PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa
Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi
adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai
bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada
waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran
materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang
menciptakan keadaan sistem tersebut. Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab
akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas
membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola
hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya,
serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat
tropik. Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik, interaksi antara tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia dengan alam lingkungannya, agar dapat menjawab
pertanyaan; dimana mereka hidup, bagaimana mereka hidup dan mengapa mereka
hidup disana. Hubungan- hubungan tersebut demikian kompleks dan erat sehingga
Odum (1971) menyatakan bahwa ekologi adalah Environmental Biology.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi ?
2. Apa yang dimaksud dengan ekologi mikroba ?
3. Bagaimana pengaruh ekologi mikroba dalam industri farmasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penegertian ekologi
2. Mengetahui pengertian ekologi mikroba
3. Mengetahui pengaruh ekologi mikroba dalam industri farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan dan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup dalam satu
ekosistem. Istilah Ekologi berasal dari kata yunani yaitu Oikos yang berarti habitat, dan
logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, Pengertian Ekologi adalah ilmu mengenai
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan suatu sistem
yang terjadi hubungan (interaksi) dengan saling ketergantungan antara komponen-
komponen di dalamnya, baik makhluk hidup maupun tidak hidup. Setiap komponen
ekosistem memiliki makna yang khusus bagi komponen yang lain dengan sangat
terorganisir dan berlangsung secara dinamis untuk terbentuk suatu keseimbangan
lingkungan. Ekologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan yang bernama
Ernst Haeckel (1834-1914) dalam pertengahan tahun 1960. Ekologi berkaitan dengan
ekosistem dengan komponen-komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik komponennya adalah air, cahaya, suhu, kelembaban dan topografi.
Sedangkan pada faktor biotik komponennya adalah tumbuhan, hewan, manusia dan
mikroba.
Secara ekologis, mikroorganisme dalam bahan pangan adalah sebuah system yang
sangat komplek dimana terjadi interaksi anatr mikroorganisme dnegan matrik bahan
poangan dan antar mikroorganisme (quorum sensing), di mana setiap mikroorganisme
mempunyai suatu fungsi ekologis. Oleh karena itu, mikroorganisme dalam bahan
pangan atau mikrooragnisme pangan adalah sangat kompleks. Sehingga dalam system
ekologis dijelaskan bahwa :
Ecology
Study of the interaction between chemical, physical, and structural aspect of a niche
and the composition of its specific microorganisms
C. Pengaruh Ekologi Mikroba Dalam Industri Farmasi
Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin dan antibiotik.
Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di tanah, seperti Tetracycline,
erythromycin dan streptomycin. Vaksin yang diproduksi untuk melawan penyakit
serius yang disebabkan oleh bakteri, dibuat dari bagian bakteri yang menyebabkan
penyakit tersebut. Dipteri, tetanus dan pertusis telah hilang dari beberapa negara maju
karena penggunaan vaksin yang disebarluaskan untuk mencegah penyakit-penyakit
tersebut. Vaksin untuk demam thypoid dan kolera memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kualitas hidup di negara berkembang, karena mereka menghadirkan biaya
yang relatif murah untuk mencegah penyakit tersebut. Dengan mikrobiologi para ahli
farmasi dapat mengembangkan metode pembuatanobat baru dengan memanfaatkan
mikroorganisme dan juga untuk menciptakan obatbaru yang lebih aman digunakan
untuk memerangi mikroorganisme penyebab penyakit.
1. Produk Antibiotik
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan
antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik
yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif
.
1. Sistem Continue
Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya dipanen
secara berkala. Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar (dalam skala
industri) agar lebih efisien. Sistem ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil
(skala laboratorium).
1. Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir
periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari.
Sistem ini cocok untuk produksi skala kecil (skala laboratorium).
2.Produksi Vaksin
Vaksin berasal dari kata vaccinia, adalah bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya
(protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu,
terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan
untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain
virus ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang
memiliki alergi terhadap telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan
cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat diproduksi melalui kultur jaringan.
Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur bebek tertunas dan
memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh
produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Produksi vaksin terhadapyang efektif dalam mencegah
infeksioleh bakteri, fungi, dan protozoa melibatkan pertumbuhan strain
mikroorganisme pada media artifisial yang meminimalkan gangguan
beruparespons alergi.vaksin yng diproduksisecara komersial harus di uji dan
distandardisasi terus sebelum digunakan, sehingga terjadi outbreak (wabah)
penyakit akibat introduksi vaksin seperti yang pernah terjadi pada tahun 1976
akibat adanya vaksin swine influenza yang inadekuat dapat dihindari.
Vitamin merupakan faktor nutrisi esensial bagi manusia. Beberapa vitamin dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai suplemen
makanan. Misalnya vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk samping pada
fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamn B12 juga diperoleh dari
fermentasi Propionibacteriaum shermanii atau Paracoccus denitrificans.Riboflavin
dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam mikrooganisme, misalnya bakteri
Clostridium dan fungi Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii.
