Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Remaja adalah fase perkembangan yang rentan terhadap stres. Stres pada remaja disebabkan
permasalahan dalam penyelesaian tugas-tugas perkembangan dengan pola kehidupan baru yang
kompleks sebagai seorang remaja. permasalahan yang timbul dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan sekitar juga menimbulkan stres pada remaja. ketika berada dalam situasi stres, remaja
membutukan keadiran orang lain. Kecenderungan remaja berada dalam kelompok sebaya
mendorong mereka melakukan self-disclosure untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan
mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-disclosure dengan stres pada
remaja. subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Surakarta yang masi berusia remaja
(12-18 tahun). Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling terhadap enam kelas
sehingga diperoleh tiga kelas sebagai sampel try-out dan tiga kelas sebagai sampel penelitian
yang berjumlah 84 siswa. Alat pengumpulan data menggunakan skala self-disclosure dan skala
stres. Indeks daya beda aitem skala stres adalah 0,265 0,649 dan reliabilitasnya 0,877. Indeks
daya beda aitem skala stres adalah 0,297-0,733 dan reliabilitasnya 0,894. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi product moment Pearson.
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel self-disclosure dengan stres pada
remaja (r) = 0,219 dan p = 0,045 (p<0,05), sehingga menunjukkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini ditolak. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif antara self-disclosure dengan
stres pada remaja. angka koefisien korelasi menandakan hubungan antarvariabel memiliki tingkat
keeratan yang rendah.
300
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
pelajar. Tekanan untuk berprestasi mulai menghadapi tuntutan dan harapan, serta
mempengaruhi banyak remaja yang sedang bahaya, yang tampaknya lebih kompleks
menempuh pendidikan. Sepanjang masa kanak- daripada yang dihadapi remaja generasi yang
kanak, orang tua dan guru memegang peranan lalu (Feldman & Elliot, dalam Santrock, 2003).
penting dalam menyelesaikan masalah yang
Stres adalah suatu keadaan ketika beban yang
dihadapi individu. Ketika beranjak remaja,
dirasakan seseorang tidak sebanding dengan
individu merasa harus dapat menyelesaikan
kemampuan mengatasi beban itu (Slamet dkk.,
masalahnya sendiri tanpa bantuan orang tua
2003). Stres bersifat individual dan dapat
maupun guru. Saat mengalami kesulitan
merusak apabila tidak ada keseimbangan antara
kebanyakan remaja enggan meminta bantuan
daya tahan mental individu dengan beban yang
orang yang lebih tua. Banyaknya tugas sekolah,
dirasakan. Lazarus dan Folkman (1984)
tugas rumah, dan kegiatan ekstrakurikuler
mengungkapkan bahwa stres sangat terkait
membuat remaja tak lagi dapat memiliki
antara manusia dengan lingkungannya. Stres
banyak waktu bermain. Berkurangnya waktu
yang dialami remaja menimbulkan tekanan yang
untuk dapat berekreasi seperti pada masa
membutuhkan penyaluran agar tidak terjadi
kanak-kanak menjadi tekanan tersendiri bagi
kegagalan dalam proses perkembangan remaja.
mereka. Remaja sekarang banyak yang merasa
Remaja akan mengalami kekecewaan,
kesepian, stres menghadapi pelajaran dan putus
ketidakpuasan, bahkan frustrasi, dan pada
asa karena persaingan yang terjadi di sekolah.
akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan
Selain itu, stres remaja dapat juga disebabkan
perkembangannya jika kebutuhannya tidak
karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat
terpenuhi (Ali, 2004). Beberapa penelitian telah
(Nasution, 2007). Sebuah penelitian yang
menemukan bahwa stres yang dialami remaja
dilakukan oleh Walker (2002) di Amerika
dapat berdampak buruk bagi kehidupan remaja.
terhadap 60 orang remaja mengungkapkan
Penelitian yang dilakukan oleh Widyanti, dkk.
bahwa penyebab utama stres dan masalah yang
(2012) terhadap remaja berusia 12-15 tahun atau
ada pada remaja berasal dari hubungan dengan
yang sedang menempuh pendidikan SMP di
teman dan keluarga, tekanan serta harapan dari
Bogor menunjukkan bahwa 49% remaja yang
diri sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah
stres mengalami gejala-gejala seperti gugup dan
oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan
hati berdebar, mudah menangis, sulit
ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan
berkonsentrasi, sulit tidur, kehilangan nafsu
mereka, misalnya kematian, perceraian orang
makan atau bahkan nafsu makan meningkat,
tua dan penyakit yang dideritanya atau anggota
pegal pada leher, punggung dan bahu, gatal
keluarga. Remaja masa kini tidak hanya
(eksim), sering buang air kecil, serta dingin dan
menghadapi perubahan dalam dirinya terkait
mudah berkeringat. Cohen, dkk. (dalam Pinel,
dengan perkembangannya, namun juga
2009) menemukan bahwa individu dengan
301
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
tingkat stres yang tinggi lebih rentan terkena flu (self-disclosure) terbukti tidak mampu
dibandingkan yang memiliki tingkat stres menyesuaikan diri, kurang percaya diri, timbul
rendah. Dampak yang dihasilkan stres tidak perasaan takut, cemas, merasa rendah diri, dan
hanya berupa dampak terhadap fungsi fisik, tertutup. Johnson mengatakan bahwa ciri-ciri
namun ternyata juga berdampak terhadap fungsi self-disclosure tersebut dapat mempengaruhi
psikis individu. Memperhatikan dampak negatif kesehatan mental seseorang. Calhoun (dalam
yang dapat timbul akibat stres maka remaja Gainau, 2009) menyatakan bahwa salah satu
dituntut lebih kreatif dalam menyalurkan stres manfaat self-disclosure adalah melepaskan
yang dialaminya. perasaan bersalah dan kecemasan dalam diri
Salah satu penyaluran stres yang sering individu. Hal tersebut didukung oleh pendapat
digunakan oleh remaja adalah dengan Watchers (dalam Asmarasari, 2010) yang
mengungkapkan diri dan perasaannya kepada mengungkapkan bahwa tidak adanya dukungan
orang-orang terdekatnya. Self-disclosure adalah sosial, keterasingan tanpa memiliki seseorang
kegiatan membagi perasaan yang akrab dengan sebagai tempat bercerita bisa menjadi salah satu
orang lain (Taylor, 1997). De Vito (2001) faktor pendorong stres. Lazarus dan Folkman
menjelaskan bahwa pengungkapan diri adalah (1984), self-disclosure merupakan suatu bentuk
jenis komunikasi saat individu mengungkapkan Emotion Focus Coping (EFC), yaitu strategi
informasi tentang diri individu tersebut yang pemecahan masalah yang berfokus pada emosi,
biasanya disembunyikan. Hubungan dengan mengarahkan dan mengatur respon
keterbukaan ini akan memunculkan hubungan emosional terhadap situasi yang menekan.
timbal balik positif yang menghasilkan rasa Kecenderungan remaja untuk berkelompok
aman, adanya penerimaan diri, dan secara lebih memungkinkan mereka untuk dapat melakukan
mendalam dapat melihat diri sendiri serta pengungkapan diri ketika menghadapi stres.
mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2011)
(Asandi, 2010). Salah satu penelitian tentang terhadap siswa-siswi SMPN 1 Tulungagung
pengungkapan diri yang dilakukan oleh Johnson menunjukkan bahwa 50% siswi dan 43% siswa
(dalam Gainau 2009) menunjukkan bahwa memiliki tingkat self-disclosure tinggi.
individu yang mampu dalam melakukan self- Berdasarkan uraian di atas, dengan
disclosure akan dapat mengungkapkan diri memperhatikan bahwa fase perkembangan
secara tepat dan terbukti mampu menyesuaikan remaja sangat rentan terhadap stres dan dampak
diri (adaptive), lebih percaya diri sendiri, lebih negatif dari stres itu sendiri serta manfaat yang
kompeten, dapat diandalkan, lebih mampu dapat diperoleh ketika melakukan self-
bersikap positif, percaya terhadap orang lain, disclosure, maka penelitian ini disusun untuk
lebih objektif, dan terbuka. Sebaliknya individu dapat mengetahui hubungan antara self-
yang kurang mampu dalam keterbukaan diri disclosure dengan stres pada remaja.
302
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
303
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
304
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
Menurut Santrock (2003), terdapat beberapa yang digunakan terdiri atas skala stres dan skala
masalah serius yang sering dialami remaja yaitu self-disclosure.
kenakalan remaja, gangguan psikologis, dan 1. Skala stres
bunuh diri. Gunarsa (1983) juga Pengukuran stres dalam penelitian ini
mengungkapkan bahwa remaja mudah menggunakan Skala Stres yang disusun
diombang-ambingkan oleh munculnya beberapa oleh peneliti mengacu pada aspek-aspek
hal, diantaranya: stres yang diungkapkan oleh Crider, dkk.
a. Kekecewaan dan penderitaan, (1983) yang meliputi gangguan emosi,
b. Meningkatnya konflik, pertentangan- gangguan kognitif yang terdiri dari cara
pertentangan, dan krisis penyesuaian, berpikir, mental images, konsentrasi,
c. Impian dan khayalan, memori, serta gangguan fisiologis.
d. Pacaran dan percintaan, 2. Skala self-disclosure
e. Keterasingan dari kehidupan dewasa dan Pengukuran self-disclosure dalam
norma kebudayaan. penelitian ini menggunakan skala self-
Stres pada remaja merupakan suatu hal yang disclosure yang disusun oleh peneliti
pasti dialami tetapi dalam tingkatan yang dengan mengacu pada aspek-aspek yang
berbeda pada masing-masing remaja. Dampak dikemukakan oleh Wheeless (1986),
yang timbul akibat stres pada remaja dapat yaitu tujuan (intent to disclose), jumlah
meningkatkan perilaku negatif dan mengganggu (amount of disclosure), positif-negatif
perkembangan remaja menuju kepada (positive-negative nature of disclosure),
kedewasaan. kejujuran (honesty-accuracy of
disclosure), dan kedalaman (control of
depth of disclosure).
METODE PENELITIAN
305
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
0,265 (p>0,05) dan pada variabel stres pada remaja, ditolak. Meskipun terdapat
menunjukkan nilai signifikansi sebesar hubungan yang lemah antara self-disclosure
0,900 (p>0,05). Berdasarkan hasil dengan stres pada remaja, namun arah
perhitungan tersebut dapat disimpulkan hubungan tersebut tidak sesuai dengan
bahwa variabel self-disclosure dan stres hipotesis yang diajukan.
memiliki sebaran yang normal. 3. Peran self-disclosure terhadap stres
pada remaja
b. Hasil uji linearitas
Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien
Uji linearitas bertujuan untuk
determinasi sebesar 0,048. Angka tersebut
mengetahui apakah kedua variabel
mengandung pengertian bahwa dalam
mempunyai hubungan yang linear atau
penelitian ini, self-disclosure memberikan
tidak. Hasil uji linearitas hubungan
sumbangan sebesar 4,8% terhadap stres
antara self-disclosure dengan stres
pada remaja. Hal ini berarti masih terdapat
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,042
95,2% faktor lain yang mempengaruhi stres
(p<0,05). Hubungan antardua variabel
pada remaja.
dikatakan linear apabila taraf
4. Hasil analisis tambahan
signifikansinya kurang dari 0,05
Berdasarkan hasil analisis deskriptif,
(Priyanto, 2008).
didapatkan hasil bahwa dari 84 subjek
2. Hasil uji hipotesis penelitian, 77 orang atau sekitar 91,67%
Berdasarkan pengujian hipotesis siswa memiliki tingkat self-disclosure
menggunakan teknik korelasi product sedang dan 7 orang atau sekitar 8,33%
moment Pearson diperoleh nilai koefisien siswa memiliki tingkat self-disclosure yang
korelasi (r) sebesar 0,219 yang rendah. Sedangkan 24 orang atau sekitar
menunjukkan, bahwa terdapat hubungan 28,57% siswa memiliki tingkat stres yang
positif antara self-disclosure dengan stres rendah, 58 orang atau 69,05% siswa
pada tingkat hubungan yang rendah. Taraf memiliki tingkat stres yang sedang, dan 2
signifikansi (p) yang diperoleh sebesar orang atau 2,48% siswa memiliki tingkat
0,045 (p < 0,05) berarti, bahwa hasil stres yang tinggi.
penelitian ini adalah signifikan (dapat Hasil uji t juga menunjukkan, bahwa
digeneralisasikan terhadap populasi terdapat perbedaan tingkat self-disclosure
penelitian). Hasil ini menunjukkan self- antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.
disclosure dan stres pada remaja memiliki Hal ini berarti tingkat self-disclosure pada
hubungan positif (searah) sehingga siswa laki-laki berbeda dengan siswa
hipotesis dalam penelitian ini yang perempuan.
menyatakan bahwa terdapat hubungan
negatif antara self-disclosure dengan stres
306
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
307
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
308
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
orang tuanya masih hidup (mean= 65,00) Menciptakan suasana belajar yang nyaman
dengan siswa yang salah satu atau kedua dan kondusif, sehingga dapat
orang tuanya telah meninggal (mean= menghindarkan siswa dari kondisi stres di
65,20). lingkungan belajar mengajar. Untuk guru,
B. Saran terlebih guru bimbingan dan konseling,
1. Untuk remaja disarankan agar menciptakan suasana
Memperhatikan dan memilih cara-cara yang belajar yang nyaman dan penuh keterbukaan
tepat untuk dapat menurunkan tingkat stres antara guru dengan siswa. Hal tersebut dapat
yang dialami, misalnya dengan bercerita membantu para siswa dalam menghadapi
kepada orang tua atau guru untuk dapat tuntutan prestasi dan jadwal kegiatan di
menyelesaikan masalah, tidur dan istirahat sekolah yang padat, sebab tuntutan prestasi
yang cukup, pergi berlibur bersama teman, yang tinggi akibat sekolah di tempat yang
atau melakukan kegiatan lain yang sifatnya diunggulkan, akan memacu siswa terus
menyenangkan dan mengurangi ketegangan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik
akibat stres. Kecenderungan remaja untuk dan menjadikan siswa rentan terhadap stres
melakukan self-disclosure akan lebih dan dampak negatifnya yang akan
bermanfaat apabila dilakukan pada waktu mengganggu aktivitas belajar di sekolah.
dan porsi yang tepat. 4. Untuk peneliti selanjutnya
2. Untuk orang tua Untuk peneliti selanjutnya yang berminat
Peranan lingkungan keluarga terhadap untuk mengadakan penelitian dengan topik
perkembangan anak remaja sangat penting, yang sama, disarankan untuk lebih
maka orang tua disarankan untuk dapat lebih mendetail lagi atau lebih memperhatikan
memahami perkembangan remaja karena faktor-faktor lain yang perlu dikontrol, yang
mereka membutuhkan arahan, bimbingan, mungkin mempengaruhi stres pada remaja,
serta pendampingan untuk dapat menjalani misalnya ketabahan, tipe kepribadian,
tugas perkembangan agar lebih optimal, tingkat self-esteem, dan tuntutan lingkungan.
sehingga dapat membantu mengurangi stres
yang dialami remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Orang tua juga disarankan untuk lebih
memperhatikan gejala-gejala stres yang Ali, M. dan Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja,
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta; P.T.
dialami remaja dan melakukan antisipasi Bumi Aksara.
sejak awal, sehingga dapat mengurangi
Asandi, A.R., Rosyidi, H. 2010. Self Disclosure
dampak negatif yang timbul akibat stres pada Remaja Pengguna Facebook. Jurnal
Penelitian Psikologi. Vol. 01. No. 1.
pada remaja.
3. Untuk pihak sekolah Asmarasari, N. 2010. Hubungan Antara Dukungan
Sosial dengan Stres Menghadapi SNMPTN
309
Suryaningsih, et.al/ HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE DENGAN STRES
pada Lulusan SMU di Kabupaten Ciamis. Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa
Jurnal Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Islam SMA. Jurnal Ilmu Keluarga & Konseling,
Negeri Sunan Kalijaga. Vol. 3, No. 1, 2010.
310