Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi diatas
ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004.
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud diatas adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Dalam pelayanan kesehatan apotek sangat berperan penting untuk memberikan pengetahuan
tentang obat kepada pasien karena obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan
dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu
penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit.
Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya
tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan
sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.
Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong percepatan teknologi dan penelitian di
bidang obat. Dewasa ini meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan juga mendorong masyarakat menuntut pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
informasi tentang obat. Di sisi lain, hubungan antara dokter dan pasien yang masih belum sejajar,
membuat komunikasi yang terbangun antar dokter dan pasien juga relatif terbatas. Pada
umumnya dokter hanya memberikan penjelasan secukupnya sesuai pertanyaan pasien. Sementara
pasien dengan keawamannya terkadang tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Informasi
mengenai penyakit dan obat yang disampaikan oleh dokter sering kali terbatas oleh sebab itu
dalam sebuah apotek peran apoteker dan asisten apoteker sangat penting untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang obat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut;
1. Apa pengertian dari apotek?
2. Bagaimana pengelolaan obat dan non obat di apotek?
3. Bagaimana administrasi di apotek?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui tentang apotek
2. Unruk mengetahui pengelolaan abat dan non obat apotek
3. Untuk mengetahui administrasi di apotek

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Apotek
Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek dalam pasal) 1 ayat (a) : "Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan
pekerjaan kefarmasian yang dimaksud diatas adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien.
Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam;

a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965
mengenai Apotek.
e. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker,
yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No.
184/MENKES/PER/II/1995.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang perubahan kedua
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang penyempurnaan
pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

h. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Persyaratan Apotek
Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan
masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan
apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK
Menkes RI No. 278/Menkes/SK/V/1981)
Lokasi

Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi apotek

sebaiknya berada di daerah yang;

a. Ramai.
b. Terjamin keamanannya.
c. Dekat dengan rumah sakit / klinik.
d. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek.
e. Mudah dijangkau.
f. Cukup padat penduduknya.
Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut;
a. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan ukuran 140 x 80 x 100 cm
dan terbuat dari kayu.
c. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan apotek, Farmakope
Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal.
Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan

perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan

kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan penyediaan

perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam mem-bantu penyediaan perbekalan kesehatan

yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.

Tenaga Kesehatan

Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus


mempunyai seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apotek-nya
pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker pendamping atau tenaga teknis
kefarmasian.
Struktur Organisasi

Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam


pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek
maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan
yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan
adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen
orang.

Personalia

Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien di daerah
sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik, sehingga peran karyawan
sangat penting dalam laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan karyawan yang
baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan;
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.
b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat.
c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya.
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua.
2.2. Tugas dan Fungsi Apotek
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi.
2.3. Syarat-Syarat Apotek
1. Untuk mendapatkan izin APA dan AA yang bekerjasama dengan PSA yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi dan dapat
didirikan pada lokasi yang sama.

BAB III
PENGELOLAAN APOTEK
3.1 Pengelolaan Apotek
Menurut Permenkes RI No.26 /MenKes/per/1/1981 dalam bab 2 pasal 3 pengelolaah Apotek
meliputi:
1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat atau bahan obat
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan kesehatan di bidang Farmasi
lainnya
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi:
a. Pengelolaan informasi diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan, masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan bahaya dan mutu oba serta
perbekalan farmasi lainnya.
3.2 Pelayanan Apotek
Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter gigi, dan Dokter hewan atas tanggung jawab APA
dengan kewajibannya ;
1. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat.
2. Apoteker idak diizinkan mengganti obat generik yang di tulis dalam resep dengan obat paten.
3. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan
dokter untuk pemilihan obat yang tepat.
4. Pemberian informasi mengenai penggunaan obat yang tepat aman dan rasional.

Bila terjadi kekeliruan resep, hal ini diatur ;


1. Bila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan penulisan, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter.
2. Bila dalam hal dimaksud karena pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap dalam
pendiriannya, dokter wajib menanyakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangannya.

Pengaturan salinan resep


1. Salinan resep harus ditanda tangani apoteker.
2. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek berdasarkan tanggal dan nomor unit
pembuatan selama 3 tahun.
3. Resep atau salinan hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita, petugas
kesehatan dan petugas lain yang berwenang.
3.3. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan resep ada 2, yaitu;

1. Pelayanan resep, prosedur

a. Pasien menyerahkan resep.


b. AA mengecek keabsahan, ketersediaan obat, memberi nomor resep.
c. Kasir memberi harga obat.
d. Pasien membayar harga obat.
e. Resep dilayani oleh bagian peracikan, pemberian etiket dan wadah.
f. Obat diserahkan kepada pasien.
2 2. Pelayan resep kredit, dengan prosedur
a. Pasien menyerahkan resep.
b. AA meminta identitas pasien dan memberi nomor resep.
c. Resep dilayani oleh bagian peracikan diberi etiket dan wadah.
d. Obat diserahkan pada pasien.
e. Pasien diminta menandatangani serta menulis nama nomor resep pegawai dan alamat.
Langkah prosedur pelayanan resep:
a. Penerimaan resep
o Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep
Nama, alamat, SIP, tanda tangan dokter.
Nama obat, dosis, jumlah dan aturan pakai.
Nama pasien, umur, alamat.
o Pemberian nomor resep.
o Penetapan harga.
o Pemeriksaan ketersediaan obat.
b. Perjanjian dan pembayaran
o Pengambilan obat semua tau sebagian.
o Ada atau tidak penggantian obat atas persetujuan dokter atau pasien.
o Pembayaran tunai atau kredit.
o Penyerahan nomor resep.
o Pembuatan kwitansi dan copy resep.
c. Peracikan
o Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan.
o Pengambilan obat, diracik sesuai resep dokter.
d. Pemeriksaan akhir
o Kesesuaian hasil peracikan dengan resep.
o Kesesuaian copy resep.
o Kebenaran kwitansi.
e. Penyerahan obat dan informasi
o Penyerahan obat harus disertai informasi tentang:
o Nama obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan.
o Cara menyimpan, efek samping obat dan cara mengatasinya.
o Tanda terima penerimaan obat.
f. Pelayanan purna jual
o Komunikasi dan informasi setiap waktu.
o Pergantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter.

BAB IV
PENGELOLAAN OBAT DAN NON OBAT
4.1 Obat Bebas
Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Misalnya ; Oralit, Glisery Guaicolate, dan lain-lain.
4.2 Obat Bebas Terbatas
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus asli da
nada tanda peringatan P1-P6. Misalnya ; Paracetamol, Anti Histamin, Isonidazid, dan lain-lain.
4.3 Obat Keras
Semua obat yang berbahaya bila pemakaiannya tanpa resep dokter, yaitu obat yang ;
a. Punya dosis maximum.
b. Sediaan parenteral.
c. Obat baru yang dinyatakan oleh Depkes tidak berbahaya. Misalnya; Antibiotik, Adrenalium,
Acetanilidium, dan lain-lain.
4.4 Obat Wajib Apoteker (OWA)
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter. Misalnya; pil KB, obat cacing, dan lain-
lain.
4.5 Obat Narkotik
Obat yang diperlukan dalam bidang pengetahuan dan pengobatan yang menimbulkan
ketergantungan bila digunakan tanpa batas. Misalnya; Morfin, Heroin, Petidin, Dionin, dan lain-
lain.
4.6 Obat Psikotropik
Obat yang mempengaruhi proses mental, bisa merangsang atau menenangkan serta mengubah
kelakuan seseorang. Misalnya; Diazepam, Esilgan, Nitrazepam, Flunitrazepam, dan lain-lain.
4.7 ALKES dan PKRT
Alat kesehatan; bahan, instrument, mesin implant yang tidak mengandung obat digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit.
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; alat, bahan, atau campuran bahan untuk memelihara dan
perawatan kesehatan manusia, hewan, rumah tangga, dan lain-lain. Misalnya;
1. Alkes berupa PKRT; kapas, kasa pembalut, sikat gigi, sabun cuci, insektisida, dan lain-lain.
2. Alkes bukan PKRT; pengeriting rambut, peralatan gigi, peralatan kimia, dan ;ain-lain.

BAB V
ADMINISTRASI PEMBELIAN
5.1 Perencanaan
Perencanaan kebutuhan / perbekalan farmasi disusun berdasarkn obat yang diresepkan dokter.
Obat bebas dan barang swalayan disusun berdasarkan kebutuhan dan iklan. Pengadaan obat dan
non obat dalam apotek disesuaikan dengan kecepatan penjualan barang dengan sumber
pembelian adalah PBF yang ditunjuk / dipercaya.
5.2 Pemesanan
Dilakukan oleh APA berdasarkan tingkat kebutuhan dan keadaan keuangan apotek. Prosedur
pembelian;

1. Petugas pembelian membuat surat pesanan (SP) dan Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) ke PBF yang ditunjuk dan disahkan oleh APA.
2. SP dan BPBA dibuat rangkap 2; Lembar 1 untuk PBF, lembar 2 untuk apotek dan
disimpan sebagai arsip.
5.3 Penyimpanan

1. Bagian gudang menerima kiriman barang dari PBF


2. Bagian gudang memeriksa keadaan fisik barang, kesesuaian dengan faktur dan SP.
3. Barang disimpan di gudang secara alfabetis, dicatat pada kartu stock dan melakukan
entri pada komputer sesuai dengan barang yang diterima.
4. Bagian gudang mengeluarkan barang ke ruang peracikan sesuai dengan permintaan
bagian pelayanan untuk penjualan.

Dalam penyimpanan obat digolong-golongkan menjadi;

1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, cairan, setengah padat,
dan lain-lain.
2. Obat jadi disusun menurut abjad atau menurut bentuk sediaan.

3. Obat yang mudah rusak atau meleleh disimpan di almari es.


4. Obat narkotik dan psikotropik dalam almari terkunci.
5. Penyusunan obat dapat diatur secara pabrik
6. Obat antibiotik diberi kartu kadaluarsa.

Metode Penyimpanan;

a. FIFO (First in First Out)

Barang masuk lebih dulu harus dikeluarkan lebih dulu.

b. LIFO (Last in First Out)

Barang masuk terakhir harus dikeluarkan lebih dahulu.


5.4 Pelaporan Pembelian

a. Kartu stok, untuk mencatat ketersediaan obat.


b. Buku defecta, untuk mencatat barang yang hampir atau habis.
c. AP dan BPBA, untuk mencatat permintaan barang dari peracikan yang kemudian
diserahkan pada bagian pemberian (PBF).

5.5 Pelaporan Penggunaan Pengeluaran

a. Laporan penjualan harian (LPH)

Laporan seluruh hasil penjualan yang berasal dari laporan tiga shift kerja yang disetorkan
koordinasi penanggung jawab keuangan.

b. Laporan penggunaan narkotik dan psikotropik.

Dilakukan tiap awal bulan selambatnya tanggal 10. Laporan dibuat berdasarkan stock opname,
bila ada ketidaksesuian ditelusuri lewat komputer. Khusus petidin dan morphin, injeksi resep
harus dilampiri KTP pembeli. Membuat laporan tembusan kepada : kepala Dinkes propinsi Jawa
Timur,kepala BPOM Jawa Timur, kepala Dinkes kota yang bersngkutan, Penanggung jawab
narkotik dan OKT,arsip Apotek.
c. Stock Opname
Pengontrolan atas semua pengunaan barang di apotek dengan cara mencocokkan
jumlah barang yang ada dengan jumlah yang tertulis pada kartu stock barang.
Tujuan Stock Opname;
o Mengetahui jumlah barang yang tersisa.
o Mengetahui barang yang kadaluarsa.
o Mengetahui barang yang termasuk fastmoving dan slowmoving.
5.6 Pembelian
Cara melakukan pembelian;
a. Pembelian dalam jumlah terbatas
Pembelian sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu pendek.
b. Pembelian secara spekulasi
Pembelian dalam jumlah lebih besar dari kebutuhan dengan harapan ada kenaikan harga dalam
waktu dekat aatau karena ada diskon / bonus.
c. Pembelian berencana
Berhubungan dengan pengendalian persediaan dengan pengawasan stock obat, dengan cara;
o Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan
o Cara pembelian ekonomis yaitu supaya memperoleh diskon / bonus.
5.7 Harga Obat
Macam-macam metode;
a. Harga standar
Harga yang ditetapkan lebih dahulu untuk jangka pendek buka untuk jangka panjang.
b. FIFO
Menurut harga lama waktu obat itu dibeli walaupun harga sudah naik.
c. LIFO
Menurut pembelian harga terakhir.
5.8 Administrasi
Mengarsipkan surat masuk dan keluar
a. Pengetikan laporan seperti; laporan narkotik, jumlah resep dan harganya, omzet dll.
b. Pembukuan; keluar dan masuknya uang yang disertai bukti.
c. Administrasi penjualan; anggaran dan pembayaran secara tunai atau kredit.
d. Administrasi pergudangan; mencatat keluar masuknya barang dan diberi kartu stok
e. Administrasi pembelian; mencatat pembelian tunai / kredit dan pengumpulan nota.
f. Administrasi piutang; mencatat penjualan kredit, pelunasan piutang dan lain-lain.
g. Administrasi kepegawaian; absensi, mencatat kepangkatan, gaji, dan lain-lain.
5.9 Keuangan
Kontrol pemasukan uang , bendahara dibantu administrasi pengontrol tagihan piutang dari
penjualan tunai / kredit. Mengadakan evaluasi dan pencatatan secara efektif dan efisien.
Bendahara tidak berhak mengeluarkan uang tanpa persetujuan atasan.
Pengeluaran dapat berupa;
a. Pembayaran hutang dagang
b. Pembayaran gaji pegawai dan keperluan Apotek.

5.10 Evaluasi Apotek Akhir Tahun


Evaluasi Apotek terhadap laba, pelayanan Apotek, langganan dan kesejahteraan karyawan.
Untuk mendapatkan laba yang besar diadakan peningkatan omzet atau efisiensi kerja apotek.
Evaluasi laba yang sering digunakan;
a. Persentase laba bersih terhadap omzet penjualan.
b. Membandingkan laba tahun lalu.
c. Persentase laba bersih terhadap jumlah modal.
d. Mengetahui besarnya penjualan selama setahun.

BAB VI
ADMINISTRASI PENJUALAN
6.1 Penjualan Narkotik
a. Dilayani bila ada resep asli dan sah.
b. Jumlah narkotik yang keluar dipotong di kartu stok dan di entri di komputer.
c. Pasien membubuhkan paraf dibalik resep.
6.2 Penjualan Tunai
Penerimaan uang tunai dicatat oleh kasir kecil pada laporan penjualan harian dan kemudian
diserahkan pada kasir besar untuk dicatat dalam buku penjualan kasir besar membuat bukti
penerimaan kas dan mencatat dalam buku kas lalu direkap menjadi laporan penjualan bulanan.
6.3 Penjualan Kredit
Penjualan barang dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan, biasanya kepada;
BUMN, instansi pemerintah, perusahaan swasta.
6.4 Penjualan Bebas / HV
Pelayanan non resep meliputi ; obat bebas, obat bebas terbatas dan alkes.
6.5 Laporan Penjualan
Ditulis pada nota penjualan. Nota penjualan ada 2 yaitu;
a. Nota HV ( penjualan bebas dan bebas terbatas)
b. Nota OWA
Masing-masing ditulis; nama barang, jumlah barang, dan harga. Semua transaksi dientri
dalam komputer sebagai Laporan Penjualan Harian. Total omzet LPH harus sama dengan nota
dan fisik uang yang ada. LPH diserahkan pada kasir besar beserta uangnya. Bila yang tidak
sesuai dengan LPH mungkin untuk kegiatan lain seperti beli bensin, foto copy dilampiri dengan
tanda bukti LPH yang direkap per bulan diserahkan pada kantor TU.

BAB VII
ADMINISTRASI PERSONALIA
7.1 PSA (Pemilik Sarana Apotek)
a. Bertanggung jawab pada jalannya apotek.
b. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.
c. Mendorong karyawan agar giat bekerja.
d. Memilih dan menempatkan karyawan sesuai keahlian.
e. Merekrut calon karyawan.
f. Sama dengan APA.
g. Mengatur keuangan apotek.
7.2 APA (Apoteker Pengelola Apotek)
Secara Umum
a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan apotek.
b. Membuat rencana anggaran, keuangan unit tiap tahun.
c. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan di apotek.
d. Meningkatkan produktivitas karyawan.
e. Layanan informasi kepada pasien dan masyarakat.
Bidang Pengabdian Profesi
a. Pengontrolan bagian pembuatan, pelayanan resep yang dibuat.
b. Memberikan informasi pada pasien, dokter, dan lain-lain.
c. Komunikasi untuk melancarkan hubungan dengan pasien, dan dokter.
Bidang Administrasi
a. Membuat laporan dan surat menyurat.
b. Memimpin, mengatur, dan mengawasi pekerjaan TU, keuangan, perdagangan, dan statistik.
c. Pengawasan penggunaan dan pemiliharaan aktiva pendek.
Bidang Komersial
a. Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang.
b. Mengatur dan mengawasi penjualan.
c. Menentukan kebijakan harga.
d. Meningkatkan permintaan dan mencari langganan baru.
7.3 AA (Asisten Apoteker)
Secara Umum
a. Menginventarisir, mensistematika dan menganalisa resep yang masuk.
b. Menentukan jenis obat dalam resep dan diberi etiket.
c. Evaluasi dan menyusun konsep rencana kebutuhan obat.
d. Menghubungi dokter bila resep kurang jelas.
AA Bagian Kasir
Bertanggung jawab kepada APA
a. Menerima setoran penjualan tunai harian beserta bukti setoran.
b. Mengatur pembayaran uang atas persetujuan APA / PSA.
c. Menyimpan uang dan setor ke bank.
d. Membuat buku kas harian.
AA Bagian Pelayanan
Dipimpin AA senior
a. Koordinasi dan pengawasan kerja bawahannya, mengatur jadwal dinas dan bembagian tugas
harian.
b. Mengatur dan mengawasi kelengkapan obat sesuai persyaratan farmasi.
c. Membina dan memberi pengarahan tentang pelaksanaan teknis farmasi kepada bawahannya.
d. Mengatur dan mengawasi penyediaan dan penyimpanan obat / non obat.
e. Memeriksa ulang resep yang telah dilayani.
f. Membuat laporan narkotik-psikotropik

BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Sistem Manajemen di Apotek
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil apapun suatu
apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu :
o Manajemen keuangan
o Manajemen pembelian
o Manajemen penjualan
o Manajemen Persediaan barang
o Manajemen pemasaran
o Manajemen khusus
Struktur Organisasi yang ada di apotek terdiri dari;
o Direktur / Pemilik Apotek
o Kepala / Pengelola Apotek
o Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)
o Bagian Penjualan
o Bagian Gudang
o Bagian pembelian
Fungsi dan Personalia di Apotek adalah;
o Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi
penyimpanan serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang
peracikan.
o Seorang Apotek bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan apotek. Serta mengatur,
melaksanakan dan mengawasi administrasi.
o Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) bertugas untuk mengerjakan pekerjaan
sesuai dengan profesinya
8.2 Saran

o Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para mahasiswa
khususnya pengetahuan mengenai Aminoglikosida.
o Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Apt. 2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke -12. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Hartono HDW, Drs. 1998 . Manaiemen Apotik. Depot Informasi Obat. Jakarta

Umar. Apt. M.M. 2004. Manaiemen Apotek Praktis. Caraka Nusantara. Jakarta

Hartanto, Dicki. MM. 2007. Manajemen Farmasi. Candra Naya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai