Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

Minyak sawit merupakan salah satu komoditas strategis perekonomian

Indonesia. Secara langsung dan tidak langsung, sektor industri sawit menyerap 16

juta tenaga kerja Indonesia dan memberikan kontribusi sebesar 1,6% (satu koma

enam persen) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sekitar 61 kota

di Indonesia, termasuk kota-kota kecil, hidup dari sektor minyak sawit. Selain itu,

pendapatan ekspor Indonesia dari komoditas ini mencapai sekitar 19 miliar dolar

AS per tahun.

Indonesia setiap tahunnya mengekspor 50-150 ribu ton minyak kelapa

sawit ke Prancis. Sementara total ekspor CPO Indonesia ke Eropa jauh lebih besar

sebanyak 3,5-4 juta ton per tahunnya. Walaupun demikian, tindakan Prancis untuk

menetapkan pajak progresif terhadap minyak sawit Indonesia akan menciptakan

diskriminasi harga dan merugikan Indonesia. Saat ini Indonesia sebenarnya sudah

dibebankan pajak minyak sawit sebesar 103 euro per ton. Mengingat peran

strategis sektor minyak sawit, dan perlakuan diskriminatif di pasar ekspor akan

berdampak buruk pada stabilitas ekonomi, sosial, dan politik yang telah dibangun

dan dipertahankan dengan susah payah, pemerintah akan melakukan segala upaya

untuk melindungi dan menjaga kepentingan akses pasar ekspor agar tidak

mendapat hambatan.

6
Meskipun impor minyak sawit oleh Prancis dibawah 150 ribu ton, tetapi

jika rencana ini terjadi akan ada dampak yang besar bagi negara-negara lainnya.

Minyak sawit sulit bersaing dengan minyak bunga matahari, kanola, dan minyak

nabati lainnya karena usulan pajak tambahan impor hanya diterapkan kepada

sawit bukannya produk minyak nabati lain. Efek negatif lainnnya peraturan pajak

yang tidak berkeadilan ini bisa menyebar ke negara lain sehingga

memperlakukan sawit dengan tidak adil pula. Selain itu, jika pajak ini benar-benar

diberlakukan, dananya akan ditransfer ke social security funds untuk mensubsidi

petani dan masyarakat Perancis. Ironis sekali karena petani sawit miskin

Indonesia nantinya akan memberi jaminan sosial bagi orang Perancis.

Sikap sangat tidak bersahabat dari Prancis yang berlebihan itu jelas dan

dengan sengaja beritikad mematikan industri sawit Indonesia. Rencana tersebut

akan mematikan sumber kehidupan 2 juta petani kecil sawit Indonesia dengan

area lahan kurang dari 2 ha, dan 400.000 petani kecil sawit Malaysia. Rencana

kebijakan itu dinilai sangat tidak reasonable. Jika Prancis tetap memaksa akan

menerapkan pajak pogresif terhadap impor CPO tersebut, bisa membahayakan

hubugan kedua negara yang telah terjalin sangat baik dan bersahabat sejak

kemerdekaan Indonesia.

Jika penerapan pajak progresif impor minyak sawit dan turunannya

diberlakukan, berarti Prancis melanggar prinsip perlakuan nasional dan

nondiskriminasi sesuai ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan

7
Kesepakatan Bersama Tarif dan Perdagangan (GATT) 1994. Artikel III:2 GATT

1994 mengatur bahwa produk impor, baik secara langsung maupun tidak

langsung, tidak dapat dikenakan pajak internal atau biaya internal lainnya seperti

produk dalam negeri. Sedangkan Artikel XX GATT 1994 memungkinkan negara

anggota WTO mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi

kehidupan atau kesehatan manusia, hewan, dan tanaman, namun penerapannya

tidak boleh memberikan pembenaran terhadap diskriminasi dan pembatasan

perdagangan internasional.

Sejumlah senator yang menggalang usulan ini berpendapat kelapa sawit

menjadi penyebab kerusakan ekosistem di Indonesia, tanpa didasari bukti ilmiah

yang kuat. Pendapat tersebut tidak tepat karena minyak sawit Indonesia sudah

menetapan kebijakan produksi minyak sawit berkelanjutan dengan program

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk memastikan minyak sawit

Indonesia diproduksi dengan cara ramah lingkungan dan tidak memberikan

kontribusi terhadap deforestasi. Selain itu, industri minyak sawit Indonesia juga

berpartisipasi dalam Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang berguna

memastikan minyak sawit Indonesia diproduksi sesuai standar untuk

keberlanjutan.

Sedangkan terkait isu kesehatan, argumen itu juga tidak tepat. Studi

terbaru menunjukkan konsumsi asam lemak jenuh dari minyak sawit tak

menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardio vaskular.

8
Oleh sebab itu Indonesia merasa keberatan dengan diterapkannya pajak

progresif terhadap minyak sawit karena rencana ini bersifat diskriminatif terhadap

produk sawit dibandingkan produk lainnya. Berbagai upaya yang dilakukan

Indonesia untuk membatalkan rencana Prancis tersebut. Indonesia merangkul

negara-negara produsen CPO lainnya, seperti Malaysia dan Afrika untuk

menolak rencana Prancis. Indonesia secara tegas menyampaikan permintaan agar

pemerintah dari parlemen Prancis membatalkan rencana pemberlakuan pajak

progresif minyak kelapa sawit karena kebijakan tersebut dinilai melanggar

ketentuan multlateral (WTO) dan tidak mempertimbangkan langkah sustainability

palm oil yang saat ini sudah diterapkan di Indonesia.

Diplomasi yang digalang pemerintah Indonesia di Prancis terkait produk

minyak sawit (crude palm oil/CPO) akhirnya dikabulkan. Parlemen Prancis

(Assemble Nationale) akhirnya memperkuat keputusan Senat untuk membatalkan

pajak progresif yang awalnya akan diberlakukan pada minyak sawit, dalam

draf RUU Biodiversity Prancis.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, keputusan

penghapusan ini dibuat pada 20 Juli 2016 setelah melalui beberapa kali

pembahasan intensif dan pemungutan suara di Senat dan Parlemen. Keputusan

tersebut sekaligus menandai tahapan formal final persetujuan teks draf RUU

Biodiversity secara keseluruhan.

9
Pemerintah Indonesia akan menindaklanjuti keputusan ini dengan

sosialisasi dan diseminasi. Khususnya tentang pencapaian positif produk sawit

Indonesia yang selama ini dikelola secara berkelanjutan dan memperhatikan

perlindungan lingkungan.

Kampanye positif tentang produk sawit Indonesia juga akan terus

dilakukan secara masif untuk menghapus stigma negatif dan mengubah persepsi

buruk masyarakat global terhadap minyak sawit Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai