Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi dengan Metode

Pretreatment Alkalin dan Asam Encer serta Hidrolisis


Enzimatik dilanjutkan Fermentasi

Dr. Novia, ST. MT, Dean Anugrah Pratama, Wiratama Hutasoit


Jurusan Teknik Kmia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Abstrak
Jerami padi merupakan limbah yang selama ini tidak banyak dimanfaatkan, sehingga dalam
waktu yang relatif panjang keberadaan limbah tersebut mendatangkan masalah tersendiri antara lain
pencemaran. Jerami padi memiliki kandungan lignosellulosa yang cukup tinggi yang dapat didegradasi
menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu glukosa sebagai sumber pembentukan bioetanol. Kandungan
lignin dalam Jerami padi perlu dihilangkan/dirusak strukturnya. Pada penelitian ini, metode yang
digunakan untuk mendegradasi lignin adalah pretreatment menggunakan NaOH (1%) dilanjutkan dengan
H2SO4 encer (1%) dan H2SO4 encer (5%). Tahap selanjutnya adalah melakukan proses hidrolisis
enzimatik menggunakan enzim selulase dan difermentasi dengan yeast saccharomyses cerevisiae. Larutan
bioetanol hasil fermentasi dipisahkan dari residu, kemudian etanol dipisahkan dari larutan dengan
distilasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar etanol yang dihasilkan semakin tinggi dari waktu
fermentasi 1hari sampai waktu fermentasi 5hari. Kadar bioetanol meningkat yaitu pada penggunaan
konsentrasi asam encer 5% lebih besar daripada penggunaan konsentrasi asam encer 1% . Kadar
bioetanol tertinggi yang dihasilkan sebesar 4,956%, pada hari fermentasi hari ke-5 menggunakan asam
encer dengan konsentrasi 5%.

Kata kunci: Bioetanol, Fermentasi, Hidrolisis Enzimatik, Jerami Padi

Abstract

Rice straw is the waste that has not been widely used , so that in the relatively long time the
existence of such waste makes the problem such as contamination . Rice straw contains lignosellulosa
that high enough can be degraded into more simple forms of glucose as a source of bioethanol . The
content of lignin in rice straw, the structure should be removed. In this study , the method used to degrade
lignin is pretreatment using NaOH (1 %) followed by dilute H2SO4 (1 %) and H2SO4 (5 %) . The next
stage is the process of enzymatic hydrolysis using cellulase enzymes and fermented with yeast
saccharomyses cerevisiae . Bioethanol that was produced by fermentation was separated from residue ,
then the ethanol is separated from the solution by distillation . The results showed that the levels of the
higher ethanol produced from fermentation day 1 to day 5. The levels of bioethanol increase is the use of
dilute acid concentration of 5 % greater than 1 % . Bioethanol produced the highest levels in 4,956 % ,
which on the 5th day of fermentation using dilute acid 5 %.

Keywords : Bioethanol , Fermentation , Enzymatic Hydrolysis , Rice Straw

I. Latar Belakang sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol


Saat ini kecendrungan pemakaian dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber untuk memecahan permasalahan energi pada
bahan bakar minyak bumi yang digunakan saat ini. Pemanfaatan bahan-bahan yang
semakin menipis. Oleh karena itu, perlu adanya mengandung serat kasar dengan karbohidrat
bahan bakar alternatif yang dapat digunakan yang tinggi, telah diteliti dapat diolah menjadi
bioethanol, seperti umbi kayu, ubi jalar, pisang, lignoselulosa. Alkaline pretreatment,
jerami padi dan lain-lain. Meningkatnya ozonolysis, peroksida dan oksidasi
permintaan akan etanol sebagai sumber energi pretreatments lebih bisa efektif dalam
mengancam keseimbangan ketersediaan bahan penghapusan lignin sedangkan pretreatment
baku untuk pangan, pakan, dan untuk sumber asam encer lebih efisien dalam solubilisasi
energi. Sehingga perlu dipikirkan bahan baku hemiselulosa (Sun dan Cheng, 2002).
yang tepat untuk produksi etanol tanpa Dengan memperhatikan kendala yang
mengancam ketersediaan pangan. Bioethanol dihadapi, maka konsentrasi asam yang sangat
juga dapat dihasilkan dari tanaman yang menentukan terbentuknya produk inhibitor.
banyak mengandung senyawa selulosa seperti Untuk itu akan dilakukan penelitian dengan
jerami padi. mengkombinasikan proses pretreatment dengan
Jerami padi merupakan sampah hasil alkalin dilanjutkan dengan pretreatment asam,
pertanian yang memiliki banyak manfaat jika lalu dilanjutkan dengan hidrolisis enzim.
diolah lebih lanjut. Beberapa manfaat dari Aplikasi hidrolisis menggunakan
jerami padi diantaranya sebagai bahan baku enzim secara sederhana dilakukan dengan
briket, pakan ternak, pupuk, bahan baku gas mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap
hidrogen, bioetanol dan minyak diesel. Selama hidrolisis enzim selulosa. Hidrolisis enzimatik
ini jerami hanya dibakar oleh petani sehingga memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
menimbulkan dampak negatif terhadap hidrolisis asam, antara lain: tidak terjadi
lingkungan. Padahal, jerami padi berpotensi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses
untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol generasi yang lebih rendah (suhu rendah), berpotensi
kedua. memberikan hasil yang tinggi dan biaya
Limbah jerami padi belum banyak pemeliharaan peralatan relatif rendah karena
dimanfaatkan secara optimal. Jerami padi tidak ada bahan yang korosif. Beberapa
mengandung serat/lignosellulosa yang dapat kelemahan dari hidrolisis enzimatik antara lain
pecah menjadi gula sederhana yang akhirnya adalah membutuhkan waktu yang lebih lama,
diubah menjadi etanol melalui proses dan kerja enzim dihambat oleh produk. Di sisi
fermentasi. Untuk memecah lignosellulosa lain harga enzim saat ini lebih mahal daripada
menjadi gula sederhana yang siap difermentasi asam sulfat, namun demikian pengembangan
diperlukan metode pretreatment. Pretreatment terus dilakukan untuk menurunkan biaya dan
kimia untuk jerami padi menggunakan bahan meningkatkan efisiensi hidrolisis maupun
kimia yang berbeda seperti asam, alkali dan fermentasi (Isroi, 2008).
pengoksidasian yaitu peroksida dan ozon. Rumusan Masalah : Bagaimana
Diantara metode ini, pretreatment asam encer pengaruh penambahan konsentrasi asam pada
menggunakan H2SO4 adalah metode yang saat delignifikasi jerami padi terhadap etanol
paling banyak digunakan. Tergantung pada yang dihasilkan. Bagaimana pengaruh lamanya
jenis bahan kimia yang digunakan, fermentasi terhadap etanol yang dihasilkan.
pretreatment bisa memiliki dampak yang Penelitian ini bertujuan untuk:
berbeda pada komponen struktural Mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi
asam pada saat delignifikasi jerami padi Titik beku : - 112C
terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Densitas : 0, 789 gr/ml pada 20C
Mengetahui pengaruh lamanya fermentasi Kelarutan dalam 100 bagian
terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Air : sangat larut
Hipotesa yang dapat diambil sebelum Eter : sangat larut
penelitian ini adalah : Kadar etanol yang
dihasilkan akan semakin tinggi seiring dengan b. Sifat kimia
penambahan konsentrasi asam yang digunakan. 1. dihasilkan dari fermentasi glukosa
Semakin lama fermentasi, kadar etanol yang C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa etanol karbondioksida
dihasilkan akan semakin tinggi.
2. untuk minuman diperoleh dari peragian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi
karbohidrat, ada dua tipe yaitu
variable : Konsentrasi asam yang digunakan
tipepertamamengubah karbohidratnya
1% dan 5%. Lamanya waktu fermentasi adalah
raenjadi glukosa kemudian menjadi
1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari.
etanol, tipe yang lainmenghasilkan cuka
Manfaat penelitian ini antara lain :
(asam asetat).
Sebagai informasi ilmiah mengenai proses
3. Pembentukan etanol
pemanfaatan jerami padi sebagai bahan baku
ENZIM
C6H12O6 2CH3CH2OH + 2CO2
alternatif untuk dijadikan etanol. Mengetahui
glukosa etanol karbondioksida
metode pembuatan etanol dari jerami padi 4. Pembakaran etanol
dengan kombinasi pretreatment alkalin CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi
dilanjutkan dengan pretreatment asam. Indonesia memiliki bahan baku untuk
memproduksi Etanol. Tanaman yang
II. Tinjauan Pustaka berpotensi menghasilkan etanol yang sangat
Etanol melimpah diantaranya nira, tanaman berpati
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol ataupun tanaman berselulosa.
murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, Jerami Padi
mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan Indonesia merupakan negara yang
alkohol yang paling sering digunakan dalam mempunyai wilayah yang luas, mempunyai
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan potensi di bidang pertanian.Salah satunya
obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada adalah pertanian padi. Sepanjang tahun
minuman beralkohol dan termometer produksi padi menghasilkan limbah berupa
modern.Etanol termasuk ke dalam alkohol jerami padi dalam jumlah yang besar.
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH Salah satu langkah penting untuk
dan rumus empiris C2H6O. biokonversi jerami menjadi ethanol adalah
a. Sifat - sifat fisik etanol memecah perlindungan lignin ini.
Rumus molekul : C2H5OH
BM : 46,07 gram/mol
Titik didih pada 760 mmHg : 78,4C
Lignoselulosa gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa
Lignoselulosa adalah komponen organik terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5)
di alam yang berlimpah dan terdiri dari tiga dan 6 (C-6), seperti : xylosa, mannosa, glukosa,
tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil
lignin. rhamnosa, asam glukoroat, asam metal
Dari sekian banyak bahan yang tersedia di glukoroat, dan asam galaturonat.
alam selain bahan berpati, bahan lignoselulosa
merupakan substrat terbanyak yang belum Lignin
digunakan secara maksimal. Selama ini Lignin adalah molekul kompleks yang
peruntukannya banyak untuk pakan. Akan tersusun dari unit phenylphropane yang terikat
tetapi komponen bahan lignoselulosa ini di dalam struktur tiga dimensi. Lignin adalah
sangatlah kompleks, sehingga dalam material yang paling kuat dalam biomassa,
penggunaannya sebagai substrat untuk namun sangat resisten terhadap degradasi, baik
produksi bioetanol harus melalui beberapa secara biologi, enzimatis, maupun kimia.
tahapan, antara lain delignifikasi untuk melepas
selulosa dan hemiselulosa dari ikatan kompleks Pretreatment Lignoselulosa
lignin, depolimerisasi untuk mendapatkan gula Menurut Sun dan Cheng (2002) metode
bebas dan fermentasi gula heksosa dan pentosa - metode yang digunakan untuk pretreatment
untuk mendapatkan produksi bioetanol antara lain :
(Trisanti Anindyawati, 2009). 1. Pretreatment fisika
Mechanical comminution
Selulosa Pirolisis
Selulosa adalah polimer yang tersusun 2. Pretreatment fisika - kimia
atas unit-unit glukosa melalui ikatan -1,4- Steam explosion (Autohidrolisis)
glikosida. Bentuk polimer ini memungkinkan Ammonia fiber explosion (AFEX)
selulosa saling menumpuk/terikat menjadi CO2 explosion
bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul 3. Pretreatment kimia
selulosa ditentukan oleh jumlah unit 4 glucan Ozonolisis
di dalam polimer, disebut dengan derajat
Hidrolisa asam
polimerisasi. Derajat polimerisasi selulosa
Hidrolisa alkali
tergantung pada jenis tanaman dan umumnya
Oxidative delignification
dalam kisaran 200-27.000 unit
Organosolv process
glukosa.Selulosa dapat dihidrolisis menjadi
glukosa dengan menggunakan asam atau
Hidrolisis
enzim.
Hidrolisis merupakan proses pemecahan
polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
Hemiselulosa
yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi
Hemiselulosa mirip dengan selulosa,
monomer gula penyusunnya
namun tersusun dari bermacam-macam jenis
Beberapa asam yang umum digunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi
untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam (Muljono, 2002) :
sulfat (H2SO4), asam perklorat dan HCl. Asam 1. Ragi
sulfat merupakan asam yang paling banyak 2. Suhu
diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. 3. Oksigen
Hidrolisis asam dapat dikelompokkan 4. Pengaruh pH
menjadihidrolisis asam pekat dan hidrolisis 5. Kadar Gula
asam encer (Isroi, 2008).
Destilasi
Hidrolisis dengan Enzim Destilasi atau penyulingan adalah suatu
Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim metode pemisahan larutan berdasarkan
secara sederhana dilakukan dengan mengganti perbedaan titik didih. Dalam penyulingan,
tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis campuran zat di didihkan sehingga menguap
enzim selulosa. dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
Enzim Selulase didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Pemanfaatan limbah berlignoselulosa
dengan menggunakan jasa mikroorganisme III. METODOLOGI PENELITIAN
dapat menghasilkan enzim ekstraseluler yang
Metode Penelitian
mampu mendegradasi bahan berlignoselulosa
Metode yang digunakan adalah eksperimental,
menjadi fraksi penyusunnya. Enzim selulase
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
adalah enzim yang bisa mengurai selulosa
jerami padi dapat menghasilkan gula atau
menjadi glukosa, setelah diurai bisa
glukosa untuk selanjutnya menghasilkan etanol
difermentasikan menjadi etanol. Enzim selulase
melalui proses Hidrolisis Enzimatik dan
yang dapat merombak bahan berlignoselulosa
Fermentasi.
berupa jerami atau serat.
Prosses konversi lignoselulosa jerami
padi menjadi etanol terjadi melalui tahap
Fermentasi
tahap berikut, yaitu :
Menurut Gay-Lussac tahun 1810,
1. Pretreatment atau delignifikasi dengan
persamaan fermentasi pembuatan Alkohol
alkalin 1%
adalah:
2. Pretreatment atau delignifikasi dengan
C6H12O6
2CO2 + 2C2H5OH
asam H2SO4 1% dan 5%
Glukosa karbondioksida Etanol
3. Hidrolisis Enzim
Fermentasi merupakan kegiatan
4. Fermentasi menjadi etanol
mikrobia pada bahan pangan sehingga
5. Destilasi
dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia
6. Analisa produk
yang umumnya terlibat dalam fermentasi
adalah bakteri, khamir, dan kapang.
Waktu dan Tempat Penelitian Crusher
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Selang

Teknologi Pengolahan Limbah dan Teknologi


Parameter yang digunakan
Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas
Massa bahan baku : 50 gram
Sriwijaya Palembang dari bulan Mei 2013
pH :45
sampai Oktober 2013.
Ukuran bahan baku : 20 mesh
Waktu Fermentasi : 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4
Bahan Bahan yang digunakan
hari, 5 hari
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
Konsentrasi asam : 1% dan 5%
adalah sebagai berikut :
Bahan Baku Utama
Prosedur Percobaan
Bahan baku yang digunakan yaitu limbah
Proses pretreatment
jerami padi.
Proses pretreatment dilakukan dengan
Bahan Kimia
mengkombinasikan alkaline acid
NaOH pretreatment.
H2SO4
A. Alkaline pretreatment
KI
ZnCl2 a. Memotong jerami padi lalu dkeringkan
CH3COOH selama 10 hari
Na2CO3 b. Mencacah dan menggiling halus jerami
CuSO4.5H2O
padi menggunakan crusher dan diayak
Luff Schoorl
dengan menggunakan ayakan mesh.
Aquades
Enzim Selulase c. Menimbang 50 gram jerami padi,
Ragi Roti dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran
Na2S2O3 500 ml
d. Menambahkan 500 ml larutan NaOH
Peralatan yang digunakan
dengan konsentrasi 1% kemudian di
Crusher
Mesh Screening inkubasi dalam autoklaf pada suhu 850C
Timbangan Digital selama 1 jam
Gelas ukur 100 ml, 1 buah
e. Menyaring sampel dan mencucinya
Gelas ukur 10 ml, 1 buah
Beaker Gelas 2000 ml hingga pH netral kemudian dikeringkan
Beaker Gelas 200 ml pada oven pada suhu 1050C
Wadah besar (ember)
Erlenmeyer 500 ml, 6 buah f. Mengambil sebanyak 4 gram sampel
Erlenmeyer bercerat 500 ml, 6 buah untuk menghitung jumlah lignin yang
Oven
hilang dengan metode ZnCl2-CH3COOH
Kertas pH
Kertas Saring
Batang Pengaduk B. Acid Pretreatment
Labu Ukur
Rotary Shaker a. Memasukkan sisa sample kering
Pipet Tetes kedalam Erlenmeyer 500ml
Auto Klaf
b. Menambahkan 100 ml H2SO4 dengan Tahap Fermentasi
konsentrasi 1% dan 5% dan menutup a. Menambahkan 4 gr ragi Saccaromyces
rapat Erlenmeyer dengan gabus cerevisae ke dalam Erlenmeyer yang
c. Memanaskan sampel dalam berisi bubur.
0
autoclave pada suhu 121 C selama 30 b. Menutup Erlenmeyer yang dilengkapi
menit. dengan cabang dengan gabus, kemudian
d. Memisahkan fase airnya sehingga memberi selang pada cabang Erlenmeyer
tersisa fase seluligninnya dan ujung selang ditaruh ke dalam
e. Menambahkan 100 ml NaOH 4% dan baskom yang berisi air.
menutup rapat erlenmeyer, lalu c. Larutan di fermentasikan selama 1 hari
memanaskan kembali pada suhu dan 5 hari.
1210C selama 30 menit
f. Mencuci fase solidnya dengan air Tahap Destilasi
beberapa kali a. Memisahkan larutan dari residu dengan
g. Mengambil sebanyak 4 gram sampel cara destilasi tegak sehingga diperoleh
untuk menghitung jumlah lignin yang cairan alkohol + air.
hilang menggunakan metode ZnCl2- b. Mengukur kadar bioetanol yang didapat
CH3COOH dengan menggunakan Gas
Chromotography (GC).
Tahap Hidrolisa
a. Hasil pretreatment dimasukkan Analisa Data
kedalam Erlenmeyer 500 ml yang Kadar lignin
dilengkapi dengan cabang dan Delignifikasi kandungan lignin dalam
ditambahkan 100 ml aquadest. sampel jerami padi sesudah proses pretreatment
b. Lalu dipanaskan di dalam autoklaf dianalisa dengan metode ZnCl2-CH3COOH.
0
pada suhu 100 C selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi pegaruh
c. Bubur jerami padi dibiarkan menjadi variable-variabel proses terhadap laju
dingin. delignifikasi.
d. Menambahkan enzim selulosa
sebanyak 10% total fraksi enzim a. Prosedur pengujian
(Misal: 5 ml enzim untuk 50 gr Sebanyak 4 gram jerami padi setelah
biomassa kering) dan diaduk dengan proses pre treatment direaksikan dengan
rotary shaker dengan kecepatan 150 campuran CH3COOH 70% yang mengandung
0
rpm pada suhu 30 C selama 24 jam 35%(0,7g) ZnCl2 dan dipanaskan
e. Mengambil sampel sebanyak 5 ml menggunakan waterbath selama 1 jam,
sampel untuk mengukur kadar kemudian didinginkan dan dicuci dengan
glukosa yang terbentuk dengan larutan CH3COOH-H2O. Filtrat kemudian
metode Luff-Schoorl. diuapkan hingga mencapai volume 3 ml.
Menambahkan 5 ml air kedalam sampel 2) Menambahkan 25 ml larutan Luff-
yang bertujuan untuk pengendapan dan Schoorl
koagulasi residu lignin. Selanjutnya larutan 3) Sampel dididihkan selama 10 menit
disaring dan dicuci dengan air destilat untuk dalam Erlenmeyer yang dilengkapi
menghilangkan asam asetat, kemudian dengan pendingin balik.
dikeringkan pada suhu 400C. 4) Hasil pendidihan didinginkan dengan
b. Perhitungan cepat dan ditambahkan dengan hati-hati
Massa lignin ditentukan dengan adanya 25 mL larutan H2SO4 26,5% dan 15 mL
perbedaan antara massa pada filter yang larutan KI 20%
kosong dan filter dengan lignin setelah 5) Larutan di Titrasi dengan larutan
ekstraksi. Kadar lignin dihitung dengan rumus: Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat) 0,1 N
m2 m1 secara hati-hati sampai larutan berwarna
L= X 100%

kuning muda.
Keterangan:
6) Menambahkan indicator amilum 1%
L = kadar lignin
larutan berubah menjadi biru.
m = massa sampel kering (g)
7) Titrasi dilajutkan sampai warna biru
m1 = massa filter (kertas saring) kosong
tepat hilang.
(g)
8) Melakukan titrasi terhadap blanko ( 25
m2 = massa kertas saring dengan lignin
mL aquadest ), volume masing-masing
setelah ekstraksi (g)
dicatat.
9) Kadar gula dihitung berdasarkan selisih
Kadar glukosa
titrasi blanko dan titran sampel dengan
Untuk menganalisa kadar glukosa hasil
menggunakan table gula menurut Luff-
hidrolisa digunakan analisis Luff-Schoorl.
Schoorl (terlampir).
a. Prosedur pengujian
b. Perhitungan
1. Pembuatan larutan Luff-Schoorl.
(Blanko-penitar) x N tio x 10, setara
Melarutkan 143,8 Na2CO3 anhidrat dalam
dengan terusi yang tereduksi. Kemudian lihat
kira-kira 300 ml air suling. Sambil diaduk
dalam daftar Luff-Schoorl berapa mg gula yang
ditambahkan 50 gram asam sitrat yang telah
terkandung untuk ml tio yang dipergunakan.
dilarutkan dengan 50 ml air suling. Menambahkan
25 gram CuSO4.5H20 yang telah dilarutkan dalam
1
100 ml air suling. Lalu memindahkan larutan Kadar glukosa = 100%

tersebut ke dalam labu ukur 1 L, ditepatkan isi Keterangan:


sampai tanda garis dengan air suling dan dikocok. W1 = bobot cuplikan (mg)
Kemudian biarkan semalaman dan disaring Fp = Faktor pengenceran
2. Analisis Titrasi Luff-Schoorl W = glukosa yang terkandung untuk ml tio
1) Menyaring sampel, lalu sampel diambil yang dipergunakan (mg), dari daftar.
sebanyak 10 ml dari setiap perlakuan
Kadar Bioetanol
Bioetanol dianalisa dengan Gas 4.1.2 Hasil Analisa Kadar Glukosa
Chromatography, (GC) untuk melihat fraksi- Hasil Analisa Glukosa sebelum Fermentasi
fraksi dan komposisi kimia bioetanol yang Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar Glukosa
dihasilkan. Sampel di injeksikan pada alat GC- Sebelum Fermentasi
MS dengan kondisi operasi: jenis kolom Rtx- No. Sampel Jerami Kadar
0
5MS 30 meter, suhu kolom 40 , gas pembawa: Glukosa (%)
0
helium, suhu injector 270 C, total flow: 100 1. Sampel Jerami Setelah 0,264
mL/menit, nisbah split; 177,2. Pretreatment Asam 1 %
2. Sampel Jerami Setelah 0,500
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pretreatment Asam 5 %

4.1 Hasil Penelitian Hasil Analisa Glukosa setelah Fermentasi


Bahan baku yang digunakan pada Tabel 4.3 Hasil Analisa Kadar Glukosa
penelitian ini adalah limbah jerami padi yang Sesudah Fermentasi
mengandung kadar selulosa sebanyak 35 %. No. Konsentrasi Lamanya Kadar
Jerami padi diperoleh dari sawah kawasan Asam (%) Fermentasi Glukosa
Mariana, Sungai Gerong. Variasi yang (hari) (%)
dilakukan adalah variasi konsentrasi asam pada 1. 1% 1 0,240
saat pretreatment yaitu 1 % dan 5 % serta 2 0,168
waktu fermentasi yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 hari. 3 0,133
Dari penelitian dengan metode gabungan 4 0,144
pretreatment alkaline dilanjutkan asam
5 0,057
dilanjutkan dengan hidrolisis enzim ini, maka
2. 5% 1 0,480
didapatkan hasil sebagai berikut :
2 0,192
3 0,043
4.1.1 Hasil Analisa Kadar Lignin
4 0,048
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Lignin
5 0,024
No. Sampel Jerami Kadar
Lignin (%)
1. Jerami Sebelum 5,130
Pretreatment
2. Jerami Setelah Pretreatment 2,620
Alkaline
3. Jerami Setelah Pretreatment 1,727
Asam 1 %
4. Jerami Setelah Pretreatment 1,430
Asam 5 %
4.1.3 Hasil Analisa Densitas Piknometer Tabel 4.5 Hasil Analisa Kadar Bioetanol Gas
Tabel 4.4 Hasil Analisa Densitas Piknometer Kromatografi
No Konse Lama Kadar Kadar No. Sampel Jerami Kadar
. ntrasi Ferme Densitas Bioetanol Bioetanol (%)
Asam ntasi (%)
1. Asam 1 %, 0,284
(%) (Hari)
Fermentasi 1 Hari
1. 1% 1 0,99954 0,337 2. Asam 1 %, 0,017
7 Fermentasi 5 Hari
2 0,99926 0,534 3. Asam 5 %, 0,173
5
Fermentasi 1 Hari
3 0,99840 1,074
4. Asam 5 %, 0,101
5
Fermentasi 5 Hari
4 0,99736 1,766
2
5 0,99696 2,042 4.2 Pembahasan
8 4.2.1 Pengaruh Proses Pretreatment
2. 5% 1 0,99633 2,483 Terhadap Penurunan Kadar Lignin
8
6
Kadar Lignin (%)

2 0,99607 2,666 4
6 2
Kadar Lignin
3 0,99440 3,834 0 Sebelum dan
8 Sesudah
Pretreatment
4 0,99342 4,523
4 Sampel Jerami
5 0,99283 4,956
3 Gambar 4.1 Grafik Kadar Lignin Sebelum
dan Sesudah Pretreatment
Ada empat sampel yang diuji kadar
4.1.4 Hasil Analisa Gas Kromatografi ligninnya. Yang pertama adalah jerami kering
Untuk Analisa dengan Gas Kromatografi diambil 4 yang tidak diberi perlakuan kimia, hanya
sampel yaitu 2 sampel dengan konsentrasi asam perlakuan fisika yaitu pengeringan dibawah
pretreatment 1 % dan difermentasi selama 1 dan 5 sinar matahari dan pengecilan ukuran jerami
hari. Lalu 2 sampel lagi dengan konsentrasi asam dengan cara dicacah dan diayak menggunakan
pretreatment 5 % dan difermentasi selama 1 dan 5 ayakan mesh dan diambil ukuran jerami padi
hari. Hasil analisa ditunjukkan pada table dibawah yaitu 20 mesh. Sampel kedua adalah jerami
ini : yang telah diberi perlakuan secara fisika, lalu
diberi perlakuan secara kimiawi dengan cara
perlakuan basa. Basa yang digunakan disini
adalah NaOH dengan konsentrasi 1 %. Lalu
sampel ketiga dan keempat, semuanya
mengalami perlakuan fisika dan perlakuan glukosa yang paling baik terjadi pada variasi
kimia yang sama seperti sebelumnya, hanya asam 5% dengan lama waktu fermentasi 5 hari,
pada sampel ketiga dan keempat digunakan yaitu 0,024 %. Penurunan kadar glukosa terjadi
juga perlakuan kimiawi kedua dengan cara dari hari pertama sampai hari ketiga, tapi pada
perlakuan asam. Asam yang digunakan disini hari keempat terjadi kenaikan kadar glukosa.
adalah H2SO4 dengan variasi konsentrasi asam Lalu pada hari kelima didapatkan kadar
: 1 % dan 5 %. glukosa yang paling rendah. Dari penelitian -
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat penelitian terdahulu, pada waktu fermentasi
bahwa terjadi penurunan kadar lignin mulai lebih dari 5 hari, kadar glukosa justru
dari sampel pertama sampai sampel keempat. meningkat. Dari gambar 4.2 diatas terlihat
Hal ini dikarenakan adanya pretreatment yang bahwa semakin besar konsentrasi asam maka
dilakukan. Kadar lignin pada sampel keempat penurunan kadar glukosa semakin bagus.
menggunakan asam 5 %, didapat kadar lignin Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
terendah yaitu sekitar 1,43 %. Dan kadar lignin lebih banyak memvariasikan penggunaan
yang paling tinggi ada pada jerami yang tidak konsentrasi asam pada saat pretreatment agar
mendapat perlakuan kimia yaitu sekitar 5,13 %. penurunan kadar glukosa lebih jelas terlihat.
Semakin besar konsentrasi asam yang
digunakan, maka penurunan kadar lignin yang 4.2.3 Pengaruh Lamanya Waktu Fermentasi
terjadi semakin bagus. Persentase penurunan Terhadap Kadar Bioetanol Pada Berbagai
kadar lignin sebesar 73 %. Variasi Konsentrasi Asam
Dari tabel hasil perhitungan kadar
4.2.2 Pengaruh Lamanya Waktu Fermentasi bioetanol, hasil analisa dengan menggunakan
Terhadap Kadar Glukosa Sisa Fermentasi metode piknometer maka didapatkan hubungan

0.6 sebagai berikut :


0.5
0.4
6
Kadar Bioetanol

0.3 Asam 1% 4
0.2
Asam 5% 2
(%)

0.1 Asam 1%
0 0
Asam 5%
1 Hari
2 Hari
3 Hari
4 Hari
5 Hari

Hari Hari Hari


1 3 5
Lama waktu fermentasi
Gambar 4.2 Grafik Kadar Glukosa Setelah
Fermentasi Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Lama Waktu
Dari gambar 4.2 diatas menunjukkan Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol
penurunan kadar glukosa mulai dari hari Dari gambar 4.3 terlihat bahwa semakin
pertama fermentasi sampai hari kelima. lama waktu fermentasi kadar bioethanol yang
Penurunan kadar glukosa ini terjadi karena dihasilkan semakin meningkat. Kadar
glukosa terfermentasi menjadi bioetanol. Dari Bioetanol tertinggi didapat pada konsentrasi
gambar menunjukkan bahwa penurunan kadar asam 5% dengan lama waktu fermentasi 5 hari
yaitu 4,956 %. Lamanya waktu fermentasi semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
berkaitan dengan daur hidup bakteri. Antara semakin besar konsentrasi asam tidak
lama waktu fermentasi 1 dan 2 hari, tidak mempengaruhi proses pembentukan bioetanol
terlalu menunjukkan perbedaan kadar bioetanol yang dibentuk dari perubahan struktur glukosa.
yang signifikan, grafiknya cenderung Berdasarkan hasil analisa gas kromatografi
mendatar. Ini dikarenakan ragi masih dalam didapatkan pada lama waktu fermentasi 1 hari
fase adaptasi. Sehingga konversi gula menjadi dengan variasi konsentrasi asam 1%, yaitu
etanol cenderung lambat. Pada lama waktu 0.284 %.
fermentasi 3 dan 4 hari, kadar bioetanol Kadar bioetanol yang ditunjukkan hasil
meningkat cukup signifikan karena ragi berada analisa gas kromatografi yang justru makin hari
dalam fase eksponensial. Sehingga kadar makin menurun mungkin disebabkan karena
bioetanol yang dihasilkan pun meningkat. jarak waktu dihasilkannya produk etanol dan
Sedangkan pada hari kelima fermentasi, analisa gas kromatografi terlalu lama, sehingga
didapatkan kadar etanol tertinggi. Berdasarkan sampel kemungkinan ada yang menguap.
penelitian terdahulu, kadar etanol cenderung Dari hasil analisa kadar bioetanol
menurun pada waktu fermentasi lebih dari 5 dengan menggunakan Gas Chromatography ini
hari. Ini dikarenakan ragi yang digunakan telah juga menunjukkan perbedaan yang signifikan
memasuki fase kematian, sehingga tidak bisa bila dibandingkan dengan metode analisa
mengkonversikan lagi glukosa menjadi piknometer, hal ini diduga dapat disebabkan
bioetanol. oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Penyimpanan sampel tidak hati-hati
4.2.4 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap sehingga menyebabkan penguapan kadar
Kadar Bioetanol Pada Berbagai Variasi bioetanol
Konsentrasi Asam Hasil Analisa Gas 2. Nilai hasil analisa merupakan densitas
Kromatografi campuran sehingga lebih besar jika

0.3 dibandingkan dengan analisa GC.


Kadar Bioetanol

Sedangkan dengan analisa GC, hanya


0.2
Asam 1% etanol yang dideteksi untuk diukur
0.1
(%)

nilainya.
0 Asam 5%
1 Hari 5 Hari
Waktu Fermentasi (Hari) V. KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Lama Kesimpulan


Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol Hasil Dari penelitian yang dilakukan, dapat
Analisa Gas Kromatografi. diambil beberapa kesimpulan :
1. Semakin lama waktu fermentasi maka
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin kadar bioethanol yang dihasilkan semakin
lama waktu fermentasi dan semakin besar tinggi
konsentrasi asam maka kadar bioetanol justru
2. Semakin besar konsentrasi asam, maka Douglas, Considine. 1996. Van Nostrand
semakin tinggi kadar bioetanol yang di Scientifics Encyclopedia. New York. Van
hasilkan. Kadar bioetanol tertinggi adalah Nostrand Reinhod Company
4,956% diperoleh pada saat konsentrasi asam
5% dan waktu fermentasi 5 hari. Fengel, D and Wegener G. 1995. Kayu: Kimia,
Saran Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Sastrohamidjojo,
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan H, penerjemah. Prawirohatmodjo S, editor.
lebih banyak memvariasikan konsentrasi asam Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
agar dapat di lihat perbandingan persen Terjemahan dari: Wood: Chemistry,
penurunan kadar lignin. Ultrastructure, Reactions.
2. Untuk penelitian yang selanjutnya
disarankan menggunakan bahan lain selain Fessenden & Fessende. 1986. Kimia Organik,
jerami padi, karena dari penelitian kami dan Jilid 2, Jakarta : Gramedia
penelitian sebelumnya, didapatkan kadar
bioethanol yang kecil. Freudenberg, K. 1920. Die Chemie der &
Aturlichen Gorbstoffe. Springer. Berlin,
DAFTAR PUSTAKA Germany.

Anggorodi. 1979. Limit Makanan Ternak Umum.


Gomez, A. A and Kwanchai, A. (1995).
PT. Gramedia: Jakarta
Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
Edisi kedua. Terjemahan Endang Sjamsuddin
Anindyawati, T. 2009. Prospek Enzim dan Limbah
dan Justika S. Baharsjah. Jakarta: Universitas
Lignoselulosa untuk Produksi Bioetanol. Pusat
Indonesia (UI-Press)
Penelitian Bioteknologi LIPI: Bogor.

Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di


Aziz, S.; Sarkanen, K. 1989. Organosolv pulping
Indonesia Sebagai Bahan Baku Bioetanol:
A review, TAPPI Journal, , 72(3), 169-175.
Tandan Kosong Kelapa Sawit. Online di
http://isro.wordpress.com. Diakses 13 Februari
Azzam, M. 1989. Pretreatment of Cane Bagasse
2013.
with Alkaline Hydrogen Peroxide for Enzymatic
Hydrolysis of Cellulose and Ethanol Fermentation.
Karimi, K., Kheradmandinia, S. and
J. EnViron. Sci. Health B, 24 (4), 421433.
Taherzadeh, M.J. 2006. Conversion of rice
straw to sugar by diluteacid hydrolysis.
Badger, P.C. 2002. Ethanol from Cellulose: A
Biomass Bioenergy, 30: 247-253. DOI:
general review. p. 1721. In J. Janick and A.
10.1016/j.biombioe.2005.11.015
Whipkey (Ed.). Trends in New Crops and New
Uses. ASHS Press, Alexandria, VA
Kim, S dan Dale, BE. 2004. Global Potential
Bioethanol Production from Wasted Crops
andCrop Residues. J Biomass Bioenerg Muljono, Judoamidjojo, Darwis, Aziz, A., dan
26:361-375. Gumbira, E. 2002. Teknologi Fermentasi.
Rajawali pers: Jakarta.
Kumar, P., Barrett, D.M., Delwiche, M.J., and
Stroeve, P. 2009. Methods for Pretreatment of Oshima, M. 1965. Wood Chemistry Process
Lignocellulosic Biomass for Efficient Hydrolysis Engineering Aspect. Noyes Develop. Corp.
and Biofuel Production, Ind. Eng. Chem. Res., New York.
48(8), 3713-3729.
Perez, J., Dorado, J.M., Rubia, T., and J.
Latifah, S., 2008. Sakarifikasi Dan Fermentasi Martinez. 2002. Biodegradation and biological
Serentak Untuk Produksi Bioetanol Dari Hasil treatments of cellulose, hemicellulose and
Samping Industri Gula. Skripsi. Fakultas teknik, lignin : an overview. Int. Microbiol 5: 53- 63
Universitas Riau, Pekanbaru
Samsuri, M & dkk. 2007. Pemanfaatan
Lussac, Gay. 1810. Fermentation and on The Role Sellulosa Bagas Untuk Produksi Ethanol
of Yeast Melalui Sakarifikasi Dan Fermentasi Serentak
dengan Enzim Xylanase. Universitas Indonesia
Lu, Y., et al. 2002. Cellulases adsorption and an : Depok.
evaluation of enzyme recycle durin hydrolysis of
steam-exploded softwood residues. Vol. 98-100, Sun,Y. and J. Cheng. 2002. Hydrolysis of
Hal 641-654. Lignocellulosic Material from Ethanol
Production: A review. Biores. Technol, 83: 1-
Maryana, R. 2006. Pengembangan Bioetanol dari 11
Starchy Materials dan Lignoselulosa Sebagai
Salah Satu Energi Alternatif. Prosiding Seminar Takagi, M., Abe S., Suzuki S., Emert G. H.
Nasional Kimia dan Pendidikan. Hal 206-212. Yata N., 1977, A method for production of
ethanol directly from cellulose using cellulose
McGinnis, G.D., W.W. Wilson, S.E. prince and and yeast, Proceedings of Bioconversion
C.C. Cheng, 1983. Conversion of biomass into symposium, Delhi, 551-571.
chemicals with high-temperature wet oxidation.
Ind. Eng. Chem. Prod. Res. Dev., 22: 633-639. UKM, B. 2009. Bahan Bakar Nabati
DOI: 101021/i300012a22. (Bioetanol). Khalifah Niaga Lantabura:
Yogyakarta.
Mohamadmahdi, Kowsari. 2013. Lignocellulose
structure. Van Noordwijk M, Farida, A, Suyamto, DA
and Khasanah, N. 2003. Spatial variability of
Mooney, C.A., et al. 1998. The effect of initial rainfall governs river flow and reduces effects
pore size and lignin content on the enzymatic on landuse change at landscape scale:
hydrolysis of softwood. Vol. 64, Hal. 113-119 GenRiver and SpatRain simulations. MODSIM
proceedings, Townsville (Australia) July
2003. Bogor, Indonesia. World Agroforestry
Centre - ICRAF, SEA Regional Office.

Wright, M.M and Brown, R.C. 2007. Comparative


economics of biorefineries based on the
biochemical and thermochemical platforms;
Biofuels, Bioprod. Bioref. 1:4956 (2007) DOI:
10.1002/bbb.8

Struktur Hemiselulosa. www.google.com . Diakses


20 Mei 2013.

Struktur Unit dan Molekul Selulosa.


www.google.com . Diakses 20 Mei 2013

Struktur Lignin. www.google.com . Diakses 21 Mei


2013.

Struktur Xylan. www.google.com . Diakses 21 Mei


2013.

Enzim Selulase.
http://eprints.undip.ac.id/13064/1/BAB_I_-_V.pdf
enzim selulase. Diakses 15 Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai