Ascariasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides (cacing
gelang) yang hidup di usus halus manusia dan penularannya melalui tanah. Cacing ini
merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, frekuensi terbesar berada di
negara tropis yang lembab, dengan angka prevalensi kadangkala mencapai di atas 50%. Angka
prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak usia 5-15 tahun.
Gejala klinik pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa maupun larva, cacing
dewasa tinggal diantara lipatan mukosa usus halus dan dapat menimbulkan iritasi sehingga dapat
menimbulkan rasa tidak enak di perut, mual serta sakit perut yang tidak nyata. Kadang-kadang
cacing dewasa terbawa kearah mulut karena regurgitasi dan dimuntahkan, sehingga keluar
melalui mulut atau hidung. Atau dapat masuk ke tuba eustachii. Dinding usus dapat ditembus
oleh cacing dewasa sehingga menyebabkan peritonitis. Cacing dalam jumlah yang banyak akan
menyebabkan sumbatan pada lumen usus serta toxin yang dihasilkannya akan menimbulkan
manifestasi keracunan misalnya, oedema muka, uticaria dan nafsu makan menurun. Migrasi
larva ke paru dapat menimbulkan eosinofili dan alergi berupa urticaria, gejala infiltrasi paru,
sembab pada bibir serta sindroma Lofflers. Larva yang migrasi ke organ lain dapat menimbulkan
endophthalmitis, meningitis dan encephalitis. Pada anak-anak sering kali terlihat gejala perut
buncit, pucat , lesu, rambut jarang dan berwarna merah serta kurus akibat defisiensi gizi dan
anemia.
Oxyuris vermicularis atau sering disebut cacing kremi adalah salah satu hewan dari kelas
nematoda filum Nemathelminthes. Oxyuris vermicularis disebut cacing kremi karena ukurannya
sangat kecil. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia. Cacing dewasa Oxyuris
vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan.
Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya
melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm,
cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing.
Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing
dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk
esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum
cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae).
Ukuran telur Oxyuris vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26
mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan
salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar
berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat
bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya
selama 2 sampai 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. (Soedarto, 1995).
Daur Hidup Oxyuris vermicularis
Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau
pakaian dalam penderita.
Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh
karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus
penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Pada daerah tropis insiden sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas,
kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet), dan yang
sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun. Akibat hal-hal tersebut diatas maka
pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan
keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan. Cara
memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing
Oxyuris vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a) Cacing Dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian
dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan
dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti Oxyuris vermicularis dapat
juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol 70% yang agak panas
b) Telur Cacing
Telur Oxyuris vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orang-
orang yang menderita infeksi ini. Telur cacing Oxyuris vermicularis lebih mudah ditemukan
dengan tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan
Scotch adhesive tape swab.
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis yang
menonjol berupa pruritus ani, di sebabkan oleh iritasi di sekitar anus akibat migrasi cacing betina
ke perianal untuk meletakkan telur-telurnya. Gatal-gatal di daerah anus terjadi saat malam hari,
karena migrasi cacing betina terjadi di waktu malam. Cacing betina gravid, sering mengembara
dan bersarang di vagina serta tuba fallopi. Sementara sampai di tuba fallopi menyebabkan
salphyngitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur, sebab dapat
menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran tuba. Cacing juga sering ditemukan di
appendix. Hal ini bisa menyebabkan apendisitis, meskipun jarang di temukan. Pencegahan
penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti
sprei teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran di rumah, potong
kuku secara rutin, hindari mandi cuci kakus (MCK) di sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan
dengan menggunakan desinfektan
Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T. trichiura (cacing cambuk)
yang hidup di usus besar manusia khususnya caecum yang penularannya melalui tanah. Cacing
ini tersebar di seluruh dunia, prevalensinya paling tinggi berada di daerah panas dan lembab
seperti di negara tropis dan juga di daerah-daerah dengan sanitasi yang buruk, cacing ini jarang
dijumpai di daerah yang gersang, sangat panas atau sangat dingin. Cacing ini merupakan
penyebab infeksi cacing kedua terbanyak pada manusia di daerah tropis.
Trichuriasis paling sering menyerang anak usia 1 5 tahun, infeksi ringan biasanya tanpa
gejala. Pada infeksi berat, cacing tersebar ke seluruh colon dan rectum kadang-kadang terlihat
pada mucosa rectum yang prolaps. Infeksi kronis dan sangat berat menunjukkan gejala-gejala
anemia berat, Hb rendah sekali dapat mencapai 3 gr%, karena seekor cacing setiap hari
menghisap darah 0,005 cc, diare dengan feses sedikit dan mengandung sedikit darah, sakit perut,
mual, muntah serta berat badan menurun, kadang-kadang disertai prolapsus recti.
Gambar Siklus Hidup Trichuris trichuira
Siklus hidup cacing ini langsung dan menjadi dewasa pada satu inang. Cacing dewasa
masuk ke mukosa caecum dan colon proximal manusia dan dapat hidup di saluran pencernaan
selama bertahun-tahun. Cacing betina diperkirakan memproduksi lebih dari 1000 telur perhari.
Telur yang keluar melalui tinja menjadi infektif dalam waktu 10-14 hari (lebih kurang tiga
minggu) di tanah yang hangat dan lembab. Manusia mendapat infeksi karena menelan telur
infektif dari tanah yang mengkontaminasi tangan, makanan, dan sayuran segar. Selanjutnya larva
cacing tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu 1-3 bulan setelah infeksi. Telur
ditemukan dalam tinja setelah 70-90 hari sejak terinfeksi.
Infeksi ringan pada manusia biasanya tanpa gejala. Kelainan patologi disebabkan oleh
cacing dewasa. Bila jumlah cacing cukup banyak dapat menyebabkan colitis dan apendisitis
akibat blokade lumen appendics. Infeksi yang berat menyebabkan nyeri perut, tenesmus, diare
berisi darah dan lendir (disentri), anemia, prolapsus rektum, dan hipoproteinemia. Pada anak,
cacing ini dapat menyebabkan jari tabuh (clubbing fingers) akibat anemia dan gangguan
pertumbuhan.
4. Ankilostomiasis (Infeksi oleh cacing tambang)
Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh infeksi parasit cacing nematoda N.
americanus dan Ancylostoma duodenale yang penularannya melalui kontak dengan tanah yang
terkontaminasi. Cacing ini merupakan penyebab infeksi kronis yang paling sering, dengan
jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan mencapai seperempat dari populasi penduduk dunia di
negara tropis dan subtropis. Jumlah penderita infeksi cacing tambang paling banyak dijumpai di
Asia, kemudian diikuti negara-negara subSahara Afrika. N. americanus merupakan cacing
tambang yang paling banyak dijumpai di berbagai belahan dunia, sedangkan A.
duodenale penyebarannya secara geografis sangat terbatas.
Gejala infeksi cacing tambang dapat disebabkan oleh larva maupun cacing dewasa. Pada
saat larva menembus kulit terbentuk maculopapula dan erithema yang sering disertai rasa gatal
(ground itch). Migrasi larva ke paru dapat menimbulkan bronchitis atau pneumonitis. Cacing
dewasa yang melekat dan melukai mukosa usus akan menimbulkan perasaan tidak enak di perut,
mual dan diare. Seekor cacing dewasa mengisap darah 0,2 0,3 ml/hari, sehinnga dapat
menimbulkan anemia progresif, hypokromik, mikrositer, type efisiensi besi. Biasanya gejala
klinik timbul setelah tampak adanya anemi, pada infeksi berat, haemoglobin dapat turun hingga
2 gr %, sesak nafas, lemah dan pusing kepala. Kelemahan jantung dapat terjadi karena perubahan
pada jantung yang berupa hypertropi, bising katub serta nadi cepat. Infeksi pada anak dapat
menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental. Infeksi Ancylostoma duodenale lebih berat dari
pada infeksi oleh Necator americanus.
Cacing ini disebut juga dengan cacing benang. Predileksi cacing dewasanya pada mucosa
usus halus terutama duodenum dan jejunum manusia. Cacing dewasa betina mempunyai ukuran
2 x 0,04 mm, tidak berwarna dan berbentuk seperti benang halus. Cacing ini mempunyai ruang
mulut dan oesophagus yang panjang.
Gambar Siklus Hidup Cacing Strongyloides stercoralis
Telur cacing ini berukuran 54 x 32 mikron, berbentuk lonjong mirip cacing tambang,
mempunyai dinding tipis dan transparan. Telur diletakkan di dalam mucosa usus, kemudian
menetas menjadi larva rabditiform yang mempunyai ukuran 200 250 mikron. Kemudian larva
rabditiform menembus sel epithel dan masuk ke dalam lumen usus. Terdapat 3 kemungkinan
yang dapat terjadi selanjutnya yaitu :
1. Sebagai autoinfeksi yaitu larva rabditiform dalam usus halus berubah menjadi larva
filariform. Larva filariform ini kemudian menembus mukosa usus masuk ke dalam
peredaran darah vena menuju jantung kanan sampai ke paru-paru, menembus kapiler
menuju alveoli, kemudian migrasi ke bronchi, larynx, pharynx dan tertelan masuk
oesophagus menuju usus halus dan menjadi dewasa.
2. Larva rabditiform keluar bersama feses penderita. Di tanah, larva rabditiform setelah 2-3
hari berubah menjadi larva filariform yang merupakan larva infektif. Manusia tertular
akibat masuknya larva infektif melalui kulit, masuk ke dalam peredaran vena menuju
jantung kanan sampai ke paru-paru, kemudian menembus kapiler menuju alveoli, dan
mengalami migrasi ke bronchus, larynx, pharynx , tertelan masuk oesophagus menuju
usus halus dan menjadi dewasa.
3. Larva rabditiform keluar bersama feses penderita, ditanah berubah menjadi larva
filariform kemudian berubah menjadi cacing dewasa jantan dan betina yang hidup bebas.
Setelah kopulasi, cacing betina yang hidup bebas menghasilkan telur yang kemudian
menetas menjadi larva rabditiform dan selanjutnya menjadi larva filariform yang infektif.
Kemudian larva filariform akan menembus kulit hospes dan sesudah melalui tahap
migrasi paru larva akan menjadi dewasa dalam usus halus.
Strongylidiasis ringan biasanya tidak menimbulkan gejala, pada infeksi sedang cacing
dewasa betina yang bersarang dalam mukosa duodenum menyebabkan perasaan terbakar,
menusuk-nusuk di daerah epigastrium, disertai rasa mual , muntah, diare bergantian dengan
konstipasi. Pada infeksi berat dan kronis mengakibatkan berat badan turun, anemi, disentri
menahun serta demam ringan yang disebabkan infeksi bakteri sekunder pada lesi usus. Kematian
dapat terjadi akibat bersarangnya cacing betina di hampir seluruh epithel usus, meliputi daerah
lambung sampai ke daerah colon bagian distal yang disertai infeksi sekunder bakteri.
Autoinfeksi mungkin merupakan mekanisme dari terjadinya infeksi jangka panjang yang
menetap dan bertahun-tahun. Parasit dan hospesnyan berada dalam status keseimbangan
sehingga tidak terjadi kerusakan yang berarti. Jika oleh karena sesuatu hal, keseimbangan ini
terganggu dan keadaan imunitas penderita menurun, maka infeksinya akan meluas dan
meningkatkan produksi larva dan larvanya dapat ditemukan pada setiap jaringan tubuh. Keadaan
ini disebut dengan sindroma hiperinfeksi.
PERTANYAAN
1. Pada suatu kasus Ankilostomiasis atau infeksi yang disebabkan oleh cacing tambang dapat
menyebabkan anemia. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Jawab : Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh infeksi parasit cacing
nematoda N. americanus dan Ancylostoma duodenale yang penularannya melalui kontak
dengan tanah yang terkontaminasi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan cacing yang
menyebabkan ankilostomiasis yakni cacing nematoda N. americanus dan Ancylostoma
duodenale dapat mengiritasi usus halus. Iritasi tersebut menyebabkan mual, muntah, nyeri
perut, diare, dan feses yang berdarah dan berlendir. Sehingga darah akan keluar bersama
feses. Serta anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat
kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah
darah yang hilang per hari per satu ekor cacing adalah 0,03 mL pada infeksi Necator
americanus dan 0,15 mL pada infeksi Ancylostoma duodenale. Jumlah darah yang hilang
setiap harinya adalah 2 mL/1000 telur/gram tinja pada infeksi Necator americanus dan 5
mL/1000 telur/gram tinja pada infeksi Ancylostoma duodenale, sehingga kadar hemoglobin
dapat turun mencapai level 5 gr/dl atau lebih rendah.