Artinya : Wahai Tuhanku! Ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha
Menerima taubat lagi Maha Pengampun.
Artinya : Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Keterangan : Dari Aisya ra, dia berkata : setiap Rasulullah SAW duduk di suatu
tempat, setiap membaca Al-Quran dan setiap melakukan sholat,
beliau selalu mengakhirinya dengan kalimat tersebut :
(HR. An-Nasai).
Dikutip kembali oleh :Hj.S.Latuconsina,S.Pd.I
Semoga dapat Di amalkan pada setiap awal dan akhir berada di suatu majelis
MENYAMBUNG SILATURAHMI MESKIPUN KARIB KERABAT
BERLAKU KASAR
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
: :
.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu
'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai
orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar
aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang
yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung
silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar
memperbanyak ucapan l haul wal quwwata ill billh (tidak ada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran
meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela
dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-
minta sesuatu pun kepada manusia.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahh. Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1. Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/159).
2. Imam ath-Thabrani dalam al-Mujamul-Kabr (II/156, no. 1649), dan lafazh hadits
ini miliknya.
3. Imam Ibnu Hibban dalam Shahh-nya (no. 2041-al-Mawrid).
4. Imam Abu Nuaim dalam Hilyatu- Auliy` (I/214, no. 521).
5. Imam al-Baihaqi dalam as-Sunanul-Kubra (X/91).
Dishahhkan oleh Syaikh al-Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad
Nashiruddin al-Albni rahimahullah dalam Silsilah al-Ahdts ash-Shahhah (no.
2166).
Dari pengertian di atas, maka silaturahmi hanya ditujukan pada orang-orang yang
memiliki hubungan kerabat dengan kita, seperti kedua orang tua, kakak, adik, paman,
bibi, keponakan, sepupu, dan lainnya yang memiliki hubungan kerabat dengan kita.
Sebagian besar kaum Muslimin salah dalam menggunakan kata silaturahmi. Mereka
menggunakannya untuk hubungan mereka dengan rekan-rekan dan kawan-kawan
mereka. Padahal silaturahmi hanyalah terbatas pada orang-orang yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan kita. Adapun kepada orang yang bukan kerabat, maka
yang ada hanyalah ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam).
Silaturahmi yang hakiki bukanlah menyambung hubungan baik dengan orang yang
telah berbuat baik kepada kita, namun silaturahmi yang hakiki adalah menyambung
hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus, dan berbuat baik kepada kerabat
yang berbuat jahat kepada kita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
.
"Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan,
tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya
apabila diputus".[2]
:
.
"Rahim (kekerabatan) itu tergantung di Arsy. Dia berkata,"Siapa yang
menyambungku, Allah akan menyambungnya. Dan siapa yang memutuskanku, Allah
akan memutuskannya".[4]
Menyambung silaturahmi dan berbuat baik kepada orang tua adalah wajib
berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur`n dan as-Sunnah. Sebaliknya, memutus
silaturahmi dan durhaka kepada orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar.
" Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan" [al-
Baqarah/2:27]
.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menyambung
silaturahmi" [6].
Hubungan baik ini harus terus berlangsung dan dijaga kepada karib kerabat yang
baik dan istiqamah di atas Sunnah. Adapun terhadap karib kerabat yang kafir atau
fasik atau pelaku bidah, maka menyambung kekerabatan dengan mereka dapat
melalui nasihat dan memberikan peringatan, serta berusaha dengan sungguh-sungguh
dalam melakukannya.[8]
Silaturahmi yang paling utama adalah silaturahmi kepada kedua orang tua. Orang tua
adalah kerabat yang paling dekat, yang memiliki jasa yang sangat besar, mereka
memberikan kasih dan sayangnya sepanjang hidup mereka. Maka tidak aneh jika
hak-hak mereka memiliki tingkat yang besar setelah beribadah kepada Allah. Di
dalam Al-Qur`n terdapat banyak ayat yang memerintahkan kita agar berbakti
kepada kedua orang tua.
Birrul-walidain adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, baik berupa bantuan
materi, doa, kunjungan, perhatian, kasih sayang, dan menjaga nama baik pada saat
keduanya masih hidup maupun setelah keduanya meninggal dunia. Birrul-walidain
adalah perbuatan baik yang paling baik.
Selain itu, Allah Taala dan Rasul-Nya melarang kita berbuat durhaka kepada kedua
orang tua. Sebab, durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang paling
besar.
Silaturahmi memiliki sekian banyak manfaat yang sangat besar, diantaranya sebagai
berikut.
1. Dengan bersilaturahmi, berarti kita telah menjalankan perintah Allah dan Rasul-
Nya.
2. Dengan bersilaturahmi akan menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan
mengetahui keadaan karib kerabat.
3. Dengan bersilaturahmi, Allah akan meluaskan rezeki dan memanjangkan umur
kita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bersabda:
.
"Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" [10].
.
"Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi" [11].
PENUTUP
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk penulis dan para pembaca, dan wasiat
Rasulullah ini dapat kita laksanakan dengan ikhlas karena Allah Taala. Mudah-
mudahan shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam, juga kepada kelurga dan para sahabat beliau.
Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.