidasi Perlu Dikembangkan Untuk
Memastikan Integritas Sarung Tangan Dan Dekontaminasi Mikrobiologi.
6. Penggunaan Sarung Tangan Ganda Di Negara-negara Dengan Prevalensi Tinggi
The First Global Patient Safety Challenge Clean Care Is Safer Care Information
Hbv, Hcv Dan Hiv Untuk Prosedur Bedah Yang Panjang (> 30 Menit), Untuk 127
Sheet 6. Glove Use Technical
Prosedur Dengan Kontak Dengan Sejumlah Besar Darah Atau Cairan Tubuh,
SASARAN
VI
:
PENGURANGAN
RISIKO
PASIEN
JATUH
Rumah
sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan
untuk
mengurangi
risiko
pasien
dari
cedera
karena
jatuh.
Sutoto.KARS
128
Maksud
dan
Tujuan
SKP
VI.
Jumlah
kasus
jatuh
cukup
bermakna
sebagai
penyebab
cedera
pasien
rawat
inap.
Rumah
sakit
perlu
mengevaluasi
risiko
pasien
jatuh
dan
mengambil
Fndakan
untuk
mengurangi
risiko
cedera
bila
sampai
jatuh.
Evaluasi
:
riwayat
jatuh,
obat
dan
telaah
terhadap
konsumsi
alkohol
gaya
jalan
dan
keseimbangan
serta
alat
bantu
berjalan
yang
digunakan
oleh
pasien.
Sutoto.KARS
129
Elemen
Penilaian
SKP.VI.
1. Rumah
sakit
menerapkan
proses
asesmen
awal
risiko
pasien
jatuh
dan
melakukan
asesmen
ulang
bila
diindikasikan
terjadi
perubahan
kondisi
atau
pengobatan
dll.
lihat
juga
AP.1.6,
EP4)
2. Langkah-langkah
diterapkan
untuk
mengurangi
risiko
jatuh
bagi
mereka
yang
pada
hasil
asesmen
dianggap
berisiko
jatuh
.
(lihat
juga
AP.1.6,
EP5)
3. Langkah-langkah
dimonitor
hasilnya,
baik
keberhasilan
pengurangan
cedera
akibat
jatuh
dan
dampak
dari
kejadian
Hdak
diharapkan
4. Kebijakan
dan/atau
prosedur
dikembangkan
untuk
mengarahkan
pengurangan
berkelanjutan
risiko
pasien
cedera
akibat
jatuh
di
rumah
sakit
Sutoto.KARS
130
AP
1.6.
EP
4.
Staf
yang
kompeten
mengembangkan
kriteria
untuk
mengidenHkasi
pasien
yang
memerlukan
asesmen
fungsional
lebih
lanjut
(lihat
juga
Sasaran
Keselamatan
Pasien
VI,
EP
1,
terkait
asesmen
risiko
jatuh).
EP
5.
Pasien
disaring
untuk
menilai
kebutuhan
asesmen
fungsional
lebih
lanjut
sebagai
bagian
dari
asesmen
awal
(lihat
juga
Sasaran
Keselamatan
Pasien
VI,
EP
2).
Sutoto.KARS
131
Intrinsik
(berhubungan
dengan
Ekstrinsik
(berhubungan
dengan
kondisi
pasien) lingkungan)
Dapat
di
anFsipasi
Riwayat
jatuh
sebelumnya
Lantai
basah/silau,
ruang
(Physiological InkonHnensia
berantakan,
pencahayaan
antisipated fall) Gangguan
kogniHf/psikologis
kurang,
kabel
longgar/lepas
Gangguan
keseimbangan/ Alas
kaki
Hdak
pas
mobilitas
Dudukan
toilet
yang
rendah
Usia
>
65
tahun
Kursi
atau
tempat
Hdur
beroda
Osteoporosis
Rawat
inap
berkepanjangan
Status
kesehatan
yang
buruk Peralatan
yang
Hdak
aman
Peralatan
rusak
Tempat
Hdur
diHnggalkan
dalam
posisi
Hnggi
Sutoto.KARS
133
TINDAKAN
PENCEGAHAN
JATUH
RISIKO
TINGGI
Sutoto.KARS
134
Pediatric
PaFent
Falls
Scale
Scale
CharacterisFcs
General
Risk
Humpty-Dumpty
CHAMPS
Pediatric
Fall
Risk
Assessment
of
Scale-
InpaFent
Pediatric
Fall
Assessment
Scale
Pediatric
Risk
Assessment
(PFRA)
InpaFent
Falls
Tool
Used
at
NCH
(GRAF-PIF)
Physical & All types of falls All types of falls All types of falls
physiological falls except when child
(not developmental) is dropped
Sutoto.KARS
139
Contoh
Langkah
Pencegahan
Pasien
Risiko
Jatuh
1. Anjurkan
pasien
meminta
bantuan
yang
diperlukan
2.Anjurkan
pasien
untuk
memakai
alas
kaki
anti
slip
3. Sediakan
kursi
roda
yang
terkunci
di
samping
tempat
tidur
pasien
4.Pastikan
bahwa
jalur
ke
kamar
kecil
bebas
dari
hambatan
dan
terang
5.Pastikan
lorong
bebas
hambatan
6.Tempatkan
alat
bantu
seperti
walkers/tongkat
dalam
jangkauan
pasien
7. Pasang
Bedside
rel
8.Evaluasi
kursi
dan
tinggi
tempat
tidur
Sutoto.KARS
140
Contoh
Langkah
Pencegahan
Pasien
Risiko
Jatuh
9. PerHmbangkan
efek
puncak
obat
yang
diresepkan
yang
mempengaruhi
Hngkat
kesadaran,
dan
gait
10.MengamaH
lingkungan
untuk
kondisi
berpotensi
Hdak
aman,
dan
segera
laporkan
untuk
perbaikan
11.Jangan
biarkan
pasien
berisiko
jatuh
tanpa
pengawasan
saat
di
daerah
diagnosHk
atau
terapi
12.PasHkan
pasien
yang
diangkut
dengan
brandcard
/
tempat
Hdur,
posisi
bedside
rel
dalam
keadaan
terpasang
13.Informasikan
dan
mendidik
pasien
dan
/
atau
anggota
keluarga
mengenai
rencana
perawatan
untuk
mencegah
jatuh
14.Berkolaborasi
dengan
pasien
atau
keluarga
untuk
memberikan
bantuan
yang
dibutuhkan
dengan
Sutoto.KARS
Contoh
tata
laksana
risiko
j141
atuh
PENGAMATAN
LINGKUNGAN
PASIEN
RISIKO
JATUH
SUT
OT
142
O.K
TERIMA
KASIH