Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN CA SERVIKS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas penilaian

Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

M. Rezky Aryadie

1033161002

Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin

Jakarta

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Salah satu penyakit kanker tersebut
adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau
leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan
vagina (Emilia, 2010).

Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243
jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak
273.505 jiwa per tahun. (Emilia, 2010). Secara nasional prevalensi penyakit kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sekitar 347.792
jiwa dengan 15.000 kasus baru kanker serviks yang terjadi setiap dengan angka
kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Berdasarkan estimasi jumlah
penderita kanker Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan estimasi
penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 jiwa (Kementrian Kesehatan RI,
2015 ; Wijaya, 2010).

Dampak dari penyakit kanker serviks antara lain dapat menyebabkan kegagalan
fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi prakanker. Pada kanker serviks
stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi khususnya pada
penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi. Kanker serviks
stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah pengobatan dapat
menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan pengobatan. Pada
stadium lanjut, kanker dapat menyebar atau metastase ke berbagai organ lainnya
sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ seperti ginjal,
paru-paru, hati, dan organ lainnya. Beberapa dampak inilah yang juga dapat
menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada penderita kanker serviks, sehingga
dapat muncul berbagai masalah keperawatan (Nurwijaya, 2010).
Munculnya beberapa dampak negative dan berbagai masalah keperawatan bagi
kesehatan pada penderita kanker serviks inilah yang menjadi latar belakang kami
untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada Ny.P dengan Ca
Serviks di ruang Rajawali 4A RSUP Dr.Kariadi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan profesional kepada pasien dengan penyakit Kanker
Serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada
Ny.P dengan Ca Serviks.
b. Mampu menggambarkan masalah-masalah keperawatan yang timbul
pada Ny.P dengan Ca Serviks.
c. Mampu mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada Ny.P dengan
Ca Serviks.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan
serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian, yaitu alat reproduksi wanita bagian
dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar.

1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris
disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau
klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir kecil ini
mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh : kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir
kecil. Kedua bibir kecil yaitu uretra dua lubang saluran kelenjar skene.
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi
4) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel
mirsiformis
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan
2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar
11cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5
7) keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeks
8) Fungsi utama vagina:
a. saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b. alat hubungan seks
c. jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
1. Corpus uteri: berbentuk segitiga
2. Seviks uteri: berbentuk silinder
3. Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua
pangkal tuba
4. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan
endometrium
c. Tuba Fallopi
Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tubae internum pada dinding rahim
Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
Jenis :
a. pars interstitialis ( intramularis ) terletak diantara otot rahim mulai
dari osteum internum tubae
b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
c. pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
s
d. pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai
yang disebut fimbriae tubae
Fungsi :
1. untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
2. sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
3. tempat terjadinya konsepsi
d. Ovarium
Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
a. mengandung folikel primordial
b. berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
c. terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
a. terdapat pembuluh darah dan limfe
b. terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar
ligamentum latum
Batasan Parametrium
Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

C. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV)
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas
tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok memiliki
resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita
tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat
tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan
ko-karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk
juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa
peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi HPV.

D. Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan neoplasia serviks
intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada
tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak. CNI biasanya terjadi disambungan epitel
skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat
diketahui dengan cara panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi
perubahan. Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang
alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan
biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau dibersihkan
dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan histerektomi bila klien
merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive.
E. Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua timbul
perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan
air seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse

F. Klasifikasi
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang
dari 3 mm dengan diameter permukaan tumor < 7
mm
IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm
tetapi < 5 mm dengan diameter permukaan tumor <
7 mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <
4 cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >
4 cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke
parametrium dan sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak
mencapai dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke
parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding
panggul
IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar
ke mukosa vesika urinaria
IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke
organ jauh

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan
keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun
atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali
hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun.
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara
akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat
kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu
1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil
pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda

b. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala
besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang
negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur di atas
30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.
Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2%
sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau
lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang
aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu.
Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih
dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada
wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap
smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan
untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah
punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy
yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan
yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal
servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker
invasif atau hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.
g. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan
pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk
mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi,
pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau
terkenanya nodus limpa regional.

H. Penatalaksanaa
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil
lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama
jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel
yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP
(loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut,
penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.

Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif.
Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif
adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah
suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks
(total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA
sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun.
Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.

b. Terapi penyinaran (radioterapi)


Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV
sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya
yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah
bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.

Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B.
Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat
paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif
untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.

Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin
besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi
internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat
di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek
samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus,
tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel
kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung
pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan
kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah
kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.

Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam


periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar
luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan
kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks
antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble
Bleomycin) dan lain lain.

I. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari
faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan
akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak
perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini
kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk
melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan
seksual dengan frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap
berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali
setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning
(banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E)
dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya
semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan
semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV
tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja
dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum
memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks,
vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV
tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan
adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang
berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin
diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi,
risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.

J. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis
kelamin dan pendidikan terakhir. Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga
terjadi pada usia 18 tahun.

Keluhan utama
Pada umumnya pasien datang dengan keluhan - keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air. (Keluhan utama : Perdarahan pada vagina yang disertai klot
dan nyeri perut (Skala nyeri : 8 - 10)

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker (Orang tua dan tante
klien menderita kanker)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah mengeluarkan
cairan putih dari vagina (keputihan). Pada umumnya klien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.( adanya
skala myeri 8 - 10, Adanya darah yang keluar dari vagina disertai klot, vagina berbau
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya dapat
menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada keturunannya. Data
yang perlu dikaji antara lain: Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,
riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, riwayat keluarga yang menderita
kanker. (adanya riwayat kanker pada anggota keluarga, riwayat 7 kali kehamilan)
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering dijumpai pada
kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas
makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

Pola kesehatan Fungsional


a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi. (Terlihat anemis)
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi
urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit) (adanya nyeri dengan
skala 8 - 10)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari
usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya (adanya riwayat keluarga yang menderita kanker)

Pengkajian Fisik
a. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
f. Serviks
Terdapat nodul

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun pelvis

- Analisa Data
Data Penyebab Masalah
DS : Nyeri Penekanan sel kanker pada
syaraf dan kematian sel
- Klien mengatakan nyeri

DO :

- Skala nyeri 8 - 10

- Dyspareunia

DS : Anemia Pengeluaran darah kronis


per vaginam
- Klien mengatakan vegina
nya mengeluarkan darah

DO :

- Adanya perdarahan per


vagina

- HB : 7 gr/dl dan HT :
23%

- Terlihat anemis

DS : Gangguan pemenuhan Intake tidak adekuat


nutrisi
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan

- Klien mengatakan lemas

DO :

- HB : 7 gr/dl

DS : Kurang pengetahuan Sakit berkepanjangan pada


anggota keluarga,
- Klien mengatakan ada
kurangnya sumber
keluarga yang menderita
informasi
kanker
- Klien mengatakan ada
keluarga yang menderita
diabetes

DO :

- Adanya riwayat kanker


pada anggota keluarga

- Klien tidak mengetahui


jenis kanker pada
keluarganya

DS : Resiko terjadinya infeksi Pengeluaran cairan per


vaginam
- Klien mengatakan
vaginanya mengeluarkan
darah

DO :

- Cairan vagina berbau

- Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel
2. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah kronis per vaginam
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sakit berkepanjangan pada
anggota keluarga, kurangnya sumber informasi
5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran cairan per vaginam

- Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1 Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan penekanan Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri
sel kanker pada pain control, secara komprehensif
syaraf dan kematian comfort level termasuk lokasi,
sel Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
- Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk Bantu pasien dan keluarga
mengurangi nyeri, untuk mencari dan
mencari bantuan) menemukan dukungan
- Melaporkan bahwa Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang dengan dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan seperti suhu ruangan,
manajemen nyeri pencahayaan dan
- Mampu mengenali kebisingan
nyeri (skala, intensitas, Kurangi faktor presipitasi
frekuensi dan tanda nyeri
nyeri) Kaji tipe dan sumber nyeri
- Menyatakan rasa untuk menentukan
nyaman setelah nyeri intervensi
berkurang Ajarkan tentang teknik non
- Tanda vital dalam farmakologi: napas dala,
rentang normal relaksasi, distraksi,
- Tidak mengalami kompres hangat/ dingin
gangguan tidur Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2 Anemia berhubungan 24 jam PK Anemi 1. Kaji keadaan umum
dengan pengeluaran teratasi dengan kriteria pasien dan tanda tanda
darah kronis per hasil anemi seperti kesadaran
vaginam - Angka hemoglobin pasien dan konjungtiva
normal (12.3 pasien
15.3) g/dL 2. Pantau jumlah sel darah
- Eritrosit 4.06 5.20 merah tetap dalam batas
10^6/L normal secara berkala (
- Konjungtiva tidak cek HB dan eritrosit )
anemis 3. Siapkan pasien secara
- KU : baik fisik dan psikologis
untuk menjalani
perawatan
4. Kelola pemberian
transfusi sesuai indikasi

3 Gangguan NOC : NIC :


pemenuhan nutrisi Nutritional Status : Nutrition Managemen
berhubungan dengan food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
intake tidak adekuat Nutritional Status : makanan
nutrient Intake - Kolaborasi dengan ahli
Weight control gizi untuk menentukan
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
- Adanya peningkatan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan sesuai pasien.
dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
- Mampumengidentifi dan vitamin
kasi kebutuhan - Berikan substansi gula
nutrisi - Yakinkan diet yang
- Tidak ada tanda dimakan mengandung
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
- Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi - Berikan makanan yang
pengecapan dari terpilih ( sudah
menelan dikonsultasikan dengan
- Tidak terjadi ahli gizi)
penurunan berat - Ajarkan pasien
badan yang berarti bagaimana membuat
catatan makanan harian.
- Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
4 Kurang pengetahuan NOC: NIC :
berhubungan dengan Knowledge : disease Kaji tingkat pengetahuan
sakit berkepanjangan process pasien dan keluarga
pada anggota Kowledge : health Jelaskan patofisiologi
keluarga, kurangnya Behavior dari penyakit dan
sumber informasi Kriteria Hasil : bagaimana hal ini
Pasien dan keluarga berhubungan dengan
menyatakan anatomi dan fisiologi,
pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
penyakit, kondisi, Gambarkan tanda dan
prognosis dan gejala yang biasa muncul
program pengobatan pada penyakit, dengan
Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu melaksanakan Gambarkan proses
prosedur yang penyakit, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar Identifikasi kemungkinan
Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang Sediakan informasi pada
dijelaskan pasien tentang kondisi,
perawat/tim dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
5 Resiko terjadinya resiko infeksi tidak 1. Pantau tanda-tanda
infeksi berhubungan terjadi dengan kriteria : infeksi (letargi, nafsu
dengan pengeluaran - TTV dalam batas makan menurun,
cairan per vaginam normal (Nadi : ketidakstabilan,
115 x/menit, perubahan warna kulit )
Respirasi 2. Lakukan perawatan
30-40menit, Suhu : Vulva Hygiene sesuai
36oC 37,5oC) indikiasi
3. Edukasi pasien untuk
- Tidak terdapat menjaga kebersihan
perdarahan, tidak vagina
terdapat kemerahan 4. Kelola pemberian terapi
obat

BAB III
KESIMPULAN

Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan
serviks. Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan
tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel
secara langsung maupun denggan menghentikan pembelahan selnya. Beberapa
masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Ca Serviks antara lain :
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel
2. Anemia berhubungan dengan pengeluaran darah kronis per vaginam
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sakit berkepanjangan pada anggota
keluarga, kurangnya sumber informasi
5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pengeluaran cairan per vaginam

Diagnosa prioritas pada kasus diatas adalah Anemia berhubungan dengan pengeluaran
darah kronis per vaginam dikarenakan pengeluaran darah yang masif dan tidak
ditangani segera akan menyebabkan terjadinya syok hivopolemik dan akan
memperberat kondisi pasien.

Penting bagi kita sebagai perawat maupun tenaga kesehatan lain untuk berkolaborasi
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh pasien

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebelum, saat dan sesudah
pemberian kemoterapi (Universal Precaution), terutama oleh dokter maupun perawat
yang akan memberikan kemoterapi, Hal tersebut antara lain :

Penilaian pre kemoterapi : persiapan pasien dan obat

Penilaian saat kemoterapi: cara pemberian, terapi suportif dan efek samping

Penilaian post kemoterapi: monitoring respon terapi dan efek samping


- Penilaian Pre Kemoterapi

A. Pembuktian Diagnosis Kanker

Bukti sitologi atau histologi yang sesuai dengan tampilan klinis merupakan hal yang
penting dalam memutuskan melakukan kemoterapi

B. Stadium

Jika diagnosis keganasan sudah ditegakkan, sangat penting menentukan stadium


penyakitnya. Penentuan stadium ini tidak hanya berguna dalam menilai perjalanan
penyakit saja, tetapi penting dalam menentukan pilihan terapi dan prognosisnya.

C. Status performa pasien

Status performa merupakan cerminan kemampuan pasien melakukan aktivitas.


Parameter ini digunakan untuk menilai gangguan lain yang menyetai penderita kanker
dan juga indikator prognosis respon terhadap pengobatan yang akan diberikan. Pasien
dengan status performa buruk, bukan merupakan kandidat yang tepat untuk
melakukan kemoterapi. Pada kasus-kasus seperti ini perhitungan manfaat pengobatan
dengan resiko efek samping yang mungkin timbul perlu mendapat perhatian. Saat ini
terdapat dua skala status performa yang sering digunakan dalam menilai kondisi
pasien kanker, yaitu skala Karnofsky dan skala the Eastern Cooperative Oncology
Group (ECOG).

Misalnya: Pasien kanker dengan penilaian ECOG : Tidak bisa mengurus diri sendiri,
selalu membutuhkan bantuan atau perlu hospitalisasi, terbaring ditempat tidur > 50%
waktu bangunnya memiliki skala 3 sedangkan kriteria Karnofsky mempunyai skala
40%. (Pada pasien ini tidak boleh dilakukan kemoterapi). Setiap pasien yang akan
menjalani kemoterapi diberikan konseling terlebih dahulu tentang kemoterapi yang
akan dijalaninya. Informasi ini juga diberikan kepada keluarga terdekatnya.

Informasi yang penting untuk diketahui pasien antara lain :

1. Tujuan kemoterapi

2. Ekspektasi respon kemoterapi

3. Jadual kemoterapi: Tergantung jenisnya, ada yang setiap hari, seminggu


sekali, dua minggu, tiga minggu ataupun sebulan sekali.
4. Cara pemberian obat kemoterapi, dijelaskan kepada pasien ;

a. Injeksi Intravena (IV Bolus): obat diberikan langsung melalui vena


sebagai injeksi bolus Infus Intravena : obat diberikan melalui vena dalam
beberapa menit sampai beberapa jam Infus Kontinyu: Obat diberikan
selama 24 jam

b. Injeksi Intrarterial (IA): obat diberikan melalui arteri yang memperdarahi


tumor. Intraperitoneal: obat diberikan melaui selaput perut

c. Intrathecal

d. Injeksi subkutan

e. Peroral

f. Topikal

5. Efek Samping yang mungkin timbul harus diberitahukan kepada pasien baik
langsung setelah diberikan kemoterapi maupun beberapa hari setelah kemoterapi.

6. Antisipasi dan Pengelolaan Efek Samping, harus diberitahukan kepada pasien


seperti anti mual-muntah, transfusi darah, dan antimikroba serta kemungkinan
timbul efek samping seperti: depresi sumsum tulang, mual/muntah, diare,
konstipasi, mucositis, rambut rontok, kehilangan nafsu makan, demam, malaise,
depresi dan kulit kering.

Persiapan Obat : Sebelum memberikan kemoterapi pemeriksaan obat-obatan yang


akan diberikan seharusnya dilakukan dan tercatat dengan administrasi yang baik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Jenis obat yang akan diberikan

b. Kadaluarsa obat

c. Riwayat Alergi Pasien

d. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

e. Penyimpanan obat

f. Obat-obat pendukung
- Indikasi Kemoterapi

a. Ajuvan : kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah pembedahan.
b. Neo ajuvan (induction chemotherapy) : kanker stadium lanjut lokal.
c. Paliatif : kanker stadium lanjut jauh. (Peran Keluarga)
d. Sensitisizer : kemoterapi yang dilakukan bersama-sama radioterapi.

- Kontra Indikasi Kemoterapi


a. Kontra Indikasi absolut
- Penyakit stadium terminal.
- Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan.
- Septokemia.
- Koma.

b. Kontra Indikasi Relatif.


- Usia lanjut
- Status performance yang jelek.
- Gangguan fungsi organ vital yang berat, spt : ginjal, jantung, sumsum tulang
- Dementia.
- Penderita tidak dapat datang ke klinik secara teratur.
- Pasien tidak kooperatif.
- Tumor resisten terhadap obat

- Dampak pada pasien yang mendapat terapi radiasi


- Reaksi pada gastrointestinal
a. Stomatitis dan dysphagia
Kemoterapi akan menyebabkan iritasi pada mukosa mulut dan dapat
menyebabkan kesulitan menelan (dysphagia).
Penanganannya :
- Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan mouthwash
yang non alkoholic atau dengan mengunyah permen karet.
- Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamnya.
- Hindari makanan yang terlalu dingin atau panas.

b. Anoreksia dan perubahan pengecapan


Cara mengatasinya :
- Jangan makan 1 jam sebelum pemberian dan 2 3 jam setelah
pemberian obat.
- Hindari makanan faporit mendekati waktu pemberian.
- Cegah terjadinya stomatitis.
- Hindari mulut dari kekeringan.

c. Nausea dan vomiting


Cara mengatasinya :
- Gunakan cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada waktu riwayat
terjadinya mual mutah semasa hamil, perjalanan, sakit, atau waktu stres.
- Makanlah makanan dalam temperatur biasa.
- Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan beraroma kuat.
- Makanlah dalam porsi kecil tetapi sering.
- Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu pemberian kemoterapi
dan berikan obat anti emetika bila perlu

d. Diare dan konstipasi


Diare : disebabkan karena destruksi dari sel-sel mukosa gastrointestinal
yang aktif membelah sehingga fungsi pencernaan dan absorpsi terganggu.
Cara mengatasinya :
- Makan makanan yang low residu /serat, tinggi kalori dan protein.
- hindari makanan yang mengiritasi mukosa.
- minum paling sedikit 3 liter.
- bila diare lebih dari satu hari, segera ke dokter.

Konstipasi : keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, jarang dan keras.
Cara mengatasinya :
- Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
- Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
- Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
- Makan tinggi serat.
- Reaksi pada sel darah
Efek samping yang memerlukan intervensi adalah efek samping hematologi.
a. Anemia
Cara penanganan :
- Catat dan laporkan gejala-gejala anemia, periksa kadar hemoglobin dan
hematokrit penderita.
- Perhatikan masalah nutrisi, bila perlu tambahkan suplemen zat besi.
- Bila diperlukan terapi medikamentosa atau tranfusi PRC.
b. Leukopenia
Penderita kanker sering mengalami immunosupresed akibat dari
penyakitnya atau karena pengobatannya. Keadaan tersebut sering ditandai
dengan neutropenia. Pada penderita yang mengalami neutropeni diberikan
GCSf.
c. Trombositopenia
Cara penanganan :
- Atur istirahat yang cukup, bila perlu tranfusi platelet.
- Usahakan status gizi yang optimal, terutama protein

- Reaksi pada kulit dan jaringan lainnya.


Reaksi pada kulit biasanya berupa urticaria, erytema, hiperpigmentasi
Untuk penanganan : pemberian kemoterapi sementara di stop,berikan
obat anti alergi, bila berat stop seterusnya.
Alopecia : biasanya bersifat sementara dan bervariasi dari yang ringan
sampai botak total.

