Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa
Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi
adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai
bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada
waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran
materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang
menciptakan keadaan sistem tersebut. Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab
akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas
membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola
hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya,
serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat
tropik. Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik, interaksi antara tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia dengan alam lingkungannya, agar dapat menjawab
pertanyaan; dimana mereka hidup, bagaimana mereka hidup dan mengapa mereka
hidup disana. Hubungan- hubungan tersebut demikian kompleks dan erat sehingga
Odum (1971) menyatakan bahwa ekologi adalah Environmental Biology.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan ekologi mikroba ?
3. Bagaimana pengaruh ekologi mikroba dalam industri farmasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui penegertian ekologi
2. Mengetahui pengertian ekologi mikroba
3. Mengetahui pengaruh ekologi mikroba dalam industri farmasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan dan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup dalam satu
ekosistem. Istilah Ekologi berasal dari kata yunani yaitu Oikos yang berarti habitat, dan
logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, Pengertian Ekologi adalah ilmu mengenai
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan suatu sistem
yang terjadi hubungan (interaksi) dengan saling ketergantungan antara komponen-
komponen di dalamnya, baik makhluk hidup maupun tidak hidup. Setiap komponen
ekosistem memiliki makna yang khusus bagi komponen yang lain dengan sangat
terorganisir dan berlangsung secara dinamis untuk terbentuk suatu keseimbangan
lingkungan. Ekologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan yang bernama
Ernst Haeckel (1834-1914) dalam pertengahan tahun 1960. Ekologi berkaitan dengan
ekosistem dengan komponen-komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik komponennya adalah air, cahaya, suhu, kelembaban dan topografi.
Sedangkan pada faktor biotik komponennya adalah tumbuhan, hewan, manusia dan
mikroba.

B. Pengertian Ekologi Mikroba


Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara
mikroba dan lingkungan hidupnya. Satuan dasar ekologi adalah ekosistem. Sistem ini
mencapai komponen-komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik adalah
masyarakat kehidupan organisme atau biozonose. Komponen abiotik adalah faktor tak
hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Ekosistem dalam ekologi mikroba dapat
berupa system mikro dan system makro. Secara umum setiap sistem memiliki ciri-ciri
yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman, mekanisme adaptasi dan adanya
hubungan antarorganisme yang ada di dalam system tersebut. Contohnya yaitu tanah
sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas yang tersusun dari berbagai populasi
mikroba yaitu bakteri, Actinomycetes, virus, khamir dan protozoa. Macam dan jumlah
mikroba tanah tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor jenis tumbuhan, pH, temperatur,
curah hujan, macam tanah dan kelembaban tanah. Komunitas mikroba merupakan
hubungan timbal balik yang kompleks antara mikroba dengan lingkungannya, baik
unsur hidup maupun unsur tak hidup. Contohnya yaitu Rhizobium. Rhizobium
mendapatkan nitrogen dari tanah dan tanah menjadi subur.
Relung ekologi mikroba berlainan dengan habitat, relung ekologi ini tidak berhubungan
dengan lokasi dalam ruangan, tetapi berhubungan dengan fungsi suatu organisme atau
suatu populasi. Pada relung ini masing-masing jenis atau populasi memenuhi fungsi
tertentu, yang ditentukan oleh kebutuhannya akan bahan makanan fisiologik, sifat-sifat
kinetik, kemampuan biokimia, keistimewaan-keistimewaan structural dan toleransinya
terhadap kondisi-kondisi lingkungan. Hal ini dapat diperjelas dengan contoh: di dala
perut besar hanya bakteri-bakteri selulotik tertentu saja yang sanggup mempertahankan
diri dan memecahkan selulosa, selulosa dipecahkan secara anaerob dan energi
diperoleh dengan peragian. Lebih lanjut suhu dalam usus besar harus sedemikian
sehingga keberadaan asam lemak, enzim, ammonium, gas, dan produk lain dapat
ditoleransi. Akhirnya harus diusahakan ada pembuangan berlanjut dari produk-produk
peragian, misalnya hydrogen. Untuk dapat berfungsi dalam ekosistem tertentu harus
mempunyai kemampuan dan toleransi yang besar. Faktor fisik utama yang
mempengaruhi ekosistem adalah sebagai
berikut:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan mikroba untuk hidup. Namun, juga ada mikroba yang hanya
dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Cahaya matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan
manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain,
misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi
unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai
pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga
menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi
fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam
penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda
pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup
pada garis lintang tertentu saja. Dilihat dari luasnya, maka ekosistem
mikroorganisme amat berbeda-beda. Misalnya suatu ekosistem dapat mencakup
sebuah kolam, sebuah danau atau daerah akar tumbuhan. Dalam hubungan dengan
ekosistem, juga kerap digunakan pengertian lingkungan. Lingkungan menyangkut
hubungan-hubungan organisme tertentu (populasi tertentu) dengan komponen-
komponen biotik dan abiotik ekosistem sekitarnya.

Secara ekologis, mikroorganisme dalam bahan pangan adalah sebuah system yang
sangat komplek dimana terjadi interaksi anatr mikroorganisme dnegan matrik bahan
poangan dan antar mikroorganisme (quorum sensing), di mana setiap mikroorganisme
mempunyai suatu fungsi ekologis. Oleh karena itu, mikroorganisme dalam bahan
pangan atau mikrooragnisme pangan adalah sangat kompleks. Sehingga dalam system
ekologis dijelaskan bahwa :

Ecology
Study of the interaction between chemical, physical, and structural aspect of a niche
and the composition of its specific microorganisms
C. Pengaruh Ekologi Mikroba Dalam Industri Farmasi

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri KesehatanNo.


1799/Menkes/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari Mentri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah
seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan
awal dan bahanpengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian
mutusampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Industri farmasi dibagi dalam dua
kelompok yaitu industri padat modal dan industri padat karya. Industri padat modal
adalah industri yang menggunakan mesin-mesin produksi dalam jumlah yang lebih
besar daripada jumlah tenaga kerjanya, sedangkan industri padat karya
lebih banyak menggunakan tenaga manusia dari pada tenaga mesin. Obat adalah
bahanatau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologidalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahanobat adalah bahan baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat yangdigunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku obat.

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.


Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan
energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas
metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang
telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan
dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan
bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah
ada.Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah
ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat.

Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan


dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.Sekilas, makna
praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang ditimbulkannya
pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang mikrobiologi
kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang
menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang
lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh
lebih menonjol.Mikrobilogi farmasi modern berkembang setelah perang dunia ke 2
dengan dimulainya produk antibiotik. Suplay produk farmasi dunia termasuk antibiotik,
steroid, vitamin, vaksin, asam amino, dan hormon manusia diproduksi dalam jumlah
beasr oleh mikroorganisme. Streptomyces hydroscopius memilik strain yang berbeda
untuk membuata hampir 200 antibiotik yang berbeda. Antibiotik pada dasarnya dibuata
dalam skala industri dengan cara menginokulasi spora dari kapang atau streptomycetes
dalam suatu media pertumbuhan dan menginkubasinya dengan aerasi yang baik.
Setelah mencapai konsentrasi yang cukup, larut diekstraksi, dipresitipasi dan
diperlukan dengan prosedur standar industri lainnya.

Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin dan antibiotik.
Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di tanah, seperti Tetracycline,
erythromycin dan streptomycin. Vaksin yang diproduksi untuk melawan penyakit
serius yang disebabkan oleh bakteri, dibuat dari bagian bakteri yang menyebabkan
penyakit tersebut. Dipteri, tetanus dan pertusis telah hilang dari beberapa negara maju
karena penggunaan vaksin yang disebarluaskan untuk mencegah penyakit-penyakit
tersebut. Vaksin untuk demam thypoid dan kolera memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kualitas hidup di negara berkembang, karena mereka menghadirkan biaya
yang relatif murah untuk mencegah penyakit tersebut. Dengan mikrobiologi para ahli
farmasi dapat mengembangkan metode pembuatanobat baru dengan memanfaatkan
mikroorganisme dan juga untuk menciptakan obatbaru yang lebih aman digunakan
untuk memerangi mikroorganisme penyebab penyakit.

1. Produk Antibiotik

Pada awalnya, antibiotik diartikan sebagai senyawa hasil metabolisme mikro


organisme biasanya yang dapat merusak atau menghambat pertumbuhan mikro
organisme lainnya. Biasanya, antibiotik merupakan suatu metabolit sekunder yang
dihasilkan dalam fase stationer siklus pertumbuhan mikro organisme. Namun pada
perkembangannya, istilah antibiotik ditujukan untuk semua senyawa kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba baik yang berasal dari proses
metabolisme mikroba maupun hasil sintesis. Idealnya, antibiotik memiliki
toksisitas selektif terhadap mikroba tertentu dengan tingkat toksisitas yang tinggi
tetapi hanya menimbulkan toksisitas yang minimal terhadap inang (manusia,
ternak, dll) serta dapat diberikan melalui jalur umum.

Menurut daya hambatnya terhadap mikroba, antibiotik digolongkan menjadi


bakteriostatik dan bakterisida. Bakteriostatik merupakan antibiotik yang hanya
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme sedangkan bakteriosida
merupakan antibiotik yang dapat menyebabkan kematian mikroorganisme.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan
antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik
yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif
.

Mikro organisme penghasil mikroba tersebar dalam berbagai golongan, meliputi


bakteri, actinomycetes, dan fungi. Dari ketiga golongan tersebut, yang paling
banyak menghasilkan antibiotik adalah golongan actinomycetes, terutama
Streptomyces yang mencapai 70% dari seluruh antibiotik yang dihasilkan oleh
mikro organisme. Disusul oleh fungi yang mencapai 20% dan bakteri yang
mencapai 10%. Bahkan, menurut Okami & Hotta, hampir 95% dari 2000 antibiotik
yang ada dihasilkan oleh Streptomyces.Meskipun saat ini telah dikenal cara untuk
menghasilkan antibiotik secara sintetis kimiawi, tetapi pada pelaksanaannya hal
tersebut masih cukup sulit dilakukan.Oleh karenanya, sintesis antibiotik melalui
mikro organisme masih menarik untuk dilakukan. Hal ini juga mengakibatkan
banyak penelitian yang difokuskan pada Actinomucetes.

Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram positif, bersifat


anaerobik atau fakultatif. Struktur Actinomycetes berupa filament lembut yang
sering disebut hifa atau miselia, sebagaimana yang terdapat pada fungi, memiliki
konidia pada hifa yang menegak. Actinomycetes merupakan bakteri yang
bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan terhadap pinicilin tetapi tahan
terhadap zat antifungi. Actinomycetes merupakan golongan mikroorganisme yang
tersebar luas di alam terutama tanah, banyak dari golongan ini yang diketahui
mampu memproduksi metabolit sekunder seperti enzim, herbisida, pestisida dan
antibiotic.

Produksi antibiotik melalui pemanfaatan mikro organisme dilakukan melalui


fermentasi. Adapun sistem fermentasi yang telah berkembang yaitu:

1. Sistem Continue

Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya dipanen
secara berkala. Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar (dalam skala
industri) agar lebih efisien. Sistem ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil
(skala laboratorium).

1. Sistem Batch

Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir
periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari.
Sistem ini cocok untuk produksi skala kecil (skala laboratorium).

Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan menyebabkan perbedaan


recovery, kemurnian, kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.

2.Produksi Vaksin

Vaksin berasal dari kata vaccinia, adalah bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya
(protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu,
terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan
untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

Vaksin merupakan senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme untuk


menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.Banyak ditemukan
mikroorganisme yang mengandung substansi dengan aktivitas antibiotik.Vaksin
diproduksi oleh strain mutan patogen virulen tanpa menghilangkan antigen yang
diperlukan untuk menimbulkan respons imun. Perkembangan bidang bioteknologi
memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa vaksin baru ini
ditujukan bagi target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan memiliki efek
samping lebih sedikit dibandingkan vaksin tradisional yang ada saat ini.

Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain
virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang
memiliki alergi terhadap telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan
cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat diproduksi melalui kultur jaringan.
Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas dan
memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh
produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Produksi vaksin terhadapyang efektif dalam mencegah
infeksioleh bakteri, fungi, dan protozoa melibatkan pertumbuhan strain
mikroorganisme pada media artifisial yang meminimalkan gangguan
beruparespons alergi.vaksin yng diproduksisecara komersial harus di uji dan
distandardisasi terus sebelum digunakan, sehingga terjadi outbreak (wabah)
penyakit akibat introduksi vaksin seperti yang pernah terjadi pada tahun 1976
akibat adanya vaksin swine influenza yang inadekuat dapat dihindari.

3.Produksi vitamin dan Asama A mino

Vitamin merupakan faktor nutrisi esensial bagi manusia. Beberapa vitamin dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai suplemen
makanan. Misalnya vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk samping pada
fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamn B12 juga diperoleh dari
fermentasi Propionibacteriaum shermanii atau Paracoccus denitrificans.Riboflavin
dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam mikrooganisme, misalnya bakteri
Clostridium dan fungi Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii.