4.Alkoloid
Sampai saat ini, penjelasan enzimatik sintesis minimal delapan alkaloid adalah
baiklengkap atau hampir lengkap: ajmaline, vindoline,berberin, corydaline,
macarpine, morfin, berbamunine, dan skopolamin. Dari alkaloid ini, mereka yang
saat ini industri digunakan, seperti morfin dan scoploamine, adalah masih terisolasi
dari tanaman yang menghasilkan mereka daripada sintesis. Masa depan untuk
penelitian tentang alkaloid ini terletak pada pengembangan sistem alternatif
produksi, seperti sel tumbuhan atau mikroba budaya, dan dalam pengembangan
tanaman dengan spektrum peningkatan alkaloid untuk produksi yang lebih efisien
obat-obatan saat ini terisolasi dari lapangan-tumbuh tanaman. Desain sistem ini
alternatif dan tanaman dioptimalkan membutuhkan molekul manipulasi, yang pada
gilirannya memerlukan pengetahuan tentang jalur biosintesis alkaloid di tingkat
enzim. Banyak kemajuan telah dibuat dengan alkaloid pilih, tetapi masih banyak
ditemukan tentang enzimatik sintesis farmasi penting alkaloid seperti
camptothecin, kina, dan emetine, untuk menyebutkan hanya beberapa contoh.
cDNA sekarang telah terisolasi untuk sekitar 20 enzim alkaloid biosintesis, dan
tingkat di mana baru klon diidentifikasi adalah tertentu untuk peningkatan
kedatangan tahun. Sebagai gen terisolasi, kita dapat mengantisipasi bahwa ekspresi
heterolog sistem yang akan dikembangkan di bakteri, ragi, dan sistem sel serangga
budaya untuk memungkinkan produksi enzim tunggal, dan mungkin bahkan jalur
pendek, untuk sintesis biomimetik alkaloid. Kita pemahaman tentang bagaimana
ekspresi gen biosintesis alkaloid diatur oleh Elisitor atau pada jaringan tertentu juga
akan meningkatkan sebagai promotor alkaloid gen biosintesis dianalisis. Masa
depan akan hampir pasti membawa genetik rekayasa mikroorganisme dan
eukariotik sel budaya yang menghasilkan alkaloid, metabolis rekayasa tanaman
obat dengan disesuaikan alkaloid spektrum, farmasi penting alkaloid pada kultur
sel, dan bahkan sintesis enzimatik belum diketahui alkaloid melalui biokimia
kombinatorial.
5.Asam Glutamat
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi (4 juta ton/tahun).
Glutamatsendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk
keperluan metabolisme sertaditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein. Beberapa jenis makananyang mengandung glutamat dari
alam adalah tomat, keju, saos soja, saos ikan, dan bahkan jugaterdapat di air susu
ibu (ASI).
MSG tidak membuat kualitas makanan jelek menjadi lebih baik atau tidak
membuat makanan menjadi lebih awet, tapi MSG membuat makanan menjadi lebih
enak.Pada Abad 21 teknik pembuatan MSG mulai beragam. Menurut The
Encyclopedia of CommonNatural Ingredients MSG bisa diproduksi dengan
menggunakan proses klasik (proses ekstraksi),teknik hidrolisis protein, sintesis
kimia, dan fermentasi oleh mikroba. Dalam penjelasam ini hanya teknik fermentasi
yang akan dibahas lebih lanjut.Fermentasi medium yang digunakan dapat berupa
bahan mentah terutama yang mengandung karbon (C):glukosa, fruktosa, maltosa,
sukrosa, xilosa, dan asam asetat serta sumber nitrogen (N): garamammonium,
ammonia (NH3). Selain sumber C dan N juga diperlukan biotin dalam medium
yangmerupakan faktor pembatas, tergantung sumber C yang digunakan. Contoh
medium yang seringdigunakan adalah molase atau tetes tebu.
Mikroba yang dapat melakukan fermentasi asam glutamate adalah bakteri gram
positif nonmotileyang membutuhkan biotin untuk tumbuh dalam jumlah sedikit
atau aktivitas-ketoglutaratedehydrogenase dan aktivitas glutamate dehydrogenase
yang tinggi seperti Micrococcusglutamicus, Bacillus circulans, Bacillus
megaterium, Corynebacterium, Brevibacterium, Microbacterium,
Arthrobacter.Perubahan permeabilitas dapat meningkatkan produksi asam
glutamat oleh Micrococcus, Corynebacterium, Brevibacterium, dan
Microbacterium. Kunci dari over produksi glutamat adalah karena spesies tersebut
tidak mempunyai enzim -ketoglutarat dehidrogenase yang memecah-ketoglutarat
menjadi suksinil-CoA, dan membutuhkan biotin (tidak dapatmensintesis biotin).
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan dibab sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan yaitu:
3.2 Saran
Industri farmasi telah menggunakan bakteri untuk produksi vaksin dan antibiotik.
Banyak antibiotik yang dibuat oleh bakteri yang hidup di tanah, seperti Tetracycline,
erythromycin dan streptomycin. Vaksin yang diproduksi untuk melawan penyakit serius yang
disebabkan oleh bakteri tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Djamallrwa, Zoeraini. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas
dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara
Mc. Noughton, S.J., Larry l. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University
Soemarmoto, Otto. 1972. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan
MAKALAH MIKROBIOLOGIS
Pengaruh Ekologi Mikroba Dalam Industri Farmasi
Di susun Oleh :
KELOMPOK 5A
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017