PEMBAHASAN
Indonesia. Secara langsung dan tidak langsung, sektor industri sawit menyerap 16
juta tenaga kerja Indonesia dan memberikan kontribusi sebesar 1,6% (satu koma
enam persen) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sekitar 61 kota
di Indonesia, termasuk kota-kota kecil, hidup dari sektor minyak sawit. Selain itu,
pendapatan ekspor Indonesia dari komoditas ini mencapai sekitar 19 miliar dolar
AS per tahun.
sawit ke Prancis. Sementara total ekspor CPO Indonesia ke Eropa jauh lebih besar
sebanyak 3,5-4 juta ton per tahunnya. Walaupun demikian, tindakan Prancis untuk
diskriminasi harga dan merugikan Indonesia. Saat ini Indonesia sebenarnya sudah
dibebankan pajak minyak sawit sebesar 103 euro per ton. Mengingat peran
strategis sektor minyak sawit, dan perlakuan diskriminatif di pasar ekspor akan
berdampak buruk pada stabilitas ekonomi, sosial, dan politik yang telah dibangun
dan dipertahankan dengan susah payah, pemerintah akan melakukan segala upaya
untuk melindungi dan menjaga kepentingan akses pasar ekspor agar tidak
mendapat hambatan.
6
Meskipun impor minyak sawit oleh Prancis dibawah 150 ribu ton, tetapi
jika rencana ini terjadi akan ada dampak yang besar bagi negara-negara lainnya.
Minyak sawit sulit bersaing dengan minyak bunga matahari, kanola, dan minyak
nabati lainnya karena usulan pajak tambahan impor hanya diterapkan kepada
sawit bukannya produk minyak nabati lain. Efek negatif lainnnya peraturan pajak
memperlakukan sawit dengan tidak adil pula. Selain itu, jika pajak ini benar-benar
petani dan masyarakat Perancis. Ironis sekali karena petani sawit miskin
Sikap sangat tidak bersahabat dari Prancis yang berlebihan itu jelas dan
akan mematikan sumber kehidupan 2 juta petani kecil sawit Indonesia dengan
area lahan kurang dari 2 ha, dan 400.000 petani kecil sawit Malaysia. Rencana
kebijakan itu dinilai sangat tidak reasonable. Jika Prancis tetap memaksa akan
hubugan kedua negara yang telah terjalin sangat baik dan bersahabat sejak
kemerdekaan Indonesia.
7
Kesepakatan Bersama Tarif dan Perdagangan (GATT) 1994. Artikel III:2 GATT
1994 mengatur bahwa produk impor, baik secara langsung maupun tidak
langsung, tidak dapat dikenakan pajak internal atau biaya internal lainnya seperti
perdagangan internasional.
yang kuat. Pendapat tersebut tidak tepat karena minyak sawit Indonesia sudah
kontribusi terhadap deforestasi. Selain itu, industri minyak sawit Indonesia juga
keberlanjutan.
Sedangkan terkait isu kesehatan, argumen itu juga tidak tepat. Studi
terbaru menunjukkan konsumsi asam lemak jenuh dari minyak sawit tak
8
Oleh sebab itu Indonesia merasa keberatan dengan diterapkannya pajak
progresif terhadap minyak sawit karena rencana ini bersifat diskriminatif terhadap
pajak progresif yang awalnya akan diberlakukan pada minyak sawit, dalam
penghapusan ini dibuat pada 20 Juli 2016 setelah melalui beberapa kali
tersebut sekaligus menandai tahapan formal final persetujuan teks draf RUU
9
Pemerintah Indonesia akan menindaklanjuti keputusan ini dengan
perlindungan lingkungan.
dilakukan secara masif untuk menghapus stigma negatif dan mengubah persepsi
10