KOTA BEKASI
MENUJU KOTA METROPOLITAN
A. PENINGKATAN INFRASTRUKTUR
Sebagai wilayah perkotaan yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Bekasi
awalnya merupakan salah satu wilayah yang difungsikan sebagai kota penyangga.
Namun, pada perkembangannya Kota Bekasi menjadi kota metropolitan sendiri.
Peningkatan jumlah penduduk, perkembangan industri dan infrastruktur yang pesat, bisa
bersaing dengan ibu kota, Jakarta. Perkembangan luar biasa ini tentu berdampak pada
masalah-masalah perkotaan yang umum dihadapi.
Kemacetan pada jam-jam sibuk menjadi salah satu persoalan yang siap dihadapi
Pemerintah Kota Bekasi. Tingginya intensitas dan mobilitas kendaraan serta masyarakat
merupakan pendorong peningkatan pengguna jalan di wilayah Kota Bekasi sehari-hari,
khususnya jam-jam sibuk. Kenyataannya, masyarakat yang secara administratif tercatat
sebagai penduduk Kota Bekasi adalah sekitar 2,8 juta jiwa. Setiap harinya ribuan
kendaraan melewati wilayah Kota Bekasi dengan estimasi sekitar 7 juta jiwa berlalu-
lalang diwilayah Kota Bekasi.
Meski begitu, Pemerintah Kota Bekasi melihat posisi ini positif. Kota Bekasi yang
mengandalkan perdagangan dan jasa akan mendapatkan manfaat dari mobilitas
masyarakat yang terus meningkat. Dibutuhkan strategi dan kebijakan dalam menghadapi
gelombang populasi dan menjadikan posisi ini sebagai peluang.
Anggaran pembangunan stadion merupakan dana dari APBD Provinsi Jawa Barat dan
APBD Kota Bekasi, dengan perbandingan 90 persen ditanggung Pemerintah Kota Bekasi,
selebihnya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pembanguan tahap I dimulai pada 2011,
tahap IIA tahun 2012, tahap IIB tahun 2013 (APBD murni), tahap IIB (APBD perubahan)
dan tahap III pada tahun 2014-2015.
Hingga kini, telah rampung pembangunan tahap II dan diresmikan bertepatan dengan
HUT 17 Kota Bekasi. Meski tribun utara dan selatan belum rampung dikerjakan, namun
stadion sudah dapat digunakan untuk bermain sepak bola. Sedangkan di sisi utara, akan
dipercantik dengan hutan kota yang semakin tertata rapi dengan luas sekitar 8,8 hektare.
Stadion Patriot memiliki empat pintu masuk yakni dua akses berada di tribun Timur
melalui Jalan Ahmad Yani dan dua akses lainnya berada di tribun Barat melalui Jalan
Guntur.
Jalan ini akan mengurai kemacetan yang terjadi akibat dibukanya pintu exit Tol Bekasi
Barat 3. Pemerintah Kota Bekasi juga memulai pekerjaan program pelebaran jembatan di
Jalan Joyo Martono, depan pintu masuk Tol Bekasi Timur. Pelebaran jembatan ini akan
mengurangi titik kemacetan Kota Bekasi, akibat penyempitan jalan di sepanjang
jembatan depan pintu Tol Bekasi Timur. Pembangunan 19 titik jalur kemacetan ini akan
bersinergi dengan Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat, termasuk
pembangunan jalur monorel Jakarta-Bekasi dan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu
(Becakayu).
Jalan bawah tanah (underpass) menghubungkan Jalan Juanda dan Jalan Diponegoro
sebagai jalan utama juga akan dibangun untuk meningkatkan aksesibilitas perlintasan.
Inilah beberapa dari 2.300 proyek infrastruktur yang diprogramkan Pemerintah Kota
Bekasi sepanjang tahun 2015. Selain itu, akan ada perbaikan jalan-jalan utama, sanitasi
dan fasilitas umum lainnya.
Keberadaan Kota Bekasi begitu penting bagi wilayah DKI Jakarta. Kota Bekasi merupakan
salah satu alternatif terbaik untuk berbagai fasilitas publik seperti pemukiman,
perdagangan dan sentral bisnis. Kota Bekasi mampu memerankan tugasnya sebagai
satelit Kota Jakarta dan berbenah menuju kota mandiri dengan segala kelengkapan
fasilitas yang sudah dimiliki.
Dalam berbagai literatur, Kota Bekasi begitu menginspirasi banyak orang tidak hanya
investor yang ingin menanamkan sahamnya di berbagai bidang strategis. Kota Bekasi
juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, antara
lain muncul dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel
karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Kranji-Bekasi Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali
Bekasi (1951). Karya-karya tersebut lahir pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Progres Kota Bekasi menuju Kota Metropolitan bukan lagi isapan jempol semata. Kota
Bekasi telah menancapkan pondasi kuat menuju kemandirian dan dasar pembentukan
kota metropolitan. Keberadaan pusat-pusat perbelanjaan, cluster-cluster perumahan
dari level terendah sampai termahal menjadikan Kota Bekasi kuat dalam kemandirian.
Zona industri, pendukung ketersediaan lapangan kerja juga memperkaya tahapan-
tahapan menuju kota metropolitan.
Secara teknis moda transportasi massal Aeromovel sama dengan monorel. Bedanya,
Aeromovel menggunakan tenaga angin yang penggeraknya berbentuk blower di bawah
kereta dan lebih ringan karena tidak ada mesin. Alat transportasi seperti ini sebenarnya
sudah ada di Indonesia dan digunakan di tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah
(TMII).
Transportasi massal aeromovel dikerjakan pada 2015 ini dibiayai investor swasta.
pembangunan lintasan sepanjang 3,2 kilometer direncanakan selesai dalam delapan
bulan. Proyek ini dikerjakan tanpa merusak lingkungan atau pepohonan karena tiang
pancang lebih kecil dibanding monorel atau MRT. Transportasi massal ini mampu
mengangkut sekitar 250 orang dengan 25 rangkaian.
Sebagai langkah awal, jalur yang akan dilintasi Aeromovel akan dibangun tiga stasiun,
Perumahan Kemang Pratama, Summarecon dan Harapan Indah, dengan panjang jalur
sekitar 12 kilometer. Lokasi ini dipilih karena infrastukturnya sudah memadai. Aeromovel
akan memudahkan masyarakat mengakses pusat perbelanjaan, pusat moda transportasi
massal lainnya dan lokasi strategis lainnya, sehingga sinergi dengan perencanaan
transportasi pemerintah pusat dan DKI Jakarta.
Kendala utama terdapat pada jalan-jalan utama, termasuk yang membutuhkan sinergi
dengan pemerintah pusat dan daerah sekitar Kota Bekasi. Seperti jalan negara, jalan tol
dan juga sinergi jalan-jalan serta transportasi publik yang menghubungkan daerah Kota
Bekasi, Kabupaten Bekasi, Depok dan DKI Jakarta. Dibutuhkan persuasi yang elegan dan
menguntungkan dua pihak dalam pembangunan sinergi dua daerah, khususnya
mengatasi aksesibilitas jalan raya di Kota Bekasi.
Secara umum, kualitas layanan publik di Kota Bekasi sudah baik. Seperti layanan
kesehatan, terdapat puluhan rumah sakit swasta dan RSUD yang melayani masyarakat.
Di bidang pendidikan, ribuan sekolah TK, ratusan Sekolah Dasar sampai tingkat
SMA/SMK tersebar di semua kecamatan di Kota Bekasi. Sedangkan untuk pendukung
kebutuhan masyarakat, terdapat 14 pusat perbelanjaan besar dan puluhan supermarket
untuk memenuhi kebutuhan warganya.
Prioritas Pemerintah Kota Bekasi tahun 2015 ini adalah meningkatkan kualitas fasilitas
umum seperti jalan-jalan dan juga meningkatkan mobilitas masyarakat, termasuk
mengurangi kemacetan akibat populasi kendaraan yang melintasi Kota Bekasi yang
begitu tinggi. Upaya lain dalam mendukung pelayanan publik, Pemerintah Kota Bekasi
telah berhasil membangun perkantoran satu atap, sehingga masyarakat, investor dan
komunitas bisnis lainnya bisa mendapatkan pelayanan maksimal.
Selain berbagai potensi diatas, permasalahan daya tampung dan daya dukung
lingkungan Kota Bekasi, baik secara internal (untuk mendukung pesatnya perkembangan
Kota Bekasi) maupun secara eksternal (untuk mendukung pesatnya perkembangan
Kawasan Jabodetabek-Punjur), faktor penting dalam pertimbangan tujuan penataan
ruang wilayah masa depan Kota Bekasi.
Berdasarkan aspek penataan ruang wilayah nasional, arahan kebijakan yang berkaitan
dengan penataan ruang wilayah Kota Bekasi meliputi fungsi Kota Bekasi sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN). Arahan pengembangan revitalisasi fungsi Kota Bekasi,
revitalisasi dan pengembangan Kota Bekasi begitu pesat, maka fungsi kawasan lindung
dan ruang terbuka hijau yang begitu penting harus bisa dikendalikan dan dikembalikan
fungsinya, sejalan dengan perkembangan Kota Bekasi dimasa yang akan datang.
Berdasarkan Kebijakan Tata Ruang Wilayah Makro yang tertuang dalam RTRW Nasional,
RTRW Propinsi Jawa Barat, maupun RTRW Kawasan Tertentu Jabotabek, serta posisi
wilayah Kota Bekasi yang berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta, memiliki peran sebagai
pengimbang (counter magnet) ibukota Negara Republik Indonesia (Jakarta). Berbagai
kebijakan pembangunan digariskan Pemerintah Kota Bekasi, berorientasi pada
kepentingan nasional (terutama Jakarta).
Dalam struktur tata ruang wilayah makro, Kota Bekasi diarahkan pengembangannya
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sekaligus menjadi bagian dari kawasan
pengimbang (counter magnet) DKI Jakarta. Kegiatan-kegiatan utama diarahkan
pengembangannya pada sektor jasa, perdagangan, industri dan permukiman. Kebijakan
pembangunan ini sangat strategis dan dominan, sehingga sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan dan pembangunan di Kota Bekasi.
Ketersediaan lahan terbuka hijau diharapkan tidak saja untuk menjaga tata kota yang
baik, fasilitas buat masyarakat, tetapi juga bisa mengurangi resioko banjir. Untuk
menunjang agenda tata ruang ini, Pemerintah Kota Bekasi menghimbau seluruh
bangunan baru memakai konsep vertikal. Desain bangunan ke atas, bukan melebar
supaya tidak boros lahan. Aturan bangunan vertikal itu telah ada dalam Peraturan
Daerah Kota Bekasi Nomor 10 tahun 2007, tentang bangunan vertikal.
Selain masalah ruang terbuka hijau, Dinas Tata Ruang juga akan menata kawasan
pemukiman kumuh di RW 25 Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur. Bangunan rumah di
wilayah itu sangat padat, tidak memiliki sirkulasi udara, dan lembab. Kondisi tata ruang
Kota Bekasi mulai menyesuakan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2009, tentang tata
ruang di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).
BIDANG EKONOMI
1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha masyarakat.
2. Membangun iklim usaha yang kondusif dan peningkatan kualitas SDM
untuk menekan tingkat pengangguran terbuka.
3. Penguatan kelembagaan koperasi.
4. Peningkatan aksesibilitas permodalan.
5. Pengembangan usaha perdagangan.
6. Pengembangan pariwisata.
7. Mendorong Peningkatan Investasi melalui Deregulasi kebijakan investasi.