Anda di halaman 1dari 6

PONDASI, MENGAPA TIDAK HARUS DARI BATU

Share46

EZYGRIYA - Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan
dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya
tanpa terjadinya differential settlement -- atau penurunan elemen-elemen struktur yang berbeda satu sama lain --
pada sistem strukturnya.

Pondasi merupakan dasar rumah yang harus ada, karena tanpa pondasi rumah tidak akan kuat dan kokoh sehingga
jadi tidak aman jika ditempati. Setiap rumah bisa memerlukan sistem pondasi yang berbeda-beda, bergantung pada
kondisi tanah dasarnya.

Hal yang mempengaruhi besar kecilnya biaya pembuatan pondasi yaitu galian tanah, (volume dan jenis tanah) harga
bahan, pengangkutan dan upah kerja.

Pondasi yang digunakan di banyak lokasi atau daerah menggunakan batu kali sebagai bahan utamanya. Baik itu
untuk pondasi umpak/ setempat yang umum dipakai untuk bangunan sederhana terbuat dari rangka kayu dan
dinding papan maupun pondasi menerus yang biasa di gunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan pada
bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan
diteruskan ke tanah melelui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman
60 80 cm, sedang konstruksi pondasi cukup dari pasangan batu kali, lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang
dari dua setengah kali tebal tembok.

Pondasi Umpak

Pondasi Menerus
Di atas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga
dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah
kecil, digunakan pondasi jalur pelat beton.
Untuk menambah ketahan bangunan terhadap gempa, pondasi sebaiknya dibuat menerus sekeliling bangunan tanpa
terputus, juga untuk pondasi dinding penyekat dibuat menerus agar lebih kaku/kokoh.
Kedua jenis pondasi di atas menggunakan batu sebagai bahan bakunya.

Pada dasarnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan metode konstruksi yang paling tepat
dan efisien untuk di terapkan pada sebuah bangunan tempat tinggal, termasuk ketika menentukan jenis pondasi
yang digunakan. Antara lain:
1. Lokasi
Komponen yang harus diperhatikan misalnya, akses jalan masuk dan kondisi tanah. Apabila akses jalan longgar
sehingga truk pengangkut batu bisa sampai di lokasi dengan leluasa, maka penggunaan batu bisa jadi pilihan.
Namun jika ternyata akses jalan sempit, bahkan terkadang hanya dapat dimasuki gerobak dorong atau motor angkut,
maka harus dicari alternatif penggunaan bahan lain yang lebih mendukung mobilisasi (bukan batu).
2. Jangka waktu
Berkaitan dengan berapa lama waktu tersedia untuk menyelesaikan bangunan yang diinginkan. Penggunaan batu
untuk pondasi membutuhkan waktu tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan. Dan cepat atau lambatnya pekerjaan
pondasi batu ini diselesaikan sangat tergantung pada tukang atau pekerja dalam memilih, memecah, menata, dan
mengunci batu pondasi pada tempatnya. Sehingga hasil pekerjaan antara satu tukang/ pekerja dengan lainnya
sangat mungkin berbeda, baik susunan, kekuatan, atau dimensinya. Tentu saja benyaknya aktivitas yang harus
dilakukan mulai untuk menggali, mengangkut, menurunkan, memilih, memecah, menata, mengunci, cenderung
membutuhkan waktu.
3. Biaya
Pondasi batu biasanya dipilih karena sebagian orang percaya bahwa metode ini adalah yang paling efisien dalam
biaya. Karena bahan utamanya batu sebenarnya adalah bahan mentah, dimana harga bahan mentah tentu saja lebih
murah bila disbanding dengan harga bahan jadi atau setengah jadi. Keyakinan ini sebenarnya bisa dipatahkan
apabila orientasi membangun nya dirubah. Bahwa membangun bangunan atau rumah tidak semata tergantung pada
pemilihan bahan yang murah sehingga biaya membangun bisa ditekan. Dalam membangun ada dimensi lain selain
bahan baku, yaitu waktu, tenaga kerja, dan metode membangun. Penekanan pada salah satu dimensi/komponen
saja tentu tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk mengatakan bangunan itu dibangun dengan efisien dan efektif.
Perimbangannya semisal, semakin cepat bangunan selesai, maka semakin rendah biaya tenaga kerjanya. Maka
bangunan pun secara keseluruhan dapat dikatakan efisien dalam penggunaan biaya, meskipun di beberapa tahapan
pekerjaan (misal pondasi) harganya lebih tinggi dibanding dengan batu (karena pemilihan bahan alternatif pengganti
batu), namun perlu diingat bahwa membangun bangunan tempat tinggal adalah membangun keseluruhan bangunan
tersebut. Tidak hanya pondasi, tapi sampai atap, keramik, plafond an sebagainya.

Bahan dan metode alternatif pengganti pondasi batu.

Semua orang pasti kenal dengan cakar ayam. Yap, ini adalah pondasi telapak/setempat yang dibuat dari bahan
konstruksi beton bertulang dengan bentuk plat persegi. Pondasi telapak ini juga disebut dengan voetplat atau footplat

footplat

Sebenarnya ini adalah salah satu bahan alternatif pengganti batu di lokasi pekerjaan.

Baiklah, kalau footplat ini dianggap terlalu mainstream, maka di bawah ini adalah alternatif yang lain:
Pondasi Pelat Beton Lajur
Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang menggunakan pondasi pelat setempat
terlalu besar. Karena itu luas penampang tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu
melebar. Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini disebabkan seluruhnya terbuat
dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah
bertingkat. Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini
disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau
memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas.
Kelebihan :
Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat kolom strukturnya.
Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu belah, baik sebagai penopang
beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan dan lain-lain
Pondasi Tiang Strauss (Strausspile/ borpile manual)
Strauss pile adalah pekerjaan pondasi dengan cara tanah di bor secara manual atau penggerak mata bor nya adalah
tenaga manusia. Alat bor yang simple dan ringkas serta tidak bising dalam pelaksanaannya menjadikan metode ini
banyak di gunakan untuk pekerjaan pondasi rumah/bangunan 2 lantai / 3 lantai, ruko, gudang, pagar dan lainnya.
Kekurangan alat ini adalah terbatasnya pilihan diameter yakni 20cm, 25cm, 30cm, 35cm, 40cm dan kedalaman
pengeboran -+6meter, tentu saja itu karena tenaga penggeraknya hanya tenaga manual.

Pengeboran
Tanah di bor dengan besar diameter sesuai perencanaan tiang strauss, mata bor di putar dan di beri beban tekanan
sampai dirasa sudah di penuhi tanah lalu diangkat dan di buang tanahnya, kegiatan tersebut dilakukan terus
menerus hingga kedalaman yang diinginkan. Pengeboran tanah di kerjakan 2 orang untuk 1alat (kadang ada juga
yang dikerjakan 3orang atau 4orang).
Pembesian
Pekerjaan pembesian dengan pembuatan besi spiral dan pemotongan besi pokok untuk jari jari, dilanjutkan dengan
perangkaian keduanya hingga menjadi kerangka tulangan
Pengecoran
Ini adalah tahap terakhir dalam pekerjaan strauss pile, yang jadi catatan apabila lobang bor dipenuhi air (biasanya
daerah bekas rawa) maka pengecoran bisa menggunakan pipa paralon ( sebagai pipa tremie ) sebagai penghantar
cor supaya tidak bercampur dengan air lumpur dan hasil beton yang lebih baik. tapi apabila tanah kering adukan cor
bisa langsung di tuangkan.
Seperti layaknya pondasi tiang, pondasi ini ditumpu oleh kedudukan beton (pile cap), fungsi kedudukan beton adalah
sebagai pengikat pondasi dengan kolom dan sloof, selain itu fungsinya adalah mentransfer beban beban diatasnya.

Pembuatan pondasi ini bisa dilakukan di lokasi/site, bisa juga difabrikasi, sehingga dating ke lokasi tinggal
memasukkan ke dalam lubang. Tentu saja ini menghemat waktu pengerjaan, karena tidak perlu lagi menunggu beton
mengeras.
Itulah beberapa alternatif pengganti batu untuk pondasi. Jadi tanpa batu, bisa kan?

Mudah-mudahan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai