Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Umum

Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila dilakukan perubahan

konstruksi, tidak dapat di modifikasi dengan mudah, dan biaya yang relatif

mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan

pekerjaan. Karena perkembangna lalu lintas yang relatif besar, jembatan

yang dibangun dalam beberapa tahun tidak dapat menampung volume lalu

lintas, sehingga perlu diadakannya pelebaran. Pada saat pelaksanaan

konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian yang tepat

untuk memastikan seluruh pekerjaan dapat terselesaikan, sesuai dengan

tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.

Sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan efisien, biaya dan mutu serta

waktu yang telah ditentukan.

Jembatan membentuk bagian kehidupan masyarakat, sebagai sarana komunikasi

untuk perdagangan, transportasi dan pertukaran sosial budaya. Jembatan

umumnya dibangun untuk jalan kereta api dan jalan raya. (Lanneke Tristanto,

2008).

2.2 Klasifikasi Jembatan

Seiring dengan perkembangan Teknologi dan Konstruksi, sudah banyak

pemodelan jembatan yang bertujuan untuk menciptakan suatu konstruksi

yang aman, nyaman, ekonomis, dan mudah pelaksanaannya.


Ada beberapa pemodelan konstruksi jembatan yang umum dipakai, antara

lain:

1. Ditinjau dari bahan matrial yang digunakan, jembatan bias debadakan,

yaitu:
a. Jembatan Kayu
b. Jembatan Gelagar Baja
c. Jembatan Beton Bertulang
d. Jembatan komposit
2. Ditinjau dari Statika Konstruksi, jembatan bias dibedakan antara lain :
Berdasarkan analsia struktur (Statika Konstruksi) maka jembatan dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu :


a. Jembatan Statis Tertentu
b. Jembatan Statis Tak Tertentu
3. Ditinjau dari fungsi kegunannya, jembatan bias dibedakan antara lain :
a. Jembatan lalu lintas kereta api (railway bridge)
b. Jembatan lalu lintas biasa atau umum (highway bridge)
c. Jembatan untuk pejalan kaki (foot path)
4. Ditinjau dari sifat-sifatnya, jembatan bias dibedakan antara lain :
a. Jembatan sementara atau darurat
b. Jembatan tetap atau permanen
c. Jembatan bergerak, jembatan yang dapat digerakan misalnya agar

kapal-kapal yang melintas tidak terganggu.


5. Ditinjau dari struktur konstruksi, jembatan bisa dibedakan, yakni :
a. Jembatan gelagar biasa (Beam Bridge)
b. Jembatan portal (Rigid Frame Bridge)
c. Jembatan rangaka (Truss Bridge)
d. Jembatan gantung (Suspension Bridge)
e. Jembata kabel penahan (Cable Stayed Bridge)

2.3 Tipe Jembatan

2.3.1 Jembatan Tipe Howe

Jembatan tipe Howe atau Howe Truss mempunyai ciri-ciri dasar

adanya bagian diagonal yang berada ditengah dengan bentang yang

cenderung untuk membentuk huruf A. Bagian vertikalnya menerima

tarik sedangkan bagian diagonal nya akan memerima tekan. Rancnagan


ini pertama kali ditemukan oleh William Howe pada tahun 1840.

Rancangan ini umumnya dipakai untuk jembatan kereta api.

Partt Howe
Gambar 2.1 Jembatan tipe part dan tipe Howe

2.3.2 Jembatan Tipe Warren.

Jembatan tipe Warren adalah yang paling biasa dan juga paling

sederhana, hanya segitiga disusun satu dengan lainya. Jembatan rangka

batang tipe Warren tanpa penyokong vertikal dapat digunakan untuk

jembatan dengan bentang lebih panjang. Tipe jembatan ini dipatenkan

oleh James Warren dan Wilooughby Theobald Monzani pada tahun

1848 di Britania Raya. Tipe jembatan ini tidak memiliki batang vertikal

pada bentuk rangkanya melainkan bentuk segitiga sama kaki atau sama

sisi. Sebagaian batang diagonalnya mengalami gaya tekan

(compression) dan sebagian lainya mengalami tegangan tarik (Tension).

(Ayunda Eka Sagita,2015)

Gambar 2.2 Jembatan tipe Warren


2.3.3 Jembatan Tipe Parker

Model jembatan tipe Parker mempunyai ciri-ciri yang sangat unik

karena berbentuk lengkungan seperti parobala teralik. Sebenarnya

bentuk jembatan Parker tidak melekung sepenuhnya, namun tersusun

dari batang-batang lurus memanjang yang tersusun semedikian rupa

seperti nampak berbentuk setengah lingkaran.

Gamabar 2.3 Jembatan tipe Parker

2.4 Macam-macam Konstruksi Rangka Batang

2.3.1 Konstruksi rangka batang tunggal

Jika setiap batang atau setiap segitiga penyusunannya mempunyai

kedudukan yang setingkat, atau konstruksi terdiri dari atas satu kesatuan

yang sama (setara).

Gamabar 2.4 Kontruksi rangka batang tunggal

2.3.2 Konstruksi rangka batang ganda


Jika Setiap batang atau setiap segitiga penyusunnya setingkat

kedudukannya. akan tetapi konstruksi terdiri atas dua buah kesatuan

konstruksi yang setara.

Gamabar 2.5 Kontruksi rangka batang ganda

2.3.3 Konstruksi rangka batang tersusun

Jika kedudukan batang atau segitiga penyusun konstruksi ada beda

tingkatannya, dengan kata lain, konstruksi terdiri atas konstruksi anak

dan konstruksi induk. Dapat kita lihat pada contoh , segitiga ABC

merupakan segitiga konstruksi induk, sedang segitiga ADE merupakan

segitiga konstruksi anak.


Gambar 2.6 Kontruksi rangka batang

2.4 Analisa Rangka Batang

2.4.1 Gaya Batang

Prinsip perhitungan dasar dalam menganalisis gaya batang adalah

setiap struktur atau setiap bagian harus berada dalam kondisi seimbang.

Pada rangka batang gaya-gaya yang bekerja pada titik hubung rangka

batang semua bagian strukturnya harus berada dalam kondisi

kesimbangan. Prinsip ini merupapakan kunci utama dari analisis rangka

batang. (Dian Ariestadi,2008)

2.4.2 Metode Analisis Rangka Batang

Untuk menyelesaikan perhitungan kontruksi rangka batang, dapat

diselesaikan dengan beberapa metoda sebagai berikut:

2.4.2.1 Metode Kesetimbangan Titik Buhul

Pada suatu kontruksi rangka batang, keseluruhan titik

simpul harus dalam keadaan seimbang dan setiap titik simpul di

pisahkan satu sama lain. Setiap titik simpul dalam keadaan

seimbang akibat gaya luar yang bekerja pada simpul tersebut

dan gaya dalam (gaya batang) yang timbul pada titik simpul

tersebut. Gaya luar dan gaya batang yang berpotongan di titik

simpul tersebut harus seimbang maka dari itu untuk menghitung


gaya-gaya yang belum diketahui digunakan persamaan V = 0

dan H = 0 . Dari dua persamaan tersebut, maka pada setiap

titik simpul yang akan di hitung gaya batang hanya boleh 2

(dua) atau 1 (satu) nilai gaya batang yang belum diketahui,

untuk gaya batang yang meninggalkan titik simpul disebut

batang tarik sedangkan yang menujuh titik simpul disebut

batang tekan.

2.4.2.2 Metode Cremona

Metode cremona adalah metode grafis dimana penyelesain

perhitungan untuk mengetahui besaran nilai gaya batang

menggunakan alat tulis, penggaris siku (segitiga) dan kertas

milimeterblock. Lungi Cremona (Italia) adalah orang yang

pertama menguraikan diagram cremona tersebut. Pada metode

ini, skala gambar sangat berpengaruh terhadap perhitungan

besaran nilai gaya batang.

2.4.2.3 Metode Ritter ( Keseimbangan potongan)

Seringkali dalam menghitung gaya batang diperlukan

waktu yang lebih singkat terutama bagi konstruksi yang

seirama, untuk itu dapat digunakan metode Ritter, yang disebut

juga dengan metode pemotongan secara analitis. Kita harus

memotong dua batang atau tiga batang, maka gaya-gaya pada

potongan tersebut mengadakan keseimbangan dengan gaya-

gaya luar yang bekerja pada kiri potongan maupun kanan


potongan. Selanjutnya dapat dihitung gaya-gaya batang yang

terpotong tersebut. Sebagai contoh rangka batang jembatan.

2.4.2.3 Metode Keseimbangan Bagian Cara Grafis (metode Culmann)

Metode Culmann disebut juga metode pemotongan

secara grafis. Cara ini baik sekali untuk menentukan beberapa

batang saja dari suatu konstruksi rangka.

Untuk mencari gaya batang pada suatu rangka batang,

tidak mungkin semuanya mudah, mengingat tidak ada sebuah

titik sendi yang mempunyai dua gaya batang yang belum

diketahui. Semua titik sendi mengikat sekurang-kurangnya

tiga batang, sehingga tidak dapat diselesaikan secara grafis

dengan Cremona, tentu dapat diselesaikan dengan cara

Culmann.

2.5 Defleksi (Lendutan)

Terjadinya penurunan pada sebuah konstruksi akibat dari beban berat

sendiri atau akibat dari beban diatasnya. Pada konstruksi rangka batang hanya

ada defleksi atau lendutan titik simpul untuk konstruksi jembatan rangka batang

statis tertentu, rumus defleksi konstruksi rangka batang dengan metode unit load

adalah sebgai berikut:


Keterangan:

A = Lendutan

N = Gaya batang akibat gaya riel yang berkerja

n = Gaya batang (normal) akibat gaya 1 (satu) satuan pada arah lendutan

L = Panjang bentang

E = Modulus elastisitas

A = Luas penampang

Anda mungkin juga menyukai