Memperhatikan : Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Di Luar Rapat (Sirkuler) Nomor 139/DIR/2015 tentang
Pembagian Tugas dan Wewenang Serta Tempat Kedudukan Anggota Direksi PT PLN
(Persero).
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Anggaran Investasi (AI) adalah anggaran yang dialokasikan untuk melaksanakan program kerja yang
dituangkan dalam satuan Rupiah dan dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dari aktiva yang
sudah ada atau program lain yang menurut Kebijakan Akuntansi Perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas investasi.
2. Anggaran Investasi Lanjutan adalah anggaran yang dialokasikan untuk program kegiatan investasi yang
sudah terkontrak namun belum selesai pada tahun anggaran sebelumnya dikurangi dengan realisasi
pembayaran pada tahun sebelumnya.
3. Anggaran Investasi Murni adalah anggaran yang dialokasikan untuk program kegiatan investasi yang
proses pengadaannya dilaksanakan pada tahun berjalan dengan menggunakan anggaran tahun berjalan.
4. Anggaran Investasi Rutin Konstruksi adalah anggaran yang digunakan untuk kegiatan rutin pada Unit Induk
Pembangunan yang terdiri dari biaya kepegawaian, biaya pemeliharaan, biaya administrasi dan biaya
penyusutan.
5. Anggaran Kas Operasi (AKO) adalah pagu anggaran kas (tunai) dalam nilai Rupiah untuk melaksanakan
program kegiatan operasi selama 1 (satu) tahun anggaran.
6. Anggaran Kas Investasi (AKI) adalah pagu anggaran kas (tunai) dalam nilai Rupiah untuk melaksanakan
program kegiatan investasi selama 1 (satu) tahun anggaran yang didanai dengan Anggaran PLN (APLN).
7. Anggaran Kas Bulanan (AKB) adalah pagu AKO dan AKI selama 1 (satu) tahun yang dirinci berdasarkan
kebutuhan bulanan.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah melalui
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk pembangunan sektor ketenagalistrikan.
9. Anggaran PLN (APLN) adalah dana yang bersumber dari kegiatan operasi dan non operasi Perusahaan,
Penyertaan Modal Pemerintah, dan pinjaman yang diperoleh PLN dari pihak lain tetapi tidak termasuk
Subsidiary Loan Agreement.
10. Anggaran Operasi (AO) adalah anggaran yang dialokasikan untuk melaksanakan program kerja operasi
dalam satuan Rupiah dan dibebankan ke dalam perhitungan laba rugi tahun berjalan.
11. Aplikasi Anggaran Keuangan yang selanjutnya disebut (A2K) adalah aplikasi komputer (software) yang
digunakan dalam proses pengalokasian dan pemberian pagu anggaran kas yang mencakup anggaran kas
operasi dan anggaran kas investasi.
12. Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan dan Pengendalian Anggaran yang selanjutnya disebut (SIP2A)
adalah aplikasi berbasis COGNOS TM1 yang terintegrasi dengan Aplikasi SAP/ERP dan A2K sehingga
proses perencanaan dan pengendalian anggaran serta konsolidasi laporan keuangan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengendalian anggaran.
13. Anak perusahaan PLN adalah perusahaan yang sahamnya lebih dari 50 % (lima puluh persen) dimiliki oleh
PLN.
14. Biaya administrasi niaga adalah jenis biaya administrasi yang terkait dengan upaya peningkatan
pendapatan dan penagihan piutang usaha.
15. Biaya kepegawaian adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh PLN sehubungan dengan pemenuhan
kewajiban terhadap pegawai, baik pembayaran tunai maupun non tunai.
16. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PLN untuk mengoperasikan dan memelihara asset
ketenagalistrikan baik penggunaan material maupun jasa.
1.18. Berdasarkan
1.18. Berdasarkan alokasi pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI sebagaimana dimaksud pada butir 1.17. di atas,
Unit Induk dan Kantor Pusat menyesuaikan kembali RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat, selanjutnya
diusulkan kembali sesuai tahapan sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. serta butir 1.7. di atas.
1.19. Direktur Keuangan menetapkan RKA Unit dan Kantor Pusat dalam bentuk SKAO (AO/AKO) dan SKAI
(AI/AKI), Proyeksi Laporan Keuangan, Proyeksi Neraca Unit setelah RKAP disahkan oleh RUPS.
1.20. Direktur Keuangan dapat menetapkan nilai SKAO/SKAI yang lebih rendah dari usulan RKA Unit
sebagaimana dimaksud pada butir 1.18. baik nilai AO/AKO maupun nilai AI/AKI dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan PLN.
1.21. Alur proses mekanisme penyusunan RKAP adalah sesuai Bagan Alur Proses 1.
1.22. Seluruh proses penyusunan RKAP, mulai dari pengusulan RKA oleh Unit dan Kantor Pusat, proses
verifikasi dan validasi RKA Unit dan Kantor Pusat oleh Divisi Pembina, Divisi Anggaran dan Tim RKAP,
penyusunan draft RKAP dan penerbitan SKAO dan SKAI oleh Divisi Anggaran dilakukan melalui Aplikasi
SIP2A.
1.23. Prosedur dan tata cara pengoperasian Aplikasi SIP2A mengacu pada panduan yang terdapat pada portal
http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
BAB II
PERENCANAAN & PENGENDALIAN ANGGARAN
2.1.3.3.2.2. Biaya
2.1.3.2.2. Biaya bahan bakar.
Penyusunan anggaran bahan bakar atau energi primer
dengan mempertimbangkan :
a. Pertumbuhan penjualan.
b. Ketersediaan pembangkit.
c. Rencana Operasi Tahunan (ROT).
d. Kebijakan stok bahan bakar dan harga energi primer.
e. Optimalisasi fuel mix dengan biaya terendah.
Anggaran bahan bakar disusun sesuai dengan mekanisme sebagaimana
dimaksud pada Bagan Alur Proses 2 dan hasilnya dituangkan ke dalam
format sesuai Formulir 13.
Penyusunan rencana kebutuhan bahan bakar agar memperhitungkan
saldo awal dan target saldo akhir per jenis bahan bakar, sehingga dapat
menggambarkan rencana volume pembelian per jenis bahan bakar.
Di samping volume bahan bakar, rencana kebutuhan bahan bakar juga
menyajikan konsumsi bahan bakar per kWh yakni specific fuel
consumption (SFC) untuk pembangkit berbahan bakar minyak dan SGC
untuk gas serta tara kalor (heat rate) untuk pembangkit berbahan bakar
batubara.
Khusus untuk energi panas bumi, air dan energi lainnya disajikan dalam
volume produksi per masing-masing jenis energi primer tersebut.
2.1.3.2.3. Pembelian tenaga listrik dan sewa pembangkit.
RKA Unit Induk menyajikan perincian rencana pembelian tenaga listrik baik
dari IPP maupun excess power yang meliputi nama produsen, lokasi,
kapasitas pembangkit, jenis bahan bakar, batas minimum take or pay
(TOP), rencana volume pembelian tenaga listrik, harga satuan dan jumlah
harga.
RKA Unit Induk menyajikan perincian anggaran sewa pembangkit yang
meliputi nomor kontrak (jika ada), nama penyedia mesin sewa, lokasi,
kapasitas (MW), batas minimum take or pay (TOP), jenis bahan bakar,
SFC atau tara kalor, rencana volume produksi, harga satuan sewa per
kWh dan jumlah anggaran sewa.
Penyusunan anggaran pembelian tenaga listrik dan sewa pembangkit
dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Pertumbuhan penjualan.
b. Ketersediaan pembangkit.
c. Efisiensi energi primer (fuel mix).
d. Rencana Operasi Tahunan (ROT).
e. Power Purchase Agreement (PPA)
f. Kontrak sewa mesin pembangkit.
Anggaran pembelian tenaga listrik dan anggaran sewa pembangkit
disusun sesuai mekanisme sebagaimana dimaksud pada Bagan Alur
Proses 3 dan hasilnya dituangkan ke dalam format sesuai Formulir 14,
Formulir 15, Formulir 16 dan Formulir 17, dengan menempatkan skema
sewa pembangkit pada prioritas terakhir dalam memenuhi pasokan tenaga
listrik.
2.1.3.2.4. Biaya pemeliharaan.
Anggaran pemeliharaan setidaknya harus dikelompokkan ke dalam fungsi
dan unsur dengan mempertimbangkan :
a. Ketersediaan dan optimalisasi pemanfaatan material gudang.
b. Rasio biaya pemeliharaan per aset.
c. Optimalisasi asset.
d. Benchmarking biaya pemeliharaan dengan bisnis sejenis.
e. Prognosa tahun berjalan.
Anggaran
Anggaran biaya pemeliharaan disusun melalui mekanisme sebagaimana
dimaksud pada Bagan Alur Proses 4 dan dituangkan ke dalam format
biaya pemeliharaan sesuai Formulir 18.
2.1.3.2.5. Biaya kepegawaian.
Penyusunan anggaran biaya kepegawaian dilakukan
dengan mempertimbangkan :
a. Jumlah dan mutasi pegawai.
b. Rasio biaya kepegawaian per pegawai.
c. Kebijakan perusahaan tentang remunerasi dan fasilitas pegawai.
Anggaran biaya kepegawaian disusun melalui mekanisme sebagaimana
dimaksud pada Bagan Alur Proses 5 dan dituangkan ke dalam format
biaya kepegawaian sesuai Formulir 19.
2.1.3.2.6. Biaya penyusutan.
Biaya penyusutan dihitung dengan mempertimbangkan besarnya biaya
penyusutan tahun sebelumnya, rencana tambahan aset dan penarikan
aset dalam tahun berjalan serta mengacu pada kebijakan akuntansi yang
berlaku dan dituangkan ke dalam format biaya penyusutan sesuai Formulir
20.
2.1.3.2.7. Biaya administrasi.
Anggaran biaya administrasi dikelompokkan atas biaya administrasi niaga
dan administrasi umum.
Anggaran biaya administasi disusun dengan mempertimbangkan :
a. Realisasi tahun sebelumnya.
b. Prognosa tahun berjalan.
b. Jumlah dan mutasi pelanggan.
c. Nilai penjualan tenaga listrik dan saldo piutang usaha.
d. Rasio biaya administrasi niaga per pelanggan dan rasio biaya
administrasi umum per pegawai.
Anggaran biaya administrasi disusun melalui mekanisme sebagaimana
dimaksud pada Bagan Alur Proses 6 dan dituangkan ke dalam format
biaya administrasi sesuai Formulir 21.
2.1.3.2.8. Biaya bunga dan beban keuangan.
Anggaran biaya bunga disusun berdasarkan jadwal pembayaran bunga,
saldo outstanding pinjaman dan tingkat bunga dari masing-masing
perjanjian pinjaman. Anggaran biaya bunga termasuk unsur bunga yang
terkandung dalam kontrak pembelian tenaga listrik dengan IPP, capital
leased maupun kontrak sewa Build Operate and Tranfer (BOT), di samping
itu beban hedging juga dikelompokkan ke dalam anggaran ini. Anggaran
biaya bunga dan beban keuangan disusun dan dituangkan ke dalam
format sesuai Formulir 22.
2.1.3.3. Pendapatan (beban) di luar usaha.
Anggaran pendapatan di luar usaha terdiri dari pendapatan bunga, pendapatan denda,
hasil penjualan aktiva tetap, pendapatan dari pihak ketiga, penjualan dokumen lelang,
penagihan kembali piutang yang sudah dihapusbukukan, pendapatan sewa, penjualan
limbah dan pendapatan lainnya.
Beban di luar usaha terdiri dari beban pensiunan, biaya penelitian dan pengembangan,
biaya teknik dan teknologi, biaya tanggung jawab sosial, biaya pimpinan, cadangan
untuk biaya bencana alam, beban operasional Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL), cadangan biaya tidak terduga lainnya, biaya pengosongan rumah
dinas, beban untuk pihak ketiga dan biaya pengelolaan limbah B3.
Pendapatan (beban) di luar operasi disusun dan dituangkan ke dalam format sesuai
Formulir 23.
2.1.3.4. Beban pajak.
Dalam hal terdapat selisih positif antara pajak tangguhan dengan kewajiban
pembayaran pajak penghasilan badan, maka dianggarkan sebagai penerimaan.
2.1.4. Direktur
2.1.4. Direktur Keuangan menetapkan SKAO Sementara untuk memenuhi keperluan AO/AKO paling
lama untuk 3 (tiga) bulan pertama tahun berikutnya paling lambat tanggal 20 Desember
berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.
2.1.5. Direktur Keuangan Perusahaan menetapkan SKAO sebagaimana dimaksud pada butir 1.19. di
atas, untuk kebutuhan AO/AKO selama 1 (satu) tahun :
2.1.5.1. Penggunaan SKAO (AO/AKO) sepenuhnya menjadi tanggung jawab General Manager
atau Kepala Divisi Umum termasuk perencanaan teknis dan finansial, pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa, proses konstruksi dan manajemen persediaan.
2.1.5.2. Berdasarkan penetapan SKAO (AO/AKO), Unit Induk menyusun kembali rincian AKO
dalam 1 (satu) tahun anggaran pada Aplikasi SIP2A dan dituangkan dalam mata uang
Rupiah serta dalam nilai valuta asing (jika ada) paling lambat 1 (satu) minggu setelah
penetapan SKAO (AO/AKO).
2.1.6. Perubahan (revisi) terhadap SKAO dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
2.1.6.1. Usulan perubahan (revisi) SKAO (AO/AKO) diusulkan oleh General Manager atau
Kepala Divisi Umum dengan mengikuti mekanisme pengusulan RKA Unit Induk dan
RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. di atas.
2.1.6.2. Prosedur verifikasi, validasi dan rekomendasi usulan perubahan (revisi) SKAO
(AO/AKO) mengikuti mekanisme verifikasi, validasi dan rekomendasi RKA Unit Induk
dan RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.7. di atas.
2.1.6.3. Direktur Keuangan dapat menyetujui perubahan (revisi) SKAO (AO dan/atau AKO)
yang diusulkan oleh General Manager dan Kepala Divisi Umum berdasarkan
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada butir 2.1.6.2. dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan perusahaan.
2.1.6.4. Perubahan (revisi) SKAO (AO/AKO) seperti yang dimaksud pada butir 2.1.6.1. sd.
2.1.6.3. diatas, dilakukan melalui Aplikasi SIP2A dengan prosedur dan tata cara
mengacu pada panduan yang terdapat pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
2.1.7. Anggaran Operasi yang ditetapkan pada masing-masing pos anggaran tidak diperkenankan
digunakan untuk pos anggaran lainnya.
2.1.8. Realisasi penggunaan SKAO (AO/AKO) bulan ke n dilaporkan oleh General Manager dan Kepala
Divisi Umum secara tertulis kepada Direktur Keuangan dan ditembuskan kepada Direktur
Pembina selambat-lambatnya tanggal 20 bulan ke n+1 dengan format laporan yang akan disusun
oleh Kepala Divisi Anggaran.
2.3.4. Revisi
2.3.4. Revisi AKB dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
2.3.4.1. Permintaan perubahan (revisi) AKB diusulkan oleh General Manager atau Kepala
Divisi Umum kepada Kepala Divisi Anggaran disertai dengan argumentasi
perubahannya.
2.3.4.2. Kepala Divisi Anggaran dapat menyetujui atau menolak usulan perubahan (revisi) AKB
sepanjang tidak melampaui batas maksimum AKB yang sudah disetujui berdasarkan
SKAO dan SKAI yang sudah diterbitkan dan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan Perusahaan.
2.3.4.3. Perubahan (revisi) AKB seperti yang dimaksud pada butir 2.3.4.1. dan 2.3.4.2. diatas,
dilakukan melalui Aplikasi SIP2A dengan prosedur dan tata cara mengacu pada
panduan yang ada pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
3.3.3. Penyusunan
3.3.3. Penyusunan anggaran SKAI hibah tunai dilakukan melalui proses sebagaimana dimaksud
pada Bagan Alur Proses 7.
(Ribuan Rupiah)
No Uraian Jumlah
a b c
1 Beban Usaha
2 Beban Bunga dan Keuangan
3 Non Allowable Cost (NAC)
Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
BPP / kWh
3 Margin . %
BPP + Margin
Kebutuhan Subsidi
FORMULIR 11 - PENDAPATAN BIAYA PENYAMBUNGAN
a b c d
Jumlah -
FORMULIR 13 - KOMPOSISI PRODUKSI, VOLUME, DAN BIAYA BAHAN BAKAR & PELUMAS
FORMULIR 14 - NERACA ENERGI
FORMULIR 15 - PEMBELIAN TENAGA LISTRIK IPP DAN EXCESS POWER
FORMULIR 16 - SEWA PEMBANGKIT
Jenis Jenis Bahan Tgl Awal Tgl Akhir Harga/kWh Biaya Sewa (Rp. Ribu)
No Pembangkit / Pemasok Kapasitas (MW) CF Kontrak (%) Produksi (MWh)
Pembangkit Bakar Kontrak Kontrak (Rp./kWh) Harga Energi Mob & Demob Jumlah
a b c d e f g h i j k l m
1 - -
2 - -
3 - -
4 - -
5 - -
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 - -
Jumlah - - - - - - - -
FORMULIR 17 - PEMBELIAN TENAGA LISTRIK ANTAR UNIT
Target Harga Harga Energi (Rp./kWh) Transfer Energi (MWh) Pendapatan / Biaya (Rp. Ribu)
No Transfer Dari / Ke
Kapasitas Kapasitas LWBP WBP LWBP WBP Jumlah Beban Kapasitas Energi Sistem Jumlah
a b c d e f g h i j k l
1 - - - -
.
.
.
5 - - - -
6 - - - -
7 - - - -
8 - - - -
Jumlah - - - - - -
FORMULIR 18 - BIAYA PEMELIHARAAN
FORMULIR 19 - BIAYA KEPEGAWAIAN
FORMULIR 20 - BIAYA PENYUSUTAN
(Ribuan Rupiah)
No Fungsi Tahun n-1 Tahun n
a b c d
1 Pembangkitan PLTA
2 Pembangkitan PLTU
3 Pembangkitan PLTD
4 Pembangkitan PLTG
5 Pembangkitan PLTP
6 Pembangkitan PLTGU
7 Pembangkitan PLTS
8 Pembangkitan PLTB
9 Sistem Transmisi
10 Sistem Teleinformasi Data
11 Sistem Distribusi
12 Unit Pengatur Distribusi
13 Tata Usaha Langganan
14 Tata Usaha
15 Gudang & Persediaan Bahan - Bahan
16 Bengkel
17 Laboratorium
18 Jasa - jasa Teknik
19 Wisma dan Rumah Dinas
20 Telekomunikasi
21 Rupa - rupa Jasa Umum
22 Pendidikan dan Latihan
23 Teknologi Informasi
TOTAL - -
FORMULIR 21 - BIAYA ADMINISTRASI
FORMULIR 22 - BIAYA BUNGA DAN BEBAN KEUANGAN
FORMULIR 23 - PENDAPATAN (BEBAN) DI LUAR OPERASI
BAGAN ALUR PROSES 1 - ALUR PROSES PENYUSUNAN RKAP
BAGAN ALUR PROSES 2 - ANGGARAN BAHAN BAKAR
BAGAN ALUR PROSES 3 - ANGGARAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DAN SEWA PEMBANGKIT
BAGAN ALUR PROSES 4 - ANGGARAN PEMELIHARAAN
BAGAN ALUR PROSES 5 - ANGGARAN KEPEGAWAIAN
BAGAN ALUR PROSES 6 ANGGARAN ADMINISTRASI
BAGAN ALUR PROSES 7 - HIBAH TUNAI / PFK INVESTASI
TABEL 1 - PROGRAM RENCANA KERJA
TABEL 2 - DIREKTUR DAN KEPALA DIVISI PEMBINA UNIT DAN ANAK PERUSAHAAN
TABEL 3 - DIVISI TEKNIS TERKAIT