Masalah utama produksi asam amino komersial melalui fermentasi


mikroorganisme adalah adanya mekanisme alam kontrol pengaturan
mikroorganisme yang membatasi jumlah asam amino yang dihasilkan dan
dilepaskan dari sel. Masalah ini dapat diatasi dengan strain mikroorganisme yang
direkayasa secara genetis sehingga tidak memiliki mekanisme kontrol seperti strain
asli (wild type). Manusia memerlukan berbagai macam asam amino, termasuk
lisin. Konsentrasi lisin dalam padi-padian tidak cukup banyak untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi manusia. Lisin diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme,
sehingga dapat digunakan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai
bahan tamabahan pada sereal. Metionin juga diproduksi melalui sintesis kimia dan
digunakan sebagai suplemen makanan.Produksi lisin dari karbohidrat
menggunakan Corynebactrerium glutamicum, suatu auksotrof yang memerlukan
homoserin. Cane molasses umumnya digunakan sebagai substrat, dan pH dijaga
agar tetap netral dengan menambahakan amonia atau urea. Pada saat gula
dimetabolisme, lisin akan tetap terakumulasi pada media dan sintesis homoserin
dihambat pada tahap homoserin dihidrogenase.

4.Alkoloid

Alkaloid, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan dalam terapi, umumnya


diperoleh dari tanaman, namun alkaloid ergot dihasilkan dari fungi. Alkaloid ergot
pertama kali diperoleh dari sklerotium Ascomycetes, yaitu Claviceps purpurae.
Istilah ergot digunakan untuk menunjukkan bahwa alkaloid jenis ini dihasilkan
oleh fungi. Alkaloid ergot dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan atas
kandungan asam lisergat dan clavin. Alkaloid asam glisergat hanya diproduksi oleh
genus Claviceps, sedangkan alkaloid clavin ditemukan pada genus Aspergillus,
penicillium, dan Rhizobium. Alkaloid ergot digunakan untuk menstimulasi sistem
syaraf simpatik. Beberapa alkaloid lisergat seperti halnya ergotamin dan ergobasin
digunakan pada terapi kandungan yaitu untuk mengkontraksi uterus pada saat
proses melahirkan untuk mengkontraksi uterus postpatu.

Kelas tropane alkaloid, ditemukan terutama di Solanaceae, berisi anticholinergic


obat hiosiamin dan skopolamin. Solanaceous tanaman telah digunakan secara
tradisional untuk mereka obat, halusinasi, dan beracun properti, yang berasal, di
bagian, dari alkaloid tropane. Untuk mendapatkan perbaikan sumber obat-obatan,
metabolik rekayasa tanaman yang berfungsi sebagai komersial sumber skopolamin
bisa meningkatkan pemuliaan klasik dalam upaya mengembangkan tanaman
dengan alkaloid yang optimal pola. Sumber komersial saat ini skopolamin adalah
Duboisia, yang dibudidayakan 1284 Bab 24 Produk Alam (Metabolit Sekunder) di
perkebunan di Australia, Indonesia, dan Brasil. Beberapa alkaloid tropane lain
yang memproduksi spesies menumpuk hiosiamin bukan skopolamin sebagai
alkaloid utama. Timbul pertanyaan apakah ekspresi transgen dalam tanaman obat
akan mengubah pola alkaloid penghasil sehingga lebih dari alkaloid farmasi
berguna, skopolamin, diperoleh. Untuk tujuan ini, 6 hiosiamin cDNA encoding-
hidroksilase dari niger H. (semacam tumbuhan hitam) telah diperkenalkan ke
Atropa belladonna (mematikan nightshade) dengan menggunakan Agrobacterium
tumefaciens- dan A. Transformasi rhizogenes-mediated. Yang dihasilkan
transgenik tanaman dan akar berambut masing-masing berisi lebih besar
konsentrasi skopolamin daripada melakukan liar-jenis tanaman. Ini Atropa
transgenik tanaman memberikan contoh pertama tentang bagaimana tanaman obat
bisa berhasil diubah dengan menggunakan teknik genetika molekular untuk
menghasilkan peningkatan jumlah dari medicinally penting alkaloid.

Merancang bermakna transformasi eksperimen membutuhkan pengetahuan


menyeluruh dari jalur biosintesis alkaloid. Seperti studi juga dibatasi oleh
kemampuan kita untuk mengubah dan regenerasi tanaman obat. Untuk tanggal,
keahlian dalam bidang yang penting tertinggal jauh di belakang bahwa untuk
tembakau, warna ungu tua, dan sereal tanaman. Sebagai contoh, di daerah tropane
alkaloid, transformasi dan regenerasi dari Duboisia, tanaman yang perkebunan,
panen, dan teknik pemurnian memiliki sudah ditetapkan secara komersial, akan
harus dikembangkan sebelum potensi komersialisasi dapat dipertimbangkan.
Genetik manipulasi kultur jaringan tanaman dapat meningkatkan konsentrasi
tingkat-membatasi enzim atau dapat mengakibatkan ekspresi gen produk yang
tidak normal induksi dalam kultur sel. Jika demikian, alkaloid produksi dalam sel
tumbuhan atau kultur jaringan bisa menjadi layak industri Pendekatan.Contoh lain
sukses tentang bagaimana metabolik rekayasa bisa mengubah produk alami sintesis
telah disediakan olehBrassica napus transformasi (canola)dengan pengkodean
cDNA C. roseus triptofan dekarboksilase digunakan dalam biosintesis alkaloid
indol monoterpenoid. Kegunaan biji dari tanaman ini menghasilkan minyak
sebagai pakan ternak telah dibatasi sebagian oleh kehadiran indola glucosinolate,
belerang yang mengandung senyawa yang membuat makan kurang protein lezat.
The dekarboksilase triptofan transgen di canola pengalihan tryptophan kolam jauh
dari glukosinolat indole biosintesis dan masuk ke tryptamine. Benih dewasa dari
canola transgenik tanaman mengandung kurang dari indol yang glucosinates dan
tidak menumpuk tryptamine, sehingga lebih cocok untuk digunakan sebagai hewan
pakan dan mencapai potensi ekonomi berguna produk.

Sampai saat ini, penjelasan enzimatik sintesis minimal delapan alkaloid adalah
baiklengkap atau hampir lengkap: ajmaline, vindoline,berberin, corydaline,
macarpine, morfin, berbamunine, dan skopolamin. Dari alkaloid ini, mereka yang
saat ini industri digunakan, seperti morfin dan scoploamine, adalah masih terisolasi
dari tanaman yang menghasilkan mereka daripada sintesis. Masa depan untuk
penelitian tentang alkaloid ini terletak pada pengembangan sistem alternatif
produksi, seperti sel tumbuhan atau mikroba budaya, dan dalam pengembangan
tanaman dengan spektrum peningkatan alkaloid untuk produksi yang lebih efisien
obat-obatan saat ini terisolasi dari lapangan-tumbuh tanaman. Desain sistem ini
alternatif dan tanaman dioptimalkan membutuhkan molekul manipulasi, yang pada
gilirannya memerlukan pengetahuan tentang jalur biosintesis alkaloid di tingkat
enzim. Banyak kemajuan telah dibuat dengan alkaloid pilih, tetapi masih banyak
ditemukan tentang enzimatik sintesis farmasi penting alkaloid seperti
camptothecin, kina, dan emetine, untuk menyebutkan hanya beberapa contoh.
cDNA sekarang telah terisolasi untuk sekitar 20 enzim alkaloid biosintesis, dan
tingkat di mana baru klon diidentifikasi adalah tertentu untuk peningkatan
kedatangan tahun. Sebagai gen terisolasi, kita dapat mengantisipasi bahwa ekspresi
heterolog sistem yang akan dikembangkan di bakteri, ragi, dan sistem sel serangga
budaya untuk memungkinkan produksi enzim tunggal, dan mungkin bahkan jalur
pendek, untuk sintesis biomimetik alkaloid. Kita pemahaman tentang bagaimana
ekspresi gen biosintesis alkaloid diatur oleh Elisitor atau pada jaringan tertentu juga
akan meningkatkan sebagai promotor alkaloid gen biosintesis dianalisis. Masa
depan akan hampir pasti membawa genetik rekayasa mikroorganisme dan
eukariotik sel budaya yang menghasilkan alkaloid, metabolis rekayasa tanaman
obat dengan disesuaikan alkaloid spektrum, farmasi penting alkaloid pada kultur
sel, dan bahkan sintesis enzimatik belum diketahui alkaloid melalui biokimia
kombinatorial.

5.Asam Glutamat

Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi (4 juta ton/tahun).
Glutamatsendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk
keperluan metabolisme sertaditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein. Beberapa jenis makananyang mengandung glutamat dari
alam adalah tomat, keju, saos soja, saos ikan, dan bahkan jugaterdapat di air susu
ibu (ASI).

Asam glutamat biasanya digunakan pada produksi MSG.MSG pertama kali


dipatenkan oleh perusahan yang berkedudukan di Jepang, Ajinomoto.
Denganpasokannya yang sekitar 30% dari seluruh MSG di dunia, Ajinomoto telah
mendominasi pasar sejak ditemukannya bahan aditif sintesis ini.Dalam bentuk
aslinya MSG berupa serbuk putih yang mengkristal dan jika dilarutkan dalam
air,akan terurai menjadi ion Sodium (dikenal juga dengan nama Natrium) serta ion
Glutamat. MSGmenjadi semakin favorit karna tidak berwarna, berbentuk kristal,
dan mudah dalam penggunaanserta dalam penyimpanannya. Satu-satunya yang
dipengaruhi oleh MSG adalah rasa dalammakanan tersebut.

MSG tidak membuat kualitas makanan jelek menjadi lebih baik atau tidak
membuat makanan menjadi lebih awet, tapi MSG membuat makanan menjadi lebih
enak.Pada Abad 21 teknik pembuatan MSG mulai beragam. Menurut The
Encyclopedia of CommonNatural Ingredients MSG bisa diproduksi dengan
menggunakan proses klasik (proses ekstraksi),teknik hidrolisis protein, sintesis
kimia, dan fermentasi oleh mikroba. Dalam penjelasam ini hanya teknik fermentasi
yang akan dibahas lebih lanjut.Fermentasi medium yang digunakan dapat berupa
bahan mentah terutama yang mengandung karbon (C):glukosa, fruktosa, maltosa,
sukrosa, xilosa, dan asam asetat serta sumber nitrogen (N): garamammonium,
ammonia (NH3). Selain sumber C dan N juga diperlukan biotin dalam medium
yangmerupakan faktor pembatas, tergantung sumber C yang digunakan. Contoh
medium yang seringdigunakan adalah molase atau tetes tebu.

Mikroba yang dapat melakukan fermentasi asam glutamate adalah bakteri gram
positif nonmotileyang membutuhkan biotin untuk tumbuh dalam jumlah sedikit
atau aktivitas-ketoglutaratedehydrogenase dan aktivitas glutamate dehydrogenase
yang tinggi seperti Micrococcusglutamicus, Bacillus circulans, Bacillus
megaterium, Corynebacterium, Brevibacterium, Microbacterium,
Arthrobacter.Perubahan permeabilitas dapat meningkatkan produksi asam
glutamat oleh Micrococcus, Corynebacterium, Brevibacterium, dan
Microbacterium. Kunci dari over produksi glutamat adalah karena spesies tersebut
tidak mempunyai enzim -ketoglutarat dehidrogenase yang memecah-ketoglutarat
menjadi suksinil-CoA, dan membutuhkan biotin (tidak dapatmensintesis biotin).

Jika ditumbuhkan pada glukosa, spesies ini dapat memproduksi glutamat,


terkumpul di dalam selsampai 50 mg/g berat kering, dan karena adanya regulasi
umpan balik, produksi glutamat dapatberhenti. Jika permeabilitas sel dinaikkan,
glutamat menjadi lebih mudah dikeluarkan dari sel,mengakibatkan konsentrasi
glutamat di dalam sel tetap rendah, dan produksi glutamat terus berlangsung

Pembentukan asam glutamat dari glukosa membutuhkan sekurang-kurangnya 16


tahap reaksienzimatis. Asam alpha-ketoglutarat diubah menjadi asam glutamat
melalui reaksi reduktif aminasi (penambahan NH3). Enzim yang mengkatalisa
reaksi tersebut adalah NADP-specificglutamic acid dehidrogenase. Untuk
mengaktifkan enzim tersebut diperlukan NADPH2.Untuk mengubah glukosa
menjadi senyawa dengan tiga atom dan dua atom karbon, disamping menggunakan
jalur HMP (hexomonophosphat) juga menggunakan jalur EMP
(embdenmeyerhoff-parnas). Lintasan HMP menghasilkan lebih banyak NADPH2
yang diperlukan untuk reaksi konversi asam -ketoglutarat menjadi asam glutamat.
Fermentasi asam glutamat merupakan fermentasi aerobik, maka kekurangan
oksigen selama proses fermentasi menyebabkan jalur EMP lebih dominan.
Hasilnya adalah banyak dihasilkannya asam-asam organik lain, seperti asam laktat,
akibatnya asam glutamat yang terakumulasi berkurang.Fermentasi berlangsung
selama 35-45 jam kemudian hasil fermentasi tersebut disentrifus untuk
menghilangkan biomassa yang terbentuk dan bahan-bahan padat organik lainnya.
Asam glutamate yang ada dalam larutan induk dipisahkan dengan resin, di mana
asam glutamat akan tertahan didalam resin.

Untuk mendapatkan MSG, resin yang sudah mengandung asam glutamat


diregenerasi denganlarutan NaOH, dimana larutan yang telah digunakan untuk
meregenerasi resin sudahmengandung MSG, selanjutnya untuk mendapatkan MSG
yang putih, larutan ini didekolorisasidengan karbon aktif. Pembentukan MSG
secara kimia dapat dilihat dari reakasi berikut:C5H9NO4 + NaOH C5H8NO4Na +
H2O(asam glutamat) (monosodium glutamat)Larutan induk yang sudah
didekolorisasi mengandung MSG dalam konsentrasi yang rendah,untuk menaikkan
konsentrasi MSG dalam larutan, maka perlu dievaporasi, untuk mendapatkankristal
MSG dilakukan dengan penurunan suhu larutan induk dengan proses
kristalisasi.RegulasiMikroorganisme yang mampu menghasilkan asam glutamat
langsung dari glukosa banyak tersebar di alam. Walaupun kapang, khamir dan
Actinomyces dinyatakan mampu menghasilkanasam glutamat tapi hanya bakteri
yang diketahui mampu menghasilkan asam glutamat lebih dari 40 persen dari
glukosa, dengan konsentrasi glukosa dalam media lebih dari 10
persen.Laboratorium perusahaan penghasil MSG (Monosodium glutamat)
mengisolasi dan menelitistrain-strain bakteri penghasil asam glutamat dari
lingkungan alam maupun mutannya.

BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan dibab sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan yaitu:

1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan dan


hubungan timbal ba Ekosistem merupakan suatu sistem yang terjadi hubungan
(interaksi) dengan saling ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya,
baik makhluk hidup maupun tidak hidup lik antara makhluk hidup dengan
lingkungan tak hidup dalam satu ekosistem. . Ekologi berkaitan dengan ekosistem
dengan komponen-komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor
abiotik komponennya adalah air, cahaya, suhu, kelembaban dan topografi.
Sedangkan pada faktor biotik komponennya adalah tumbuhan, hewan, manusia dan
mikroba.
2. Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara
mikroba dan lingkungan hidupnya Ekosistem dalam ekologi mikroba dapat berupa
system mikro dan system makro. Secara umum setiap sistem memiliki ciri-ciri
yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman, mekanisme adaptasi dan
adanya hubungan antarorganisme yang ada di dalam system tersebut. Contohnya
yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas yang tersusun dari
berbagai populasi mikroba yaitu bakteri, Actinomycetes, virus, khamir dan
protozoa.
3. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri KesehatanNo.
1799/Menkes/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dariMentri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat Pembuatan obat adalah
seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan
awal dan bahanpengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian
mutusampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Industri farmasi dibagi dalam dua
kelompok yaitu industri padat modal dan industri padat karya. Industri padat modal
adalah industri yang menggunakan mesin-mesin produksi dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah tenaga kerjanya, sedangkan industri padat karya
lebih banyak menggunakan tenaga manusia dari pada tenaga mesin.

3.2 Saran
Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin dan antibiotik.

Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di tanah, seperti Tetracycline,
erythromycin dan streptomycin. Vaksin yang diproduksi untuk melawan penyakit serius yang
disebabkan oleh bakteri tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Djamallrwa, Zoeraini. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas
dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara

Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali

Mc. Noughton, S.J., Larry l. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University

Soemarmoto, Otto. 1972. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan

MAKALAH MIKROBIOLOGIS
Pengaruh Ekologi Mikroba Dalam Industri Farmasi
Di susun Oleh :

KELOMPOK 5A

RUSWAN G 701 15 129

GRATIA CAHYANI POSUNDU G 701 15 067

RAHMI G 701 15 239

INA ROHANIA G 701 13 063

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017

Anda mungkin juga menyukai