Proposal Penkes

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PENDIDIKAN KESEHATAN SIKAT GIGI DAN CUCI TANGAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan II

Disusun oleh:

Kelompok 12 (A.14.1)

Ariza Widya Rahma (22020114120043)

Aryani Wahyuningsih (22020114120013)

Elyza Wadave Rindu A (22020114120034)

Fera Ayu Fitriyani (22020114120031)

Niken Kusumaningrum (22020114120019)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016
I. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan salah satu aplikasi dari terciptanya pembangunan
kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Salah satu hal untuk mewujudkannya,
maka diperlukan pendekatan lewat beberapa cara, seperti pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, serta
pemulihan kesehatan. Selain itu, diperlukan sasaran yang tepat, agar derajat kesehatan
tersebut dapat berjalan berkesinambungan. Salah satu sasarannya yaitu untuk anak
usia prasekolah, karena pada masa prasekolah biasanya mulai diajarkan mengenai
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diajarkan seperti cara menggosok
gigi yang benar, serta cara mencuci tangan yang tepat. Kedua hal tersebut penting
diajarkan karena masih banyak anak yang mengalami masalah gigi, dan mulut, serta
berbagai penyakit pencernaan.
Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010) dalam Sariningsih (2012),
prevalensi kesehatan gigi, dan mulut di Indonesia terhadap tingkat karies sebesar
70%, dan 50% diantaranya adalah golongan umur balita. Selain itu, menurut hasil
penelitian Suryawati, dkk (2009), menyebutkan bahwa 76,8% Ibu anak balita
memiliki peran yang kurang terhadap kesehatan gigi, dan mulut anaknya, serta
71,33% Ibu tidak pernah memeriksakan gigi anak balitanya ke dokter gigi karena
beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti dengan gigi
permanen sehingga ibu menganggap kerusakan pada gigi susu bukan merupakan
suatu masalah.
Masalah karies gigi pada anak prasekolah disebabkan oleh banyak faktor antara
lain memiliki kegemaran makan-makanan manis, seperti permen, dan coklat,
kebersihan gigi dan mulut, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kesehatan
seperti mengemut makanan, kebiasaan mengulum permen, kebiasaan minum susu
menjelang tidur dengan menggunakan susu botol yang terlalu lama, serta peran
orangtua yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Peran
orangtua terutama ibu dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh terhadap perilaku
anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Peran serta orangtua sangat diperlukan
dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan
fasilitas kepada anak, agar anak dapat memelihara kebersihan giginya sehingga karies
gigi dapat dihindari (Ana Suciarti, dkk, 2014).
Selain masalah gigi, dan mulut, anak-anak juga cenderung lebih mudah terkena
penyakit pencernaan seperti diare, cacingan, dan flu. Hal tersebut terjadi karena
kurang bersihnya makanan yang mereka makan, atau anak-anak tersebut kurang
menjaga kebersihan dirinya, seperti tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, atau tidak mencuci tangan setelah memegang benda, atau barang-barang yang
ada disekitarnya. Menurut data dari Departemen Kesehatan RI, (2011) ada sebanyak 6
juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi
di negara berkembang, serta diperkirakan lebih dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya, dan sekitar 20% meninggal karena diare. Hal tersebut didukung juga oleh
jurnal penelitian yang melakukan survey di TK Pertiwi I Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan pada bulan November 2013, didapatkan dari 10 anak, sebanyak
80% tidak bisa melakukan cuci tangan dengan teknik yang benar. Informasi yang
diperoleh murid mengenai teknik cuci tangan belum maksimal. Mereka hanya sebatas
mengetahui bahwa harus mencuci tangan setelah mereka bermain tanpa mendapatkan
pendidikan tentang teknik cuci tangan yang benar (Dadang Kusbiantoro, 2015). Hal
tersebut dikarenakan kurangnya tingkat pengetahuan anak prasekolah dalam mencuci
tangan yang benar. Selain itu, juga harus ada dukungan dari pihak TK, keluarga, serta
sarana dan prasarana yang memadai, seperti air yang bersih, sabun untuk mencuci
tangan, serta lap tangan yang diganti setiap hari.
Pentingnya menjaga personal hygiene sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 Pasal 3 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa: Setiap orang wajib
ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, dan lingkungannya.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan melalui
proses pembelajaran bersama. Promosi kesehatan dilakukan agar siswa siswi TK
mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah kesehatan, memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang
terlanjur terjadi di lingkungan mereka.
Manfaat dari pendidikan kesehatan yang akan di berikan kepada siswa dan siswi
TK ada 2, yang pertama yaitu untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan
kesadaran bagi para siswa dan siswi TK mengenai tata cara menggosok gigi dengan
baik dan benar supaya gigi dapat menjadi bersih dan sehat, mencegah timbulnya
caries atau karang gigi, dan lubang gigi, memberikan perasaan segar dalam mulut,
serta mencegah bau nafas yang tidak sedap. Manfaat dari pendidikan kesehatan yang
akan di berikan kepada siswa dan siswi TK yang kedua yaitu untuk memberikan
pengetahuan dan meningkatkan kesadaran kepada para siswa dan siswi TK mengenai
tata cara mencuci tangan dengan baik dan benar supaya tangan dapat bersih dari
kuman, kotoran, dan mikoorganisme, menghindari masuknya kuman ke dalam tubuh,
dan menciptakan perilaku hidup yang bersih dan sehat bagi siswa dan siswi TK.
Prevalensi karies di Indonesia mencapai 90% dari populasi anak balita. Menurut
laporan penelitian oleh pengendalian dan pencegahan penyakit pada tahun 2007
menunjukkan bahwa karies gigi telah meningkat khususnya pada anak usia balita dan
anak pra sekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana pada anak usia 2 5 tahun
meningkat 70% dari karies yang ditemukan dan karies gigi paling sering di jumpai
pada usia 5 tahun.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menyatakan bahwa angka
kejadian karies pada anak anak adalah sebesar 60-90%. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai
90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang
lainnya. Jumlah penderita karies di Indonesia didominasi oleh anak kelompok usia
kurang dari 12 tahun sebesar 76,2% atau delapan dari sepuluh anak Indonesia
mengalami masalah gigi berlubang yang disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi
yang salah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Notohartojo (2011) kebiasaan
menyikat gigi 90% berpengaruh terhadap risiko kejadian karies gigi. Selain itu, angka
kejadian cacingan pada anak-anak yang disebabkan oleh perilaku hidup yang kurang
bersih akibat jarang mencuci tangan sebelum makan sebesar 40-60% (Profil Dep Kes
Tahun 2005).

II. Tujuan
A. Tujuan umum
1. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi Taman Kanak-Kanak (TK)
mengenai menggosok gigi dan mencuci tangan
2. Agar siswa-siswi Taman Kanak-Kanak (TK) dapat menerapkan perilaku
menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar
B. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pentingnya menggosok gigi dan mencuci tangan bagi
siswa-siswi Taman Kanak-Kanak (TK)
2. Agar dapat mempraktikkan teknik menggosok gigi dan mencuci tangan yang
benar
3. Untuk mengetahui waktu terpenting dalam menggosok gigi dan mencuci
tangan
4. Untuk mengetahui durasi menggosok gigi dan mencuci tangan

III. Rencana Pelaksanaan


A. Sasaran
Sasaran dalam pendidikan kesehatan ialah siswa taman kanak-kanak.
B. Metode
Metode yang digunakan ialah ceramah, demonstrasi, dan redemontrasi. Metode
ceramah digunakan saat menyampaikan materi tentang sikat gigi dan cuci tangan.
Metode demonstrasi digunakan saat memberikan contoh kepada peserta tentang
cara sikat gigi dan cuci tangan yang benar. Metode redemonstrasi digunakan saat
peserta praktik sikat gigi dan cuci tangan didampingi oleh fasilitator.
C. Waktu/tempat
Waktu dilaksanakan pendidikan kesehatan dimulai pukul 09.00 10.00 WIB
Tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan di ruang kelas.
D. Media
Media yang digunakan adalah PPT. PPT digunakan untuk menampilkan materi
sikat gigi dan cuci tangan.
E. Seting tempat

Keterangan:

: Observer : Fasilitator

: Peserta : Penyaji
Peserta duduk ditiap kursi kelas. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil
berdasarkan letak duduk mereka. Penyaji berada di depan kelas. Fasilitator berada
di dekat peserta.
F. Penyaji
Terdapat satu penyaji yang akan menjelaskan materi dan contoh praktik dari sikat
gigi dan cuci tangan. Di tiap kelompok kecil terdapat fasilitator yang akan
membantu peserta dalam keberlangsungan pendidikan kesehatan. Terdapat
observer sekaligus menjadi operator yang bertugas mengatur media penyampaian
pendidikan kesehatan dan mengamati keberlangsungan kegiataan.
G. Susunan acara
1. Acara dimulai dengan pembukaan dari penyaji
2. Perkenalan oleh penyaji, fasilitator, dan observer kepada peserta
3. Perkenalan setiap peserta
4. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai tempat duduk
5. Fasilitator mendampingi setiap kelompok
6. Penyaji melakukan pretest secara langsung kepada peserta tentang cuci
tangan dan sikat gigi
7. Penyaji menyampaikan materi tentang cuci tangan
8. Penyaji memberi contoh praktik cuci tangan sesuai dengan langkah pada
media
9. Peserta mempraktikan kembali cuci tangan secara mandiri didampingi oleh
fasilitator
10. Penyaji menyampaikan materi tentang sikat gigi
11. Penyaji memberi contoh praktik sikat gigi sesuai dengan langkah pada media
12. Fasilitator membagikan sikat gigi kepada peserta
13. Fasilitator mengoleskan pasta gigi dan memberikan segelas air pada peserta
14. Peserta praktik sikat gigi secara mandiri didampingi oleh fasilitator
15. Penyaji memberikan postest secara langsung pada peserta tentang cuci
tangan dan sikat gigi
16. Fasilitator membagikan log book pada peserta untuk memantau perilaku sikat
gigi dan cuci tangan peserta di rumah.
17. Penyaji menutup acara
IV. Evaluasi
A. Pre-Test
Pre-test merupakan alat ukur pengetahuan yang diberikan sebelum pendidikan
kesehatan diberikan. Pre-test diberikan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
kognitif sasaran pendidikan kesehatan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
Berikut contoh pre-test yang akan diberikan pada sasaran pemberian pendidikan
kesehatan kelompok kami, yaitu siswa-siswa TK. Berhubung pre-test akan
diberikan kepada siswa-siswa TK maka pre-test dilakukan secara lisan oleh
fasilitator, dan diharapkan 85% siswa-siswa TK menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kapan adik-adik menggosok gigi?
2. Berapa kali adik-adik harus menggosok gigi dalam sehari?
3. Bagaimana cara menggosok gigi?
4. Berapa lama waktu untuk menggosok gigi?
5. Kapan adik-adik harus mencuci tangan?
6. Ada berapa langkah cuci tangan ?
7. Berapa lama waktu yang diperlukan adik-adik untuk mencuci tangan?.
B. Post-Test
Post-test merupakan alat ukur pengetahuan yang diberikan sesudah pendidikan
kesehatan diberikan. Post-test diberikan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan kognitif sasaran pendidikan kesehatan setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Berikut contoh post-test yang akan diberikan pada sasaran pemberian
pendidikan kesehatan kelompok kami, yaitu siswa-siswa TK. Berhubung post-test
akan diberikan kepada siswa-siswa TK maka post-test dilakukan secara lisan oleh
fasilitator, dan diharapkan 100% siswa-siswi TK menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kapan adik-adik harus menggosok gigi?
2. Berapa kali adik-adik harus menggosok gigi dalam sehari?
3. Bagaimana cara menggosok gigi?
4. Berapa lama waktu untuk menggosok gigi?
5. Kapan adik-adik harus mencuci tangan?
6. Ada berapa langkah cuci tangan?
7. Berapa lama waktu yang diperlukan adik-adik untuk mencuci tangan?
C. Log Book
Log book digunakan untuk pemantauan tindak lanjut terhadap pendidikan
kesehatan yang telah diberikan. Log book akan diberikan ke setiap siswa untuk di
bawa pulang dan diberikan kepada orang tuanya. Jadi disini yang menjadi
pengawas adalah orang tua dan yang mengisi log book tersebut adalah orang tua
siswa yang bersangkutan, kemudian log book ini akan dikumpulkan setiap dua
minggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Sariningsih, Endang. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini (edisi kesatu). Jakarta:
Gramedia.
Suryawati,S.dkk. (2009). Prevalensi Nursing Mouth Caries pada anak usia 15 60 bulan
berdasarkan frekuensi penyikatan gigi. Diakses pada 15 April 2016, dari
http://resources.unpad.ac.id
Suciari, Ani, Arief, Y. S., Rachmawati, P. D. (2014). Peran Orangtua Dalam Membimbing
Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Prasekolah. Diakses pada 15 April
2016, dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pmnj5ab2f127c22full.pdf
Depkes RI. (2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit. Diakses
pada 15 April 2016, dari http://www.depkes.go.id
Dadang Kusbiantoro. (2015). Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan
Mencuci Tangan Pada Anak Prasekolah. Jurnal Surya. 7(2). 7-12.
Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Winda, Sherit Unaya.; Gunawan, Paulina.; Wicaksono, Dinar. A. 2015. Gambaran Karies
Rampan Pada Siswa Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Pineleng II Indah. Jurnal e-
GiGi (eG), 3 (1) : 175 181

Anda mungkin juga menyukai