Cidera listrik sering didapatkan pada praktek sehari hari dan pasen akan datang ke
emergency. jenis cedera listrik: terdiri dari tiga macam yaitu cedera arus listrik, luka
bakar electrothermal dari pencetusan saat ini, dan luka bakar yang disebabkan oleh
penyalaan api pakaian. Kadang-kadang, ketiga akan hadir dalam korban yang sama.
Flash atau luka bakar listrik adalah cedera panas untuk kulit yang disebabkan oleh
tegangan tinggi arus listrik mencapai kulit dari konduktor. Luka panas untuk kulit
yang intens dan mendalam, karena arus listrik memiliki suhu sekitar 2500C (cukup
tinggi untuk melelehkan tulang). Api membakar pakaian dari sering memicu bagian
paling serius dari cedera. Perawatan lukanya sama seperti untuk setiap cedera termal.
Akibat Kerusakan dari arus listrik secara langsung proporsional terhadap intensitas
sebagai diatur oleh hukum Ohm. Dengan demikian, arus listrik tergantung pada
tegangan dan perlawanan yang diberikan oleh berbagai bagian tubuh. Tegangan di
atas 40 V dianggap berbahaya.
Setelah saat ini telah memasuki tubuh, jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan
dalam berbagai organ. Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi: tulang,
lemak, urat, kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan saat ini bertahan hidup,
misalnya, jika sedang melewati jantung atau batang otak, kematian dapat langsung
dari fibrilasi ventrikel atau apnea. Lancar lewat melalui dapat menyebabkan kejang
otot cukup parah untuk menghasilkan patah tulang-tulang panjang atau dislokasi.
Jenis saat ini juga terkait dengan tingkat keparahan cedera. siklus arus bolak balik
yang menyebabkan cedera paling parah.
CEDERA saat tersengat listrik lebih dari sekedar luka bakar. Fokal luka bakar terjadi
pada titik masuk dan keluar melalui kulit. Begitu berada di dalam tubuh, perjalanan
saat ini melalui otot, menyebabkan cedera lebih seperti hancur daripada luka bakar
termal. Trombosis sering terjadi di kapal jauh di ujung sebuah, menyebabkan
kedalaman nekrosis jaringan yang lebih besar daripada yang terlihat pada
pemeriksaan awal. Cedera otot terbesar biasanya paling dekat dengan tulang, dimana
panas tertinggi perlawanan dihasilkan. Pengobatan cedera listrik tergantung pada
luasnya otot dalam dan saraf kehancuran lebih dari faktor-faktor lainnya.
Luka tempat kulit terbakar di pintu masuk dan keluar biasanya depresi wilayah
abu-abu atau kuning menghilangkan ketebalan dermis serta dikelilingi oleh zona
tajam hiperemia ditentukan. Charring mungkin hadir jika membakar busur
berdampingan. Lesi harus didebridement untuk mendasari jaringan sehat. Sering ada
dalam penghancuran awalnya tidak jelas. Jaringan yang mati dan devitalized ini juga
harus dieksisi.
Sebuah debridemen ulang biasanya menunjukkan waktu 24-48 jam setelah cedera,
karena nekrosis ditemukan lebih luas daripada yang diperkirakan. Strategi untuk
mendapatkan kulit yang meliputi luka bakar ini tergantung luas dan kedalaman
luka-luka. flaps mikrovaskuler sekarang digunakan secara rutin untuk mengganti
kehilangan jaringan yang besar.
Penanganan Secara umum, pengobatan cedera listrik yang kompleks di setiap langkah,
dan setelah resusitasi awal pasien ini harus dirujuk ke pusat-pusat khusus / burn
centre.
ELECTRICAL INJURY
PENDAHULUAN
Electrical injury nama lainnya electrical shock dapat terjadi pada kulit maupun
organ dalam ketika seorang terpapar secara langsung dengan alat-alat yang
dialiri listrik (electrical current). 1.
Tubuh manusia adalah suatu penghantar listrik yang baik. Sehingga kontak secara
langsung terhadap alat yang dialiri listrik dapat berakibat fatal. Sekalipun terlihat
hanya berupa luka bakar yang kecil namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
masalah serius terhadap organ dalam khususnya jantung, otot dan otak. 1
Hasil akhir elektrik shock pada seseorang sangat tergantung dari intensitas atau
voltase terpaparnya seseorang, arah arus memasuki tubuh, keadaan tubuh, terapi yang
segera dan adekuat.1 Diagnosa yang cepat dan tepat dipengaruhi hasil laboratorium
selektip. Perawatan yang segera dapat mengurangi bahkan menghilangkan kerugian
yang ditimbulkan
Electrical injury atau luka akibat arus listrik Adalah kerusakan jaringan tubuh
yang disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang
terbakar, kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi jantung berupa
arrhythmias, dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan dapat ditimbulkan
peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang dialiri arus listrik sering
dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan yang lebih berat sering menimbulkan
kematian bahkan di AS sebagai penyebab 400 kematian dalam setahun.3
Sebagai ilustrasi (dari gambar) dapat dilihat betapa mudahnya terjadi luka
bakar akibat listrik tersebut, tidak hanya dilingkungan kerja, bahkan dirumah tangga
pada kegiatan sehari-hari dari anak-anak hingga orang tua.4
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan,
dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan,
sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada
umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan penyepuhan. 5
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik bila
dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik
bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik
searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian.
Pada eksperimen: manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah
25 mA atau arus listrik (DC) sekitar 25 - 80 mA, tidak akan menimbulkan efek
apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC) dengan intensitas 25 - 80 mA atau arus listrik
(DC) sekitar 80 - 300 mA akan terjadi gangguan keasadaran dan gangguan denyut
jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 ampere, maka akan
terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest).
Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat arus listrik
tersebut tergantung dari lima faktor, yaitu :
1. Intensitas (I)
2. Tegangan atau voltase (V)
Voltase yang rendah, yaitu sekitar 1000 volt lebih sering menyebabkan
kematian bila dibandingkan dengan voltase yang lebih tinggi; misalnya 10.000
volt malah tidak mematikan. Peralatan rumah tangga yang menggunakan
listrik sebagai sumber energi, aman bila voltase dari peralatan tersebut
maksimal sebesar 42 volt. Perbedaan Kematian orang yang terkena listrik
yang bertegangan rendah disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel
sedangkan mereka yang terkena arus listrik bertegangan tinggi kematian
biasanya karena luka bakar / panas.
1. Tahanan (R)5
Besarnya tahanan pada manusia tergantun g dari banyak sedikitnya air yang
terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit, keudian
tulang, lemak, saraf, otot, darah, dan yang paling rendah adalah cairan tubuh.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa orang yang terkena arus listrik
dalam bak mandi berisi air kelainan (electric mark) bisa tidak ditemukan.
1. Arah aliran5,6
Manusia dapat mati bila terkena arus listrik dengan aliran arus listrik tersebut
melintasi otak atau jantung; misalnya arah aliran dari kepala ke kaki atau dari
lengan ke lengan. Hal tersebut dimanfaatkan pada pelaksanaan hukuman mati
di atas kursi listrik.
1. Waktu 5
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana arus listrik
masuk kedalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.
Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah
ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya
pucat dan kulit diluar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah /
hiperemis bentuk serta ukuran electric mark tergantung bentuk dan ukuran benda
berarus listrik yang mengenai tubuh.
Joule Burn5, 7
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan
benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah
yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.
Extragenous Burn
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn dapat terjadi bila tubuh manusia
terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah
mengandung panas; misalnya diatas 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya
tulang-tulang. 3, 5
Pertolongan Pertama
3. Jika tidak dapat dipadamkan, segera gunakan objek yang tidak menghantar listrik
seperti sapu, kursi, permadani, atau karet untuk mendorong korban menjauhi
sumber listrik. jangan menggunakan objek dari metal atau objek yang basah.
jangan mencoba menolong korban dengan menyentuh langsung atau terlalu
dekat dengan korban.
4. Setelah korban terlepas dari sumber arus listrik Segera periksa jalan nafas,
breathing dan sirkulasi. Jika sangat lemah bermasalah atau berhenti segera
perbaiki dan lakukan RJP (resusitasi).
5. Jika terdapat luka bakar, segera lepaskan pakaian yang dapat dilepas dari
permukaan luka tersebut dan dinginkan pada air mengalir sehingga nyeri
berkurang, lakukan pertolongan pertama pada luka bakar.
6. Bila korban tidak sadar, pucat dan menunjukkan tanda-tanda shock, posisikan
korban dengan kepala sedikit lebih rendah dari badan dan kaki diangkat liputi
dengan selimut atau mantel agar tetap hangat.
8. Electrical shock sering disertai trauma lain seperti, jatuh atau terlempar yang
menyebabkan cedera internal maupun external. hindari menggerakkan korban
bila tidak perlu misalnya memeluk korban, menggerakan kepala korban dan
lain-lain apalagi bila dicurigai adanya cedera tulang belakang maupun fraktur.
" JANGAN memecahkan bula pada kulit korban yang melepuh karena luka
bakar.
" JANGAN mengoleskan es, mentega, obat salp, pengobatan, kapas berbulu
halus atau pakaian, atau perban mudah lengket pada kulit yang terbakar.
" JANGAN sentuh kulit korban yang meninggal karena terkena listrik.
Pencegahan: 4, 9
Luka bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia
maupun arus listrik. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka
bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalam pun bisa
mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. 10 Luka bakar yang dimaksud
disini dibatasi pada efek lokal yang ditimbulkan oleh panas yang kering (dry heat),
dry heat disini misalnya akibat api, elemen logam yang panas yang beraliran listrik
dan kontak dengan metal atau gelas yang panas. 5
- kematian
- kontraktur
- akibat lain
Penyebab
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis
bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.10
- Akibat ledakan
- Akibat arus listrik, disini ada luka masuk dan luka keluar yang kecil tetapi
dalam.
Aliran listrik akan merangsang jaringan atau organ yang dilalui, misalnya:2
- Otot
Otot yang teraliri listrik akan kontraksi : telapak tangan tidak melepaskan
kabel, diafragma akan lumpuh sehingga penderita berhenti bernafas bila
berkepanjangan akan terjadi hipoksia.
- Jantung
Terjadi fibrilasi sampai ardiac arrest ?dan asidosis. Pada resusitasi
harus diberi Bikarbonas Natricus.
- Tulang
Akibat tulang yang dialiri menjadi panas, otot disekitarnya akan erbakar
? Mioglobin akan keluar melalui urin dan urin berwarna coklat hitam.
Diagnosis
Kelainan yang ditimbulkan atau derajat kerusakan pada tubuh yang terbakar
dipengaruhi oleh perbagai faktor, yaitu intensitas sumber dan lamanya kontak dengan
tubuh, serta pakaian yang dipakai korban. Kerusakan yang diakibatkan pun beraneka
ragam mulai dari yang ringan berupa rasa nyeri dan kulit berwarna merah, sampai
tubuh terbakar hangus.5
1. Kedalaman
2. Luas
3. Penyebab
4. Lokasi
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis. Ditandai dengan kemerahan dan stelah 24
jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas. Kulit sembuh tanpa cacat.2,
11
Symptoms
Redness (kemerahan)
Swelling (bengkak)
Pain (sakit)
Peeling skin (agak terkelupas)
Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
White or charred skin
Derajat 2 (Second Degree Burns)
Terjadinya kerusakan sebagian dermis. Ditandai dengan timbulnya bullae. Dalam fase
penyembuhan akan tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar sebacea dan akar
rambut.2
Symptoms 12
1. Redness
2. Swelling
3. Pain
4. Peeling skin
5. Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
6. White or charred skin
Symptoms 13
1. Redness
2. Swelling
3. Pain
4. Peeling skin
5. Shock (pale, clammy skin, weakness, bluish lips and finger nails)
6. White or charred skin
Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam. Tampak epitel terkelupas dan,
daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang terbakar kemudian
mengering dan menciut, disebut eskar. Bila eskar melingkar akan menekan arteri,
vena dan saraf perifer, yang pertama tertekan biasanya saraf dengan gejala rasa
kesemutan. Sayatan longitudinal lapisan dermis dan tanpa memotong vena akan
membebaskan penekanan dan tanpa perdarahan yang berarti.13
Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi diperbatasan dengan jaringan
sehat kenudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan skin
graft Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang
tebal menyempit. Keadaan ini disebut kontraktur.13
- Kepala, leher 9 %
- Lengan, tangan 2 x 9 %
- Genitalia 1 %
Penatalaksanaan
Pre Hospital 14
seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup
oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentinkan (stop), jatuhkan (drop), dan
gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera
gunakan untuk memadamkan apinya.
Hospital 14
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
Formula Baxter 14
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di
rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih
lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita 15 Kulit segera dibersihkan dari
bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya
dengan air. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim
antibiotik (misalnya perak sulfadiazin). 14
Komplikasi 10
Jaringan yang terbakar bisa mati. jika jaringan mengalami kerusakan akibat
luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena
perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. tekanan darah sangat rendah
sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.10
DAFTAR PUSTAKA
2. Tim pengajar, Luka Bakar dalam Bab.8 Plastik. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Bagian Bedah FKUI, Jakarta; 1999;435 ?442
11. Anonymous. University of Mary Land. First degrre burn (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_first.htm di unduh
07-09-08.
12. Anonymous. University of Mary Land. Second degrre burn (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_second.htm di
unduh 07-09-08.
13. Anonymous. University of Mary Land. Third Degree Burns (on line) available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000053burn_types_third.htm di
unduh 07-09-08.
15. Mary Ann Cooper; M.D., Emergent Care of Lightning and Electrical Injuries
FACEP. HISTORICAL PERSPECTIVE AND EPIDEMIOLOGY Seminars in
Neurology, Volume 15, Number 3, September 1995 Copyright 1995
available at http://treatment.html di unduh 07-09-08
16. Tim pengajar, Luka Bakar (Combustio) dalam Bedah Plastik. Buku Ajar Bedah.
RSCM; 1999; 221-225
17. Arwaniku. Staf Ilmu Bedah Plastik FK. Unair - RSU Dr. Soetomo. Luka Bakar
dalam Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka last up date Sunday, May
11, 2008 (on line) available at http://Surabaya_Plastic_Surgery.htm di unduh
07-09-08
Lakalantas
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi8
2.1.2 Visum et repertum Rumusan yang jelas tentang pengertian visum et repertum
telah dikemukakan pada seminar forensik medan pada tahun 1981 yaitu laporan
tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang
diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang
segala hal atau faktayang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh
manusia yang diperiksadengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya
dan pendapat mengenaiapa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut. Visum et
repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan
medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et
repertum secara utuh telah menjembatani ilmu dokter dengan ilmu hukum sehingga
dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas apa yang telah
terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkannorma-norma
hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
2.3 Perlukaan
2.3.1 Definisi Perlukaan Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.
2.3.2 Jenis Perlukaan Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka
akibat kekerasan tajam, dan kekerasan tumpul.
A. Kekerasan tajam Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai
berikut: - Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing - Bila
ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurusatau sedikit lengkung. - Tebing
luka rata dan tidak ada jembatan jaringan. - Daerah di sekitar garis batas luka tidak
ada memar.
B. Kekerasan tumpul Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah
luka memar, luka lecet, dan luka robek/terbuka: Luka memar adalah perdarahan
jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh
kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh besarnya
kekerasan, jenis benda, penyebab, kondisi dan jenisjaringan, usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang diderita. Bila
kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti didaerah mata, leher atau pada
bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan ikat
longgar memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah akibat
gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika ditemukan
perdarahan tepi. Pada perdarahan tepi, perdarahan tidak dijumpai pada lokasi
yang tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang yang berdekatan/cetakan negatif. Memar
biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat menyebabkan
keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat menunjukkan jenis dan derajat
kekerasan yang dialami. Usia dari memar tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga
dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya cedera. Luka lecet
merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.Walaupun kerusakannya
minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan
yang hebat pada alat-alat dalam tubuh. Pada luka robek yang merupakan luka terbuka
yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot. Ciri luka robek adalah tidak beraturan,tepi tidak rata, akar rambut tampak
hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerahyang berambut, sering tampak luka
lecet memar di sekitar luka. Pada kecelakaan lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat
saja disertai dengan patah tulang, baik patahtulang tertutup atau pun patah tulang
terbuka.
2.3.3 Lokasi dan Mekanisme Perlukaan Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana
terjadinya luka akibat kecelakaan lalu lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas
atas, ekstremitas bawah, tubuh bagiandepan, dan tubuh bagian belakang. Fakta fisika
dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena kecelakaan lalu lintas:
1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada
kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan menimbulkaan
efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi bumi. Adanya perbedaan
perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwatraumatis yaitu, akselerasi dan
deselerasi.
2. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah
dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datangnya
gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cedera dan
dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan
cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh.
Tulang frontal dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G,
demikian juga dengan rongga thoraks.
3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan
tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang
tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama.
Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan
10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah
dibandingkan dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk
pengaman.
4. Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti
sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi
G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan.
1. Arah depan Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80%
dari semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari
kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik.
Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan bermotor akan terus
melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi
luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
4. Arah belakang Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau
terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna
mobil), yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa.
2.5 Trauma Mata Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaanmata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata,
Perlukaan yangditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkankehilangan mata. Alat rumah tangga dan resiko dalam pekerjaan sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata.9 Macam-macam bentuk trauma:
A. Mekanik
2. Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, serpihan keramik, bahkan
peralatan tukang.
B. Khemis
1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersihlantai, kapur,
lem (perekat).
2. Trauma khemis asam, misalnya cuka, bahan asam-asam dilaboratorium,gas air
mata. C. Fisis 1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. 2.
Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
2.5.1 Trauma Palpebra Trauma merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada
anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cederamata
yang parah. Trauma mata yang berat dapat menyebabkan cedera multiple pada
palpebra, bola mata dan jaringan lunak orbita. Pada kelompok usia dewasa, trauma
pada mata sering terjadi karena risiko pekerjaan, terutama pekerja lapangan atau
pabrik. Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) yang rendah saat bekerja
dinilai merupakan faktor tersering terkena trauma mata.
Untuk menatalaksana trauma pada mata, khusunya dalam kasus ini adalah pada
bagian palpebra, perlu dilakukan anamnesa terlebih dahulu. Anamnesa harus
mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.
Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan
mendadak. Riwayat trauma juga harus ditanyakan guna memperkirakan kedalaman
dari trauma, atau kemungkinan adanya infeksi , benda asing, serta jenis trauma yang
didapat.
Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka, dan abrasi.
Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda
asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran,
bentuk, dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain untuk memastikan apakah ada defek pupil aferen pada mata yang cedera. Apabila
bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra, dan forniks dapat
diperiksa lebih teliti. Pada kasus trauma mata, mata yang tidak cedera pun harus
diperiksa dengan teliti.
2.5.2 Penatalaksanaan
Pada luka laserasi kelopak mata, apabila terdapat benda berbentuk partikel, maka
harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk mengurangi terbentuknya jaringan parut pada
kulit. Luka kemudian diirigasi dengan salin dan ditutup dengan suatu salep antibiotik
dan kasa steril. Jaringan yang terlepas dibersihkan dan dilekatkan kembali. Karena
vaskularitas kelopak yang sangat baik, maka besar kemungkinannya tidak terjadi
nekrosis iskemik. Laserasi partial-thickness pada kelopak mata yang tidak mengenai
batas kelopak dapat diperbaiki secara bedah, sama seperti laserasi lainnya. Nanum
laserasi full-thickness kelopak yang mengenai batas kelopak harus diperbaiki secara
hati-hati untuk mencegah penonjolan tepi kelopak dan trikiasis.
Trauma kepala umum terjadi pada anak pada umur berapapun. Penyebab trauma
kepala ini antara lain jatuh, kecelakaan saat berolahraga, kecelakaan lalu lintas, dan
trauma bukan karena kecelakaan.
2.6.1 Pemeriksaan
Lakukan primary survey dan pastikan jalan napas, tulang servikal, pernapasan dan
sirkulasi anak dalam keadaan aman. Segera periksa status mental anak dengan
meggunakan skala AVPU. Gunakan penekanan pada supraorbital yang cukup keras
sebagai rangsang nyeri. A Alert (sadar) V Responds to voice (berespon terhadap suara)
P Responds to pain (berespon terhadap nyeri) Purposefully Non-purposefully
Withdrawal/flexor response Extensor response U Unresponsive (tidak berespon) Nilai
ukuran pupil, sama tidaknya dan reaktivitasnya, dan cari tanda-tanda neurologis fokal
lainnya. Lakukan secondary survey untuk melihat secara spesifik pada: Leher dan
tulang servikal deformitas, nyeri, spasme otot Kepala lecet di kulit kepala, laserasi,
pembengkakan, nyeri, Battles Mata ukuran pupil, ekualitas dan reaktivitas,
funduskopi Telinga darah di belakang gendang telinga, kebocoran LCS Hidung
deformitas, pembengkakan, perdarahan, kebocoran LCS Mulut trauma gigi, trauma
jaringan lunak Patah tulang wajah Fungsi motorik periksa alat gerak untuk melihat
adanya refleks dan kelemahan sesisi Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma Score
Pertimbangkan kemungkinan adanya trauma non-kecelakaan selama secondary
survey terutama pada bayi dengan trauma kepala
2.6.2 Tatalaksana
1. Trauma kepala ringan: Tidak kehilangan kesadaran Satu kali atau tidak ada muntah
Stabil dan sadar Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala Pemeriksaan
lainnya normal Anak-anak ini dapat dipulangkan dari Gawat Darurat untuk kemudian
dirawat oleh orang tuanya. Jika terdapat keraguan apakah telah terjadi hilangnya
kesadaran atau tidak, anggap telah terjadi dan tatalaksana sebagai trauma kepala
sedang. Pastikan orang tua mendapatkan instruksi yang jelas mengenai tatalaksana
anak mereka di rumah terutama untuk segera kembali ke rumah sakit jika anak:
menjadi tidak sadar atau sulit dibangunkan menjadi bingung mengalami kejang timbul
sakit kepala menetap berulang kali muntah keluar darah atau cairan dari hidung atau
telinga
Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian Saat ini sadar atau berespon terhadap
suara. Mungkin mengantuk Dua atau lebih episode muntah Sakit kepala persisten
Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma Mungkin mengalami luka
lecet, hematoma, atau laserasi di kulit kepala Pemeriksaan lainnya normal Jika
berdasarkan anamnesis dari keluarga atau petugas ambulans, anak tidak mengalami
penurunan secara neurologis maka anak dapat diobservasi di IGD selama 4 jam
dengan observasi tiap 30 menit (kesadaran, nadi, frekuensi napas, tekanan darah,
pupil, dan kekuatan motorik). Anak dapat dipulangkan jika terdapat perbaikan selama
4 jam menjadi dalam keadaan sadar dan tidak terdapat muntah. Sakit kepala persisten,
hematoma yang besar, atau luka penetrasi dapat membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut. Jika anak masih mengantuk atau muntah atau bila terdapat perburukan selama
4 jam, diskusikan dengan ahli bedah saraf untuk rawat inap dan penyelidikan lebih
lanjut.
Tata laksana awal trauma kepala berat: Mencegah kerusakan otak sekunder
dengan mempertahankan jalan napas yang paten, ventilasi dan oksigenasi adekuat,
dan menghindari hipotensi. Imobilisasi tulang servikal harus dipertahankan bahkan
apabila foto lateral tulang servikal normal. Pastikan intervensi bedah saraf dan ICU
sejak dini. Dengan konsultasi bersama ahli bedah saraf pertimbangkan untuk
menurunkan tekanan intrakranial: Naikkan kepala 20-30 (hanya setelah syok
dikoreksi) Ventilasi sampai pCO2 35mmHg Pertimbangan pemberian mannitol
0.5-1g/kg IV Pastikan tekanan darah adekuat Kontrol kejang. Lakukan CT scan
kepala segera. Berdasarkan National Institute for Health and Clinical Excellence, CT
scan kepala dilakukan jika terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini: Kehilangan
kesadaran lebih dari 5 menit Tidak dapat mengingat kejadian sebelum atau sesudah
trauma dan berlangsung lebih dari 5 menit Mengantuk yang tidak lazim Mual tiga kali
atau lebih sejak trauma Kemungkinan kerusakan yang timbul perlahan Kejang setelah
trauma (jika anak tidak menderita epilepsi) GCS kurang dari 14 atau kurang dari 15
untuk bayi kurang dari 1 tahun, ketika pertama kali diperiksa di IGD Tanda-tanda
yang menunjukkan tengkorak menekan otak Tanda-tanda fraktur basis cranii (misal,
mata panda) Luka lecet, bengkak, atau robekan di kepala >5cm pada bayi di bawah 1
tahun Mengalami kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi Jatuh dari ketinggian
lebih dari 3 meter Terluka oleh benda atau sesuatu dengan kecepatan tinggi Cedera
kepala bisa menyebabkan memar atau robekan pada jaringan otak maupun pembuluh
darah di dalam atau di sekitar otak, sehingga terjadi perdarahan dan pembengkakan di
dalam otak. Cedera yang menyebar menyebabkan sel-sel otak membengkak sehingga
tekanan di dalam tulang tengkorak meningkat. Akibatnya anak kehilangan kekuatan
maupun sensasinya, menjadi mengantuk atau pingsan. Gejala-gejala tersebut
merupakan pertanda dari cedera otak yang berat, dan kemungkinan akan
menyebabkan kerusakan otak yang permanen sehingga anak perlu menjalani
rehabilitasi. Jika pembengkakan semakin memburuk, tekanan akan semakin
meningkat sehingga jaringan otak yang sehatpun akan tertekan dan menyebabkan
kerusakan yang permanen atau kematian. Pembengkakan otak dan akibatnya,
biasanya terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah terjadinya cedera. Suatu komplikasi
yang serius tetapi relatif jarang terjadi adalah perdarahan diantara lapisan selaput yang
membungkus otak atau perdarahan di dalam otak: Hematoma epidural adalah suatu
perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaputnya/duramater. Perdarahan ini terjadi
akibat kerusakan pada arteri atau vena pada tulang tengkorak. Perdarahan
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak sehingga lama-lama kesadaran
anak akan menurun. Hematoma subdural adalah perdarahan dibawah duramater,
biasanya disertai dengan cedera pada jaringan otak. Gejalanya berupa rasa mengantuk
sampai hilangnya kesadaran, hilangnya sensasi atau kekuatan dan pergerakan
Abnormal (termasuk kejang). Hematoma intraventrikuler (perdarahan di dalam
rongga internal/ventrikel), hematoma intraparenkimal (perdarahan di dalam jaringan
otak) maupun hematoma subaraknoid (perdarahan di dalam selaput pembungkus otak),
merupakan pertanda dari cedera kepala yang berat dan biasanya menyebabkan
kerusakan otak jangka panjang.
2.7 Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pada kematian
yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan
untuk beberapa alasan : - Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban,
terutama bila jenazah telah terbakar habis, atau termutilasi. - Untuk menentukan sebab
kematian dan apakah kematian disebabkan kesalahan atau kecacatan sarana
transportasi. Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima. - Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan
tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat. - Untuk mendokumentasikan
penemuan untuk kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan
keadilan. Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor,
danpada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti
inidapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan
bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat
ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti
dapatdilakukan antara lain :
a. Dalam kendaraan Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari
penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan
yang dimana terjadi benturan.
b. Pada tubuh korban Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari
kendaraan yang bisa tertanam pada luka. Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik
pada pengemudi maupun penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah
mencakup pemeriksaan untuk alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan
narkotika. Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri
(suicidal action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan
bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:
b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama
maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada
dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di dada
ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.
2.8.1.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Pasal 238 (1) Pemerintah
menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan, sarana, dan Prasarana Lalu Lintas
yang menjadi penyebab kecelakaan. (2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk
pencegahan dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Pasal 239 (1) Pemerintah
mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2)
Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.8.2 Hak Korban17 Pasal 240
Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan: a. pertolongan dan perawatan
dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau
Pemerintah; b. ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas; dan c. santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan
asuransi. Pasal 241 Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh
pengutamaan pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sumber : http://theherijournals.blogspot.co.id/2013/01/kecelakaan-lalu-lintas.html