Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEJARAH MINAT

DEMOKRASI LIBERAL

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Nama Kelompok : 1. Devy Dwi Fitri Nurhakim


2. Dewi Kania
3. Fitriya Rachim
4. Isti Anati Putri
5. Moh Suci Aji Wibawa
6. Riki Gunawan
7. Risca Clarisca

SMA NEGERI 1 BANJAR


Jalan K.H Mustofa No.1 Tlp.(0265) 741192 Banjar 46311
Website : www.sman1banjar.sch.id E-mail : smansabjr@gmail.com
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah Allah swt, kami
dapat menyelesikan makalah DEMOKRASI LIBERAL ini sebagaimana tugas yang
telah diberikan.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepada
guru mata pelajaran sejarah, yang senantiasa membimbing dan menyumbangkan
ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
dan juga semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjar, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Demokrasi Liberal ................................................................ 3
B. Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia ................................................ 4
C. Perkembangan Demokrasi Liberal di Indonesia ................................... 4
D. Pelaksanaan Politik/ Pemerintahan ........................................................ 9
E. Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia ......................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sitem politik di Indonesia banyak bukti menunjukan
bahwa UUD tidak dapat dijadikan pegangan dalam sistem pilitik maupun
penegakan hukum. Telah terjadi empat periode pemerintahan masa Kemerdekaan
(1945-1959), era Demokrasi Terpimpin (1959-1966), masa Orde Baru (1966-1998)
dan era Reformasi (1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu berlaku tiga
macam UUD(1945, RIS dan 1950) namun dalam prosesnya sitem demokrasi dan
hukum dapat ditegakan. Dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku
dan dinyatakan penggunaan sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang berlaku
sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita, 1960). Kemudian beralih pada masa
Demokrasi Orde Baru 1966. Rakyat dan pemerintah bekerjasama menjalankan
pemerintahan yang demokratis dan menegakan hukum dengan semboyan kembali
ke UUD 1945 dengan murni dan konsekuen. Kemudian belangsung Era Reformasi
yang diawali perubahan mendadak dari sistem politik otoriter ke sistem demokrasi.
Pada saat pergantian kepemimpinan di bawah presiden BJ Habibie, sistem
demokrasi berubah 180 derajat. Kebebasan membentuk partai politik, Lembaga-
lembaga perwakilan bebas berbicara.
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa
ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undangundang Dasar Sementara tahun
1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya
partaipartai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Konsekuensi logis dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer
gaya barat dengan sistem multi partai yang dianut, maka partaipartai inilah yang

1
menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam
tahun 19501959.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Demokrasi Liberal?
2. Bagaimana terjadinya Demokrasi Liberal di Indonesia itu berlangsung sampai
berakhirnya Demokrasi Liberal?
3. Apa yang melatar belakangi berlangsungnya Demokrasi Liberal?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Sejarah dengan bab yang kami bahas yaitu Perkembangan
Kehidupan Bangsa Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal serta untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kami tentang demokrasi liberal di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Liberal


Kata Demokrasi berasal dari Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat, dan
kratos, yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi demokrasi ialah rakyat yang
berkuasa.
Setelah Perang Dunia ke-II, secara formal demokrasi merupakan dasar dari
kebanyakan negara di dunia. Di antara semakin banyak aliran pemikiran yang
menamakan dirinya sebagai demokrasi, ada dua aliran penting, yaitu demokrasi
konstitusional dan kelompok yang mengatasnamakan dirinya demokrasi namun
pada dasarnya menyandarkan dirinya pada komunisme.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan
Pancasila, masih dalam taraf perkembangan. Dan mengenai sifat dan cirinya masih
terdapat pelbagai tafsiran serta pandangan. Pada perkembangannya, sebelum
berdasarkan pada demokrasi pancasila, Indonesia mengalami tiga periodeisasi
penerapan demokrasi, yaitu:
1. Demokrasi Liberal ( 1950-1959 )
2. Demokrasi Terpimpin ( 1959-1966 )
3. Demokrasi Pancasila ( 1966-sekarang)
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusionnal) adalah sistem politik
yang menganut kebebasan individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas
(dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-
bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti
tercantum dalam konstitusi.
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh
penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-
Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak
belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang

3
demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi
langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi
barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat
berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional
(Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut
sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster:
Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial
(Perancis).

B. Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia


Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa
ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang Dasar Sementara tahun
1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem
politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai partai
politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya
rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak
cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengumumkan dekrit mengenai pembubaranKonstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan
kedaan ketatanegaraan Indonesia.

C. Perkembangan Demokrasi Liberal di Indonesia


Sekularisme sebagai akar liberalisme masuk secara paksa ke Indonesia
melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip
negara sekular telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855

4
ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama,
artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.
Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje
kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan
pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini
menindas Islam sebagai ekspresi politik. Inti Islam Politiek adalah :
1. Dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi kebebasan,
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda;
2. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat
kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda;
3. Dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap
upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam.
Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di awal abad XX semakin
menancapkan liberalisme di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu disebut
unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan penjajahnya dengan
menyampaikan kebudayaan Barat kepada orang Indonesia. Pendidikan,
sebagaimana disarankan Snouck Hurgronje, menjadi cara manjur dalam proses
unifikasi agar orang Indonesia dan penjajah mempunyai kesamaan persepsi dalam
aspek sosial dan politik, meski pun ada perbedaan agama. (Noer, 1991:183).
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 seharusnya menjadi
momentum untuk menghapus penjajahan secara total, termasuk mencabut
pemikiran sekular-liberal yang ditanamkan penjajah. Tetapi ini tidak terjadi,
revolusi kemerdekaan Indonesia hanyalah mengganti rezim penguasa, bukan
mengganti sistem atau ideologi penjajah. Pemerintahan memang berganti, tapi
ideologi tetap sekular. Revolusi ini tak ubahnya seperti Revolusi Amerika tahun
1776, ketika Amerika memproklamirkan kemerdekaannya dari kolonialisasi
Inggris. Amerika yang semula dijajah lantas merdeka secara politik dari Inggris,
meski sesungguhnya Amerika dan Inggris sama-sama sekular.
Ketersesatan sejarah Indonesia itu terjadi karena saat menjelang proklamasi
(seperti dalam sidang BPUPKI), kelompok sekular dengan tokohnya Soekarno,
Hatta, Ahmad Soebarjo, dan M. Yamin telah memenangkan kompetisi politik
melawan kelompok Islam dengan tokohnya Abdul Kahar Muzakkar, H. Agus

5
Salim, Abdul Wahid Hasyim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. (Anshari, 1997:42).
Jadilah Indonesia sebagai negara sekular.
Karena sudah sekular, dapat dimengerti mengapa berbagai bentuk
pemikiran liberal sangat potensial untuk dapat tumbuh subur di Indonesia, baik
liberalisme di bidang politik, ekonomi, atau pun agama. Dalam bidang ekonomi,
liberalisme ini mewujud dalam bentuk sistem kapitalisme (economic liberalism),
yaitu sebuah organisasi ekonomi yang bercirikan adanya kepemilikan pribadi
(private ownership), perekonomian pasar (market economy), persaingan
(competition), dan motif mencari untung (profit). (Ebenstein & Fogelman,
1994:148). Dalam bidang politik, liberalisme ini nampak dalam sistem demokrasi
liberal yang meniscayakan pemisahan agama dari negara sebagai titik tolak
pandangannya dan selalu mengagungkan kebebasan individu. (Audi, 2002:47).
Dalam bidang agama, liberalisme mewujud dalam modernisme (paham
pembaruan), yaitu pandangan bahwa ajaran agama harus ditundukkan di bawah
nilai-nilai peradaban Barat.
Pada perkembangannya, system demokrasi liberal (Parlementer) memang
banyak menuai problem, selain gangguan keamanan, kesulitan juga dialami oleh
Pemerintah dalam beberapa bidang. Sehingga pada akhir Demokrasi Liberal terasa
terjadi kemunduran. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain dalam bidang:
1. Politik
Politik sebagai Panglima merupakan semboyan partai-partai pada
umumnya, sehingga berlomba-lombalah para partai politik untuk
memperebutkan posisi panglima ini. Lembaga seperti DPR dan Konstituante
hasil PEMILU merupakan forum utama politik, sehingga persoalan ekonomi
kurang mendapat perhatian.
Pemilihan umum merupakan salah satu program beberapa kabinet,
tetapi karena umur kabinet pada umumnya singkat program itu sulit dilakukan.
Setelah Peristiwa 17 Oktober 1952, pemerintah berusaha keras untuk
melaksanakannya. Dalam suasana liberal, PEMILU diikuti oleh puluha partai,
organisasi maupun perorangan. Anggota ABRI pun ikut serta sebagai pemilih.
Pada tanggal 15 Desember 1955 pemilihan dilaksanakan dengan tenang
dan tertib. Ada empat partai yang memenangkan Pemilu, yaitu Masyumi, PNI,

6
Nahdatul Ulama, dan PKI. Namun pada prakteknya, kedua lembaga (DPR dan
Konstituante) tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. DPR tetap
sebagai tempat perebutan pengaruh dan kursi pemerintahan, sedangkan
konstituante setelah lebih dari dua tahun belum juga dapat menghasilkan UUD
baru untuk menggantikan UUDS.
Politik Luar Negeri Indonesia semakin mantap setelah diterima sebagai
anggota PBB ke-60 (27 Desember 1950). Cara-cara damai yang dilakukan
pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Belanda tentang Irian Jaya ( Papua
) tidak memperoleh penyelesaian yang memuaskan, seperti telah tercantum
dalam persetujuan KMB, sehingga secara sepihak Pemerintah Indonesia
membatalkan perjanjian tersebut dengan UU No. 13 Tahun 1956. Sumbangan
positif Indonesia dalam dunia Internasional adalah dikirimkannya tentara
Indonesia dalam United Nations Amergency Forces (UNEF) untuk menjaga
perdamaian di Timur Tengah. Pasukan ini diberi nama Garuda I dan
diberangkatkan Januari 1957.
2. Ekonomi
Untuk menyehatkan perekonomian, dilakukan penyehatan keuangan
dengan mengadakan sanering yang dikenal dengan Gunting Syafrudin (19
Maret 1950). Uang Rp. 5,00 ke atas dinyatakan hanya bernilai setengahnya,
sedangkan setengahnya lagi merupakan obligasi. Bari tindakan tersebut
Pemerintah dapat menarik peredaran uang sebanyak Rp. 1,5 milyar untuk
menekan inflasi.
Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Eksport (BE)
untuk mengimbangi import. Eksportir yang telah mengeksport kemudian
memperoleh BE yang dapat diperjualbelikan. Harga BE meningkat, sehingga
pemerintah membatasinya sampai 32,5%. Karena ternyats BE tidak berhasil
meningkatkan perekonomian, akhirnya peraturan tersebut dihapuskan (1959).
Pemerintah kemudian membentuk Dewan Perancang Nasional
(Depernas) yang bertugas menyusun rencana pembangunan Nasional untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur (1959). Tetapi peningkatan belum
juga terjadi, karena labilnya politik dan inflasi yang mengganas. Pemerintah

7
juga cenderung bersikap konsumtif. Jaminan emas menurun , sehingga rupiah
merosot.
3. Sosial
Partai Politik menggalakkan masyarakat dengan membentuk organisasi
massa (ormas), khususnya dalam menghadapi Pemilu tahun 1955. Keadaan
sosial-ekonomi yang kian merosot menguntungkan partai-partai kiri yang tidak
duduk dalam pemerintahan karena dapat menguasai massa. PKI makin
berkembang, dalam Pemilu tahun 1955 dapat merupakan salah satu dari empat
besar dan kegiatannya ditingkatkan yang mengarah pada perebutan kekuasaan
(1965).
4. Budaya
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap
berhasil dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari
perguruan tinggi, Pemerintah membuka banyak universitas yang disebarkan di
daerah.
Prestasi lain adalah dalam bidang olah raga. Dalam perebutan Piala
Thomas (Thomas Cup) Indonesia yang baru pertama kali mengikuti kejuaraan
ini berhasilmemperoleh piala tersebut (Juni 1958). Selain itu juga Indonesia
berhasil menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika dengan sukses.
Karena wilayah Indonesia berupa kepualauan, maka Pemerintah
mengubah peraturan dari pemerintah kolonial Belanda, yaitu Peraturan
Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim Tahun 1939, yang menyebutkan
wilayah teritorial Hindia-Belanda dihitung tiga mil laut diukur dari garis rendah
pulau-pulau dan bagian pulau yang merupakan wilayah daratannya. Peraturan
ini dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia. Karena itu Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Deklarasi 13 Desember 1957 yang juga disebut sebagai
Deklarasi Juanda tentang Wilayah Perairan Indonesia. Indonesia juga membuat
peraturan tentang landas kontinen, yaitu peraturan tentang batas wilayah
perairan yang boleh diambil kekayaannya. Peraturan ini tertuang dalam
Pengumuman Pemerintah tentang Landas Kontinen tanggal 17 Februari 1969.
Pemerintah Indonesia mengadakan perjanjian dengan negara-negara tetangga
tentang batas-batas Landas Kontinen agar kelak tidak terjadi kesalah pahaman.

8
D. Pelaksanaan Politik/ Pemerintahan
Pada dasarnya kehidupan politik dalam kerangka system politik yang
diharapkan berlaku di Indonesia sebagai bagian dari system ketatanegaraan ,
bersumber dari pancasila dan UUD 1945. Namun pada masa- masa awal
kemerdekaan hal tersebut tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan karena
berbagai sebab, baik dari dalam maupun dari luar antara lain persipan kita menjadi
negara merdeka boleh dikatakan sangat singkat, belum lagi kita harus menghadapi
kedatangan sekutu ke indonesia.
Perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia
bermuara pada hasil perundingan KMB yang intinya mengubah bentuk negara dari
kesatuan menjadi federasi (RIS) sejak tahun 1950 dan hanya bertahan kurang lebih
8 bulan, karena sejak 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan.
Berdasarkan UUDS 1950, maka Indonesia kembali ke Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan system cabinet parlementer. System parlementer
berkembang sejak 1950 dalam suasana ala barat memberi dampak negative bagi
perjuangan bangsa yang sedang belajar berdemokrasi. Ada juga yang berpendapat
bahwa sistem demokrasi liberal tidakcocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Salah satu dampak negatif paling besar adalah jatuh bangunnya kabinet sebanyak
7 kali dalam kurun waktu 9 tahun, yaitu :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang
dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana
PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak
diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh
tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono
IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
a. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
b. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
c. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
d. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

9
e. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Kendala yang dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan
Irian Barat dan Belanda mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, Gerakan RMS. Keberhasilan Kabinet Natsir adanya
perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat.
Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak
percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950
mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disampaikan
kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh kemenangan,
sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus mengembalikan mandatnya
kepada Presiden.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden,
presiden menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal,
sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas
selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian
menunjukan Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi
) sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan
PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )-
Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
a. Menjamin keamanan dan ketentraman
b. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria
agar sesuai dengan kepentingan petani.
c. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
d. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.

10
e. Di bidang hukum, menyiapkan undang undang tentang pengakuan serikat
buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian
pertikaian buruh.
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya,
seperti awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
Kendala/Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu adanya Pertukaran Nota
Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar
Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual
Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan
politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan
Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar
negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan
dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
Adanya krisis moral yaitu korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. Hubungan Sukiman
dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya tindakan pemerintah
menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden karena adanya pertentangan dari
Masyumi dan PNI.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik
Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi
formatur, namun gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur.
Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah
pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet
ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:

11
a. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
b. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-
Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya
kondisi krisis ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya gerakan
sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa, terjadi
peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai alat sipil,
munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah
dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam
memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung
Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli),
peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat
kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di
Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi
tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga
Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni
1953.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada
tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak
dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru
NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (partai
Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
a. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan
Pemilu.
b. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
c. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
d. Penyelesaian Pertikaian politik.

12
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo
I yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang
akan diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan Konferensi
Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi solidaritas
dan perjuangan kemerdekaan bangsa bangsa Asia Afrika dan juga
membawa akibat yang lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik
rasdiskriminasi di negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda
masih bertahan di Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan,
seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27
Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh
TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan
inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.Memudarnya kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang
menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya
pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. NU menarik
dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya
inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada
tanggal 24 Juli 1955.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.
Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk
oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
a. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
b. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan
dan mempercepat terbentuknya parlemen baru

13
c. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
d. Perjuangan pengembalian Irian Barat
e. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Burhanuddin
Harahap yaitu Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai
yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan
menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer. Terbinanya
hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/
Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam
lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan
berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu
tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga
kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab
pada parlemen yang baru pula.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 4 Maret 1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai
yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program
kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut.
a. Perjuangan pengembalian Irian Barat
b. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya
anggota-anggota DPRD.
c. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
d. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

14
e. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
Pembatalan KMB
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo
II adalah kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap
sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah
Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh
kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
Muncul pergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat dan
mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer
Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap
mengabaikan pembangunan di daerahnya.
Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya perpecahan
antara Masyumi dan PNI. Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada
presiden.
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari
Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:
a. Membentuk Dewan Nasional
b. Normalisasi keadaan RI
c. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
d. Perjuangan pengembalian Irian Jaya
e. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu :

15
a. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda,
b. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan
di berbagai daerah. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini
sebagai berikut.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di
daerah semakin meningkat.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program
pemerintah sulit dilaksanakan.
Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya, terjadi peristiwa Cikini.
Kabinet Djuanda berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu
Demokrasi Terpimpin.

E. Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia


Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan
darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan
dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak memiliki pijakan
hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing
partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa mengutamakan
kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Masalah utama yang
dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara. Terjadi tarik-ulur di
antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok partai menghendaki
agar Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok partai lainnya
menghendaki agama Islam sebagai dasar negara. Pemungutan suara dilakukan 3
kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari suara yang
menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu kurang dari dua
pertiga. Hal ini menjadi masalah karena masih belum memenuhi syarat. Dengan
kegagalan konstituante mengambil suatu keputusan, maka sebagian aanggotanya
menyatakan tidak akan menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959
Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin
mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.

16
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan
usul kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945
dan pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut ;
a. Pembubaran Konstituante.
b. Berlakunya kembali UUD 1945.
c. Tidak berlakunya UUDS 1950.
d. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya
lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal
tidak berlaku lagi di Indonesia.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1959, Indonesia menggunakan
Undang Undang Dasar Sementara 1950 sebagai dasar negaranya. UUDS tersebut
dumulai pada 17 Agustus 1950 sampai dengan lahirnya dekrit Presiden pada 5 Juli
1959 yang dikeluarkan Presiden Soekarno.
Pemberlakuan Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut dimulai
pada saat Republik Indonesia Serikat berakhir karena adanya demo besar-besaran
dari rakyat yang menuntut kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sehingga akhirnya pemerintah membubarkan Republik
Indonesia Serikat dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan menggunakan Undang Undang Dasar Sementara sejak 17 Agustus 1950,
dengan menganut sistem kabinet parlementer.
Pada tahun 1950 itu juga dibentuk sebuah badan konstituante yang bertugas
membuat dan menyusun Undang Undang Dasar baru seperti yang diamanatkan
UUDS 1950, namun sampai akhir tahun 1959, badan konstituante tersebut belum
berhasil merumuskan Undang Undang Dasar yang baru, hingga akhirnya Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959 yang isinya membubarkan badan
konstituante tersebut, sekaligus menegaskan pada tahun itu juga bahwa Indonesia
kembali ke Undang Undang Dasar 1945, serta membentuk MPRS dan DPRS.
Pada masa Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut diberlakukan,
gejolak politik yang panas menimbulkan berbagai gerakan yang politik yang tidak
stabil, sehingga kabinet pemerintahanpun ikut kena imbasnya, tercatat pada periode
1950 hingga 1959 ada 7 kali pergantian kabinet.
Sejak pengakuan kedaulatan pemerintah Indonesia dihadapkan pada
masalah yang berkaitan dengan dipertahankannya dominasi Belanda atas ekonomi
Indonesia.Pemerintah Indonesia masih menghormati kepentingn historis dunia
usaha Belanda di Indonesia. Hal ini banyak mendapat tentangan dari para
pemimpin revolusioner Indonesia. Banyak desakan agar Indonesia menutup
perusahaan-perusahaan swasta Belanda, dan sekaligus mendorong usaha swasta

18
pribumi.Sehingga diharapkan dapat mengubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional.
Akibat tidak stabilnya politik, maka defisit anggaran pemerintah semakin
besar. Hal ini ada kecenderungan pemerintah mencetak uang baru. Akibatnya,
inflasi membumbung tinggi dan mengancam kehidupan ekonomi Indonesia. Harga
terus meningkat didikuti dengan kenaikan upah, sehingga kemungkinan ekspor
semakin berkurang.Untuk mengatasi inflasi, pemerintah melakukan pemotongan
uang (sinering) pada tanggal 19 Maret 1950. Uang yang ada di bank setengahnya
diganti dengan obligasi Republik Indonesia 1950. Uang yang ada diperedaran
digunting jadi dua, hanya yang kiri yang berlaku, dengan harga setenganhnya dari
harga semula.Hal ini bertujuan agar orang kecil tidak terlalu merugi. Sebagai akibat
sinering maka uang 1,5 milyar rupiah ditarik dari peredaran.Dengan uang itu
pemerintah dapat membayar utang sebagian kepada Bank Sentral.
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap berhasil
dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari perguruan tinggi,
Pemerintah membuka banyak universitas yang disebarkan di daerah. Selain itu juga
terjadi perkembangan pada hal bahasa dan sastra indonesia yang akhirnya
melandasi berkembangnya media komunikasi di Indonesia. Dalam bidang seni juga
mengalami perkembangan yaitu adanya organisasi pelukis yang didirikan di
Yogjakarta.
Kembalinya ke Negara Kesatuan juga berdampak pada sebagian tokoh dari
Negara bagian ingin tetap mempertahankan sebagai sebuah Negara yang berdiri
sendiri dengan cara mengadakan pemberontakan-pemberontakan.. Sehingga hal ini
menjadi gangguan dan ancaman keamanan dalam negeri. Pemberontakan yang
terjadi selama masa demokrasi perpimpin diantaranya seperti pemberontakan
APRA, Pemberontakan Andi Azis, Pemberontakan RMS, Pemberontakan DI/TII,
Pemberontakan PRRI dan Permesta.

B. Saran
Dengan Indonesia sudah mengalami banyak perubahan sistem pemerintahan
baik dari demokrasi liberal, terpimpin, serikat maupun negara kesatuan. Dengan
demikian sudah berpengalaman di bidang pemerintahan sehingga indonesia dapat

19
mengetahuai sistem pemerintahan yang mana lebih sesuai dengan kepribadian
bangsa, sehingga tidak menimbulkan pro dan kontra di berbagai daerah mengenai
bentuk pemerintahan indonesia. Bentuk negara kesatuan cocok dengan negara
indonesia karena negara indonesia berbentuk negara kepulauan yang terpisah oleh
lautan. Sebagai warga negara yang baik kita harus mendukung program pemerintah
dan mentaati segala peraturan yang berlaku di indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Adnan Buyung. (2001). Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia:


Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959 (second ed.). Jakarta; Grafiti.

Crouch, Herbert, (2001). Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.

Karim, Rusli. (1993). Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang-
Surut, Jakarta: Rajawali Pers.

Marwati Djoened Poesponegoro dkk (1993). Sejarah Nasional Indonesia jilid VI,
Jakarta: Depdikbud-Balai Pustaka.

http://whatteenagersneed.blogspot.co.id/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-
liberal-di.html

http://zamzamimuvza.blogspot.co.id/2013/12/pelaksanaan-sistem-demokrasi-liberal-
di.html

https://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-pada-masa-demokrasi-
liberal-1950-1959/

http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/03/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-
budaya.html

21

Anda mungkin juga menyukai