Anda di halaman 1dari 27

GEMPA BUMI DI TASIKMALAYA DAN CHILE SERTA

PERSYARATAN BANGUNAN RUMAH SEDERHANA TAHAN


GEMPA

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Gempa yang
diampu oleh Drs. Budi Kudwadi, M.T.

Disusun oleh :

Fauzan Nur Zamil 1500789

Muhammad Ihsan Dzulfikar 1501269

Pratiwi Puspa Lestari 1501552

Nita Tri Ramdani 1501603

Faizal Akbar Maulana 1503845

Aldyzar Ajiputro 1505876

Teknik Sipil A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
Kelompok 7 Teknik Sipil A

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis telah dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik Gempa dalam batas waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat partisipasi berbagai pihak yang telah
membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu,penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengerjaan kajian ini.

Makalah ini dibuat dengan harapan dapat bermanfat sebagai sumber


informasi dan sumber ilmu. Penulis menyadari bahwa kajian ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu jika pembaca ingin memberi kritik, saran atau
menambahkan akan sangat membantu untuk kesempurnaan kajian ini.

Bandung, September 2017

Penulis

i
Kelompok 7 Teknik Sipil A

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

Daftar Gambar ............................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

1.4 Sistematika Penulisan .................................................................... 2

BAB II Pembahasan ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian Gempa .......................................................................... 3

2.2 Karakteristik Gempa ...................................................................... 3

2.3 Tipe-Tipe Gempa Bumi ................................................................. 3

2.4 Penyebab Terjadinya Gempa ......................................................... 4

2.5 Proses Terjadinya Gempa .............................................................. 5

2.6 Jalur Gempa Dunia ......................................................................... 6

2.7 Gempa Tasikmalaya 26 Juni 2010 ................................................. 7

2.8 Gempa Chile 27 Februari 2010 ...................................................... 11

2.9 Persyaratan Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa .............. 16

BAB III Penutup ........................................................................................... 22

3.1 Simpulan ........................................................................................ 22

3.2 Saran .............................................................................................. 22

Daftar Pustaka ............................................................................................... 23

ii
Kelompok 7 Teknik Sipil A

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jalur Gempa................................................................................. 5

Gambar 2. Lapisan Bumi .............................................................................. 5

Gambar 3. Jalur Gempa Indonesia ................................................................ 6

Gambar 4. Jalur Gempa Dunia ...................................................................... 6

Gambar 5. Letak Sumber Gempa Tasikmalaya ............................................ 8

Gambar 6. Skema Gempa Tasikmalaya ........................................................ 9

Gambar 7. Dampak Gempa Tasikmalaya I ................................................... 11

Gambar 8. Dampak Gempa Tasikmalaya II .................................................. 11

Gambar 9. Letak Sumber Gempa Chile ........................................................ 11

Gambar 10. Dampak Gempa Chile I ............................................................. 11

Gambar 11. Subduksi Lempeng Nazca dan Amerika Selatan ...................... 12

Gambar 12. Bangunan Rusak di Maip, Santiago ........................................ 13

Gambar 13. Runtuhan Jalan Tol Vespucio Norte Di Santiago ..................... 14

Gambar 14. Peta Guncangan Gempa Bumi Dari USGS ............................... 15

Gambar 15. Dampak Gempa Chile II ........................................................... 16

Gambar 16. Dampak Gempa Chile III .......................................................... 16

Gambar 17. Dampak Gempa Chile IV .......................................................... 16

Gambar 18. Dampak Gempa Chile V ........................................................... 16

Gambar 19. Stuktur Bangunan yang Salah dan Benar .................................. 19

Gambar 20. Pondasi ...................................................................................... 20

iii
Kelompok 7 Teknik Sipil A

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat


mendukung kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet
anggota tata-surya lainnya. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi
dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup penghuninya termasuk
manusia. Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai,
termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi dan cara memprediksinya.

Indonesia adalah pertemuan rangkaian sirkum mediterania dan


rangkaian sirkum pasifik dengan proses pembentukan gunung yang masih
berlangsung. Oleh sebab itu, di Indonesia banyak terjadi gempa bumi .
Korban jiwa yang di timbulkan dari gempa bumi ini mengalami peningkatan
dari sekian gempa yang terjadi (gempa-gempa besar), hal ini disebabkan
karena kurangnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap gempa dan
cara penanggulanganya, oleh karena itu kami menyusun makalah ini unutk
meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap gempa, serta cara
penanggulanganya dan mitigasi yang baik dan benar.

Salah satu daerah yang sering mengalami gempa di Indonesia yaitu


Kota Tasikmalaya. Hampir setiap tahun Kota Tasikmalaya mengalami gempa
bumi. Lalu ada salah satu negara yang pernah mengalami salah satu gempa
terbesar sepanjang sejarah yaitu Negara Chile pada tahun 2010. Dua daerah
tersebut akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kejadian gempa Tasikmalaya di tahun 2010?


2. Bagaimana kejadian gempa Chile di tahun 2010?
3. Bagaimana persyaratan bangunan rumah sederhana tahan gempa?

1
Kelompok 7 Teknik Sipil A

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kejadian gempa Tasikmalaya di tahun 2010


2. Untuk mengetahui kejadian gempa Chile di tahun 2010
3. Untuk mengetahui persyaratan bangunan rumah sederhana tahan gempa

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci,


maka laporan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
Kelompok 7 Teknik Sipil A

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gempa


Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi
dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang
dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
2.2 Karakteristik Gempa
Adapun karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:
Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
Lokasi kejadian tertentu
Akibatnya dapat menimbulkan bencana
Berpotensi terulang lagi
Belum dapat diprediksi
Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

2.3 Tipe-Tipe Gempa Bumi


Tipe-tipe gempa bumi dapat digolongkan menjadi:
Gempa bumi vulkanik (Gunung Api). Gempa bumi ini terjadi akibat
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa
bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
Gempa bumi tektonik. Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak
yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam
di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang

3
Kelompok 7 Teknik Sipil A

karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh
tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari
tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan
hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak
perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
2.4 Penyebab Terjadinya Gempa
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya gempa bumi, yaitu:
Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
Aktivitas sesar di permukaan bumi
Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan
tanah
Aktivitas gunung api
Ledakan Nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa
dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut
dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak
permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan
berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat
runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

4
Kelompok 7 Teknik Sipil A

2.5 Proses Terjadinya Gempa

Gambar 1. Jalur Gempa


Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras
kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh
karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling
berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik,
merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang
menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.
Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu:
Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra
(Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu
litosfir, merupakan batuan yang relatif
dingin dan bagian paling atas berada
pada kondisi padat dan kaku. Di bawah
lapisan ini terdapat batuan yang jauh
lebih panas yang disebut mantel. Lapisan

Gambar 2. Lapisan Bumi

5
Kelompok 7 Teknik Sipil A

ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku,


sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita
kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari
litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya.
Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap
lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading),
saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu
pada suatu sesar, keduanya dapat
bergerak saling menjauhi, saling
mendekati atau saling bergeser.
Umumnya, gerakan ini berlangsung
Gambar 3. Jalur Gempa Indonesia
lambat dan tidak dapat dirasakan
oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang,
gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan
pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut
sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
2.6 Jalur Gempa Dunia

Gambar 4. Jalur Gempa Dunia

6
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh


jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng
Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke
arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng
Pasifik bergerak relatip ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng berada di laut
sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka
akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan
tsunami.
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh,
Pangandaran dan daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan
ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak sedikit, maka sangat
diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun
masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan
tsunami. Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi
dengan tsunami maka selang waktu tersebut dapat digunakan untuk
memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya
mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini
Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System/ Ina-TEWS).
2.7 Gempa Tasikmalaya 26 Juni 2010
Sang Mutiara dari Priangan Timur itulah julukan bagi kota
Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota di Provinsi Jawa
Barat. Kota ini terletak pada 108 08 38 108 24 02 BT dan 7 10 7
26 32 LS di bagian Tenggara wilayah Provinsi Jawa Barat.
Tatkala dua raksasa langit sedang berdansa di angkasa dan bersiap-siap
berjajar memasuki awal kontak umbra Gerhana Bulan Sebagian 26 Juni 2010
dalam 26 menit kemudian, pukul 16.50 WIB suatu getaran mengguncang
ketenangan senja Pulau Jawa bagian selatan.
USGS National Earthquake Information Center, BMKG-nya AS yang
punya jaringan seismograf global di segenap penjuru permukaan Bumi,
mencatat gempa tektonik dengan magnitude 5,8 Mw meletup pada
episentrum di lepas pantai Samudera Hindia, 30 km dari garis pantai terdekat.

7
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Kedalaman sumber gempa adalah 75 km, sehingga tergolong gempa dalam.


Mengingat posisinya berada dalam wilayah administratif Kab. Tasikmalaya.

Gambar 5. Letak Sumber Gempa Tasikmalaya

Analisis sederhana dengan model atenuasi Gutenber-Richter


mengindikasikan gempa ini menghasilkan guncangan yang terasakan (yakni
dalam batas skala 3 MMI, yang secara kualitatif setara dengan getaran saat
truk besar melintas tatkala kita berdiri di pinggir jalan) hingga radius 231 km
dari episentrum, mengingat koefisien atenuasi empirik gempa ini bernilai
0,00401 +/- 0,00138. Kota Tasikmalaya dan Ciamis menderitakan getaran
senilai 5 MMI, sementara kota-kota Bandung, Sumedang, Kuningan,
Cirebon, Purwokerto dan Cilacap menderita getaran 4 MMI. Dan Jakarta,
Bogor, Bekasi, Indramayu hingga Sukabumi di sebelah barat serta Kebumen,
Wonosobo, Tegal hingga Yogyakarta di sebelah timur mengalami getaran 3
MMI. Secara empiris getaran gempa senilai 5 MMI baru bisa menghasilkan
kerusakan ringan seperti dinding retak, dan ada sebagian rumah yang rusak

8
Kelompok 7 Teknik Sipil A

dan ujung-ujungnya gempa ini tiada menelan korban. Ini bukan gempa yang
akan menyebabkan tsunami sebab cukup dalam dan magnitude-nya relatif
kurang untuk membangkitkan tsunami, biasanya hanya akan menghasilkan
blind fault (dies out upsection).

Melihat kedalaman sumbernya, gempa Tasikmalaya mungkin berjenis


gempa intralempeng atau intraplate, yakni gempa yang terjadi akibat
deformasi hanya pada sebuah bagian lempeng tektonik (yakni lempeng
Australia) meski ia berdekatan dengan wilayah pertemuan antar lempeng
yang berupa zona penunjaman/subduksi (yakni dengan lempeng
Sunda/Eurasia). Deformasi tersebut terjadi pada bagian lempeng yang sedang
menelusup masuk ke lapisan selubung bumi (asthenosfer).

Gambar 6. Skema Gempa Tasikmalaya


Peta seismisitas yang dipublikasikan PVBMG (Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi) Kementerian ESDM memperkuat dugaan itu, di
tempat tersebut lempeng Australia berada pada kedalaman > 50 km. Gempa
Tasikmalaya terjadi ketika bagian lempeng Australia tersebut, dengan luasan
mungkin 20 x 10 km persegi, terpatahkan anjak (thrusting) sembari bergeser
(slipping) sejauh rata-rata 20 cm. Pematahan tersebut melepaskan energi
seismik 8 kiloton TNT atau setara dengan 40 % energi bom nuklir Hiroshima.
Jikalau gempa ini terjadi tepat di zona subduksi (sehingga sumbernya

9
Kelompok 7 Teknik Sipil A

dangkal), pergeseran tersebut akan menghasilkan pengangkatan dasar laut


(uplift) sebesar 20 cm pula. Andaikata hal ini terjadi, gempa Tasikmalaya
akan mengusik kolom air laut di atas episentrumnya dengan kuantitas yang
kecil, yakni hanya menyebabkan olakan setinggi 1 cm yang mengangkut
energi 0,002 kiloton TNT sehingga tidak tergolong tsunami perusak. Tetapi
akibat dalamnya sumber gempa, secara teoritis tidak ada perubahan (dalam
arti naik/turun atau rekah) pada rupabumi dasar Samudra Hindia di
episentrum, sehingga tsunami pun takkan terbentuk.
Sembilan bulan sebelumnya, wilayah yang sama pun diguncang gempa
intralempeng dengan magnitude yang jauh lebih besar (yakni 7,0 Mw) yang
mendatangkan banyak lara. Episentrum gempa 2009 itu hanya 90 km dari
episentrum gempa Tasikmalaya ini. Mengapa intralempeng? Pakdhe Rovicky
pendongeng geologi itu- pernah menjelaskan bahwasanya 'nasib' lempeng
Australia tidaklah berakhir setelah melewati zona subduksi dan kemudian
bergerak menyelusup semakin dalam di lapisan selubung. Dalam selubung
inilah gerak lempeng tersebut sedikit dihambat sehingga kecepatannya
menurun, padahal tekanan yang mendorongnya tetap sama kuat. Hal ini bisa
diibaratkan dengan sebuah rangkaian kereta api, yang di ujung belakang dan
depannya dipasang lokomotif. Lokomotif depan mencoba mengerem
rangkaian sementara lokomotif belakang tetap mendorong dengan kekuatan
penuh. Akibatnya pada suatu saat tekanan yang diderita gerbong-gerbong
dalam rangkaian menjadi sangat besar karena datang dari arah depan dan
belakang sekaligus, sehingga ia pun terguling dan keluar dari rel. Hal yang
sama pula yang terjadi dengan lempeng Australia dalam lapisan selubung dan
itulah yang meletupkan gempa intralempeng. Kosakata gempa intralempeng
mengangkasa pada 2009 silam setelah hanya dalam sebulan dua guncangan
besar menerpa Indonesia. Jika sumber-sumber gempa dangkal relatif mudah
dipahami, karena selalu berada di zona subduksi atau di garis kerapuhan kerak
Bumi yang disebut patahan/sesar (fault) dan perilakunya cukup berhasil
diprediksikan dengan model dislokasi elastis dengan mendasarkan pada
perubahan koordinat suatu titik secara mendatar/vertikal, baik dari hasil
pengukuran GPS secara kontinyu maupun lewat jejak-jejak yang tersimpan

10
Kelompok 7 Teknik Sipil A

baik dalam lapisan-lapisan karang bundar kecil (mikroatol), maka cara yang
sama tak bisa diterapkan bagi identifikasi dan prediksi gempa intralempeng
mengingat demikian dalam sumbernya sehingga tak memungkinkan
menciptakan perubahan gradual pada permukaan Bumi.
Dampak terhadap bangunan sipil : sumbernya sangat jauh dari pusat-
pusat pemukiman manusia sehingga secara keseluruhan gempa ini hanya
menimbulkan dampak retak-retak dan sebagian rumah rusak.
Gambar dampak gempa Tasikmalaya

Gambar 7. Dampak Gempa Gambar 8. Dampak Gempa


Tasikmalaya I Tasikmalaya II
2.8 Gempa Chile 27 Februari 2010

Gambar 10. Dampak Gempa

Gambar 9. Letak Sumber Chile I


gempa Chile
Beberapa data penting gempa Chile :

11
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Tanggal 03:34:14, 27 Februari 2010 (03:00)


06:34:14, 27 Februari 2010 (UTC)
Kekuatan 8.8 Mw
Kedalaman 35 kilometer (22 mil)

Episentrum 35,846LS 72,719BB

Wilayah bencana Chili


Intensitas maks VIII MM
Tsunami Peringatan untuk seluruh pantai Pasifik
Korban 497 tewas
Gempa Bumi Chili 2010 terjadi dengan kekuatan 8,8 Skala Richter pada
tanggal 27 Februari 2010 di lepas pantai Concepcin, Chili. Gempa terasa
hingga di ibukota Chili, Santiago, dan beberapa kota di Argentina.
Titik episentrum gempa berada pada lepas pantai Maule, sekitar 6,4 km
sebelah barat Curanipe, Chili dan 115 utara-timur laut dari kota terbesar
kedua di Chili, Concepcin. Gempa terjadi pukul 3:34 waktu lokal dan
dilaporkan gempa dirasakan antara 10-30 detik.

Gambar 11. Subduksi Lempeng Nazca dan Amerika


Selatan

12
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Gempa Bumi terjadi di perbatasan antara Lempeng Nazca dengan


Lempeng Amerika Selatan. Karakteristik gempa ini adalah mekanisme fokal
sesar naik, diakibatkan oleh subduksi lempeng Nazca dibawah lempeng
Amerika Selatan.

Gambar 12. Bangunan Rusak di Maip, Santiago

Berdasarkan laporan dari kameramen Associated Press Television


News, beberapa gedung di Santiago runtuh dan terjadi listrik padam
disebagian besar kota.Kebakaran dilaporkan terjadi di sebuah pabrik kimia di
pinggiran kota Santiago yang mengharuskan adanya evakuasi untuk
penduduk sekitar.Bandar Udara Internasional Comodoro Arturo Merino
Bentez mengalami kerusakan dan otoritas bandara membatalkan semua
penerbangan selama 24 jam dari pukul 12:00 UTC.Hari Minggu, 28 Februari,
Ricardo Ortega kepala Angkatan Udara Chili, menyatakan penerbangan
komersial dibuka kembali dan pesawat diizinkan mendarat di Santiago.
Museum kesenian nasional di Santiago mengalami kerusakan berat dan
tidak akan dibuka hingga 9 Maret 2010.Sebuah aprtemen berlantai dua runtuh
dan menimpa tempat parkir serta merusak 50 mobil. Berdasarkan laporan
resmi petugas kesehatan, tiga rumah sakit di Santiago runtuh, dan lusinan
rumah sakit di selatan kota mengalami kerusakan.
Di Valparaso, sebuah gelombang tsunami dengan ketinggian 1,29 m
telah dilaporkan. Pelabuhan Valparaso telah diperintahkan untuk ditutup
disebabkan gempa Bumi. Pelabuhan kembali dibuka secara terbatas pada 28
Februari.Di Via del Mar, sebuah kota wisata dan bagian dari wilayah

13
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Valparaso, beberapa bangunan mengalami kerusakan, terutama di distrik


Plan de Via.

Gambar 13. Runtuhan Jalan Tol Vespucio Norte Di Santiago.


Dampak nya banyak kota di Maule mengalami dampak serius akibat
gempa. Curanipe yang terletak hanya 8 km (5 mi) dari episentrum gempa,
terkena tsunami setelah gempa dan tetap terisolasi dari dunia luar hingga 28
Februari. Seorang peselancar menyatakan, bahwa tsunami "...seperti yang
terjadi di Thailand, air tiba-tiba naik. "...was like the one in Thailand, a sudden
rise of water. Dimensi gelombang tidak dapat dipastikan, karena dipenuhi
busa. Terjadi 10 hingga 15 kali air naik, yang terakhir terjadi 08:30 pagi
hari."Di Talca, ibukota wilayah Maule, banyak korban tewas terperangkap di
reruntuhan. Gedung administrasi telah tidak layak huni, dan pihak berwenang
berkantor di tanah lapang. Semua rumah sakit, kecuali dua dari tiga belas
rumah sakit runtuh. Dr Claudio Martnez menyatakan, "Kami hanya menjaga
orang-orang yang dalam bahaya mati." Staf rumah sakit berusaha untuk
mengangkut beberapa pasien ke Santiago pada hari Minggu pagi, tetapi jalan-
jalan mengalami kerusakan.
.

14
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Gambar 14. Peta Guncangan Gempa Bumi Dari USGS

Peringatan terjadi tsunami diberikan kepada Chili dan Peru, sementara


itu peringatan tsunami juga terjadi untuk Ekuador, Kolombia, Antartika,
Panama, dan Kosta Rika.

Peringatan tsunami ini kemudian diperluas hingga seluruh wilayah


Samudera Pasifik, kecuali untuk wilayah pantai barat Amerika Serikat,
British Columbia, dan Alaska. Ketinggian tsunami mencapai 2,6 meter (8,6
kaki) terjadi di laut Valparaiso, Chili.Ketinggian tsunami mencapai 2,34
meter tercatat di Talcahuano, Biobo Region.

Gempa susulan tercatat mencapai kekuatan 6,2 setelah 20 menit gempa


pertama. Dua gempa susulan dengan kekuatan 5,4 dan 5,6 menyusul
kemudian. Di Kepulauan Juan Fernndez yang berada di Samudera Pasifik
sekitar 667 km dari lepas pantai Chili, warga setempat melaporkan "terjadi
sebuah gelombang besar (una ola de gran tamao)" di kota utama, tetapi tidak
diketahui adanya kerusakan yang terjadi.

Dampak terhadap bangunan sipil : gedung rusak dan kebakaran


dilaporkan terjadi di Concepcin.Tim penyelamat mengalami kesulitan
memasuki kota Concepcin, karena kerusakan infrastruktur. Bangunan lima

15
Kelompok 7 Teknik Sipil A

belas lantai "Alto Ro" runtuh secara horizontal kearah belakang, banyak
penghuni terjebak. Bangunan yang baru selesai itu telah diketahui terdapat 19
apartemen telah ditempati dan tidak diketahui 36 apartemen lainnya telah
ditempati atau tidak. Sebuah tsunami dengan ketinggian 2.34 m (7.68 ft)
menghantam Talcahuano, sebuah kota pelabuhan bagian dari wilayah
Concepcin. Tsunami menyebabkan kerusakan serius untuk fasilitas
pelabuhan dan kapal tersapu gelombang
Gambar Dampak Gempa Chile :

Gambar 15. Dampak Gempa Chile II Gambar 16. Dampak Gempa Chile III

Gambar 17. Dampak Gempa Chile IV

Gambar 18. Dampak Gempa Chile V

2.9 Persyaratan Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa

2.9.1 Pengertian Banguna Tahan Gempa


Bangunan tahan gempa adalah:
Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun pada
komponen strukturalnya.

16
Kelompok 7 Teknik Sipil A

Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan


pada komponen non-strukturalnya (plafond runtuh, dinding retak)
akan tetapi komponen struktural (kolom, balok, sloof) tidak boleh
rusak.
Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan
baik pada komponen non-struktural maupun komponen
strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat,
artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni
bangunan untuk keluar.
Menurut guru besar dari Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB),
Bambang Budiono, struktur bangunan tahan gempa kemudian
dikembangkan ahli struktur Eropa pada abad 19. Insinyur Eropa saat itu
mengusulkan untuk merancang struktur dengan memperhatikan beban
gempa sebagai beban horisontal. Beban ini diperhitungkan sebagai
persentase kecil dari berat struktur.
Sejak 1995, konsep desain struktur bangunan tahan gempa
berkembang menjadi desain kinerja struktur tahan gempa. Kinerja ini
bergantung pada integritas sistem struktur bawah atau pondasi dan
struktur atas.
Untuk menjamin kinerja struktur yang baik, ada tiga hal yang harus
diperhatikan. Pertama, pemilihan lokasi yang sesuai. Kedua, pemilihan
sistem dan material struktur yang memadai. Ketiga konfigurasi struktur
yang memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya denah yang simetris dan
pelat lantai harus kaku sebagai diafragma yang berfungsi membagi gaya
horisontal gempa ke elemen vertikal seperti kolom, dinding geser, dan
lainnya.
Indonesia pun bisa melakukan itu. Apalagi kalau dilihat secara
seismograf Indonesia merupakan daerah dengan aktivitas gempa bumi
tektonik yang tinggi, Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik utama yaitu lempeng Eurasia, Indo-Austria, Pasifik, dan
Filipina. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan

17
Kelompok 7 Teknik Sipil A

mekanisme tektonik dan kondisi geologi Indonesia menjadi lebih rumit.


Dalam rentang waktu 1897 hingga 2000, terdapat sekitar 8.237 gempa di
Indonesia.
Pondasi harus didesain dengan secara baik. Sehingga kekakuan dan
kekuatan pondasi lebih besar dari struktur bangunan atas. Dengan
demikian, selama terjadi gempa kuat tidak didahului dengan keruntuhan
pondasi.
Ruang lingkup analisis struktur bangunan tahan gempa meliputi
analisis respons struktur baik dinamik maupun statik ekuivalen akibat
percepatan gempa bumi yang ditransfer kepada bangunan melalui
pondasi ke struktur bangunan atas. Keruntuhan tanah akibat gerakan
patahan, longsoran, atau liquifaksi untuk tanah pasir yang menyebabkan
keruntuhan struktur bangunan, tidak termasuk dalam ruang lingkup
struktur bangunan tahan gempa.
Konfigurasi struktur bangunan tahan gempa diusahakan berbentuk
simetris baik untuk denah maupun arah vertikal. Level desain gaya
gempa dibagi dalam tiga kategori yaitu gempa ringan, gempa sedang, dan
gempa kuat. Hubungan antara gaya geser dasar dan deformasi atap dapat
digunakan sebagai dasar penentuan kinerja struktur bangunan tahan
gempa.
2.9.2 Syarat Rumah Tahan Gempa
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan
dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk
meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan
struktur dan fleksibilitas peredaman.
a) Prinsip dasar kekakuan strukur rumah
Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid
terhadap goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika
dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini
berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat
pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan
struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat

18
Kelompok 7 Teknik Sipil A

gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang
oleh pondasi yang baik pula.
b) Prinsip flexibilitas
Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala
kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada
tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan roll adalah jenis
hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk
meredam getaran.
c) Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan kenyal
Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan kenyal, yaitu
menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih
membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat
membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima
perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.
d) Prinsip massa yang terpisah-pisah
Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam
beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini
tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus
meredam getaran lebih besar.
2.9.3 Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, struktur dinding, struktur
pondasi )
Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh
struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan
disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat
daktail, sehingga dapat bertahan

Gambar 19. Stuktur Bangunan yang Salah dan Benar

apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa

19
Kelompok 7 Teknik Sipil A

1. Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan


berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus
diletakkan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan
pondasi adalah 6 - 75 cm. Lebar pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan
lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini
menggunakan adukan campuran 1 semen: 4 pasir. Pasangan batu gunung
untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai
dipasang. Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof.
Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi
dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan
panjang 20 -25 cm.

Gambar 20. Pondasi

2. Beton

Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan


perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah dari
berat semen (FAS 0,5). Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari
perbandingan ini adalah 150 kg/cm2

20
Kelompok 7 Teknik Sipil A

3. Cetakan beton (bekisting)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah


sbb :

1) Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap


getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran.

2) Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun


bentuknya.

3) Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat
dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan beton.

4) Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras


harus dilakukan perawatan beton (curing).

4. Beton bertulang

Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah


menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus
sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar,
misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh
fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat
disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balk)


menjadi satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan
harus dilakukan dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton
bertulang mempunyai diameter minimum 10 mm dengan jarak sengkang
bervariasi.

Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok.
Ukuran-ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :

1) Sloof = 15 cm x 20 cm 2) Kolom utama = 15 cm x 15 cm

3) Kolom praktis = 13 cm x 13 cm 4) Ring balk = 13 cm x 15 cm

5) Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm

21
Kelompok 7 Teknik Sipil A

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Kota
ini terletak pada 108 08 38 108 24 02 BT dan 7 10 7 26 32 LS
di bagian Tenggara wilayah Provinsi Jawa Barat. 26 Juni 2010 pukul 16.50
WIB USGS National Earthquake Information Center, BMKG-nya AS,
mencatat gempa tektonik dengan magnitude 5,8 Mw meletup pada
episentrum di lepas pantai Samudera Hindia, 30 km dari garis pantai terdekat.
Kedalaman sumber gempa adalah 75 km, Mengingat posisinya berada dalam
wilayah administratif Kab. Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya dan Ciamis
menderitakan getaran senilai 5 MMI

Gempa Bumi Chili 2010 terjadi dengan kekuatan 8,8 Skala Richter pada
tanggal 27 Februari 2010 di lepas pantai Concepcin, Chili. Gempa terasa
hingga di ibukota Chili, Santiago, dan beberapa kota di Argentina.Titik
episentrum gempa berada pada lepas pantai Maule, sekitar 6,4 km sebelah
barat Curanipe, Chili dan 115 utara-timur laut dari kota terbesar kedua di
Chili, Concepcin. Gempa terjadi pukul 3:34 waktu lokal dan dilaporkan
gempa dirasakan antara 10-30 detik. Korban 497 orang tewas.

Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari
keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam
getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan
fleksibilitas peredaman.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,


kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.

22
Kelompok 7 Teknik Sipil A

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2017.Gempabumi.Tersedia:http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat
/Geofisika/gempabumi.bmkg [Online]. Diakses pada Sabtu malam, 24
September 2017
Anonim.2010. Analisa gempa bumi Indonesia. Tersedia
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/27/analisa-gempa-bumi-
indonesia/ diakses pada Sabtu malam, 24 September 2017
Anonim.2012. Gempa Selatan Tasikmalaya Selatan. Tersedia
http://geologi.iagi.or.id/2010/06/27/gempa-selatan-tasikmalaya-26-juni-
2010-58-mw/ [Online]. Diakses pada Sabtu malam, 24 September 2017
Anonim. 2017. Gempa bumi 2010 Chili. Tersedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Chili_2010 [Online]. Diakses
pada Sabtu malam, 24 September 2017
Faizah, Restu. 2017. Pesyaratan Bangunan Tahan Gempa. Tersedia :
http://blog.umy.ac.id/restufaizah/persyaratan-bangunan-tahan-gempa/
[Online]. Diakses pada Sabtu malam, 24 September 2017
Pramana, Sangga.2010. Bangunan Tahan Gempa. Tersedia :
https://sanggapramana.wordpress.com/2010/08/03/syarat-rumah-tahan-
gempa/ [Online]. Diakses pada Sabtu malam, 24 September 2017.

23

Anda mungkin juga menyukai