Anda di halaman 1dari 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/281003317

Unnes Journal of Public Health HIGIENE DAN


SANITASI SERTA KUALITAS BAKTERIOLOGIS
DAMIU DI SEKITAR UNIVERSITAS...

Article January 2015

CITATIONS READS

0 1,346

3 authors, including:

Arum Siwiendrayanti
Universitas Negeri Semarang
20 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pesticides exposure View project

Jawisari View project

All content following this page was uploaded by Arum Siwiendrayanti on 16 August 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UJPH 4 (3) (2015)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

HIGIENE DAN SANITASI SERTA KUALITAS BAKTERIOLOGIS DAMIU


DI SEKITAR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Suci Wulandari , Arum Siwiendrayanti, Anik Setyo Wahyuningsih

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran terhadap higiene penjamah, kondisi fisik depot,
Diterima Maret 2015 kondisi peralatan depot, kualitas bakteriologis air minum isi ulang, dan peran serta puskesmas.
Disetujui Maret 2015 Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasinya depot di sekitar Universitas Negeri Semarang.
Dipublikasikan Sampel berjumlah 12 depot. Instrumen menggunakan kuesioner, panduan wawancara, dan check
Juli 2015 list. Teknik pengambilan datanya observasi, wawancara dokumentasi. Hasil penelitian
________________ menunjukkan kondisi fisik memenuhi syarat 8 depot (66,7%) , tidak memenuhi syarat 4 depot
Keywords: (33,3%), kondisi peralatan memenuhi syarat 11 depot (91,7%), tidak memenuhi syarat 1 depot
bacteriological; depot; (8,3%), higiene penjamah baik 1 responden (8,3%), higiene penjamah buruk 11 responden (91,7%),
hygiene; sanitation kualitas bakteriologis memenuhi syarat sebanyak 10 depot (83,3%), tidak memenuhi syarat 2 depot
____________________ (16,7%), puskesmas belum pernah mengadakan pelatihan higiene penjamah, namun mengadakan
inspeksi setiap tahun dengan sistem sampel. Saran untuk pemilik depot sebaiknya memeriksakan
kualitas air secara berkala. Pemilik diharapkan menyediakan pakaian kerja dan memeriksakan
kesehatan karyawan secara berkala. Bagi Puskesmas diharapkan meningkatkan pembinaan
terhadap produsen depot.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of study was to describe the handler hygiene, depot physical conditions, depot equipment
conditions, the bacteriological quality of refill drinking water, and the role of the health centers. This study used
descriptive quantitative methods. The population was depot around Semarang State University. The sample
was 12 depots. The instrument used questionnaire, interview, and check list. The data were gathered using
interview technique observation, documentation. The results showed physical condition qualifies 8 depots
(66.7%), were not eligible 4 depots (33.3%), equipment condition qualifies 11 depots (91.7%), were not eligible
1 depot (8.3 %), good hygiene handlers 1 respondent (8.3%), poor hygiene handlers 11 respondents (91.7%),
eligible bacteriological quality was 10 depot (83.3%), were not eligible 2 depots (16.7%), health centers has
never been on training hygiene handlers, but doing inspection every year with a sample system. Suggestions for
depot owners is periodically check the water quality. The owner is expected to provide work clothes and checked
employee health periodically. For health centers expected to improve supervision of depot producer.

2015 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528


Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: suciwulandari12.sw@gmail.com

8
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya mutlak yang mengelola air minum untuk keperluan
harus ada bagi kehidupan. Hal ini dibuktikan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak
dengan keberadaan air dalam tubuh organisme. dikemas.
Tubuh manusia kurang lebih 70% terdiri atas Berdasarkan hasil penelitian Athena dkk
air, karena air merupakan pelarut universal (2004) menyatakan bahwa dari 38 DAM di
(Soemirat J, 2011:96). Tubuh manusia sebagian daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi yang
terdiri dari air, menurut penelitian kira-kira 60- diteliti ternyata terdapat 28,9% sampel air
70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan minum isi ulang yang tercemar oleh bakteri
hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air Coliform dan 18,4% tercemar oleh E. coli. Selain
yang jumlahnya antara lain tergantung berat itu, pada penelitian Rido dkk (2012)
badan. Untuk orang dewasa kira-kira menyatakan lima dari sembilan sampel
memerlukan air 2.200 gram setiap hari (Asmadi mengandung bakteri Coliform dan tiga dari lima
dkk, 2011:7). Air merupakan sumber daya yang sampel tersebut juga mengandung E. coli. Hal ini
terbatas, konsumsi air telah meningkat dua kali menunjukkan bahwa 55,6% depot air minum di
lipat dalam 50 tahun terakhir dan kita gagal Kecamatan Bungus menghasilkan air minum
mencegah terjadinya penurunan mutu air. yang kualitasnya tidak memenuhi persyaratan
Dewasa ini 1,8 milyar penduduk dunia tidak mikrobiologi yang telah ditetapkan pemerintah.
mempunyai akses ke air bersih (Asmadi dkk, Kualitas air produksi Depot Air Minum akhir-
2011:4). akhir ini ditengarai semakin menurun, dengan
Pada skala nasional ketersediaan air permasalahan secara umum antara lain pada
bersih, hingga kini baru mencapai sekitar 60%. peralatan DAM yang tidak dilengkapi alat
Artinya masih ada 40% atau sekitar 90 jutaan sterilisasi, atau mempunyai daya bunuh rendah
rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air terhadap bakteri, atau pengusaha belum
yang tak layak secara kesehatan untuk mengetahui peralatan DAM yang baik dan cara
kehidupan sehari-hari (Asmadi dkk, 2011:4). pemeliharaannnya.
Perusahaan penyedia air bersih PAM Diare adalah salah satu penyakit yang
(Perusahaan Air Minum) atau PDAM disebabkan oleh bakteri golongan coliform, hal
(Perusahaan Daerah Air Minum) hanya mampu ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan
memasok kebutuhan di kota-kota saja dengan higiene perorangan yang kotor (Badan POM RI,
kuantitas yang juga masih kecil. Akibatnya, 2003:6). WHO (2005: 2) melaporkan bahwa
sebagian besar masyarakat yang tidak sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara
terjangkau oleh pelayanan air bersih umumnya berkembang disebabkan oleh kontaminasi.
menggunakan air tanah atau air permukaan Kontaminasi silang dapat disebabkan
untuk keperluan hidupnya sehari-hari. penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan
Data persentase keluarga berdasarkan yang tercemar, serta penjamah yang tidak
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menjaga kebersihan diri (Hariyadi P dan Ratih
yang memiliki akses air bersih di Jawa Tengah DH, 2009:25).
tahun 2008 menunjukkan bahwa masyarakat Dari data yang diperoleh Dinas
paling banyak memanfaatkan sumur gali Kesehatan Kota Semarang dapat dilihat bahwa
sebagai sumber air bersih (52,33%), disamping kejadian diare pada tahun 2007 terdapat 27.368
memanfaatkan ledeng, SPT, PAH, air kemasan, penderita diare, tahun 2008 terdapat 7.730
dan sumber. Untuk memenuhi kebutuhan air penderita diare, tahun 2009 terdapat 17.791
minum saat ini masyarakat banyak penderita diare, tahun 2010 terdapat 22.966
mengkonsumsi air minum isi ulang yang penderita diare dan tahun 2011 terdapat 48.051
tersedia di depot-depot air minum isi ulang. penderita diare.
Depot air minum adalah badan usaha yang

9
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

Universitas Negeri Semarang berada pada keberadaan bakteri E. coli dan Coliform yang
wilayah kerja Puskesmas Sekaran. Berdasarkan diketahui dengan menggunakan pemeriksaan uji
data yang didapatkan dari Puskesmas Sekaran laboratorium. Data sekunder adalah data yang
dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 diperoleh dari pihak lain , tidak langsung
terdapat 283 kasus diare. Dari data kunjungan diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian
pasien di Pusat Layanan Kesehatan UNNES (Azwar S, 2012:91). Pada penelitian ini data
dari bulan Agustus 2012 sampai Juli 2013 sekunder diperoleh dari puskesmas, pusat
diketahui bahwa terdapat 214 pasien yang layanan kesehatan Universitas negeri Semarang,
terkena penyakit diare. dan jurnal-jurnal penelitian yang mendukung.
Mahasiswa dan masyarakat di sekitar Teknik pengambilan data menggunakan
Universitas Negeri Semarang saat ini sebagian wawancara dan observasi, sedangkan instrumen
besar menggunakan air minum isi ulang untuk yang digunakan yaitu panduan wawancara,
dikonsumsi, ini dikarenakan air tidak perlu kuesioner, check list. Langkah pengolahan data
dimasak, harganya murah, tidak perlu membeli pada penelitian adalah editing, coding, dan entry.
langsung ke depot karena ada layanan antar. Setelah semua data terkumpul, maka langkah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis
higiene dan sanitasi serta kualitas Bakteriologis data dalam penelitian ini adalah analisis
pada depot air minum isi ulang di sekitar univariat. Analisis univariat dilakukan terhadap
Universitas Negeri Semarang. tiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan distribusi frekuensi untuk
METODE mengetahui gambaran terhadap variabel yang
diteliti, yang disajikan dalam bentuk tabel dan
Penelitian menggunakan metode narasi.
penelitian deskriptif kuantitatif mengenai
fenomena yang ditemukan baik yang berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor maupun efek atau hasil. Dengan
demikian akan terlihat gambaran higiene dan Penelitian ini dilakukan di sekitar
sanitasi depot dan juga kualitas bakteriologis Universitas Negeri Semarang yang berada di
secara keseluruhan pada 12 depot yang ada di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati.
sekitar Universitas Negeri Semarang. Populasi Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 7
pada penelitian adalah seluruh depot air minum hari dimulai pada hari Selasa 26 November
isi ulang mineral di sekitar Universitas Negeri 2013 sampai dengan 3 Desember 2013.
Semarang sebanyak 12 depot. Sampel yang Penelitian lebih banyak dilakukan pada pagi
digunakan dalam penelitian adalah total hari, hal ini dikarenakan pada pagi hari
populasi yaitu 12 depot air minum isi ulang. Di karyawan depot belum terlalu banyak
dalam penelitian ini responden terbagi 3 yaitu pekerjaan.
pemilik depot, karyawan depot dan juga petugas Responden dalam penelitian ini adalah
puskesmas. pemilik dan juga karyawan di 12 depot yang ada
Sumber data dalam penelitian ini berupa disekitar Universitas Negeri Semarang. Namun
data primer dan data sekunder. Data primer ada beberapa depot yang tidak memiliki
adalah data yang yang diperoleh langsung dari karyawan sehingga yang menjalankan usaha
subyek penelitian dengan menggunakan alat adalah pemilik sendiri. Data primer
pengukuran atau alat pengumpulan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
langsung pada subyek sebagai sumber informasi dan check list. Hal ini bertujuan untuk
yang di cari (Azwar S, 2012:91). Data mengenai mengetahui kondisi fisik depot, kondisi
higiene penjamah dan sanitasi depot diperoleh peralatan, kondisi personal higiene penjamah
dari observasi dan wawancara langsung kepada dan juga bagaimana kondisi higiene dan sanitasi
responden. Sedangkan data mengenai depot.

10
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

Untuk pengambilan sampel air minum Karakteristik Frekuensi Persentase


isi ulang dilakukan pada tanggal 3 Desember
Kondisi Fisik
2013 pada pagi hari dan langsung diserahkan
Depot
kepada petugas Balai Laboratorium Kesehatan
Memenuhi syarat 8 66,7
untuk dilakukan pengujian bakteri coliform dan
Tidak memenuhi 4 33,3
bakteri e.coli.
syarat
Selain itu peneliti juga mewawancarai
Total 12 100
petugas puskesmas Sekaran untuk mengetahui
Kondisi Peralatan
peran serta puskesmas terhadap depot air
Depot
minum isi ulang. Hal ini dikarenakan
Memenuhi syarat 11 91,7
puskesmas merupakan salah bagian dari dinas
Tidak memenuhi 1 8,3
kesehatan, yang bertanggung jawab dalam hal
syarat
inpeksi sanitasi depot air minum isi ulang.
Total 12 100
Penelitian ini membahas higiene dan
Kondisi Higiene
sanitasi depot serta bakteriologis air minum isi
Penjamah
ulang. Sanitasi terbagi 2 yaitu kondisi fisik dan
Baik 1 8,3
kondisi peralatan depot. Sedangkan untuk
Buruk 11 91,7
bakteriologis membahas bakteri coliform dan E.
Total 12 100
coli. selain itu juga melihat peran serta
puskesmas terhadap depot air minum isi ulang. Keberadaan
Karakteristik pemilik dan karyawan Coliform
depot menurut tingkat pendidikan dapat dilihat Negatif 10 83,3
pada Tabel 1 berikut ini: Positif 2 16,7
Total 12 100
Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Keberadaan E.
Tingkat Pendidikan Coli
Negatif 12 100
Tingkat Frekuensi Persentase
Positif 0 0
Pendidikan (%)
Pemilik Total 12 100
Tamat SD 1 8,3
Tamat SMP 3 25,0 Kondisi Fisik Depot
Tamat SMA 5 41,7
Perguruan 3 25,0
Kondisi fisik dilihat dari keadaan fisik
Tinggi
Total 12 100 depot mulai dari pintu, dinding, lantai, langit-
Karyawan langit, ventilasi dan juga dilihat dari keadaan
Tamat SD 2 16,7 sekitar depot seperti halaman depot. Selain itu
Tamat SMP 2 16,7 juga dillihat fasilitas yang ada didepot, seperti
Tamat SMA 8 66,7 tempat penyimpanan, ruang tunggu dan tempat
Total 12 100
sampah.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
Analisis Univariat
oleh peneliti terhadap 12 depot air minum isi
ulang di sekitar Universitas Negeri Semarang,
Analisis univariat dilakukan pada setiap
terdapat 8 depot (66,7%) memenuhi syarat dan
variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan
4 depot (33,3%) tidak memenuhi syarat. Hal ini
distribusi frekuensi dan persentase dari setiap
dikarenakan lantai depot yang becek dan tidak
karakteristik yang diteliti. Berdasarkan hasil
rata, pintu depot tidak dapat mencegah
observasi, diperoleh hasil sebagai berikut:
masuknya serangga dan tikus, tidak terdapat

Tabel 2. Analisis Univariat

11
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

ventilasi, tidak ada langit-langit, tidak ada ruang Kondisi Peralatan Depot
khusus untuk pengolahan,penyimpanan dan
penyediaan tidak terdapat sekat, tidak terdapat Kondisi peralatan depot menggambarkan
tempat sampah yang ada tutupnya. Kondisi fisik bagaimana keadaan fisik dan perawatan pada
depot pada dasarnya telah diatur dalam peralatan yang digunakan. Dimulai dari tandon,
Keputusan Menteri dan Perdagangan RI nomor filter yang digunakan dan juga desinfektan yang
651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan dipakai di depot.
Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Dari hasil penelitian dapat dilihat
Dari hasil observasi pada depot-depot bahwa kondisi peralatan depot sudah baik.
dapat diketahui bahwa lantai depot becek yang Namun dalam penggunaannya belum
bisa menjadikan lantai menjadi licin. Harusnya dimaksimalkan. Masih ada depot yang
lantai selalu dibersihkan, karena dalam keadaan menyalakan lampu ultraviolet hanya saat
becek dan licin dapat beresiko menimbulkan pengisian galon. Berdasarkan hasil penelitian
kecelakaan kerja. Pada beberapa depot terdapat dapat dilihat bahwa terdapat 11 depot (91,7%)
dinding yang kotor karena tidak terbuat dari memenuhi syarat dan 1 depot (8,3%) tidak
bahan yang mudah dibersihkan. Bahan yang memenuhi syarat kondisi peralatan depot yang
mudah dibersihkan yaitu bahan yang licin baik. Hal ini menggambarkan bahwa depot air
sehingga mudah dibersihkan seperti keramik minum yang ada disekitar Universitas Negeri
sehingga tidak menyerap air. Apabila jenis Semarang sudah memiliki peralatan yang sesuai
dinding susah dibersihkan dapat mengakibatkan dengan yang ditentukan. Peralatan yang
timbulnya lumut. Pada beberapa depot juga digunakan sudah berasal dari bahan yang food
tidak memiliki langit-langit. Bagian atas depot grade, yaitu bahan yang tara pangan seperti
langsung ditutupi atap, sehingga bagian atas stainless steel dan polyvinyl carbonat
akan sulit dibersihkan dan akan menyebabkan (Kepmenperindag RI No:
timbulnya debu (Kepmenperindag RI No: 651/MPP/Kep/10/2004).
651/MPP/Kep/10/2004). Perawatan pada peralatan depot masih
Untuk meminimalkan bau, gas atau uap kurang, seperti mengganti filter, mengganti ozon
berbahaya dalam ruang proses produksi dan UV. Dari wawancara diketahui bahwa filter
diperlukan adanya ventiliasi. Pengecekan yang digunakan oleh pengusaha depot tidak ada
terhadap ventiliasi harus rutin dilakukan agar waktu tertentu untuk menggantinya. Filter harus
tidak terdapat debu dan selalu bersih. Namun diganti minimal 3 bulan sekali. Namun apabila
hampir semua depot tidak mempunyai ventilasi sebelum 3 bulan kualitas air yang dihasilkan
dan hanya mengandalkan pintu untuk keluar sudah tidak bagus harus segera diganti. Dalam
masuknya udara (Kepmenperindag RI No: penggunaan alat desinfeksi seperti lampu
651/MPP/Kep/10/2004). ultraviolet, masih ada depot yang hanya
Pada semua depot yang diobservasi, tidak menghidupkan lampu pada saat pengisian.
ada yang memiliki ruang khusus pengolahan air Seharusnya lampu ultraviolet tersebut
minum ini dikarenakan pengusaha depot hanya dinyalakan saat depot mulai beroperasi sampai
menyediakan ruangan yang cukup kecil sebagai tutup, baru setelah itu dimatikan
tempat pengolahan air. Semua proses dilakukan (Kepmenperindag RI No:
didalam satu tempat, pengisian air baku, 651/MPP/Kep/10/2004).
pembilasan botol, pengisian galon, hingga Semua depot yang diobservasi memiliki
penyimpanan air minum. Dan tidak hanya itu, tempat untuk pencucian galon. Namun dalam
selain menyimpan air minum ada juga depot prakteknya, mereka sering tidak mencuci galon.
yang menyimpan tabung gas elpiji ditempat Apabila mereka tidak melihat adanya lumut
yang sama. Hal ini dapat menyebabkan didalam galon, maka mereka hanya membilas
kontaminasi terhadap air minum. dan tidak mencuci galon tersebut secara benar.

12
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

Hal ini dapat menimbulkan kontaminasi pencemaran. Sebaiknya pemilik depot


terhadap air yang akan dimasukkan kedalam menyediakan seragam kerja untuk
galon. Sandra C dan Lilis S (2007: 120) karyawannya, sehingga dapat mengurangi
mengatakan bahwa kemasan air minum isi resiko kontaminasi.
ulang seharusnya tidak terkontaminasi. Hampir semua karyawan tidak
Pasalnya kemasan yang terkontaminasi menjadi berbicara saat bekerja, karena mereka hanya
media berbagai kuman yang menimbulkan bekerja sendiri di depot. Namun, ada juga
berbagai penyakit seperti penyakit diare, tifus, karyawan yang berbicara saat ada pelanggan
hepatitis A dan polio. Oleh karena itu yang datang, mereka tidak menghentikan
seharusnya para karyawan depot mencuci pekerjaannya terlebih dahulu. Berbicara pada
semua galon sebelum diisi air minum isi ulang. saat bekerja berpotensi untuk terjadinya
kontaminasi kuman yang berasal dari droplet
Kondisi Higiene Penjamah karyawan. Berdasarkan penelitian Fatmawati S
(2013:36) diketahui bahwa mulut merupakan
Kondisi higiene penjamah ini meliputi salah satu tempat bersarangnya bakteri, untuk
semua hal yang digunakan dan dilakukan oleh itu sebaiknya menggunakan masker dan tidak
karyawan. Dimulai dari kebersihan seragam, banyak berbicara saat pengolahan agar tidak ada
penggunaan tutup kepala, penggunaan celemek, penyebaran bakteri dari mulut.
penggunaan penutup mulut hingga kuku yang Dari penelitian dilapangan masih ada
bersih. Selain itu juga dilihat perilaku karyawan yang memiliki kuku yang panjang dan tidak
seperti mencuci tangan, tidak meludah bersih pada saat melakukan pekerjaan, hal ini
sembarangan, mengobrol, tidak makan dan dapat menyebabkan perpindahan bakteri dari
minum, tidak merokok, dan tidak menggaruk tangan ke air minum. Hasil penelitian ini
selama kerja. didukung oleh penelitian Hartono B dan Dewi S
Dari penelitian diketahui bahwa semua (2003:27) yang menyatakan bahwa 36%
karyawan yang ada didepot sekitar Universitas memiliki kuku kotor. Berdasarkan teori yang
Negeri Semarang tidak pernah memeriksakan dikemukakan oleh Fathonah S (2005:15) kuku
kesehatan secara berkala (6 bulan sekali). Sesuai tangan sering menjadi sumber kontaminasi atau
dengan Pedoman dan Pengawasan Higiene dan mengakibatkan kontaminasi silang.
sanitasi depot air minum isi ulang, pengusaha Sebagian besar karyawan tidak mencuci
depot harus memeriksakan kesehatan tangan dengan sabun sebelum melakukan
karyawannya minimal 6 bulan sekali. pekerjaan sehingga dapat menimbulkan
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk kontaminasi. Purnawijayanti H (2001:41)
mencegah terjadinya kontaminasi pada air mengemukakan bahwa tangan yang kotor atau
minum yang diproduksi apabila karyawan terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
mengidap penyakit yang dapat ditularkan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain
melalui udara atau droplet, misalnya penyakit ke makanan/minuman. Oleh karena itu
TBC. pencucian tangan merupakan hal pokok yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat
hanya 1 responden yang menggunakan seragam dalam penanganan. Pencucian tangan dengan
kerja dan 11 responden lainnya tidak sabun diikuti dengan pembilasan akan
menggunakan seragam. Hal tersebut tidak menghilangkan mikroba yang terdapat pada
sesuai dengan yang dikemukakan oleh tangan. Untuk bisa selalu mencuci tangan perlu
Fathonah S (2005:11) bahwa pakaian kerja disediakan fasilitas tempat mencuci tangan,
yang bersih akan menjamin sanitasi dan higiene sehingga karyawan dapat mencuci tangan
pengolahan karena tidak terdapat debu atau sebelum bekerja.
kotoran melekat pada pakaian yang secara
tidak langsung dapat menyebabkan Keberadaan Bakteri Coliform dan E. Coli

13
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

mencuci tangan terlebih dahulu sebelum


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah bekerja. Hal lain yang dapat menyebabkan
dilakukan oleh Laboratorium Dinas Kesehatan adanya bakteri adalah penggunaan sinar UV
Daerah Semarang dari 12 sampel depot air yang dihidupkan pada saat air hendak diisikan
minum isi ulang diperoleh hasil bahwa sebagian kedalam galon. Hal ini menyebabkan
besar air minum isi ulang di sekitar Universitas keefektifan sinar UV untuk membunuh kuman
Negeri Semarang memiliki kualitas berkurang.
bakteriologis yang bagus, karena 10 depot
(83,3%) tidak terdapat bakteri coliform Peran Serta Puskesmas
didalamnya dan hanya ada 2 depot (16,7%)
yang didalam airnya terdapat bakteri coliform. Berdasarkan wawancara yang telah
Dan dari uji laboratorium juga diketahui bahwa dilakukan kepada petugas puskesmas Sekaran
semua air minum isi ulang di depot tidak diketahui bahwa sampai saat ini pihak
terdapat bakteri E. coli. Berdasarkan Peraturan puskesmas belum pernah mengadakan
Menteri Kesehatan RI No. penyuluhan maupun pelatihan mengenai
492/MENKES/PER/IV/2010 diketahui bahwa higiene penjamah dan sanitasi depot air minum,
air minum yang memenuhi syarat yaitu air baik kepada pemilik maupun karyawan depot
minum yang total Coliform dan E.colinya 0/100 yang ada di sekitar Universitas Negeri
ml sampel air. Pada penelitian ini terdapat 10 Semarang.
depot (83,3%) yang air minum isi ulangnya Puskesmas Sekaran setiap tahunnya
memenuhi persyaratan secara bakteriologis. mempunyai program untuk menginspeksi depot
Coliform mencakup organisme yang dapat air minum isi ulang. Program ini berdasarkan
bertahan dan bekembang dalam air. Dengan program dari dinas kesehatan kota Semarang.
demikian coliform dapat digunakan sebagai Namun inspeksi tidak dilakukan terhadap
indikator keefektifan pengolahan dan untuk semua depot karena menggunakan sistem
mengkaji kebersihan dan integritas distribusi sampel. Hasil inspeksi langsung diserahkan
serta keberadaan potensial biofilm. Oleh karena kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang dan
itu, adanya bakteri coliform di dalam makanan hasil tersebut tidak disampaikan kepada pemilik
atau minuman menunjukkan adanya depot yang telah diinspeksi. Sehingga
mikroorganisme patogen. Keberadaannya menyebabkan pemilik depot tidak mengetahui
dalam jumlah tinggi adanya kemungkinan hasil higiene dan sanitasi sudah memenuhi
pertumbuhan dari salmonella, shigella dan syarat atau belum. Pihak puskesmas diharapkan
staphylococcus (Badan POM RI, 2008:3). untuk menyampaikan hasil yang telah didapat
Eshecericia coli merupakan bakteri yang kepada pemilik depot dan juga diharapkan bisa
paling banyak digunakan untuk indikator memberikan pembinaan kepada depot yang
sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri hasilnya belum memenuhi syarat, sehingga
komensial pada usus manusia. Keberadaan nantinya depot tersebut dapat menjadi lebih
E.coli dalam air dianggap memiliki korelasi baik.
tinggi dengan ditemukannya pathogen pada
pangan (Badan POM RI, 2008:3). Penyebaran SIMPULAN DAN SARAN
bakteri ini adalah dari manusia ke manusia lain.
Bakteri ini disebarkan oleh lalat, melalui tangan Berdasarkan penelitian dapat hasil
yang kotor, makanan yang terkontaminasi tinja. penelitian terhadap higiene dan sanitasi serta
Keberadaan bakteri coliform di dalam air bakteriologis depot air minum isi ulang, dapat
minum isi ulang dapat disebabkan oleh keadaan disimpulkan bahwa yang menyebabkan
depot yang tidak bersih. Dinding depot yang kurangnya sanitasi adalah karena lantai depot
kotor, lantai depot yang kotor dan terdapat yang becek dan tidak rata, pintu depot tidak
genangan air. Karyawan depot juga tidak dapat mencegah masuknya serangga dan tikus,

14
Suci Wulandari / Unnes Journal of Public Health 4 (3) (2015)

tidak terdapat ventilasi, tidak ada langit-langit, DAFTAR PUSTAKA


tidak ada ruang khusus untuk pengolahan, tidak
terdapat tempat sampah yang ada tutupnya, Asmadi dkk, 2011, Teknologi Pengolahan Air Minum,
penggantian peralatan tidak berkala, Gosyen Publishing, Yogyakarta.
penggunaan lampu UV tidak sesuai aturan.
Athena dkk, 2004. Kandungan bakteri total coli dan
Sedangkan yang menyebabkan higiene belum
eschericia coli/ Fecal coli air minum dari depot air
memenuhi syarat adalah karyawan tidak
minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan
menggunakan seragam kerja, tidak mencuci Bekasi. Volume 32, No. 3, 2004, hlm. 135-143.
tangan sebelum bekerja, tidak memeriksakan
kesehatan secara berkala. Namun, dari uji Azwar, S, 2012, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar,
bakteriologis hanya 2 depot yang airnya Yogyakarta.
terdapat bakteri coliform, dan tidak ada depot
yang terdapat bakteri e.coli. Balai Pengawas Obat dan Makanan, 2003, Higiene
Bagi pemilik sebaiknya memasang hasil dan Sanitasi Pengolahan Pangan ,
pemeriksaan tentang kualitas air minum
----------------------------------------, 2008, Pengujian
maupun kualitas air baku dari laboratorium
Mikrobiologi Pangan , InfoPOM Vol.9 No.2
Dinas Kesehatan pada depot agar memberikan
Maret 2008, diakses tanggal 12 September
informasi kepada konsumen. Pemilik 2013,
diharapkan memeriksakan secara berkala air (http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLain
baku maupun produk air minum isi ulang yang nya/Buletin%20Info%20POM/0208.pdf)
dihasilkan di laboratorium Dinas Kesehatan.
Selain itu pemilik depot juga diharapkan Sandra, C dan Lilis S, Hubungan Pengetahuan dan
menyediakan pakaian kerja yang bersih bagi Kebiasaan Konsumen Air Minum Isi
Ulang dengan Penyakit Diare, Volume 3, No.
karyawan serta memeriksakan kesehatan
2, 2007, hlm. 119126.
karyawan secara berkala. Bagi Puskesmas lebih
meningkatkan pembinaan dan pengawasan
Fathonah, S, 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan,
terhadap produsen depot air minum isi ulang. Unnes Press, Semarang.
Dan juga melakukan inspeksi sanitasi secara
berkala terhadap depot air minum isi ulang. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Hasil inspeksi yang telah didapatkan RI no 651/MPP/Kep/10/2004, diakses
disampaikan kepada pemilik depot. tanggal 11 September 2013
(http://bbtklppjakarta.pppl.depkes.go.id/asset
s/files/regulations/f1377651044-
UCAPAN TERIMA KASIH
kepmen651mp-204.pdf)

Ucapan terima kasih kami tunjukkan Purnawijayanti, H, 2001, Sanitasi, Higiene dan
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan,
Bapak Dr. H. Harry Pramono, M.Si, Ketua Kanisius, Yogyakarta.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Ibu Dr. dr.
Oktio Woro KH, M.Kes, Dosen Pembimbing I Hariyadi, P dan Ratih DH, 2009, Petunjuk Sederhana
Ibu Arum Siwiendrayanti S.KM,M.kes, Dosen Memproduksi Pangan yang Aman, Dian Rakyat,
Pembimbing II Ibu dr. Anik Setyo Jakarta.
Wahyuningsih, Dosen Penguji Skripsi Bapak
Soemirat, J, 2011, Kesehatan Lingkungan, Gajahmada
Eram Tunggul P S.KM,M.Kes , Keluarga, serta
University, Yogyakarta.
Teman-teman yang telah memberi bantuan dan
motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai