Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI

Hemoroid adalah penebalan bantalan jaringan submukosa yang terdiri dari venula, arteriol dan
jaringan otot polos yang terletak di kanalis anal. (SCHWARTZ)

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
plesus hemoroidalis (buku ajar ipd, mmn)

II.2 ANATOMI REKTUM DAN ANUS

II.2.1 REKTUM (anatomi snell dan histologi trisakti)

a. Bentuk dan Ukuran Rektum


Panjang: berkisar 115 cm
Keliling: 15 cm pada rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang
terluas
Berjalan ke bawah melewati lengkung sakrum dan coccygeus, berakhir di depan
ujung coccygeus dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri
menjadi canalis analis.
b. Histologi
Dinding rektum terdiri dari 4 lapisan:
- Mukosa
- Submukosa
- Muskularis (sirkular dan longitudinal)
- Lapisan serosa
c. Vaskularisasi Darah dan Getah Bening
Arteri
- Tunika mukosa : Arteri rectalis superior
- Tunika muscularis : Arteri rektalis media, arteri rektalis inferior
Vena
- Vena rektalis superior
d. Persarafan Pada Rektum
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik:
Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior. Serabut ini mengatur
fungsi emisi air mani dan ejakulasi.
Serabut parasimpatis berasal dari sakral 2,3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi
ereksi penis, klitoris dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan.
e. Fungsi Rektum
Tempat penampungan feses
Mendorong feses untuk keluar

II.2.2 CANALIS ANALIS

a. Panjang : 1,5 inchi


b. Berjalan ke bawah dan ke belakang dari ampula rekti untuk membuka ke permukaan anus
kecuali pada saat defekasi, dinding lateral canalis analis dipertahankan saling berdekatan
dengan musculus elevator ani dan musculus sphincter ani.
c. Pendarahan (BIFIDA)
Arteri :
- arteri hemorrhoidalis superior: kelanjutan langsung dari arteri mesenterika
inferior.
- arteri hemorrhoidalis medialis: percabangan anterior arteri iliaka interna,
- arteri hemorrhoidalis inferior: cabang arteri pudenda interna
Vena :
- vena hemorrhoidalis superior: berasal dari plexus hemorrhoidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta.
- vena hemorrhoidalis inferior: mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna
dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.
d. Persarafan
Saraf simpatis: berasal dari plexus mesenterikus inferior
Saraf Parasimpatis: berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat

II.2.3 ANUS

a. Definisi
Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
b. Struktus Anus
Sfingter Anal Internal
Adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5
sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal eksternal
meskipun letaknya cukup terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm. Fungsi sfingter anal
internal adalah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar.
Sfingter Anal Eksternal
Adalah serat otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus.
Panjangnya 8 sampai 10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal adalah untuk
membuka dan menutup kanalis anal.
II.3 FISIOLOGI REKTUM DAN ANUS

Rektum adalah bagian terminal dari interstisium crasum yang merupakan kelanjutan dari
colon sigmoideum. Rektum terletak di linea mediana sebelah anterior dari sacrum. Rectum
dibagi menjadi 2 yaitu rektum propium dan kanalis analis. Kanalis analis berasal dari proktoderm
yang merupakan invaginasi dari ektoderm, sedangkan rektum berasal entoderm. Karena
perbedaan asal inilah maka vaskularisasi, inervasi dan pengaliran limfe berbeda juga, demikian
pula epitel yang menutupinya. Canalis analis dan sekitarnya kaya akan persarafan sensoris
somatik dan peka terhadap rangsang nyeri. Sedangkan mukosa rektum mempunyai persarafan
otonom dan tidak peka terhadap nyeri. Di anus terdapat otot-otot sphincter yang mengatur
kontraksinya antara lain: media levator ani, media sphincter ani internus, dan media sphincter ani
eksternus.

Fungsi utama rektum dan kanalis analis adalah untuk mengeluarkan massa feses yang
terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan cara terkontrol. Rektum
dan kanalis analis tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit
cairan. Selain itu sel-sel goblet mukosa mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai pelicin
untuk keluarnya massa feces.

Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses, hal ini sebagian diakibatkan adanya otot
sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction, kira-kira 20 cm dari
anus. Terdapat lekukan tajam dari tempat tersebut juga memberi tambahan penghalang
masuknya feses ke rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah
rektum, secara normal hasrat untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh refleks
kontraksi dari rektum dan refleksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-menerus
dan sedikit demi sedikit dari anus karena adanya kontraksi otot sfingter ani interna dan eksterna.

Budianto, Anang. . 2005. Guidance to Anatomy II. Surakarta: Keluarga Besar Asisten Anatomi
FKUNS.

II.34EPIDEMIOLOGI
Hemoroid dapat terjadi di semua umur. Hemoroid dapat terjadi pada usia 20-50 tahun baik pada
laki-lai maupun perempuan, tetapi paling banyak pada umur 45-65 tahun. Penyakit hemoroid
jarang terjadi pada usia 20 tahun. Angka prevalensi di akhir pertengahan abad ke-20 menurun.
Sepuluh juta orang di Indonesia menderita hemoroid dengan prevalensi 4% laki-laki dan
perempuan mempunyai prevalensi sama. Penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1998-2005 terdapat 39% pasien yang menderita hemoroid.

II.5 ETIOLOGI

1. Pekerjaan
2. Kebiasaan buang air besar yang sulit
3. Mengedan berlebihan

II.6 FAKTOR RESIKO

Faktor resiko hemoroid antara lain:

1. Kurangnya konsumsi makanan berserat


Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi apabila diiringi
dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi cairan dapat
membantu kerja serat makanan dalam tubuh.
2. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang disebabkan oleh
tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang menumpuk karena absorpsi cairan
yang berlebihan.18 Pada konstipasi diperlukan waktu mengejan yang lebih lama.
Tekanan yang keras saat mengejan dapat mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus
hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid. Beberapa penyebab konstipasi
antara lain : 25
a. Peningkatan stress psikologis
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak
peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress juga dapat
menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon).
b. Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti;
beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak lebih lambat
di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat
pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
c. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain
dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf pusat
sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
d. Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna.
Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.
3. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun juga
menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul prolaps. Selain
itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang
berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras.
Sehingga
terjadi penekanan berlebihan pada plexus hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses
mengejan untuk mengeluarkan tinja.
4. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir akan
memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.
5. Tumor Abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemorrhoid adalah
tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain. Tumor ini dapat
menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus
hemorrhoidalis.
6. Pola Buang Air Besar Yang Salah
Dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak.
Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus.
Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat
mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak
antara usus kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam
colon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa ingin
buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi.
7. Kurang Intake Cairan
Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian hemorrhoid. Hal
tersebut dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan tinja menjadi keras
sehingga seseorang akan cenderung mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut.
Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat membantu
melunakkan tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk
mengeluarkan tinja.
8. Kurang Aktivitas Fisik (41-50 jurnal ponco)
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan
merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu dengan
melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut
diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot.22,26 Namun
dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan
meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan
musculus sphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita mengejan akan terjadi
peregangan yang bertambah buruk.
9. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan peristaltik
saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan
mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada
wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen.
Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis. (bifirda ulima)

II.7 KLASIFIKASI

Berdasarkan letaknya, hemoroid dapat dibagi menjadi eksterna, interna atau gabungan keduanya

1. Hemoroid Eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul di
sebelah luar musculus sphincter ani. Hemoroid eksterna dapat membengkak dan
meninbulkan rasa tidak nyaman bahkan nyeri jika terjadi trombosis. Trombosis
hemorrhoid adalah kejadian yang biasa terjadi dan dapat dijumpai timbul pada pleksus
analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus hemorrhoidalis
utama dalam tela submukosa kanalis analis atau keduanya. Trombosis analis eksternus
pada hemorrhoid biasa terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai
stigmata hemorrhoid lain. (10-13-1)
Hemoroid Eksterna dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hemoroid Eksterna Akut
Dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu
hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri.
b. Hemoroid Eksterna Kronik
Merupakan sequele dari hematoma akut (bifirda ulima)
2. Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah pleksus hemorrhoidalis interna dapat membesar, apabila
membesar terdapat peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang
mendukungnya, dan terjadi pembengkakan vena. Hemorrhoid interna sering terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. (10-
13-1). Biasanya tidak nyeri dan terdapat pendarahan berwarna merah terang atau prolaps
saat defekasi. Rasa nyeri biasanya berkaitan dengan abses, fisura atau trombosis
hemoroid interna. Klasifikasi hemoroid interna adalah:
a. Derajat 1 : Gejala pendarahan merah segar pada saat defekasi tanpa adanya prolaps
b. Derajat 2 : Prolaps anal cushion keluar dari dubur saat defekasi tetapi masih bisa
masuk kembali secara spontan.
c. Derajat 3 : Seperti derajat 2 tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong
kembali.
d. Derajat 4 : Telah terjadi prolaps yang tidak bisa masuk kembali. (kapita selekta)

II.8 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

II.9 MANIFESTASI KLINIS (kapsel)

1. Pendarahan, terdapat feses berwarna merah segar saat defekasi, menetes, tidak bercampur
feses dan biasanya jumlahnya bervariasi.
2. Prolaps, awalnya hemoroid dapat tereduksi spontan tetapi jika hemoroid bertambah besar
maka lama kelamaan tidak dapat dimasukkan.
3. Rasa tidak nyaman hingga nyeri, jika teregang maka akan terdapat trombosis luas dengan
edema atau peradangan.
4. Feses di pakaian dalam, karena hemoroid mencegah penutupan anus dengan sempurna.
5. Gatal, jika proses pembersihan kulit perianal menjadi sulit atau apabila ada cairan keluar.
6. Bengkak
7. Nyeri pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat direduksi kembali.

II.10 DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Keluhan yang terdapat pada manifestasi klinis

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Colok Dubur

Pada hemoroid interna stadium awal jika diperiksa colok dubur, maka tidak dapat diraba karena
tekanan vena didalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Hemoroid dapat diraba apabila bertambah besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan
dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoa rektum.
(Sjamjuhidajat, 2004).

a. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan/tonjolan yang
muncul.
b. Palpasi
Diraba akan memberi gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam anal kanal. Dinilai
juga tonus dari sfingter ani. Biasanya hemorrhoid sulit untuk diraba kecuali jika
ukurannya besar.
c. Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan adanya karsinoma rectum. Jika
sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan menebal, bila sudah terjadi jejas akan
timbul nyeri yang hebat pada perabaan.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Anoskopi

Anoskop dimasukkan untuk mengamati empat kuadran, pasien dengan posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan ke dalam anus sedalam mungkin. Penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajat letaknya, besarnya
dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fisura ani dan tumor ganas harus diperhatikan,

Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan keluhan, bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat tinggi karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau
tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar. (Sjamjuhidajat,
2004).

Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2004. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal: 672-675.

II.11 DIAGNOSIS BANDING (kapsel)

1. Karsinoma kolerektal
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa

II.12 TATA LAKSANA (schawartz dan kapsel)

1. Tata Laksana Non Operatif


a. Menjaga higienitas, menghindari pengejanan berlebihan saat defekasi atau aktivitas
berat.
b. Modifikasi diet dengan makanan berserat, banyak minum dan mengurangi daging.
c. Medikamentosa
- Antibiotik jika terdapat infeksi
- Salep rektal/suppositoria: Untuk anastesi dan pelembab kulit (sediaan
supositoria/krim yang mengandung fluocortolone pivalate dan lidokain)
- Pelancar defekasi (cairan parafin, yal, magnesium sulfat)
-
d. Ligase dengan karet gelang
- Indikasi: Perdarahan terus-menerus dari wasir derajat tiga pertama, kedua, dan
dipilih dapat diobati dengan ligasi pita karet.
- Langkah-langkah: Dengan bantuan anuskopi, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus.
Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam
beberapa hari mukosa bersama karet terlepas dengan sendirinya. Fibrosis dan
parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
- Perdarahan dapat terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ligasi pita karet, pada
saat pedikel diikat necroses. Perdarahan biasanya terjadi terbatas, tetapi
perdarahan terus-menerus mungkin memerlukan pemeriksaan di bawah
anestesi dan jahitan ligasi pedikel itu.
- Komplikasi: kandung kemih, infeksi, dan perdarahan. retensi urin terjadi pada
sekitar 1% dari pasien. Necrotizing infeksi adalah komplikasi yang jarang
namun mengancam jiwa.
e. Skleroterapi
- Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya3
mL larutan sclerosing (fenol dalam minyak zaitun, natrium morrhuate, atau
kina urea) yang disuntikkan ke dalam submukosa setiap wasir
- Efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II
- Tujuan penyuntikan diberikan ke submukosa adalah untuk menimbulkan
peradangan steril kemudia menjadi fibrotik lalu menjadi jaringan parut.

Masukin gambar

2. Tata Laksana Operatif

Apabila hemoroid interna derajat 1 yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif
dapat dilakukan pembedahan. Indikasi untuk melakukan tatalaksana pembedahan hemoroid
adalah sebagai berikut:

- Hemoroid interna derajat II berulang


- Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
- Mukosa rektum menonjol keluar anus
- Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
- Kegagalan penatalaksanaan konservatif
- Permintaan pasien

Hemorrhoidectomy

Hemorrhoidectomy merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV pada
penderita yang mengalami pendarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara lain.
Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis dan nyeri yang
hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus diperhatikan pada
hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang sangat berlebihan,
dengan tidak mengganggu spincter ani. Terdapat dua variasi hemorrhoidectomy adalah open
hemorrhoidectomy dan closed hemorrhoidectomy.

Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD,
penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2010. Hal.788-792.

Syamsuhidayat R, Jong W.D. Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, Pemeriksaan Penunjang: 910-
912

Sabiston, Buku Ajar Bedah Bagian 2. EGC. Jakarta.1994

a. Hemoroid Tertutup (Park of Ferguson Hemorrhoidectomy) (Schwatzz)


Langkah:
- Prosedur dilakukan dalam posisi tengkurap atau litotomi di bawah anestesi
lokal, regional, atau umum.
- Lubang anus diperiksa dan spekulum anal dimasukkan.
- Ambeien bantal dan terkait mukosa yang berlebihan diidentifikasi serta
dipotong menggunakan sayatan elips mulai dari distal ke ambang anal dan
meluas dari proksimal ke cincin anorectal. Hal ini penting untuk
mengidentifikasi sfingter internal dan hati-hati sikat ini jauh dari diseksi untuk
menghindari cedera sphincter.
- Puncak pleksus hemoroid kemudian diikat dan wasir dipotong. Luka
kemudian ditutup dengan jahitan diserap berjalan.

b. Hemoroid Terbuka (Miligan and Morgan hemorrhoidectomy)


Teknik ini, sering disebut Milligan dan Morgan hemorrhoidectomy, mengikuti prinsip
yang sama dari eksisi dijelaskan di atas dalam submukosa Hemoroidektomi,
tetapi luka dibiarkan terbuka dan memungkinkan untuk terjadi penyembuhan
sekunder.
Terdapat 3 prinsip pada teknik ini yaitu:
- Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan
anoderm.
- Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan
dengan cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng
(anoderm).
- Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas
yang diisi jaringan granulasi.

Teknik-teknik closed hemorrhoidectomy adalah tindakan bedah hemoroid umumnya


Menyebabkan rasa sakit hebat, apabila mukokutan yakni bagian kulit tipis yang
meliputi lubang anus terpaksa dilukai. Bagian yang sangat sensitif ano-cutan,
mempunyai sensor syaraf rasa raba dan rasa sakit yang sangat rapat sebagaimana
perabaan ujung jari tangan yang sangat nyeri apabila terluka pada teknik operasi tanpa
rasa sakit, bagian muko-kutan sengaja tidak dilukai dan pleksus hemorrhoid yang
melipat keluar yang tidak mempunyai sensor rasa sakit, dipotong dan difiksasi kembali
ke arah proksimal.

c. Teknik Lain
- Teknik operasi Whitehead
hemorrhoidectomy Whitehead melibatkan eksisi keliling dari bantal hemoroid
di sebelah proksimal garis dentate. Setelah eksisi, mukosa rektum dijahit ke
garis dentate. Meskipun beberapa ahli bedah masih menggunakan teknik
hemorrhoidectomy Whitehead, sebagian telah meninggalkan pendekatan ini
karena risiko ektropion (deformitas Whitehead).
- Teknik Operasi Langenbeck
Dilakukan dengan cara menjepit Vena Hemoroidalis interna secara radier
dengan klem -> lakukan jahitan jelujur dengan chromic gut no.22 -> eksisi
jaringan di atas klem sebelum klem dilepas -> jepitan jelujur di bawah klem
dilepas. Teknik ini sering dipakai karena tidak menyebabkan timbulnya parut
sirkuler.

II.13 KOMPLIKASI (kapsel)

1. Pendarahan hebat
2. Abses
3. Fistula perianal
4. Inkarserasi
5. Striktur ani

II.14 PROGNOSIS (kapsel)

Keluhan pasien hemoroid dapat dihilangkan dengan terapi yang tepat.

II.15 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap hemorrhoid adalah:

- Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-mayur
dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses
lebih lembek dan besar sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena
anus.
- Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
- Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air
besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.

Anda mungkin juga menyukai