Anda di halaman 1dari 10

A.

Penyakit-Penyakit Yang Berhubungan Dengan Pencemaran Air Akibat Dari


Mikroorganisme Parasit

1. Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)
dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja
lendir bercampur darah. Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Penyebab umumnya
adalah infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan
infeksi golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Penderita perlu
segera mendapatkan perawatan medis, jika tidak dapat mengancam jiwa

Penyebab Penyakit:
1. Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60% kasus disentri
yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa
disebabkan oleh Shigella. Penyebabnya adalah bakteri Shigella dysenteriae. Waktu
inkubasinya sekitar 1 7 hari, biasanya 4 sekitar kurang dari 4 hari.
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Salmonella
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada
anak usia > 5 tahun

Preventif (Pencegahan)
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit
disentri adalah dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga
kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa
bakteri; dan membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan.

2. Demam Thipoid (Typhus)


Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteriSalmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella
typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia
balita, anak-anak dan dewasa. Di Indonesia, diperkirakan antara 800 100.000 orang
terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama
muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang,
peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Sumber penularan yang
utama adalah penderita itu sendiri atau karier, dan penularan dapat terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh bakteria yang ada di dalam tinja penderita yang akan
mengontaminasi air, air minum, makanan, ataupun kontak langsung.
Penyebab Penyakit :
Penyebabnya adalah bakteri jenis bacillus thypus yaitu Salmonella thyposa,
dengan waktu inkubasi sekitar 1 sampai 3 minggu. Bakteri tersebut masuk melalui
mulut dan menjangkiti lympha (getah bening) pada bagian bawah usus halus,
kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ internal sehingga
gejala muncul pada seluruh tubuh, misalnya seluruh badan lemas, pusing, hilang nafsu
makan, dan timbul demam serta mengigil.

Preventif (Pencegahan)
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan
kebersihan dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan
menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular)
telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa
dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa
(tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

3. Kolera
Kolera merupakan penyakit yang sudah langka di negara-negara
perindustrian dalam seratus tahun belakangan ini, tetapi penyakit ini masih sering
terdapat di beberapa bagian dunia termasuk sub-benua India dan bagian benua Afrika
di sebelah selatan gurun Sahara (sub-Sahara). Kolera adalah penyakit diare akut, yang
disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio cholerae. Infeksi biasanya
ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita
mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah,
dan kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat
mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma
tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam. Sumber utama
penularan penyakit ini adalah air minum atau makanan yang tercemar
(terkontaminasi) oleh kotoran atau muntahan penderita yang mengandung bakteri
kholera ataupun tercemar oleh inang atau pembawa bakteri kholera.

Penyebab Penyakit
a. Cholera Asiatica disebabkan oelh baksil Vibrio comma
b. Cholera Eltor disebabkan oleh baksil Vibrio eltor
Penyebabnya adalah bakteri patogen jenis Vibrio cholerae, dan waktu
inkubasinya antar beberapa jam sampai dengan 5 hari. Bakteri ini masuk melalui
mulut dan akan berkembang di dalam usus halus (small intestine), dan akan
menghasilkan eksotoksin yang menyebabkan rasa mual.
Preventif (Pencegahan)
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah
dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan
kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah
meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum
makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran
yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak
setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan
secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja
penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera
diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung
dengan penderita

4. Poliomyelitis Anterior Akut


Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Polio adalah
penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular
melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus
adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tigastrain berbeda dan amat menular. Virus
akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia
antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3
hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka
sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui
feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. Sumber
infeksi yaitu virus polio yang terdapat pada tinja dan dahak penderita, ataupun virus
yang terbawa oleh inangnya. Penularannya melalui air minum yang tercemar virus
tersebut dan juga melalui makanan yang terkontaminasi.

Penyebab Penyakit
Penyebabnya adalah virus polio yang bernamapoliovirus (PV), waktu
inkubasinya antara 3 sampai 21 hari, biasanya antara 7 sampa 12 hari. Virus polio
masuk melalui mulut dan menginfeksi seluruh tubuh, kemudian menjalar melalui
simpul saraf lokal, dan selanjutnya menyerang sistem saraf pusat, yang dapat
menyebabkan kelumpuhan.
Preventif (Pencegahan)
Penyakit polio dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin virus mati diberikan
secara suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup
yang dilemahkan lebih efektif dibandingkan dengan virus yang mati. Selain
pemberian imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis perorangan
sangat diperlukan.

5. Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris =
diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsanganbuang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Diare
merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Yang paling banyak terserang penyakit ini umumnya adalah
anak-anak dan balita, dan bila keadaannya parah seringkali mengakibatkan dehidrasi,
yang apabila tidak segera ditangani dapat berujung pada kematian. Bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja dan masuk ke tubuh manusia
melalui mulut, makanan, minuman atau melalui kontak perorangan. Seringkali
organisme penyebab infeksi entrik tersebut diakibatkan oleh kondisi lingkungan
rumah yang kotor dan tidak sehat. Hal terebut juga dikarenakan oleh pencucian
tangan yang kurang bersih pada waktu buang kotoran, ataupun melalui lalat. Banyak
juga kasus yang terjadi akibat mengonsumsi air yang telah tercemar oleh bakteri
patogen penyebab diare tersebut.

Penyebab Penyakit
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi
virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu
yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat
mengancam jiwa bila tanpa perawatan. Virus penyebab diare adalah Viral
gastroenteritis atau yang dikenal sebagai stomatch virus (virus perut). Selain oleh
virus, diare juga disebabkan oleh bakteri. Bakteri-bakteri tersebut antara lain
adalah E.coli, Salmonella enteritidis, Compylobacter bacteria, Shigella, Giardo,
Cryptosporidium.

Preventif (Pencegahan)
Pencegahan diare merupakan salah satu upaya yang baik dilakukan untuk
menghindari gejala diare secara efektif. Cuci tangan terutama saat ingin makan atau
aktivitas lain merupakan upaya pencegahan diare agar virus tidak menyebar.
Untuk pencegahan diare yang disebabkan oleh makanan yang tercemar dapat
dilakukan beberapa cara, antara lain :
Sajikan makanan dimasak atau dipanaskan. Jika belum diolah dinginkan makanan
dalam kulkas. Membiarkan makanan pada suhu kamar dapat mendorong pertumbuhan
bakteri sehingga dapat dilakukan pencegahan diare.
Cuci permukaan alat atau perkakas untuk menghindari penyebaran kuman dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Selalu memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang berusia di bawah enam bulan.
Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet) dan menyediakan tempat sampah yang
memadai.
Memberantas lalat agar tidak menghinggapi makanan yang ada di rumah.
Mengupayakan lingkungan rumah selalu menjadi lingkungan hidup yang sehat
B. Penyakit-Penyakit Yang Diakibatkan Oleh Cuaca Ekstrim

1. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira. Gejala klinis leptospirosis mirip
dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam
dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak
terdiagnosis. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak,
keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa
mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan
paha. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah
beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di
negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama.
pembuangan sampah. International Leptospirosis Societymenyatakan Indonesia
sebagai negara insiden leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia untuk
mortalitas.

2. Chikungunya
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita,
yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita
yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut
lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama
terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain
kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat
direpotkan pula dengan kasus Chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam
mendadak yang mencapai 39 derajat C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan
bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival
injection dan sedikit fotofobia.

Penyakit ini biasanya dapat disembuhkan dengan membatasi diri sendiri dan
akan sembuh sendiri. Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah terdapat tanda-
tanda penyakit lain yang lebih berbahaya.
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis
virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam
berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai
belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus
dengue di seluruh dunia.
Demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam
tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh
pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh
darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar
kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering
ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat
keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah
adanya kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam
tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus
berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan
elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah
mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

4. Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris =
diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsanganbuang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Diare
merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Yang paling banyak terserang penyakit ini umumnya adalah
anak-anak dan balita, dan bila keadaannya parah seringkali mengakibatkan dehidrasi,
yang apabila tidak segera ditangani dapat berujung pada kematian. Bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja dan masuk ke tubuh manusia
melalui mulut, makanan, minuman atau melalui kontak perorangan. Seringkali
organisme penyebab infeksi entrik tersebut diakibatkan oleh kondisi lingkungan
rumah yang kotor dan tidak sehat. Hal terebut juga dikarenakan oleh pencucian
tangan yang kurang bersih pada waktu buang kotoran, ataupun melalui lalat. Banyak
juga kasus yang terjadi akibat mengonsumsi air yang telah tercemar oleh bakteri
patogen penyebab diare tersebut.
C. Penyakit-Penyakit Yang Diakibatkan Oleh Pencemaran Partikel Debu di Udara

1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa
SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu
silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,
bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu
silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan
tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak
menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan
terdispersi ke udara bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina,
oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit
silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan
terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak
nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada
silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada
pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit
silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti
dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja
jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat
sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih
penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis
akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC
paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan
sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja.
Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja
perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu waktu
diperlukan.

2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam
silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak
dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat
asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan
gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada
dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes
untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan
keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis
ini.

3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam
paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan
kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain
yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok
kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama
pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari
Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada
serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran
pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut
atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis
dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara
atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti
pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut
bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar
batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis
dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai
dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat
debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis.
Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada
tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit
tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan
waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya.
Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema
yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis
murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh
emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan,
kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis
lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini
mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat
adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang
menyerang paru-paru.

5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan
nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam,
batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja
industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan
penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk
silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda
atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini
bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu
logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di
lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja
timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun
dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-
pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai