Anda di halaman 1dari 29

CEDERA LISTRIK

Cidera listrik sering didapatkan pada praktek sehari hari dan pasen akan datang ke
emergency. jenis cedera listrik: terdiri dari tiga macam yaitu cedera arus listrik, luka
bakar electrothermal dari pencetusan saat ini, dan luka bakar yang disebabkan oleh
penyalaan api pakaian. Kadang-kadang, ketiga akan hadir dalam korban yang sama.

Flash atau luka bakar listrik adalah cedera panas untuk kulit yang disebabkan oleh
tegangan tinggi arus listrik mencapai kulit dari konduktor. Luka panas untuk kulit
yang intens dan mendalam, karena arus listrik memiliki suhu sekitar 2500C (cukup
tinggi untuk melelehkan tulang). Api membakar pakaian dari sering memicu bagian
paling serius dari cedera. Perawatan lukanya sama seperti untuk setiap cedera termal.

Akibat Kerusakan dari arus listrik secara langsung proporsional terhadap intensitas
sebagai diatur oleh hukum Ohm. Dengan demikian, arus listrik tergantung pada
tegangan dan perlawanan yang diberikan oleh berbagai bagian tubuh. Tegangan di
atas 40 V dianggap berbahaya.

Setelah saat ini telah memasuki tubuh, jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan
dalam berbagai organ. Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi: tulang,
lemak, urat, kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan saat ini bertahan hidup,
misalnya, jika sedang melewati jantung atau batang otak, kematian dapat langsung
dari fibrilasi ventrikel atau apnea. Lancar lewat melalui dapat menyebabkan kejang
otot cukup parah untuk menghasilkan patah tulang-tulang panjang atau dislokasi.

Jenis saat ini juga terkait dengan tingkat keparahan cedera. siklus arus bolak balik
yang menyebabkan cedera paling parah.

CEDERA saat tersengat listrik lebih dari sekedar luka bakar. Fokal luka bakar terjadi
pada titik masuk dan keluar melalui kulit. Begitu berada di dalam tubuh, perjalanan
saat ini melalui otot, menyebabkan cedera lebih seperti hancur daripada luka bakar
termal. Trombosis sering terjadi di kapal jauh di ujung sebuah, menyebabkan
kedalaman nekrosis jaringan yang lebih besar daripada yang terlihat pada
pemeriksaan awal. Cedera otot terbesar biasanya paling dekat dengan tulang, dimana
panas tertinggi perlawanan dihasilkan. Pengobatan cedera listrik tergantung pada
luasnya otot dalam dan saraf kehancuran lebih dari faktor-faktor lainnya.

Terjadinya Myoglobinuria dapat berkembang dengan risiko tubular nekrosis akut.


Output urin harus selalu dua sampai tiga kali normal dengan cairan intravena.
Alkalinization dari urin dan diuretik osmotik dapat diindikasikan jika terdapat
myoglobinuria .

Adanya Penurunan hematokrit cepat tiba-tiba kadang-kadang berikut penghancuran


sel darah merah oleh energi listrik. Perdarahan ke dalam jaringan dapat terjadi sebagai
akibat gangguan pembuluh darah dan pesawat jaringan. Dalam beberapa kasus, kapal
thrombosed hancur kemudian dan menyebabkan perdarahan besar interstisial.

Luka tempat kulit terbakar di pintu masuk dan keluar biasanya depresi wilayah
abu-abu atau kuning menghilangkan ketebalan dermis serta dikelilingi oleh zona
tajam hiperemia ditentukan. Charring mungkin hadir jika membakar busur
berdampingan. Lesi harus didebridement untuk mendasari jaringan sehat. Sering ada
dalam penghancuran awalnya tidak jelas. Jaringan yang mati dan devitalized ini juga
harus dieksisi.

Sebuah debridemen ulang biasanya menunjukkan waktu 24-48 jam setelah cedera,
karena nekrosis ditemukan lebih luas daripada yang diperkirakan. Strategi untuk
mendapatkan kulit yang meliputi luka bakar ini tergantung luas dan kedalaman
luka-luka. flaps mikrovaskuler sekarang digunakan secara rutin untuk mengganti
kehilangan jaringan yang besar.

Penanganan Secara umum, pengobatan cedera listrik yang kompleks di setiap langkah,
dan setelah resusitasi awal pasien ini harus dirujuk ke pusat-pusat khusus / burn
centre.

ELECTRICAL INJURY

PENDAHULUAN

Electrical injury nama lainnya electrical shock dapat terjadi pada kulit maupun
organ dalam ketika seorang terpapar secara langsung dengan alat-alat yang
dialiri listrik (electrical current). 1.
Tubuh manusia adalah suatu penghantar listrik yang baik. Sehingga kontak secara
langsung terhadap alat yang dialiri listrik dapat berakibat fatal. Sekalipun terlihat
hanya berupa luka bakar yang kecil namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
masalah serius terhadap organ dalam khususnya jantung, otot dan otak. 1

Di AS saja sekitar 1000 orang meninggal karena electrical shock.1 Sementara di


negara kita jumlah orang meninggal karena shock elektrik ini belum terdata dengan
baik namun seringnya kunjungan ke rumah sakit (RSCM) dalam bentuk luka bakar
api 56 %, diantaranya yang terbanyak karena air mendidih 40 % dan sekitar 3 %
karena listrik.2

Hasil akhir elektrik shock pada seseorang sangat tergantung dari intensitas atau
voltase terpaparnya seseorang, arah arus memasuki tubuh, keadaan tubuh, terapi yang
segera dan adekuat.1 Diagnosa yang cepat dan tepat dipengaruhi hasil laboratorium
selektip. Perawatan yang segera dapat mengurangi bahkan menghilangkan kerugian
yang ditimbulkan

Pengertian dan Insidensi Electrical Injury

Electrical injury atau luka akibat arus listrik Adalah kerusakan jaringan tubuh
yang disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang
terbakar, kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi jantung berupa
arrhythmias, dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan dapat ditimbulkan
peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang dialiri arus listrik sering
dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan yang lebih berat sering menimbulkan
kematian bahkan di AS sebagai penyebab 400 kematian dalam setahun.3

Sebagai ilustrasi (dari gambar) dapat dilihat betapa mudahnya terjadi luka
bakar akibat listrik tersebut, tidak hanya dilingkungan kerja, bahkan dirumah tangga
pada kegiatan sehari-hari dari anak-anak hingga orang tua.4

Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan,
dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan,
sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada
umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan penyepuhan. 5

Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik bila
dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik
bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik
searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian.

Pada eksperimen: manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah
25 mA atau arus listrik (DC) sekitar 25 - 80 mA, tidak akan menimbulkan efek
apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC) dengan intensitas 25 - 80 mA atau arus listrik
(DC) sekitar 80 - 300 mA akan terjadi gangguan keasadaran dan gangguan denyut
jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 ampere, maka akan
terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest).

Faktor yang berperan pada Luka Akibat Arus Listrik

Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat arus listrik
tersebut tergantung dari lima faktor, yaitu :

1. Intensitas (I)
2. Tegangan atau voltase (V)

Voltase yang rendah, yaitu sekitar 1000 volt lebih sering menyebabkan
kematian bila dibandingkan dengan voltase yang lebih tinggi; misalnya 10.000
volt malah tidak mematikan. Peralatan rumah tangga yang menggunakan
listrik sebagai sumber energi, aman bila voltase dari peralatan tersebut
maksimal sebesar 42 volt. Perbedaan Kematian orang yang terkena listrik
yang bertegangan rendah disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel
sedangkan mereka yang terkena arus listrik bertegangan tinggi kematian
biasanya karena luka bakar / panas.

1. Tahanan (R)5

Besarnya tahanan pada manusia tergantun g dari banyak sedikitnya air yang
terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit, keudian
tulang, lemak, saraf, otot, darah, dan yang paling rendah adalah cairan tubuh.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa orang yang terkena arus listrik
dalam bak mandi berisi air kelainan (electric mark) bisa tidak ditemukan.

1. Arah aliran5,6

Manusia dapat mati bila terkena arus listrik dengan aliran arus listrik tersebut
melintasi otak atau jantung; misalnya arah aliran dari kepala ke kaki atau dari
lengan ke lengan. Hal tersebut dimanfaatkan pada pelaksanaan hukuman mati
di atas kursi listrik.

1. Waktu 5

Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik


menentukan kecepatan datangnya kematian. Misalnya bila intensitas 70 - 300
mA kematian terjadi dalam waktu 5 detik, sedangkan pada intensitas 200 - 700
mA kematian akan terjadi dalam waktu 1 detik.
Electric Mark5, 7

Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana arus listrik
masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.

Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah
ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya
pucat dan kulit diluar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah /
hiperemis bentuk serta ukuran electric mark tergantung bentuk dan ukuran benda
berarus listrik yang mengenai tubuh.

Joule Burn5, 7

Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan
benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah
yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar : Luka bakar karena listrik 8

Extragenous Burn

Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi bila tubuh manusia
terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah
mengandung panas; misalnya diatas 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya
tulang-tulang. 3, 5

Pertolongan Pertama

1. Jika memungkinkan untuk melepas kawat atau memindahkan sumbu sekering


tersebut, memadamkan atau mematikan stop kontak terkadang hanya akan
memadamkan alat listrik tanpa memutuskan aliran listrik tersebut.

2. Minta bantuan medis.

3. Jika tidak dapat dipadamkan, segera gunakan objek yang tidak menghantar listrik
seperti sapu, kursi, permadani, atau karet untuk mendorong korban menjauhi
sumber listrik. jangan menggunakan objek dari metal atau objek yang basah.
jangan mencoba menolong korban dengan menyentuh langsung atau terlalu
dekat dengan korban.

4. Setelah korban terlepas dari sumber arus listrik Segera periksa jalan nafas,
breathing dan sirkulasi. Jika sangat lemah bermasalah atau berhenti segera
perbaiki dan lakukan RJP (resusitasi).
5. Jika terdapat luka bakar, segera lepaskan pakaian yang dapat dilepas dari
permukaan luka tersebut dan dinginkan pada air mengalir sehingga nyeri
berkurang, lakukan pertolongan pertama pada luka bakar.

6. Bila korban tidak sadar, pucat dan menunjukkan tanda-tanda shock, posisikan
korban dengan kepala sedikit lebih rendah dari badan dan kaki diangkat liputi
dengan selimut atau mantel agar tetap hangat.

7. Tetap dampingi korban hingga pertolongan medis datang

8. Electrical shock sering disertai trauma lain seperti, jatuh atau terlempar yang
menyebabkan cedera internal maupun external. hindari menggerakkan korban
bila tidak perlu misalnya memeluk korban, menggerakan kepala korban dan
lain-lain apalagi bila dicurigai adanya cedera tulang belakang maupun fraktur.

9. Jangan melakukan hal-hal berikut :

JANGAN sentuh korban dengan tangan telanjang sewaktu korban masih


terhubung dengan sumber listrik

" JANGAN memecahkan bula pada kulit korban yang melepuh karena luka
bakar.

" JANGAN mengoleskan es, mentega, obat salp, pengobatan, kapas berbulu
halus atau pakaian, atau perban mudah lengket pada kulit yang terbakar.

" JANGAN sentuh kulit korban yang meninggal karena terkena listrik.

"JANGAN memindahkan atau menggerakkan tubuh korban kecuali


diperlukan atau jika ada bahaya bila tidak segera diposisikan.

Pencegahan: 4, 9

Utamakan Keselamatan Anak dengan menghindarkan dari arus listrik dengan


meletakkan tali listrik di luar jangkauan anak-anak.
Ajar anak-anak tentang bahaya listrik.
Hindari resiko elektrik di rumah dan di tempat kerja. Selalu mengikuti
instruksi keselamatan pabrik ketika penggunaan peralatan elektrik.
Orang tua harus menjaga anak-anak dengan selalu mengutamakan
keselamatan terhadap semua alat-alat listrik yang digunakan dan
menggunakan dengan benar.
Hindari penggunaan alat listrik pada kondisi basah.
Jangan pernah menyentuh peralatan elektrik saat menyentuh kran atau pipa air
dingin. (gambar 9)
LUKA BAKAR

Luka bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia
maupun arus listrik. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka
bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalam pun bisa
mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. 10 Luka bakar yang dimaksud
disini dibatasi pada efek lokal yang ditimbulkan oleh panas yang kering (dry heat),
dry heat disini misalnya akibat api, elemen logam yang panas yang beraliran listrik
dan kontak dengan metal atau gelas yang panas. 5

Akibat luka bakar umumnya berupa:2

- kematian

- kontraktur

- akibat lain

Penyebab

Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis
bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.10

Penyebab luka bakar di RSCM : 2

Api 56 %, air mendidih 40 %, listrik 3 %, kimia 1 %

Pada luka bakar listrik harus dibedakan :

- Akibat ledakan

- Akibat arus listrik, disini ada luka masuk dan luka keluar yang kecil tetapi
dalam.

Aliran listrik akan merangsang jaringan atau organ yang dilalui, misalnya:2

- Otot

Otot yang teraliri listrik akan kontraksi : telapak tangan tidak melepaskan
kabel, diafragma akan lumpuh sehingga penderita berhenti bernafas bila
berkepanjangan akan terjadi hipoksia.

- Jantung
Terjadi fibrilasi sampai ardiac arrest ?dan asidosis. Pada resusitasi
harus diberi Bikarbonas Natricus.

- Tulang

Akibat tulang yang dialiri menjadi panas, otot disekitarnya akan erbakar
? Mioglobin akan keluar melalui urin dan urin berwarna coklat hitam.

Diagnosis

Kelainan yang ditimbulkan atau derajat kerusakan pada tubuh yang terbakar
dipengaruhi oleh perbagai faktor, yaitu intensitas sumber dan lamanya kontak dengan
tubuh, serta pakaian yang dipakai korban. Kerusakan yang diakibatkan pun beraneka
ragam mulai dari yang ringan berupa rasa nyeri dan kulit berwarna merah, sampai
tubuh terbakar hangus.5

Diagnosis luka bakar dtegakkan berdasarkan :2

1. Kedalaman
2. Luas
3. Penyebab
4. Lokasi

Kedalaman Luka Bakar

Derajat 1 (First-degree burn)

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis. Ditandai dengan kemerahan dan stelah 24
jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas. Kulit sembuh tanpa cacat.2,
11

Symptoms

Redness (kemerahan)
Swelling (bengkak)
Pain (sakit)
Peeling skin (agak terkelupas)
Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
White or charred skin
Derajat 2 (Second Degree Burns)

Terjadinya kerusakan sebagian dermis. Ditandai dengan timbulnya bullae. Dalam fase
penyembuhan akan tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar sebacea dan akar
rambut.2

Derajat 2 dibagi menjadi :2


1. Superfisial : akan sembuh dalam 2 minggu
2. Dalam : penyembuhan melalui jaringan granulasi tipis dan sempit akan
ditutupi oleh epitel yang berasal dari dasar luka selain dari tepi luka.

Symptoms 12

1. Redness
2. Swelling
3. Pain
4. Peeling skin
5. Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
6. White or charred skin

Derajat 3 (Third Degree Burns)

Symptoms 13

1. Redness
2. Swelling
3. Pain
4. Peeling skin
5. Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
6. White or charred skin

Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam. Tampak epitel terkelupas dan,
daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang terbakar kemudian
mengering dan menciut, disebut eskar. Bila eskar melingkar akan menekan arteri,
vena dan saraf perifer, yang pertama tertekan biasanya saraf dengan gejala rasa
kesemutan. Sayatan longitudinal lapisan dermis dan tanpa memotong vena akan
membebaskan penekanan dan tanpa perdarahan yang berarti.13

Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi diperbatasan dengan jaringan
sehat kenudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan skin
graft Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang
tebal menyempit. Keadaan ini disebut kontraktur.13

Tabel : perbedaan luka bakar derajat 2 dan 3 2

No Perbedaan Derajat 2 Derajat 3


1 Penyebab Suhu dan lama kontak Suhu lebih tinggi atau
sedang kontak lebih lama
2 Bila epitel lepas Merah Putih pucat
warna kulit
3 Rasa sakit + Tidak sakit
4 Penyerapan warna + +++
5 Penyembuhan Superfisial 2-3 mgg Melalui jaringan
granulasi.
Dalam 3-4 mgg

Luas luka bakar

Perhitungan luas luka bakar berdasarkan rule of nines dari Wallace:2

- Kepala, leher 9 %

- Lengan, tangan 2 x 9 %

- Paha, betis, kaki 4 x 9 %

- Dada, perut, punggung, bokong 4 x 9 %

- Genitalia 1 %

Penatalaksanaan

Pre Hospital 14

seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup
oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentinkan (stop), jatuhkan (drop), dan
gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera
gunakan untuk memadamkan apinya.

Hospital 14

Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera


pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung
yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.

Formula Baxter 14

1. Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar


2. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam
berikutnya

Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di
rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih
lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita 15 Kulit segera dibersihkan dari
bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya
dengan air. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim
antibiotik (misalnya perak sulfadiazin). 14

Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika :

luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki.


penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan
benar di rumah.
penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun.
terjadi luka bakar pada organ dalam.

Komplikasi 10

Jaringan yang terbakar bisa mati. jika jaringan mengalami kerusakan akibat
luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena
perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. tekanan darah sangat rendah
sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. University of Mary Land (online) available at


http://umm.edu/electrical-injury/000053htm di unduh 07-09-08

2. Tim pengajar, Luka Bakar dalam Bab.8 Plastik. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Bagian Bedah FKUI, Jakarta; 1999;435 ?442

3. Anonymous Electrical Injuries (online) available at Electrical and Lightning


Injuries http://Merck.Manual.Professional.htm di unduh 07-09-08

4. Anonymous. University of Mary Land (on line) available at


http://Umm.edu/electrical -injury/overview/000053.htm di unduh 07-09-08

5. Ilmu Kedokteran Forensik

6. Electrical Injuries from Southern Medical Journal (on line) available at


http://medscape/CME/discussion/410681_3.htm di unduh 07-09-08

7. Anonymous. Electrical Shock (on line) available at


http://wikipedia/electric_shock.htm di unduh 07-09-08
8. Electrical Injury-overview Format: Microsoft Powerpoint - View as HTML (on line)
available at www.mcgill.ca/files/emergency/electrical_injury.ppt

9. MedlinePlus Medical Encyclopedia: Electrical injury (on line) available at


www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053.htm di unduh 07-09-08

10. Anonymous Luka Bakar (on line) available at


http://wikimedia/dod_detail.php.htm di unduh 07-09-08

11. Anonymous. University of Mary Land. First degrre burn (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_first.htm di unduh
07-09-08.

12. Anonymous. University of Mary Land. Second degrre burn (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_second.htm di
unduh 07-09-08.

13. Anonymous. University of Mary Land. Third Degree Burns (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_third.htm di
unduh 07-09-08.

14. Anonymous. Luka Bakar (on line) available at http://wikipedia/luka_bakar.htm di


unduh 07-09-08

15. Mary Ann Cooper; M.D., Emergent Care of Lightning and Electrical Injuries
FACEP. HISTORICAL PERSPECTIVE AND EPIDEMIOLOGY Seminars in
Neurology, Volume 15, Number 3, September 1995 Copyright 1995
available at http://treatment.html di unduh 07-09-08

16. Tim pengajar, Luka Bakar (Combustio) dalam Bedah Plastik. Buku Ajar Bedah.
RSCM; 1999; 221-225

17. Arwaniku. Staf Ilmu Bedah Plastik FK. Unair - RSU Dr. Soetomo. Luka Bakar
dalam Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka last up date Sunday, May
11, 2008 (on line) available at http://Surabaya_Plastic_Surgery.htm di unduh
07-09-08

18. Anonymous. Burn Survivor Reseurch Center (on line) available at


www.nlm.nih.gov/medical_care_guide_surgical_procedure.html di unduh
07-09-08

19. Anonymous. Burn Survivor Reseurch Center (on line) available at


www.nlm.nih.gov/medical_care_guide_surgical_procedure_dermabrasion.html di
unduh 07-09-08
20. Anonymous. Burn Survivor Reseurch Center. contractur (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/Medical_care_Guide_scar_types_contractur
es.html di unduh 07-09-08.

21. Anonymous. Burn Survivor Reseurch Center (on line) available at


www.nlm.nih.gov/medical_care_guide_surgical_procedure_skingrafts.html di
unduh 07-09-08

22. Luka Bakar dalam Iwan Blog (on line) available at


http://iwansain.wordpress.com di unduh 07-09-08

Diposting oleh dr.Islamiyah di 02.00

Lakalantas

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi transportasi yang meningkat


pesat, telah menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin tinggi. Akibat
kemajuan teknologi, disatu sisi menyebabkan daya jangkau dan daya jelajah
transportasi semakin luas, disisi lain menjadi penyebab kematian yang sangat serius
dalam beberapa dekade terakhir. Keadaan ini, semakin parah mengingat
kurangnyakesadaran masyarakat akan keselamatan lalu lintas, dan lamban atau kurang
tepatnya penanganganan korban akibat kecelakaan lalu lintas.1 Kecelakaan lalu lintas
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua
sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orangmeninggal
karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh
dunia.1 Kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke-9 pada disability adjusted life
years (DALYs) dan diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020.
Sedangkan di Negara berkembang urutan ke-28.2 Cedera akibat kecelakaan lalu lintas
adalah penyebab utama kematian dan disabilitas (ketidakmampuan) secara umum
terutama di Negara berkembang.3 Kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia
menunjukan kecenderungan yang meningkat, yaitu dari 1,0% pada tahun 1986,
menjadi 1,5% pada tahun 1992, 1,9% pada tahun 1995, 3,5% pada tahun 1998 dan
menjadi 5,7% di tahun 2001.4-5 Data dari Ditlantas Markas Besar Kepolisian RI
menunjukkan bahwa pada tahun 2009 terdapat 99.951 korban kecelakaan lalu lintas
dengan 18,46% (18.448 korban) meninggal.6 Di Indonesia, sebahagian besar (70,0%)
korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor yang berusia produktif
(15-55 tahun) dan berpenghasilan rendah. Cedera kepala (33,2%) menempati
peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu
lintas.7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi8

2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari


kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan
kerusakan pada benda, luka atau kematian. Kecelakaan lalu lintas dibagi atas A
motor-vehicle traffic accident dan Non motor-vehicle traffic accident, A
motor-vehicle traffic accident adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalan
raya. Non motor-vehicle traffic accident, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di
jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan
perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor. Berdasarkan
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2009
Bab I :- Pasal 1 Ayat (24), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

2.1.2 Visum et repertum Rumusan yang jelas tentang pengertian visum et repertum
telah dikemukakan pada seminar forensik medan pada tahun 1981 yaitu laporan
tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang
diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang
segala hal atau faktayang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh
manusia yang diperiksadengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya
dan pendapat mengenaiapa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut. Visum et
repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan
medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et
repertum secara utuh telah menjembatani ilmu dokter dengan ilmu hukum sehingga
dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas apa yang telah
terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkannorma-norma
hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.

2.1.2.1 Klasifikasi Visum et repertum Berdasarkan materi yang diperiksa dan


pemeriksaan yang mendasarinya,dikenal pengelompokan visum et repertum sebagai
berikut :

1. Visum et repertum psikiatrik

2. Visum et repertum fisik

a. Visum et repertum jenazah, dapat dibedakan atas : - Visum dengan pemeriksaan


luar - Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam.

b. Visum et repertum korban hidup, dapat dibedakan atas : - Visum et repertum


perlukaan atau kecederaan - Visum et repertum keracunan - Visum et repertum
kejahatan seksual
2.1.2.2 Prosedur Pengadaan Visum et repertum Jenazah Prosedur permintaan visum
et repertum korban mati telah diatur dalam pasal 133 dan 134 KUHAP yaitu
dimintakan secara tertulis, mayatnya harus diperlakukan dengan baik, disebutkan
dengan jelas pemeriksaan yang diminta, dan mayat diberi label yang memuat identitas
yang diberi cap jabatan dan diletakkan ke bagian tubuh mayat tersebut. Pemeriksaan
terhadap mayat harus dilakukan selengkap mungkin dan hasil pemeriksaan tersebut
dituangkan dalam bentuk visum et repertum yang harus dapat dianggap sebagai
salinan dari mayat tersebut. Pemeriksaan kedokteran forensik terhadap mayat
sebenarnya bersifat Obligatory atau keharusan yang tidak boleh dicegah. Pemberian
informasi yang jelas tentang maksud, tujuan, dan cara pemeriksaan mayat serta
manfaatnya kepada keluarga korban diharapkan akan dapat menghindarkan
kesalahpahaman antara pihak penyidik dengan pihak keluarga korban. Namun apabila
jalan damai ini tidak dapat ditempuh, maka pemeriksaan mayat tetap dapat
dilaksanakan secara paksa dan dapat dengan menerapkan pasal 222 KUHP. 2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas8 Ada empat
faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, antara lain: 1.
Faktor manusia Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran
rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja
melanggar,ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat
ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. 2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan
patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya.
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraandiperlukan, di samping itu adanya kewajiban
untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur. 3. Faktor jalan Faktor
jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah
pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan.
Jalan yang rusak/berlubang sangatmembahayakan pemakai jalan terutama bagi
pemakai sepeda motor. 4. Faktor lingkungan Hari hujan juga mempengaruhi unjuk
kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin,
jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek.Asap dankabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah
pegunungan.

2.3 Perlukaan

2.3.1 Definisi Perlukaan Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.

2.3.2 Jenis Perlukaan Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka
akibat kekerasan tajam, dan kekerasan tumpul.

A. Kekerasan tajam Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai
berikut: - Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing - Bila
ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurusatau sedikit lengkung. - Tebing
luka rata dan tidak ada jembatan jaringan. - Daerah di sekitar garis batas luka tidak
ada memar.

B. Kekerasan tumpul Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah
luka memar, luka lecet, dan luka robek/terbuka: Luka memar adalah perdarahan
jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh
kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh besarnya
kekerasan, jenis benda, penyebab, kondisi dan jenisjaringan, usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang diderita. Bila
kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti didaerah mata, leher atau pada
bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan ikat
longgar memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah akibat
gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika ditemukan
perdarahan tepi. Pada perdarahan tepi, perdarahan tidak dijumpai pada lokasi
yang tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang yang berdekatan/cetakan negatif. Memar
biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat menyebabkan
keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat menunjukkan jenis dan derajat
kekerasan yang dialami. Usia dari memar tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga
dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya cedera. Luka lecet
merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.Walaupun kerusakannya
minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan
yang hebat pada alat-alat dalam tubuh. Pada luka robek yang merupakan luka terbuka
yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot. Ciri luka robek adalah tidak beraturan,tepi tidak rata, akar rambut tampak
hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerahyang berambut, sering tampak luka
lecet memar di sekitar luka. Pada kecelakaan lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat
saja disertai dengan patah tulang, baik patahtulang tertutup atau pun patah tulang
terbuka.

2.3.3 Lokasi dan Mekanisme Perlukaan Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana
terjadinya luka akibat kecelakaan lalu lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas
atas, ekstremitas bawah, tubuh bagiandepan, dan tubuh bagian belakang. Fakta fisika
dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena kecelakaan lalu lintas:
1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada
kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan menimbulkaan
efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi bumi. Adanya perbedaan
perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwatraumatis yaitu, akselerasi dan
deselerasi.

2. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah
dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datangnya
gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cedera dan
dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan
cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh.
Tulang frontal dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G,
demikian juga dengan rongga thoraks.
3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan
tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang
tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama.
Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan
10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah
dibandingkan dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk
pengaman.

4. Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti
sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi
G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan.

5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana


V=kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C adalah
konstanta 0.0039. 2.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas8
Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau
benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi
mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan. Kematian
karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari
arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :

1. Arah depan Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80%
dari semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari
kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik.
Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan bermotor akan terus
melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi
luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.

2. Arah samping (lateral) Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain


menabrak dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam
benda tidak bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah
depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung
mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan
yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi
pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada
penumpang.

3. Terguling Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari


samping, terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan,
sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat
terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa
kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah
kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic
asphyxia

4. Arah belakang Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau
terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna
mobil), yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa.

2.5 Trauma Mata Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaanmata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata,
Perlukaan yangditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkankehilangan mata. Alat rumah tangga dan resiko dalam pekerjaan sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata.9 Macam-macam bentuk trauma:

A. Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,membuka


tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

2. Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, serpihan keramik, bahkan
peralatan tukang.

3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan traumatajam,


terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin,
dan peluru karet.

B. Khemis

1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersihlantai, kapur,
lem (perekat).
2. Trauma khemis asam, misalnya cuka, bahan asam-asam dilaboratorium,gas air
mata. C. Fisis 1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. 2.
Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

2.5.1 Trauma Palpebra Trauma merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada
anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cederamata
yang parah. Trauma mata yang berat dapat menyebabkan cedera multiple pada
palpebra, bola mata dan jaringan lunak orbita. Pada kelompok usia dewasa, trauma
pada mata sering terjadi karena risiko pekerjaan, terutama pekerja lapangan atau
pabrik. Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) yang rendah saat bekerja
dinilai merupakan faktor tersering terkena trauma mata.

Untuk menatalaksana trauma pada mata, khusunya dalam kasus ini adalah pada
bagian palpebra, perlu dilakukan anamnesa terlebih dahulu. Anamnesa harus
mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.
Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan
mendadak. Riwayat trauma juga harus ditanyakan guna memperkirakan kedalaman
dari trauma, atau kemungkinan adanya infeksi , benda asing, serta jenis trauma yang
didapat.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.


Apabila terdapat gangguan penglihatan yang parah, maka diperiksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua-titik, dan adanya defek pupil aferen. Diperiksa juga motalitas mata
dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi
tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmos dapat ditentukan dengan
melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit lamp di ruang darurat,
maka senter, kaca pembesar, atau oftalmoskop langsung pada +10 (nomor gelap)
dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera di permukaan tarsal kelopak dan
segmen anterior.

Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka, dan abrasi.
Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda
asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran,
bentuk, dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain untuk memastikan apakah ada defek pupil aferen pada mata yang cedera. Apabila
bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra, dan forniks dapat
diperiksa lebih teliti. Pada kasus trauma mata, mata yang tidak cedera pun harus
diperiksa dengan teliti.

Trauma tumpul dapat mengakibatkan beberapa kemungkinan kerusakan, antara lain


kerusakan langsung pada sel dan jaringan, perubahan vascular, dan laserasi jaringan.
Laserasi palpebra dapat menyebabkan ruptur canaliculi lakrimalis, dan ruptur
ligamentum palpebra. Pada pasien ini, didapatkan luka robek pada palpebra inferior
sinistra bagian media dengan panjang +3 cm.

2.5.2 Penatalaksanaan

Pada luka laserasi kelopak mata, apabila terdapat benda berbentuk partikel, maka
harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk mengurangi terbentuknya jaringan parut pada
kulit. Luka kemudian diirigasi dengan salin dan ditutup dengan suatu salep antibiotik
dan kasa steril. Jaringan yang terlepas dibersihkan dan dilekatkan kembali. Karena
vaskularitas kelopak yang sangat baik, maka besar kemungkinannya tidak terjadi
nekrosis iskemik. Laserasi partial-thickness pada kelopak mata yang tidak mengenai
batas kelopak dapat diperbaiki secara bedah, sama seperti laserasi lainnya. Nanum
laserasi full-thickness kelopak yang mengenai batas kelopak harus diperbaiki secara
hati-hati untuk mencegah penonjolan tepi kelopak dan trikiasis.

2.6 Trauma Cedera Kepala

Trauma kepala umum terjadi pada anak pada umur berapapun. Penyebab trauma
kepala ini antara lain jatuh, kecelakaan saat berolahraga, kecelakaan lalu lintas, dan
trauma bukan karena kecelakaan.

2.6.1 Pemeriksaan

Lakukan primary survey dan pastikan jalan napas, tulang servikal, pernapasan dan
sirkulasi anak dalam keadaan aman. Segera periksa status mental anak dengan
meggunakan skala AVPU. Gunakan penekanan pada supraorbital yang cukup keras
sebagai rangsang nyeri. A Alert (sadar) V Responds to voice (berespon terhadap suara)
P Responds to pain (berespon terhadap nyeri) Purposefully Non-purposefully
Withdrawal/flexor response Extensor response U Unresponsive (tidak berespon) Nilai
ukuran pupil, sama tidaknya dan reaktivitasnya, dan cari tanda-tanda neurologis fokal
lainnya. Lakukan secondary survey untuk melihat secara spesifik pada: Leher dan
tulang servikal deformitas, nyeri, spasme otot Kepala lecet di kulit kepala, laserasi,
pembengkakan, nyeri, Battles Mata ukuran pupil, ekualitas dan reaktivitas,
funduskopi Telinga darah di belakang gendang telinga, kebocoran LCS Hidung
deformitas, pembengkakan, perdarahan, kebocoran LCS Mulut trauma gigi, trauma
jaringan lunak Patah tulang wajah Fungsi motorik periksa alat gerak untuk melihat
adanya refleks dan kelemahan sesisi Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma Score
Pertimbangkan kemungkinan adanya trauma non-kecelakaan selama secondary
survey terutama pada bayi dengan trauma kepala

2.6.2 Tatalaksana

1. Trauma kepala ringan: Tidak kehilangan kesadaran Satu kali atau tidak ada muntah
Stabil dan sadar Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala Pemeriksaan
lainnya normal Anak-anak ini dapat dipulangkan dari Gawat Darurat untuk kemudian
dirawat oleh orang tuanya. Jika terdapat keraguan apakah telah terjadi hilangnya
kesadaran atau tidak, anggap telah terjadi dan tatalaksana sebagai trauma kepala
sedang. Pastikan orang tua mendapatkan instruksi yang jelas mengenai tatalaksana
anak mereka di rumah terutama untuk segera kembali ke rumah sakit jika anak:
menjadi tidak sadar atau sulit dibangunkan menjadi bingung mengalami kejang timbul
sakit kepala menetap berulang kali muntah keluar darah atau cairan dari hidung atau
telinga

2. Trauma kepala sedang:

Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian Saat ini sadar atau berespon terhadap
suara. Mungkin mengantuk Dua atau lebih episode muntah Sakit kepala persisten
Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma Mungkin mengalami luka
lecet, hematoma, atau laserasi di kulit kepala Pemeriksaan lainnya normal Jika
berdasarkan anamnesis dari keluarga atau petugas ambulans, anak tidak mengalami
penurunan secara neurologis maka anak dapat diobservasi di IGD selama 4 jam
dengan observasi tiap 30 menit (kesadaran, nadi, frekuensi napas, tekanan darah,
pupil, dan kekuatan motorik). Anak dapat dipulangkan jika terdapat perbaikan selama
4 jam menjadi dalam keadaan sadar dan tidak terdapat muntah. Sakit kepala persisten,
hematoma yang besar, atau luka penetrasi dapat membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut. Jika anak masih mengantuk atau muntah atau bila terdapat perburukan selama
4 jam, diskusikan dengan ahli bedah saraf untuk rawat inap dan penyelidikan lebih
lanjut.

3. Trauma kepala berat:

Kehilangan kesadaran dalam waktu lama Status kesadaran menurun responsif


hanya terhadap nyeri atau tidak responsif Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau
telinga Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sana, kelemahan sesisi)
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial: Herniasi unkus: dilatasi pupil
ipsilateral akibat kompresi nervus okulomotor Herniasi sentral: kompresi batang otak
menyebabkan bradikardi dan hipertensi Trauma kepala yang berpenetrasi Kejang
(selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma)

Tata laksana awal trauma kepala berat: Mencegah kerusakan otak sekunder
dengan mempertahankan jalan napas yang paten, ventilasi dan oksigenasi adekuat,
dan menghindari hipotensi. Imobilisasi tulang servikal harus dipertahankan bahkan
apabila foto lateral tulang servikal normal. Pastikan intervensi bedah saraf dan ICU
sejak dini. Dengan konsultasi bersama ahli bedah saraf pertimbangkan untuk
menurunkan tekanan intrakranial: Naikkan kepala 20-30 (hanya setelah syok
dikoreksi) Ventilasi sampai pCO2 35mmHg Pertimbangan pemberian mannitol
0.5-1g/kg IV Pastikan tekanan darah adekuat Kontrol kejang. Lakukan CT scan
kepala segera. Berdasarkan National Institute for Health and Clinical Excellence, CT
scan kepala dilakukan jika terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini: Kehilangan
kesadaran lebih dari 5 menit Tidak dapat mengingat kejadian sebelum atau sesudah
trauma dan berlangsung lebih dari 5 menit Mengantuk yang tidak lazim Mual tiga kali
atau lebih sejak trauma Kemungkinan kerusakan yang timbul perlahan Kejang setelah
trauma (jika anak tidak menderita epilepsi) GCS kurang dari 14 atau kurang dari 15
untuk bayi kurang dari 1 tahun, ketika pertama kali diperiksa di IGD Tanda-tanda
yang menunjukkan tengkorak menekan otak Tanda-tanda fraktur basis cranii (misal,
mata panda) Luka lecet, bengkak, atau robekan di kepala >5cm pada bayi di bawah 1
tahun Mengalami kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi Jatuh dari ketinggian
lebih dari 3 meter Terluka oleh benda atau sesuatu dengan kecepatan tinggi Cedera
kepala bisa menyebabkan memar atau robekan pada jaringan otak maupun pembuluh
darah di dalam atau di sekitar otak, sehingga terjadi perdarahan dan pembengkakan di
dalam otak. Cedera yang menyebar menyebabkan sel-sel otak membengkak sehingga
tekanan di dalam tulang tengkorak meningkat. Akibatnya anak kehilangan kekuatan
maupun sensasinya, menjadi mengantuk atau pingsan. Gejala-gejala tersebut
merupakan pertanda dari cedera otak yang berat, dan kemungkinan akan
menyebabkan kerusakan otak yang permanen sehingga anak perlu menjalani
rehabilitasi. Jika pembengkakan semakin memburuk, tekanan akan semakin
meningkat sehingga jaringan otak yang sehatpun akan tertekan dan menyebabkan
kerusakan yang permanen atau kematian. Pembengkakan otak dan akibatnya,
biasanya terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah terjadinya cedera. Suatu komplikasi
yang serius tetapi relatif jarang terjadi adalah perdarahan diantara lapisan selaput yang
membungkus otak atau perdarahan di dalam otak: Hematoma epidural adalah suatu
perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaputnya/duramater. Perdarahan ini terjadi
akibat kerusakan pada arteri atau vena pada tulang tengkorak. Perdarahan
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak sehingga lama-lama kesadaran
anak akan menurun. Hematoma subdural adalah perdarahan dibawah duramater,
biasanya disertai dengan cedera pada jaringan otak. Gejalanya berupa rasa mengantuk
sampai hilangnya kesadaran, hilangnya sensasi atau kekuatan dan pergerakan
Abnormal (termasuk kejang). Hematoma intraventrikuler (perdarahan di dalam
rongga internal/ventrikel), hematoma intraparenkimal (perdarahan di dalam jaringan
otak) maupun hematoma subaraknoid (perdarahan di dalam selaput pembungkus otak),
merupakan pertanda dari cedera kepala yang berat dan biasanya menyebabkan
kerusakan otak jangka panjang.

2.7 Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pada kematian
yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan
untuk beberapa alasan : - Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban,
terutama bila jenazah telah terbakar habis, atau termutilasi. - Untuk menentukan sebab
kematian dan apakah kematian disebabkan kesalahan atau kecacatan sarana
transportasi. Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima. - Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan
tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat. - Untuk mendokumentasikan
penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan
keadilan. Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor,
danpada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti
inidapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan
bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat
ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti
dapatdilakukan antara lain :

a. Dalam kendaraan Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari
penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan
yang dimana terjadi benturan.

b. Pada tubuh korban Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari
kendaraan yang bisa tertanam pada luka. Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik
pada pengemudi maupun penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah
mencakup pemeriksaan untuk alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan
narkotika. Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri
(suicidal action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan
bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:

a. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap


penyakit mental.

b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama
maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada
dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada
ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.

c. Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya


bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung. d. Kendaraan bisa sudah keluar
dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada benda yang tidak bergerak,
ataupun sangat jarang ke arah kendaraan dari arah berlawanan. e. Bukti lain yang
dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan di bawah
injakan rem kendaraaan. Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan
bila tubuh terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi
jenazah yang terbakar.
2.8 Aspek medikolegal Kecelakaan Lalu Lintas17 Dengan telah disahkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan jalan yang terdiri dari 22 bab dan 326 pasal, diharapkan dapat mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan
dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah;.

2.8.1 Kewajiban dan Tanggung Jawab

2.8.1.1 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor,


dan/atau Perusahaan Angkutan Pasal 234 (1) Pengemudi, pemilik Kendaraan
Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena
kelalaian Pengemudi. (2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau
perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan Pengemudi. (3) Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku jika: a. adanya
keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar kemampuan Pengemudi; b.
disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/atau c. disebabkan
gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan pencegahan. Pasal
235 (1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya
pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara
pidana. (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf b dan
huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib
memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak
menggugurkan tuntutan perkara pidana. Pasal 236 (1) Pihak yang menyebabkan
terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib
mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan. (2)
Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dapat
dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para pihak yang
terlibat. Pasal 237 (1) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program asuransi
kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban
kecelakaan. (2) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan orang yang
dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

2.8.1.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Pasal 238 (1) Pemerintah
menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan, sarana, dan Prasarana Lalu Lintas
yang menjadi penyebab kecelakaan. (2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk
pencegahan dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Pasal 239 (1) Pemerintah
mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2)
Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.8.2 Hak Korban17 Pasal 240
Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan: a. pertolongan dan perawatan
dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau
Pemerintah; b. ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas; dan c. santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan
asuransi. Pasal 241 Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh
pengutamaan pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Paden, Margi, et.al, World Report on Traffic Injury


Prevention, WHO,2004. 2. Coats TJ, Davies G.Prehospital care for road traffic
casualities. BrMed J.2002; 324:1135-1138.3. 3. World Health Organization. Statistic
of road traffic accident. Geneva: UN Publication, 2000. 4. Survei Kesehatan
rumahtangga. Jakarta. Badan Litbang Kesehatan, Depertemen Kesehatan RI;1995 5.
Survei Kesehatan rumahtangga. Jakarta. Badan Litbang Kesehatan, Depertemen
Kesehatan RI;1998 6. KemenkesRI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. available
at : depkes.go.id. Diakses : 30 Agustus 2011 7. KemenkesRI. 2007. Profil Kesehatan
Indonesia 2009. available at : depkes.go.id. Diakses : 30 Agustus 2011 8. Scribd. KLL
Forensik. Available at: http://www.scribd.com/doc/45757744/Bab-2-Kll-Forensik.
Diakses 30 Agustus 2011 9. Daniel. G. Vaughan, dkk: Oftalmologi Umum, Edisi 14,
hal. 380 385 (Widya Medika, Jakarta 2000) 10. Nana Wijana. S.D: Ilmu Penyakit
Mata; Cetakan keenam 1993 11. Sidarta Ilyas: Ilmu Penyakit Mata ; hal. 266-277
(Balai Penerbit FKUI, Jakarta2001) 12. American Academy of Pediatrics Committee
on Quality Improvement. The Management of minor closed head injury in children.
Available at: www.aap.org Diakses 30 Agustus 2011 13. American Academy of
Family Physicians Commission on Clinical Polices and Research. The Management
of minor closed head injury in children. Available at: www.aafp.org Diakses 30
Agustus 2011 14. Royal Childrens Hospital. Clinical practice guidelines: Head injury.
Available at: www.rch.au.org Diakses 30 Agustus 2011 15. Royal Childrens Hospital.
Kids health info for parents: Head injury. Available at: www.rch.au.org. Diakses 30
Agustus 2011 16. Anonim. Cedera Kepala. Available at:
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12809-cedera-kepala/ Diakses 30 Agustus 2011
17. Anonim. BAB XIV Kecelakaan Lalu lintas. Available at:
http://www.scribd.com/doc/55819814/Bab-Xiv-Kecelakaan-Lalu-Lintas Diakses 30
Agustus 2011

Sumber : http://theherijournals.blogspot.co.id/2013/01/kecelakaan-lalu-lintas.html

Anda mungkin juga menyukai