Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai kematian
seseorang dianggap tidak wajar. Ekshumasi sekarang ini di luar negeri sering diminta ketika
timbul masalah pada asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar negeri lebih banyak diminta oleh
asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi
yang diminta oleh pihak asuransi, namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah
kehilangan seluruh klaim yang seharusnya mereka dapatkan sebagai konsekuensi asuransi.
Dibandingkan autopsi yang segera dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan
lebih banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi
pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan terhadap jenazah
yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan
pemeriksaan pada jenazah yang masih baru.
Perbedaan jangka waktu post mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi
pembusukan, antara lain : faktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti
mayat. Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology, Occupational
Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun 1967 1998, didapatkan dari 371
ekshumasi, rata rata jumlah hari setelah dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat
adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki laki berusia 27 87 tahun saat
meninggal ( rata rata 66 tahun ).
Pertanyaan yang sering diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita ( 93 % ). Dan 12 %
diantaranya merupakan pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban, baik kecelakaan
itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2 % kasus tujuan
utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim atau ganti rugi.
Di India penggalian jenazah jarang dilakukan karena kebiasaan di India yang membakar
jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah jadi Ekshumasi relevan bagi
suku tersebut. Batas waktu permintaan dilakukan Exshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda.Di
Perancis contohnya batas waktunya hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya
sampai 30 tahun

1
Bila penyidik dalam rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter wajib
melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami dengan benar
peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah yang telah dikubur
sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat untuk kepentingan peradilan saat
dilaksanakan ekshumasi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI EKSHUMASI
Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu ex yang artinya keluar dan humus
yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah keluar dari tanah, yang artinya
menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab kematiannya
dan mencari identitas seseorang.
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang undang
dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah
dikuburkan dan berdasarkan permintaan penyidik.2,3
Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang
berbeda. Di luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di
Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi di Indonesia
adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana.

Ekshumasi perlu untuk dilakukan sesuai dengan kepentingan2 :


1. Penggalian atau pembongkaran kuburan untuk kepentingan peradilan.
Untuk kepentingan penyidikan kepolisian kadang kadang suatu kuburan perlu digali
kembali untuk memeriksa dan membuat visum et rapertum dari jenazah yang yang beberapa
waktu lalu dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan atau pengaduan masyarakat agar polisi
dapat melakukan penyidikan atas kematian tersebut tidak wajar dan menimbulkan
kecurigaan. Kadang kadang korban suatu pembunuhan atau tindak kejahatan lain dimana
korban dikubur disuatu tempat atau suatu kematian yang pada waktu itu dianggap atau dibuat
seolah olah kematian wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum et Repertum.
Ternyata beberapa waktu kemudian diketahui bahwa kematian itu tidak wajar.

2. Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan.


a. Biasanya dilakukan untuk keperluan kota kota, pengembangan gedung gedung dan
sebagainya atas perintah dari penguasa pemerintah setempat. Untuk pelaksanaan biasanya
ada petunjuk pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah setempat yang bekerjasama dengan

3
keluarga. Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut serta
kepolisian dari segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya untuk mencegah seandainya
terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
b.Kadang kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan kuburan seseorang ke
kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak
menjadi urusan kepolisian.
c. Untuk identifikasi4

Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan dan dilakukan
secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial. Semakin dini ekshumasi
dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti harus dilakukan semaksimal
mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli. Penggalian awal biasa dilakukan oleh
orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi
bagian ahli forensik untuk melanjutkan.

B. TUJUAN EKSHUMASI2
Ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian mayat harus ditempuh. Biasany berkaitan
dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan mengenai penjelasan yang masih
kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya ausransi), seperti:
a. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan-
alasan kriminal.
b. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak
jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.
c. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau
diragukan.
d. Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya
pada kasus pembunuhan yang ditutupi seakan-akan bunuh diri.

C. PROSEDUR EKSHUMASI5
Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus segera
dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan dikuburkan maka

4
penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting. Segala persiapan harus rapi dan
lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang hari,
jadi hakim dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian
kuburan. Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan persiapan dan syarat
kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk pelaksanaan penggalian.

Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi :


1. Persiapan Penggalian Kuburan :
a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak berkeberatan bahwa
makam atau kuburan tersebut dibongkar.
b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau saksi saksi
lain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan dari orang orang yang
meninggal yang dimaksudkan.
c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang dikuasai oleh
penyidik ( Kepolisian ) untuk sementara.
d. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri atau Dokter
setempat untuk pemeriksaan mayat Cq. penggalian kuburan.
e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta sesuai metode
kriminalistik yang membuat semua kejadian kejadian sejak pertama kali kuburan itu
dibongkar.
f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.

2. Pelaksanaan Penggalian Kuburan :


a. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak keamanan, petugas
pemakaman dan penggali kuburan.
b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga atau ahli waris atau
saksi yang mengetahui dan menyaksikan penguburUan diperlukan kehadirannya .
c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir ( dari bahan apa saja ).
d. Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan.
o Siapa saja yang hadir di tempat penggalian ( nama & alamat )
o Tempat dan alamat penggalian

5
o Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan ( dari luar )
o Tanda tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa tingginya, dan
bagaimana bentuknya.
o Identitas, nama, tanggal kematian, dan sebagainya.
o Keadaan cuaca, mendung, panas, dan sebagainya.
o Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan mistar dan difoto.
Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.
o Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau coklat.
Tanah yang berada disekitar jenazah diatas, dibawah dan disisi kanan kiri jenazah.
Sebaiknya harus diambil dan dimasukkan kedalam gelas kaca, yang ditempel kertas label
identitas.Sebaiknya sekurang-kurangnya dua sampel tanah diambil dengan jarak kurang
lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting pada kasus keracunan. Pada
kasus keracunan Arsenic racun akan ditemukan di tubuh jenazah pada saat penggalian
kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung arsenic.
o Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat dan sebagainya dan
pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu dibuat fotonya.
o Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada peti, jenazah
diangkat dari liang lahat.
o Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain lain.
o Barang barang yang ditemukan.
o Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan ( autopsi ) sampai selesai.
e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti mayat sebagai
barang bukti harus dibungkus, disegel, dan sebagainya sebelum dikirim ke Rumah Sakit dan
harus disertai dengan Berita Acara dan sebagainya.
Pertimbangan melakukan pemeriksaan di tempat atau TPU :
Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.
Penghematan waktu
Mendapat hasil pemeriksaan lebih cepat.
Menghindari kesalahpahaman pandangan masyarakat
Mempermudah penguburan kembali

6
Pertimbangan melakukan pemeriksaan dirumah sakit.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang
Diharapkan lebih teliti
Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih
lengkap seperti pemeriksaan histopatologik dan toksikologik.
f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita logam 2 5
meter.
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas Polri sendiri.
Tidak diperkenankan wartawan / wartawan foto berada dilokasi pengadilan.

3.Penyerahan ke Penyidik
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan kembali ke penyidik
bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai. Dimana selanjutnya akan dibuat berita acara
pemakaman kembali dan berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga. Selanjutnya
jenazah yang telah diotopsi dimakamkan kembali.

D. ASPEK LEGAL EKSHUMASI6


Sebab kematian tidak dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan luar saja. Sehingga perlu
dilakukan autopsi atau bedah mayat untuk mengetahui penyebab kematian seseorang dimana
sebelumnya pihak penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban bahwa
prosedur itu harus dilakukan untuk kepentingan peradilan.

Mengenai hal ini diatur dalam :


KUHAP pasal 134 ayat ( 1 )
Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin
lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
KUHAP pasal 134 ayat ( 2 )
Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

7
Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan tujuan
pembedahan mayat dengan sejelas jelasnya tetapi keluarga korban tetap keberatan maka
keluarga dianggap dengan sengaja menghalang halangi, merintangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam dengan pidana seperti dalam
pasal 222 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus ribu rupiah

Penyidik menetapkan waktu dua hari untuk menanti tanggapan dari keluarga jenazah
yang akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga jenazah yang tidak dikenal. Jika dalam
waktu dua hari itu tidak adak ada tanggapan dari pihak keluarga atau keluarga jenazah tidak
ditemukan maka autopsi akan tetap dilaksanakan segera sesuai dengan permintaan penyidik. Hal
ini diatur dalam KUHAP pasal 134 ayat ( 3 ):
Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu
diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat ( 3 ) undang undang ini.

Jika jenazah yang akan diautopsi telah dikuburkan maka perlu dilakukan ekshumasi atau
penggalian kubur. Tentang ekshumasi atau penggalian kubur ini diatur dalam KUHAP pasal 135
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134
ayat ( 1 ) undang undang ini.
Yang dimaksud dengan penggalian mayat termasuk pengambilan mayat dari semua jenis
tempat dan cara penguburan.

Karena proses penggalian mayat dan autopsi bertujuan untuk kepentingan peradilan maka
semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam
KUHAP pasal 136
Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
bagian kedua bab XIV ditanggung oleh negara.

8
E. PEMERIKSAAN TERHADAP JENAZAH EKSHUMASI (AUTOPSI)
Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang dimaksud dengan
autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar
maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretsi atas penemuan penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta
mencari hubungan sebab akibat antara kelainan kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.7
Untuk diketahui, ada 3 jenis autopsi7 :
1. Autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di Rumah Sakit tapi
kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukannya autopsi klinik adalah :
menentukan sebab kematian yang pasti
menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan
diagnosis postmortem
mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala
gejala klinis
menentukan efektivitas pengobatan
mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit
2. Autopsi forensik
Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang undang, dengan tujuan :
membantu dalam hal penentuan identitas mayat
menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta saat kematian
mengumpulkan serta mengenali benda benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum
Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta
penuntutan terhadap orang yang bersalah
3. Autopsi anatomi.
Autopsi yang dilakukan pada pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

9
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan dari
medico legal nya adalah8 :
1. Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus keracunan, dan
kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku secara universal di
seluruh negara.
2. Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena
kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan, pertanggungjawaban untuk
malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku di luar negeri sedangkan di
Indonesia tidak.
Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti bukti penting yang dikumpulkan sebaik
baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian secara hati hati
seharusnya dilakukan pada semua benda benda yang dapat digunakan sebagai bukti. Materi
materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan selama proses penggalian kubur9 :
sampel tanah dari permukaan atas kubur.
sampel tanah diatas dan didalam kubur.
sampel tanah dari tiap sisi kubur.
sampel tanah dibawah kubur ( jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus diambil ).
sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya.
Sampel sampel tersebut di atas harus di segel dan diberi label.

Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian8 :


1. Identifikasi ( setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi )
a. Batu nisan.
b. Gambaran kuburan.
c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari , dan lain lain.
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu dilakukan.
2. Penyebab kematian
a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.
b. Tubuh jenazah harus di foto.

10
c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk pemeriksaan
histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.
d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus kasus ekshumasi sebaiknya
disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu, kuku, dan kulit.

Adapun teknik autopsi yang dapat digunakan antara lain6 :

1. teknik Virchow
Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ organ dikeluarkan satu persatu dan
langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan kelainan yang terdapat pada masing
masing organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Teknik ini kurang baik bila
digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus penembakan dengan senjata api dan
penusukan dengan senjata tajam.

2. teknik Rokitansky
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat, dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan
in situ, baru kemudian seluruh organ organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan
kumpulan organ ( en bloc ). Teknik ini pun tidak baik digunakan untuk autopsi forensik.

3. teknik Letulle
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan sekaligus (
en masse ). Kepala diletakan di atas meja dengan permukaan posterior menghadap ke atas.
Plexus coeliacus dan kelenjar para aortal diperiksa, aorta dibuka sampai arcus aortae dan Aa.
renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa. Aorta diputus di atas muara a. Renalis. Rectum
dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal
jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus
dapat dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakhea, tetapi hubungannya dengan lambung
dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan dengan demikian
organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan pengangkatan organ organ
tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ
dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta
agak sukar karena panjangnya kumpulan organ organ yang dikeluarkan sekaligus.

11
4. Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ ( bloc ).

Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk menentukan
penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi dimana jenazah yang sudah
dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa tahun sehingga tidak semua autopsi pada
ekshumasi dapat menjelaskan tentang penyebab kematiannya, terutama pada jenazah yang telah
mengalami pembusukan.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa eksumasi merupakan suatu tindakan
medis yang dilakukan atas dasar undang undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan
pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban. Adapun dasar undang-undang yang dipakai untuk melakukan eksumasi ini
adalah : KUHAP pasal 134 ayat (1), (2), (3), KUHAP pasal 135, KUHAP pasal 136, dan KUHP
pasal 222. Eksumasi sendiri dapat bertujuan untuk kepentingan peradilan (forensik) maupun
bukan untuk kepentingan peradilan (non-forensik), tetapi tujuan non peradilan hanya berlaku di
luar negeri. Prosedur yang dilakukan dalam eksumasi ini pada prinsipnya harus dilakukan
sesegera mungkin dan seteliti mungkin. Peranan dokter adalah sangat penting dalam eksumasi
ini dimana dokter, sebagai saksi ahli, harus hadir sejak penggalian kubur sampai melakukan
pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang diekshumasi dan menyimpulkan apa yang didapatkan
dari pemeriksaan tersebut dan jika memungkinkan mencari sebab kematian.

B. SARAN
Sehubungan dengan topik pembahasan eksumasi ini ada beberapa hal yang ingin kami
sarankan, antara lain :

1. Agar dilakukan pendataan mengenai kasus eksumasi di Indonesia.


2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu kedokteran
forensik agar para calon dokter mendapatkan gambaran atas peranannya dalam eksumasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir. A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2. Medan 2010


2. Gordon, I ; H. A. Sharpiro dan S. D Berson. Forensic Medicine (a guide to principles)
third edition. Chirchill Livingstone. 1988.
3. Ecxhumation Guidlines ( Anil Aggrawals Internet journal of Forensic Medicine and
Toxicology )
4. Gresham, G.A dan A. F. Turner. Post Mortem Procedures (an illustrated textbook).
Published by Wolfe Medical Publications Ltd. 1979.
5. Sarajevo.Batajnica Summary Report Forensic Monitoring Activities.ICMP.2004
6. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. Karya Anda, Surabaya.
7. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
8. Gonzales, Thomas. A ; Morgan Vance ; dkk. Legal Medicine Pathology And Toxicology
second edition. Appleton Century Crofts Inc. 1825.
9. Camps, Francis. E. Ed. Legal Medicene. Bristol : John Wright & Sons LTD. 1968.

14

Anda mungkin juga menyukai