I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang . Low Back
Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang
dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan
L5-S1 (Brunner & Suddarth. 2002)
Low Back Pain (LBP) adalah suatu kondisi tidak spesifik yang mengacu
pada keluhan nyeri akut atau kronik dan ketidaknyamanan pada atau di dekat
daerah lumbosakral, yang dapat disebabkan oleh inflamasi, proses degeneratif,
keganasan, kelainan ginekologi, trauma, dan gangguan metabolik (Snell, R.,
2014).
Low Back Pain (LBP) merupakan sekumpulan gejala yang menandakan
bahwa terdapat sesuatu yang salah.Bila ditangani secara tepat, nyeri punggung
dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu. (Bull, E dan Archard, G.,
2007).
B. ETIOLOGI
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari
berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut,
ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang
belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis,
ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas,
gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal
dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan
muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat
keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis).
2. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik).
3. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
(pinggang) sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan
infeksi, peradangan, tumor atau patah tulang).
ditempat kerja , misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja
punggung bawah antara lain : tulang, ligamen, tendon, diskus, otot, dan saraf
diduga memiliki peran yang besar untuk menimbulkan rasa nyeri . Struktur
vertebra, akar saraf, dan kartilago dari facet joints. Beban kompresi pada
diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi dan torsi lumbal saat
kerobekan annulus fibrosus. Isi annulus fibrosus yaitu nukleus pulposus dapat
menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus
mendapat persarafan dari beberapa serabut saraf dari. Sinuvertebral dan aspek
lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh cabang dari ramus anterior
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien
harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal
selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga
fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut
saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien
sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul
ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi
tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (kelainan
muskuloskeletal dan sistem saaraf vaskuler)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan
muskuloskeletal, kekakuan sendi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan karena nyeri.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakadekuatan perawatan
diri karena nyeri.
5. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan mobilisasi yang
kurang.
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
dengan agen injuri fisik keperawatan selama x karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
(kelainan 24 jam nyeri berkurang / 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
muskuloskeletal dan sistem hilang dengan kriteria 3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui
saaraf vaskuler). hasil: pengalaman nyeri klien.
- Melaporkan nyeri ber- 4. Kaji kultur / budaya yang mempengaruhi respon nyeri.
- kurang / hilang 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu
- Frekuensi nyeri berku- ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
rang / hilang 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non
- Lama nyeri berkurang farmakologi dan inter-personal)
- Ketegangan otot berku- 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan intervensi.
rang / hilang 8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
- Dapat istirahat 9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
- Skala nyeri berkurang / 10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menurun 11. Tingkatkan istirahat
- Klien melaporkan 12. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
kebu-tuhan istirahat tidak berhasil.
tidur tercukupi 13. Monitor penerimaan klien tentang mana-jemen nyeri.
- Melaporkan kondisi
fisik baik.
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan sekala 0-4 :
berhubungan dengan nyeri, keperawatan selama X 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
kerusakan muskuloskeletal, 24 jam klien mampu 1 : Klien butuh sedikit bantuan
kekakuan sendi. mencapai mobilitas fisik 2:Klien butuh bantuan sederhana
dengan kriteria hasil: 3 : Klien butuh bantuan banyak
- Klien dapat melakukan 4 : Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
mobilitas secara 2. Atur posisi klien
bertahap dengan tanpa 3. Bantu klien melakukan perubahan gerak.
merasakan nyeri. 4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, keseimbangan
- Penampilan seimbang 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan.
- Menggerakkan otot dan 6. Kaji klien dalam melakukan mobilisasi.
sendi 7. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri
- Mampu pindah tempat sesuai kemampuan.
tanpa bantuan 8. Dampingi klien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL.
- Berjalan tanpa bantuan 9. Ajarkan klien merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
10. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
11. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman
dengan memberikan penyangga pada lekukan lekukan sendi serta
pastikan posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama X 2. Anjurkan klien tidur secara teratur
ketidaknyamanan karena 24 jam klien dapat 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan
nyeri. terpenuhi kebutuhan terapi.
tidurnya dengan kriteria 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
hasil: mengganggu tidur
- Jumlah jam tidur cukup 5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan
- Pola tidur normal pola tidur
- Kualitas tidur cukup 6. Batasi pengunjung
- Tidur secara teratur 7. Jaga lingkungan dari bising
- Tidak sering terbangun 8. Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur
- Tanda vital dalam
batas normal
4. Defisit perawatan diri Seteleh dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
berhubungan dengan keperawatan pada pasien 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
ketidakadekuatan perawatan selama x 24 jam 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
diri karena nyeri. diharapkan kebutuhan memenuhi perawatan dirinya
perawatan diri pasien dapat 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang mandiri sesuai
terpenuhi, dengan kriteria kemampuan
hasil :
- klien terbebas dari bau
badan
- Menyatakan
kenyamanan terhadap
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri
5. Resiko kerusakan intergritas Seteleh dilakukan tindakan 1. Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban
kulit berhubungan dengan keperawatan pada pasien 2. Monitor warna kulit
mobilisasi yang kurang. selama x 24 jam 3. Monitor temperatur kulit
diharapkan integritas kulit 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa
baik dengan kriteria hasil : 5. Inspeksi kondisi insisi bedah
- Sensasi normal 6. Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan
- Elastisitas normal 7. Monitor infeksi dan oedema
- Warna
- Tekstur
- Jaringan bebas lesi
- Adanya pertumbuhan
rambut dikulit
- Kulit utuh