- Kedaruratan pada pemberian kemoterapi


a. Reaksi hipersensitivitas
- Immediate hypersensitivity reaction
Manifestasinya : reaksi anafilaksis, reaksi sitolitik, reaksi arthus.
- Delayed hypersensitivity reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit, manifestasi klinis : dermatitis.
b. Ekstravasasi
Adalah terjadinya kebocoran obat yang bersifat vesikan dan iritan ke
jaringan subkutan.Merupakan salah satu komplikasi yang memerlukan
perhatian khusus.
Parameter pengkajian ekstravasasi :
- Nyeri : nyeri sekali atau rasa terbakar
- Kemerahan : di area penusukan, tidak selalu terjadi pada awal.
- Luka : terjadi setelah beberapa minggu.
- Bengkak : terjadi segera.
- Blood return tidak ada.
- Perubahan kwalitas tetesan infus.

Faktor resiko terjadinya ekstravasasi :


- Pembuluh darah yang rapuh dengan diameter kecil
- Integritas vasculer berkurang
- Trauma penusukan canul dan jenis kanul
- Pembengkakan pada ekstrimitas akibat pembedahan dan penyinaran.
- Jumlah obat terinfiltrasi
- Konsentrasi dari obat.

Pencegahan :
- Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
- Gunaka vena yang tepat.
- Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
- Gunakan penutup yang mudah terlihat.
- Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
- Observasi daerah yang diinfus.
- Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
- Lakukan pembilasan.

Penatalaksanaan :
- Stop infus kanul jangan dicabut.
- Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-banyaknya.
- Beri antidot sesuai jenis obatnya secara IV.
- Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc
- Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
- Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
- Lakukan pemotretan
- Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
- Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
- Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan, nekrosis
- Berikan terapi nyeri.
- Lakukan dokumentasi

Untuk penanganan pengeluaran darah yang masif serta anemia yang terjadi perlu
dilakukan transfusi untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik dan memperparah
kondisi pasien

- Macam - macam produk transfusi darah


1. Whole blood

Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk transfusi pada
perdarahan masif. Whole blood biasa diberikan untuk perdarahan akut, shock
hipovolemik serta bedah mayor dengan perdarahan > 1500 ml. Whole blood akan
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan volume darah.
Transfusi satu unit whole blood akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dl

2. Packed Red Blood Cell (PRBC)

PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole blood, bedanya adalah
pada jumlah plasma, dimana PRBC lebih sedikit mengandung plasma. Hal ini
menyebabkan kadar hematokrit PRBC lebih tinggi dibanding dengan whole blood,
yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC biasa diberikan pada pasien dengan
perdarahan lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung. Saat hendak
digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu hingga sama dengan suhu
tubuh (37C). bila tidak dihangatkan, akan menyulitkan terjadinya perpindahan
oksigen dari darah ke organ tubuh.
3. Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)

Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),
terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah
terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat
menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Sama dengan PRBC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih
dahulu sesuai suhu tubuh.

4. Trombosit

Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan trombositopenia berat


(<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai
gejala klinis perdarahan, transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombosit
dapat meningkatkan 7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1 jam transfusi pada
pasien dengan berat badan 70 kg. banyak faktor yang berperan dalam keberhasilan
transfusi trombosit diantaranya splenomegali, sensitisasi sebelumnya, demam, dan
perdarahan aktif.

5. Kriopresipitat

Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak.


Kriopresipitat diindikasikan pada pasien dengan penyakit hemofilia (kekurangan
faktor VIII) dan juga pada pasien dengan defisiensi fibrinogen.

- Pada kasus diatas produk transfusi yang diberikan adalah Packed red blood cell
(PRBC) karena produk tersebut di indikasikan untuk pasien dengan anemia dan
ditunjang dengan hasil laboratorium darah
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.
Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea Vomiting from
Chemotheraphy.www.cancercare.com
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved PatientsOutcomes.
Journal of OncologyNursing or the Oncology NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat Kemoterapi.
Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta:
Sinar Kejora.

Anda mungkin juga menyukai