ABSTRAK
GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO dan PENI WAHYU PRIHANDINI. 2003. Strategi Penyusunan Pakan
Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Permasalahan agribisnis sapi potong saat ini adalah harga sapi
lokal yang rendah. Peternak tidak mampu memberikan pakan konsentrat atau pakan tambahan. Pakan murah
yang menggunakan domestic resources based merupakan salah satu alternatif pemecahan. Strategi
penyusunannya dilakukan dengan memilih bahan pakan berdasarkan ketersediaan bahan, kandungan nutrisi
dan harga. Pakan murah ini di Jawa Timur menggunakan bahan utama limbah agroindustri dan limbah
pertanian/perkebunan. Pakan murah tersebut berupa pakan basal untuk sapi pembibitan dengan harga Rp.
400/kg dan pakan konsentrat untuk sapi penggemukan dengan harga Rp. 675/kg. Pakan murah untuk daerah di
luar Jawa Timur dapat diperoleh dengan menggunakan bahan pakan potensi daerah setempat atau dengan cara
mencampur antara bahan pakan setempat dengan pakan murah yang didatangkan dari Jawa Timur. Biaya
pengiriman pakan murah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah/Bali adalah Rp. 150/kg, ke Jawa Barat/NTB adalah
Rp. 200/kg, sedangkan ke Lampung/NTT adalah Rp.250/kg. Dengan pakan murah tersebut, maka harga jual
sapi lokal mampu bersaing dengan harga sapi impor.
Kata kunci: Pakan, sapi
ABSTRACT
GUNAWAN, DIDIK EKO WAHYONO and PENI WAHYU PRIHANDINI. 2003. The Strategy of Cheap Feed
Formulating on Beef Cattle for Supporting Agribusiness Development. The problem of cattle business to
day is the low price of local cattle, hence farmers loose. Farmers were unable to feed concentrate or other
additional feed that are relatively expensive. The cheap feed based on local resources is one alternative
solution. The strategy in formulating beef ration is selection of feedstuff based on the availability, nutrient
content and price. A cheap feed in East Java use the main agroindustrial and agricultural waste. Feed as basal
died for breeding cattle cost Rp.400/kg and concentrate feed for fattening cattle cost Rp. 675/kg. For outside
Java the use of local feedstuff is recommended or mixing local feed with the feed imported from East Java. The
transport cost from East Java to Central Java or Bali is Rp. 150/kg, to West Java or West Nusa Tenggara Rp.
200/kg, while to Lampung or East Nusa Tenggara Rp. 250/kg. The selling price of local cattle will be more
competitive than imported cattle.
Key words: Feed, cattle
PENDAHULUAN
137
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
potong. Dengan terbukanya pasar bebas AFTA 2003, maka peluang tersebut sekaligus juga
merupakan tantangan dan ancaman bagi kelangsungan agribisnis sapi potong di Indonesia.
Pemerintah telah mencanangkan target bahwa Indonesia harus berusaha mengurangi
ketergantungan terhadap sapi impor dengan mengembangkan daerah-daerah gudang ternak di
Kawasan Timur Indonesia. Menurut WIJAYA (2002) dalam era desentralisasi ekonomi dan otonomi,
strategi pembangunan ekonomi harus mengandalkan sumber daya domestik (domestic resources
based) yang dikuasai oleh rakyat, sehingga dalam pelaksanaannya tidak menuntut penambahan
bahan baku impor yang terlalu besar serta memiliki orientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat
melalui pemberdayaan ekonomi usaha-usaha kecil, menengah dan koperasi. Pembangunan ekonomi
yang mempertimbangkan potensi sumberdaya alam merupakan strategi pembangunan yang tepat.
Kondisi dan permasalahan sapi potong di Indonesia saat ini adalah harga jual sapi potong lokal
yang lebih rendah dari harga pada saat beli sehingga peternak mengalami kerugian. Peternak tidak
mampu lagi memberikan pakan konsentrat maupun pakan tambahan lain yang relatif mahal bagi
sapi potong yang dipelihara. Akibatnya, produktivitas sapi potong semakin rendah dan gairah usaha
sapi potong menjadi lesu. Hal ini, dapat ditolong antara lain dengan pakan murah yang
mengandalkan domestic resources. Dengan adanya pakan murah, produk sapi potong mampu
memiliki daya saing. Saat ini, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) juga telah
mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri, melalui kemitraan dengan petani. Pakan murah
penting bagi usaha sapi potong dalam menentukan harga jual sapi.
Keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan. Kebutuhan pakan
di Indonesia pada tahun 2000-2001 untuk unggas berkisar antara 5 juta ton dan rata-rata mengalami
pertumbuhan sebesar 12% per tahun (SUBIJANTO, 2001). Kebutuhan pakan ternak ruminansia lebih
besar daripada kebutuhan pakan unggas. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam
memproduksi pakan tidak hanya dituntut kualitas, tetapi lebih penting adalah pakan yang ekonomis,
murah dan terjangkau kemampuan peternak (SIREGAR, 1994).
Mulai tahun 2000, industri pakan yang mengolah bahan baku lokal berupa limbah pertanian
dan limbah agroindustri berkembang cukup pesat di Jawa Timur, tidak hanya pada skala pengkajian
laboratorium, tetapi telah pada skala komersial. Perkembangan industri pakan ini, perlu mendapat
dukungan dan dikembangkan di daerah lainnya, terutama di daerah gudang ternak. Hal ini sangat
penting mengingat semakin mahalnya biaya transportasi dari lokasi pabrik ke peternak, apabila
pabrik hanya dilakukan secara sentralisasi di satu wilayah yang umumnya berada di Jawa. Dengan
menyebarnya unit-unit pabrik pakan di beberapa daerah yang dekat dengan sumber bahan baku dan
sekaligus dekat dengan lokasi peternak akan meningkatkan efisiensi ekonomis. Disamping itu, nilai
tambah dari kegiatan prosesing bahan baku menjadi produk pakan tersebut berada di masing-masing
daerah (HARDIANTO et al., 2001).
Tulisan ini memberikan gambaran strategi penyusunan pakan murah untuk sapi potong yang
perlu dilakukan oleh pengusaha maupun peternak sapi potong di Indonesia, disamping informasi
harga pakan murah di Jawa Timur dan di beberapa daerah lainnya untuk memungkinkan
berkembangnya industri pakan di Luar Jawa.
138
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
lain, karena bahan-bahan yang berasal dari luar daerah umumnya mahal karena tambahan biaya
transport. Penggunaan bahan pakan asal luar daerah dibenarkan bila harganya murah. Berdasarkan
pengalaman, untuk sapi potong jangan sekali-kali menggunakan biji jagung, bungkil kedelai, tepung
ikan dan tepung tulang dalam pakan, karena keempat bahan ini masih impor dan harganya mahal.
Sebanyak 40-60% kebutuhan jagung untuk pakan ternak di Indonesia masih impor, 60-70% tepung
ikan dan 100% bungkil kedelai untuk pakan masih impor (SUBIJANTO, 2001). Dalam pakan sapi
potong diutamakan menggunakan bahan berasal dari limbah pertanian/perkebunan dan limbah
agroindusti, karena bahan-bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan harganya
relatif murah (HARDIANTO, 2000).
Berikut ini disampaikan kandungan nutrisi dari beberapa bahan pakan limbah pertanian, limbah
perkebunan dan limbah agroindustri yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, juga kandungan
nutrisi beberapa daun-daunan (leguminosa) yang mungkin ditambahkan dalam pakan.
Dalam memilih bahan pakan murah diperlukan informasi harga dari beberapa pakan yang
tersedia di daerah Jawa Timur pada Tahun 2003 (Tabel 4). Dengan adanya kandungan nutrisi dan
harga beberapa bahan pakan tersebut, maka dapat dipilih bahan pakan per unit nutrisi, berdasarkan
perhitungan protein maupun TDN, sehingga diketahui berapa harga (Rp/kg protein atau Rp/kg
TDN) dari masing-masing bahan pakan. Dengan cara demikian, maka akan dapat dipilih bahan
pakan yang ekonomis untuk digunakan.
Tabel 1. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan
BK: Bahan kering; PK: Protein kasar; LK: Lemak kasar; SK: Serat kasar; TDN: Total Digestible Nutrient
Sumber: Analisa proksimat Laboratorium Pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan
139
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
BK: Bahan kering; PK: Protein kasar; LK: Lemak kasar; SK: Serat kasar; TDN: Total Digestible Nutrient
Sumber: Analisa proksimat Laboratorium Pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan.
140
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Tabel 4. Fluktuasi harga beberapa jenis bahan pakan di Jawa Timur pada bulan Januari hingga Agustus 2003
Harga (Rp/Kg)
Nama bahan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Onggok kering 390 390 380 375 370 370 360 360
Bungkil klenteng 600 600 575 575 550 550 525 525
Bungkil kopra 750 730 725 700 700 725 700 700
Ampas tebu - - - - 140 140 140 140
Dedak padi kasar 350 325 325 300 280 280 275 275
Dedak padi halus 500 500 475 425 425 375 375 375
Kulit kopi 200 200 210 210 200 190 180 170
Tetes tebu 500 500 525 525 500 500 500 500
Tumpi jagung 125 125 100 100 85 85 85 85
Kulit kacang 175 175 160 160 160 150 150 150
Jerami kedelai - - - - 125 125 125 125
Ampas kecap 275 275 275 275 300 300 300 300
Penggunaan bahan pakan dalam ransum sapi potong disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi sapi
yang menggunakan. Sapi yang dipelihara untuk pembibitan kebutuhannya berbeda dibandingkan
dengan sapi penggemukan (Tabel 5 dan Tabel 6).
Metode yang digunakan dalam penyusunan formula ransum antara lain adalah pearson square
method, least cost formulation dan trial and error. Metode pearson square adalah metode
penyusunan pakan berasal dari perhitungan campuran atas empat bahan. Metode least cost
merupakan metode penyusunan ransum ekonomis menggunakan dasar linier programming. Metode
yang sering dilakukan oleh peternak saat ini adalah trial and error yaitu dengan cara mengubah-
ubah komposisi (%) jumlah bahan pakan dalam ransum. Dalam penyusunan ransum digunakan
kriteria rational, ekonomis dan applicable. Saat ini, telah tersedia beberapa soft-ware atau program
yang dapat digunakan untuk penyusunan formula ransum. Program yang sering digunakan adalah
MIXIT-2 atau aplikasi EXCEL. Dalam penyusunan formula ransum diperlukan kandungan nutrisi
bahan pakan, harga bahan pakan, batas penggunaan bahan pakan, kebutuhan nutrisi sapi dan
perhitungan ekonomis.
Tabel 5. Kebutuhan pakan untuk pembibitan sapi potong
141
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Teknik pencampuran
Pencampuran pakan dapat dilakukan secara manual yaitu menggunakan alat sederhana berupa
skop yang dilakukan di atas lantai atau menggunakan mesin (feedmill). Pencampuran secara manual
dilakukan oleh tenaga kerja manusia, dengan cara bahan pakan disusun sesuai formula mulai dari
yang jumlahnya paling banyak hingga yang paling sedikit dan kemudian dilakukan pencampuran
(KARTADISASTRA, 1994).
Penyampuran pakan menggunakan mesin dilakukan oleh serangkaian mesin-mesin yang
biasanya dioperasikan oleh pabrik-pabrik pakan ternak yang memproduksi pakan dalam jumlah
puluhan ton setiap hari. Mesin pembuat pakan terdiri atas mesin-mesin penggiling (hammer mill),
mesin penimbang (weigher), mesin pemutar (cyclone), mesin pemindah bahan (elevator), mesin
penghembus (blower) dan mesin pencampur (mixer). Diagram dari penyampuran menggunakan
mesin (feedmill) dengan kapasitas 1 ton/jam (Gambar 1).
Proses pakan menggunakan mesin lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan
menghasilkan campuran pakan lebih homogen. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa biaya
processing pakan hingga packaging berkisar antara Rp. 85 hingga Rp. 100 untuk per kg campuran
pakan.
142
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
SUMBER PAKAN
Jawa Timur
Jawa Timur memiliki potensi sumber pakan yang cukup besar, terutama dari limbah
agroindustri, limbah pertanian maupun limbah perkebunan. Pakan asal limbah agroindustri antara
lain adalah bungkil kopra, bungkil biji kapok, tumpi biji kapok, tumpi jagung, ampas tebu, pith dan
tetes. Pakan asal limbah pertanian/perkebunan antara lain jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung,
jerami kacang tanah, kulit kacang tanah, kulit kopi, kulit coklat dan pucuk tebu.
Selama tahun 2003 harga bungkil kopra relatif stabil, sedangkan harga bungkil biji kapok dari
bulan Januari mengalami penurunan sampai bulan September, karena produksi yang semakin
meningkat pada saat musim kemarau. Harga dedak padi berfluktuasi, hampir sama dengan bungkil
yaitu selama musim hujan harganya naik dan memasuki musim kemarau harganya turun. Harga
onggok kering relatif stabil, hanya cenderung naik selama musim hujan, karena faktor pengeringan
yang lebih sulit dilakukan. Harga tetes dan ampas tebu per bulan tidak fluktuatif, karena tataniaga
pemasaran kedua bahan telah mapan.
Di Jawa Timur juga telah terdapat beberapa pakan komersial untuk sapi potong, antara lain
pakan basal dan konsentrat. Pabrik pakan mini yang ada di Jawa Timur dengan jumlah produk
terbatas telah mengeluarkan konsentrat sapi potong, antara lain Inkud feed, yellow feed, Nutri feed,
Cattle feed, promix feed, jugala feed.
Tabel 7. Harga dan susunan bahan pada pakan basal dan konsentrat sapi potong di Jawa Timur
143
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Beberapa bahan pakan yang tersedia di wilayah Kabupaten Sumba Timur berasal dari limbah
pertanian dan agroindustri yang potensial (Tabel 8).
Bahan pakan asal limbah pertanian, ketersediaannya dipengaruhi oleh musim panen, tempat
produksinya tersebar dan voluminous sehingga biaya angkut menjadi cukup mahal (CHUZAEMI,
2002). Untuk itu diperlukan manajemen yang terorganisir meliputi pengumpulan (collecting),
pengangkutan, pengeringan, penyimpanan dan prosessing awal. Limbah agroindustri yang tersedia
di Sumba Timur hanya dedak padi yang relatif mahal, karena menjadi satu-satunya pakan tambahan
bagi sapi potong yang dimiliki oleh peternak. Pada musim kemarau, harga dedak padi pada tingkat
eceran mencapai Rp. 1.000 hingga Rp. 1.200 per kg. Oleh karena itu, perlu dipikirkan perbedaan
penanganan antara kedua bahan tersebut yang berbeda karakteristiknya. Berikut ini disampaikan
diagram pakan untuk daerah Sumba Timur yang dipersiapkan di Jawa Timur (Gambar 2).
Pakan di Sumba (Rp. 425/kg) diperoleh dengan cara mencampur 40% pakan dari Jawa Timur
(Rp. 500/kg) dengan 60% pakan lokal asal Sumba (Rp. 150/kg), ditambah ongkos transport,
prosesing dan packaging.
Tabel 8. Beberapa bahan pakan yang tersedia di Sumba Timur dan estimasi potensinya
JATIM SUMBA
144
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Daerah lain
Selain mendirikan industri pakan dan penggunaan sumberdaya pakan lokal, pakan murah untuk
beberapa daerah juga dapat dilakukan dengan mendatangkan pakan murah dari Jawa Timur. Harga
pakan asal dari Jawa Timur yang dikirim ke beberapa daerah, menentukan harga saing yang cukup
besar (Gambar 3).
PAKAN BASAL
(Pembibitan) Rp 400/kg Rp 550/kg Rp 600/kg Rp 650/kg
Biaya tansportasi dari Jatim ke Jateng atau Bali adalah Rp. 150,-/kg, dari Jatim ke Jabar atau
NTB adalah Rp. 200,-/kg, sedangkan dari Jatim ke Lampung atau NTT adalah Rp.250,-/kg. Biaya
transport tersebut diperhitungkan menggunakan truk atau kapal laut dengan batas minimal
pengiriman 10 ton.
KESIMPULAN
Pakan murah dapat disusun dengan menggunakan domestic resources based. Perlu dihindari
penggunaan bahan pakan impor atau bahan pakan asal luar daerah yang harganya mahal. Strategi
penyusunan pakan murah dimulai dengan pemilihan bahan pakan murah dan disusun sesuai dengan
kebutuhan pakan sapi potong. Pemilihan bahan pakan murah berdasarkan pertimbangan
ketersediaan bahan, kandungan nutrisi dan harga.
Pakan murah terutama disusun dari bahan-bahan pakan asal limbah agroindustri, limbah
pertanian/perkebunan. Pakan murah dapat berupa pakan basal untuk sapi pembibitan dan konsentrat
untuk sapi penggemukan. Pakan murah untuk daerah di luar Jawa Timur dapat diperoleh dengan
cara mencampur bahan-bahan pakan murah yang tersedia di wilayah atau mencampur antara pakan
145
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
murah asal dari Jawa Timur dengan bahan-bahan pakan yang ada di daerah atau cukup dengan
mendatangkan pakan murah dari Jawa Timur dengan penambahan biaya transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
CHUZAEMI, S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrisi Sapi Potong Di Indonesia. Makalah Dalam Workshop
Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor dan Loka Penelitian Sapi Potong,
Malang 11-12 April 2002.
DITJEN BP PETERNAKAN. 2002. Pemantapan Program Mendesak Kecukupan Daging 2005. Makalah
Rakonteknas 2002 di Denpasar Bali, Tanggal 13-15 Nopember 2002. Ditjen Bina Produksi Peternakan.
HARDIANTO, R., SURYANTO, G. KARTONO, E. WIDAWATI, K.B. ANDRI, E. RATNANINGTYAS, BAMBANG, I. dan
Z. ARIFIN. 2001. Pembentukan Kawasan Agribisnis Terpadu di Kabupaten Tulungagung. Laporan
Akhir Kerjasama Bappeda Kabupaten Tulungagung dengan BPTP Jawa Timur, Malang.
HARDIANTO, R. 2000. Teknologi Complete Feed Sebagai Alternatif Pakan Ternak Ruminansia. Makalah BPTP
Jawa Timur, Malang.
KARTADISASTRA, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kiat Meningkatkan Keuntungan dalam Agribisnis
Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
SIREGAR, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya, Indonesia.
SUBIJANTO. 2001. Prospek Bisnis Pakan Unggas di Indonesia 2001-2002. Seminar Nasional Prospek Bisnis
Perunggasan 2001-2002. Jakarta, 26 Juli 2001.
WIJAYA, D. 2002. Prioritas dan Strategi Baru Pembangunan Ekonomi Jawa Timur. Buletin Litbang
Dwibulanan Teropong Nomor 2 Edisi Desember 2001Januari 2002. Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Balitbangda) Propinsi Jawa Timur, Surabaya.
146