Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PERPAJAKAN I

KEBIJAKAN PAJAK SELAMA TAHUN 2015-2016

KELOMPOK 8

ANGGOTA :

AKHMAD GIFARI (5150111069)


NUR AINI (5150111090)
EKA YULIARTI (5150111097)
NITA ARNITA (5150111129)

JURUSAN : S1 AKUNTANSI

KELAS :B

MATKUL : PAJAK
Arah Kebijakan Perpajakan Tahun 2015

Pemerintah dan DPR telah menetapkan arah kebijakan perpajakan untuk tahun 2015.
Penetapan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar), Yasonna H
Laoly, saat menyampaikan hasil pembahasan pembicaraan pendahuluan penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 2015 di Komplek Parlemen di
Jakarta, Selasa (8/7).
Pertama, kebijakan perpajakan dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan. Untuk
menggenjot hal ini, dewan dan pemerintah bersepakat bahwa penyempurnaan peraturan,
ekstensifikasi, intensifikasi serta penggalian potensi wajib pajak menjadi hal yang wajib
dilakukan.
Kebijakan kedua, yakni kebijakan perpajakan dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi
nasional. Seperti, bea masuk, bea keluar dan pajak penghasilan. Untuk arah kebijakan yang
ketiga, yakni dalam rangka peningkatan daya saing dan nilai tambah. Seperti insentif fiskal dan
hilirisasi, kata Yasonna.
Sedangkan kebijakan yang keempat, mengarah pada kebijakan perpajakan dalam rangka
pengendalian konsumsi barang kena cukai. Misalnya, terkait penyesuaian tarif cukai hasil
tembakau. Sementara terkait arah kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Kementerian/Lembaga (K/L) tahun 2015 akan dilakukan sejumlah cara. Pertama, dilakukannya
penyempurnaan aturan, yakni PP tentang Tarif atas Jenis PNBP di masing-masing K/L. Hal ini
dilakukan untuk mengintensifikasi dan ekstensifikasi PNBP.
Kedua, melaksanakan monitoring dan evaluasi sebagai sarana pengawasan, pengendalian
dan evaluasi terhadap pelaksanaan PNBP. Ketiga, meningkatkan pelayanan berbasis teknologi
informasi dan melengkapi database wajib bayar PNBP. Keempat, melakukan penegakan hukum
terhadap pelanggaran ketentuan pemungutan dan pengelolaan PNBP. Kelima, meningkatkan
sarana prasarana pengasil PNBP dan kualitas SDM pengelola PNBP.
Dan keenam, memanfaatkan online system dalam penyetoran PNBP melalui SIMPONI
(Sistem Informasi PNBP Online), tutur Yasonna. Dari hasil pembicaraan ini juga ditetapkan
arah kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan sumber daya alam (SDA) minyak
dan gas (migas) tahun 2015. Pertama, peningkatan produksi migas yang bersumber dari
peningkatan produksi lapangan. Kedua, pencapaian target lifting minyak mentah dan lifting gas
bumi. Dan ketiga, mengupayakan terciptanya efisiensi cost recovery. Serta yang keempat,
memperbaharui harga jual gas.
Sedangkan untuk kebijakan di bidang dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tahun
2015, pemerintah akan melakukan optimalisasi terhadap pay-out ratio dividen BUMN dengan
tetap mempertimbangkan kondisi keuangan masing-masing BUMN. Kedua, pemerintah akan
meningkatkan return on investment BUMN seiring dengan peningkatan capital expenditure
(Capex). Ketiga, pemerintah akan melakukan right sizing terhadap jumlah BUMN untuk
efisiensi dan peningkatan kinerja BUMN.
Dan yang keempat, pemerintah akan meningkatkan market capitalization untuk BUMN
yang sudah go public. Sebelumnya, pemerintah dan DPR sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi
tahun 2015 akan berada di level 5-6 persen. Untuk inflasi pada tahun 2015, diperkirakan akan
relatif lebih rendah yakni sekitar 3-5 persen. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) pada tahun 2015 diperkirakan berada di level Rp11.500-Rp12.100 per
dolar.
Pemerintah Siapkan Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak di Tahun Pembinaan Wajib
Pajak 2015

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tengah menyiapkan Rancangan


Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Sebagai Akibat dari Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT),
Pembetulan SPT, dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak untuk diusulkan kepada
Menteri Keuangan untuk ditetapkan sebagai Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
RPMK tersebut sesuai dengan program DJP yang mencanangkan tahun 2015 sebagai
Tahun Pembinaan Wajib Pajak dengan moto Reach the Unreachable, Touch the Untouchable.
Dengan nanti adanya kebijakan ini maka wajib pajak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
melakukan pembetulan SPT beberapa tahun ke belakang dan kepadanya akan diberikan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi.
Jenis SPT yang dapat dilaporkan dan dibetulkan dalam RPMK itu adalah SPT Tahunan
PPh Badan, SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, SPT Masa PPh, SPT Masa PPN dan SPT Masa
PPN bagi Pemungut PPN. RPMK tersebut mengacu pada Pasal 36 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang mengatur bahwa Direktur
Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
Sanksi Administrasi yang dimaksud dalam RPMK tersebut terbatas atas sanksi
administrasi yang dikenakan sebagai akibat dari:
1. keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) untuk Tahun Pajak 2013 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa untuk Masa
Pajak Desember 2014 dan sebelumnya
2. keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2013 dan sebelumnya
3. keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya
4. pembetulan yang dilakukan oleh wajib pajak atas SPT Tahunan PPh untuk Tahun
Pajak 2013 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014
dan sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2015.
Bagi wajib pajak terdaftar yang telah menyampaikan SPT, bagi wajib pajak terdaftar
namun belum menyampaikan SPT, dan bagi orang pribadi atau badan yang belum terdaftar
sebagai wajib pajak dapat memperoleh fasilitas yang ada pada RPMK tersebut jika
menyampaikan atau melakukan pembetulan SPT 1 (satu) tahun atau beberapa tahun kebelakang
selama tahun 2015.
Sesuai RPMK ini, bagi wajib pajak yang telah menyampaikan SPT dan melakukan
pembetulan atas SPT baik untuk 1 (satu) tahun maupun untuk beberapa tahun kebelakang selama
tahun 2015, akan memperoleh fasilitas penghapusan sanksi bunga sebagai akibat pembetulan
SPT dan penghapusan sanksi denda sebagai akibat belum dibuatnya faktur pajak, khusus untuk
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Kemudian, bagi wajib pajak yang belum menyampaikan SPT baik untuk 1 (satu) tahun
maupun untuk beberapa tahun kebelakang dan menyampaikannya selama tahun 2015, akan
memperoleh fasilitas penghapusan sanksi denda sebagai akibat dari keterlambatan penyampaian
SPT, penghapusan sanksi bunga sebagai akibat dari keterlambatan pembayaran pajak, serta
penghapusan sanksi denda sebagai akibat tidak dibuatnya faktur pajak, khusus untuk SPT Masa
PPN.
Terakhir, bagi orang pribadi atau badan yang belum terdaftar sebagai wajib pajak namun
mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di tahun 2015, kemudian menyampaikan SPT baik untuk
1 (satu) tahun maupun untuk beberapa tahun kebelakang selama tahun 2015 juga akan
memperoleh fasilitas penghapusan sanksi denda sebagai akibat dari keterlambatan penyampaian
SPT, penghapusan sanksi bunga sebagai akibat dari keterlambatan pembayaran pajak, serta
penghapusan sanksi denda sebagai akibat dari tidak dibuatnya faktur pajak, khusus untuk SPT
Masa PPN.

EMAIL : mita.arnieta@gmail.com
Ekayuliarti20@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai