Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

PERCOBAAN XI
ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

OLEH:

NAMA : LA ODE SUTRIZAL N.

STAMBUK : F1C1 13 079

KELOMPOK : IX (SEMBILAN)

ASISTEN : HIKMAYANI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Termodinamika sudah sangat tidak asing didalam kehidupan sehari-hari,

banyak sekali peristiwa termodinamika yang terjadi dalam kehidupan. Sebagai

contohnya perubahan suhu yang terdapat pada badan kita, kemudian beberapa

peralatan rumah tangga yang menggunakan konsep termodinamika dan beberapa

peralatan lainnya.

Termodinamika telah merubah sistem industri didunia, dari yang mulanya

menggeunakan kayu bakar untuk memasak sampai menggunakan listrik untuk

memasak. Hal ini karena termodinamika merupakan hukum-hukum yang

menyangkut banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh yang

paling sederhana adalah es didalam gelas yang menyebabkan terjadi

pengembunan diluar gelas, padahal terpisahkan oleh medium gelas (glass) yang

memisahkan permukaan luar dan permukaan dalam.

Proses timbulnya air pada permuakaan gelas itu menandakan adanya suatu

sistem yang terjadi pada perstiwa ini, sistem yang terjadi adalah bahwa udara yang

ada di sekeliling gelas mengandung uap air.Ketika gelas diisi es, gelas menjadi

dingin. Udara yang bersentuhan dengan gelas dingin ini akan turun suhunya. Uap

air yang ada di udara pun ikut mendingin. Jika suhunya sudah cukup dingin, uap

air ini akan mengembun membentuk tetes-tetes air di bagian luar gelas. Hal ini

merupakan peristiwa termodinamika yang sesuai dengan hukum termodinamika

yang ke dua yang berbunyi Berikut Hukum kedua termodinamika terkait dengan

entropi.
Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem

termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan

meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya, dari hukum ini proses yang

terjadi didalam gelas merupakan proses penyerapan panas dengan kata lain udara

akan berubah menjadi dingin. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka

dilakukanlah percobaan perubahan entalpi dan entropi peleburan.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa perbedaan kurva pendingin cairan murni dan

larutan ?

2. Bagaimana peristiwa penurunan titik beku yang

disebabkan penambahan zat terlarut terjadi ?

3. Bagaimana menghitung entropi dan entalpi pembekuan

dengan menggunakan persamaan vant Hoff ?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperkenalkan perbedaan kurva pendingin cairan murni dan

larutan.
2. Untuk memperlihatkan peristiwa penurunan titik beku yang disebabkan

penambahan zat terlarut.


3. Untuk menghitung entropi dan entalpi pembekuan dengan menggunakan

persamaan vant Hof.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Termodinamika adalah ilmu tentang temperatur, kalor, dan pertukaran

energi. Termodinamika mempunyai penerapan praktis dalam semua cabang sains

dan teknologi seperti halnya dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai

dari urusan cuaca sampai urusan masak-memasak.Temodinamika adalah ilmu

yang mempelajari hubungan antara kalor dengan usaha serta sifat-sifat yang

mendukung hubungan tersebut. Dapat pula dikatakan bahwa termodinamika

adalah ilmu yang mempelajari energi dan tranformasinya. Prinsip-prinsip dan

hukum-hukum termodinamika digunakan pada perencanaan motor-motor bakar,

pusat-pusat tenaga nuklir, pesawat-pesawat pendingin, roket, pesawat terbang,

pesawat dengan tenaga listrik, dan lain-lain (Agung, 2013).

Entalpi yang berhubungan erat dengan energi dalam, juga tidak dapat

diukur, tetapi hanya dapat didefinisikan dengan cara lain sehingga menjadi fungsi

keadaan. Untuk keadaan sistem tertentu terhadap nilai H yang khas. Ciri lain dari

fungsi keadaan adalah bahwa selisih nilai fungsi dua keadaan yang berbeda

besarnya khas. Energi dalam yang telah dijelaskan sebagai seluruh energi

berkaitan dengan partikel-partikel materi di dalam sistem, adalah sesuatu yang

tidak dapat diukur. Tetapi, energi-dalam hanya tergantung pada keadaan yang

merupakan ciri suatu sistem dan tidak pada bagaimana keadaan-keadaan tersebut

dicapai. Kondisi suatu sistem mengacu pada keadaannya, dan setiap sifat yang

hanya tergantung pada keadaan dari suatu sistem disebut fungsi keadaan (Petrucci,

1987).

Proses tak reversibel (seperti pendinginan hingga mencapai temperatur

yang sama dengan temperatur lingkungan dan pemuaian bebas dari gas) adalah
proses spontan, sehingga proses itu disertai dengan kenaikan entropi. Kita dapat

menyatakan bahwa proses tak reversibel menghasilkan entropi. Sedangkan proses

reversibel adalah perubahan yang sangat seimbang, dengan sistem dalam

keseimbangan dengan lingkungannya pada setiap tahap. Setiap langkah yang

sangat kecil di sepanjang jalannya bersifat reversibel dan terjadi tanpa

menyebarkan energi secara kacau, sehingga juga tanpa kenaikan entropi; proses

reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan hanya memindahkan entropi

dari satu bagian ke bagian lain (Atkins, 1986).

Kesetimbangan paling baik dinyatakan dalam suku kata/term energi bebas.

Energi bebas adalah ukuran energi dalam suatu sistim yang memberikan indikasi

keacakan atau entropi suatu sistim. Energi bebas dapat dirumuskan :

G= HT S , dimana H adalah entalpi dan S adalah entropi sistim.

Entalpi adalah variabel yang turut memperhitungkan efek tekanan dan volume

sistim dan energi bebas Gibbs sembarang substansi pada temperatur T (Pudjanto,

2010).

Proses peleburan adalah proses pencai ran bahan (besi cor) dengan jalan

dipanaskan didalam sebuah dapur peleburan, setelah bahan mencair kemudian

dituang ke dalam cetakan. Pada proses peleburan alumunium digunakan dapur

jenis crucible. Crucible yang ada dalam dapur berbentuk pot yang terbuat dari

lempung di campur dengan pasir. Alat pemanas berfungsi untuk mencukupi

kebutuhan panas yang diperlukan pada proses peleburan.Pada dapur peleburan

yang direncanakan ini, alat pemanas yang digunakan berupa nozzle yang
dilengkapi dengan selang dan regulator dengan menggunakan bahan bakar gas

(Sundari, 2011).

Proses isoternal dan reversibel, perubahan entropi total dan sistem dan

sekelilingnya sama dengan nol. Demikian pula perubahan entropi untuk proses

siklus sama dengan nol. Proses-proses reversibel selalu berjalan sangat lama. Ini

berarti proses-proses yang terjadi pada waktu yang pendek brupa proses

irreversibel dan tentu saja diikuti dengan kenaikan entropi dari sistemnya sendiri

atau sistem dan sekitarnya (Sukardjo, 2012)


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Entalpi dan Entropi Peleburan dilaksanakan pada Jumat, 5

Desember 2014 Pukul 13.00 15.30 WITA dan bertempat di Laboratorium

Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi,

thermometer 0-100oC, gelas kimia 600 mL, gegep, timbangan analitik dan hot

plate, gegep, lap halus, tabung reaksi, Erlenmeyer 250 mL, pipet volume 10

mL, dan filler.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah naftalena, asan asetat,

tissu dan aquades.


3. Prosedur kerja

Naftalena

- ditimbang sebanyak 3 gram


- dimasukkan dalam tabung reaksi
- dipanaskan dengan cara dimasukkan ke
dalam gelas kimia berisi air panas sampai
semua naftalena mencair
- diangkat lalu dimasukkan dalam
selongsong pada gelas piala berisi bahan
isolasi (tisu)
Naftalena beku dalam tabungsuhu
- diamati reaksi
pada thermometer tiap 30
- detik
ditambahkan 0,75 gram difenilamina
- - ditentukan
dipanaskantitik
kembali hingga semua
beku naftalena
naftalena dan difenilamina mencair
- diangkat lalu dimasukkan dalam
selongsong berisi bahan isolasi
- diamati suhu pada termometer tiap 30
detik sampai tepat membeku
Hasil -Pengamatan
ditentukan titik beku naftalena +
difenilamina
- diulangi percobaan hingga 2 kali
dengan penambahan 0,75 gram
difenilamina pada setiap penambahan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Waktu TNaftalena T Ketika Penambahan Difenilamina(oC)


t (menit) murni (oC) Ke-1 Ke-2
0,5 69 63 60
1,0 72 64 61
1,5 73 65 61
2,0 74 66 59
2,5 75 66 59
3,0 76 66 58
3,5 76 67 57
4,0 76 67 57

2. Naftalena murni

Diketahui : Massa naftalena = 3 gram

Mr naftalena = 128 g/mol

massa 3gram
0,0234375 mol
Mr 128g/mol
Mol naftalena =

0,0234375mol
1
0,0234375mol
Xnaftalena =

3. Penambahan difenilamina ke-I

Diketahui : Massa difenilamina I = 0,75 gram

massa 0,75gram
0,00445mol
Mr 168,5g/mol
Mol difenilamina =

Dalam larutan tersebut terdapat 0,0234375 mol naftalena dan 0,00445 mol

diefenilamina, maka :

Mol total = 0,0234375 mol + 0,00445 mol = 0,02788 mol

0,0234375mol
0,84065
0,02788mol
Xnaftalena =
a. Penambahan difenilamina ke-II :

Massa difenilamina ke-II = 0,75 gram

Massa total difenilamina = 1,5 gram, jadi :

Massa 1,5gram
0,0089mol
Mr 168,5g/mol
Mol difenilamina =

Dalam larutan tersebut terdapat 0,0234375 mol naftalena dan 0,0089 mol

difenilamina, maka :

Mol total = 0,0234375 mol + 0,0089 mol = 0,03233 mol

0,0234375mol
0,72494
0,03233mol
Xnaftalena =

4. Tabel Data Pengamatan

Kategori Naftalena Larutan I Larutan II


murni
Berat Naftalena (g) 3 3 3
Mol Naftalena (mol) 0,0234375 0,0234375 0,0234375
Berat difenilamina (g) 0 0,75 1,5
Mol difenilamina (mol) 0 0,00445 0,0089
Mol total (mol) 0,0234375 0,02788 0,03233
Fraksi mol C10H8 1 0,84065 0,72494
Ln X C10H8 0 -0,1735 -0,3216
Tb (oC) 74 65 59
Tb (K) 347 338 332
1/Tb (K-1) 0,002881 0,0029585 0,003012

5. Grafik

ln X naftalena 1/Tb (K-1)


0 0,002881
-0,1757 0,0029585
-0,32166 0,003012

Grafik Hubungan Ln X Naftalena dan 1/Tb ( K)


0

f(x) = - 0x + 0 0
R = 1
0
1/Tb ( K)
0 Linear ()

0
-0.35 -0.3 -0.25 -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0

Ln X Naftalena

6. Pengolahan data

y = ax + b

y = 0,000 x + 0,002

Dari grafik di atas diperoleh nilai a = 0,000 dan nilai b = 0,002

H
a
R

H = - a x R


H = 0,000 8,314 J/mol K

H = 0 J/mol K
S
b
R

S = b x R

= 0,002 x 8,314 J/mol K

= 0,016628 J/mol K

B. Pembahasan

Perubahan energi yang dibutuhkan suatu zat untuk melakukan

perubahan/kerja sebagai akibat dari perubahan yang spontan disebut entalpi

sedangkan Entropi adalah derajat perubahan spontan persatuan kalor. Entalpi

peleburan merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk berubah wujud dari padat

menjadi cair. Entalpi maupun entropi peleburan sangat berkaitan erat pada titik beku

larutan murni maupun larutan campuran. Pada percobaan ini akan diketahui

bagaimana pengaruh penambahan zat terlarut dalam pelarut murni, dimana pelarut

murni adalah naftalena sedangkan zat terlarutnya adalah difenilamina.

Kita telah ketahui bahwa berdasarkan teori pada saat titik beku tercapai

bentuk cair pada suatu larutan atau pelarut murni akan berada dalam

keseimbangannya, yakni dalam bentuk padatnya. Bila suatu cairan didinginkan, maka

suhunya akan turun sampai titik beku tercapai. Setelah titik beku tercapai, maka suhu

tidak akan turun lagi sebelum semua cairan berubah menjadi padatan. Akan tetapi,

setelah seluruh cairan menjadi padatan, suhu akan turun kembali.


Praktikum kali ini dimana percobaan yang kita lakukan adalah menentukan

titik beku pelarut murni (naftalena). Naftalena yang telah ditimbang terlebih dahulu

dicairkan dengan suhu awal 69oC dan mengalami peningkatan suhu sampai menit ke-

4. Berdasarkan pengamatan penurunan titik beku larutan murni naftalena dengan

penambahan zat terlarut (difenilamina) didapatkan penurunan titik beku setiap

penambahan zat terlarut (difenilamina). Pada penambahan pertama, dilakukan

penambahan difenilamina sebanyak 0,75 gran kedalam naftalena diperoleh

peningkatan suhu disetiap menitnya namun ketika penambahan difenilamina 0,75

gram dimana total difenilamina telah menjadi 1,5 gram maka berdasarkan

pengamatan terjadi penurunan suhu pada termometer disetiap menitnya.

Berdasarkan percobaan yang telah dialkukan dapat diketahui bahwa peristiwa

penurunan titik beku ini disebut sebagai peristiwa lewat beku, pada peristiwa ini

cairan tersebut tidak membeku, walaupun suhunya telah melampaui titik beku atau

sudah di bawah titik bekunya. Hal ini dikarenakan titik beku difenilamina jauh lebih

rendah dibanding titik beku naftalena sehingga naftalena sulit untuk membentuk

kristal atau kecenderungan sulit untuk membeku. Selain itu, pada saat larutan

membeku suhunya menurun sebelum semua cairan berubah menjadi padatan

sehingga ada bagian horizontal pada kurva pendingin cairan murni. Sedangkan pada

kurva pendingin larutan tidak horizontal lagi karena pada saat naftalena mulai

membeku, difenilamina yang masih berbentuk cair akan menjadi semakin pekat,

sehingga mempengaruhi titik bekunya juga semakin rendah dan inilah yang
menyebabkan titik beku larutan jauh menurun dibawah titik beku naftalena yang

sebenarnya.

Pada perhitungan data diperoleh nilai entalpi peleburan pada praktikum adalah

0 J/mol K. Hal ini menandakan sistem dan lingkungan tidak dikenai kerja. Sedangkan

entropi peleburannya diperoleh 0,016628 J/mol K, tandanya positif, yang berarti

peleburan terjadi secara tidak spontan. Pada grafik menunjukkan proses penurunan

titik beku akibat penambahan zat terlarut, titik beku semakin rendah dengan semakin

banyaknya zat terlarut yang ditambahkan dalam larutan. Grafik di atas menunjukkan

kurva pendingin larutan. Adapun fungsi penambahan zat terlarut adalah untuk

mengurangi kecenderungan larutan untuk membeku dan temperatur yang lebih

rendah harus dicapai sebelum kesetimbangan antara padatan dan larutan terjadi

sehingga titik beku menurun.

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada percobaan ini, yaitu:

1. Pada kurva pendinginan cairan murni adalah horizontal, sedangkan kurva

pendinginan larutan tidak algi horizontal. Hal ini disebabkanpada saat pelarut

mulai membeku, sisa larutan akan semakin pekat dan dengan semakin

pekatnya larutan, titik bekunya juga semakin rendah.

2. Penurunan titik beku yang disebabkan penambahn zat terlarut, menyebabkan

terjadinya penurunan titik beku.

3. Nilai entalpi dan entropi secara berturut-turut adalah J/mol.K dan J/mol K

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, 1986. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarata.


Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Pudjanto, B., Agung, 2005. Pembuatan Paduan ZR-NB-SI: Termodinamik Sistim


ZR-NB-SI. Hasil Penelitian EBN.

Suhendar, D. & Ismunandar. 2006. Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor.


Journal of Physic. ITB: Bandung.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Jakarta.

Sundari, Ella. 2011. Rancang Dapur Peleburan Aluminium Bahan Bakar Gas.
Vol.3. No.1.

Anda mungkin juga menyukai