Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DIRI PENDERITA HEMOFILIA DI PEKANBARU DALAM

PERSPEKTIF FENOMENOLOGI

Oleh: Abednego Tumei Abram


Email: Atajr@ymail.com
Pembimbing: Dr. Welly Wirman, S.IP, M.Si
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Riau

Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT

Hemophiliacs in Pekanbaru, with all the limitations that they have still capable
to perform and complete their daily chores that require physical activity. For
hemophiliacs, doing physical activity just like people in general will be harder, because
when they do those physical activities, the joints in some parts of their body will ache
and raise the bruises, this is caused by a lack of blood clotting factor. This study aims to
determine the components of perceptual , conceptual component , the component
attitudes, and communication experience hemophiliacs in Pekanbaru
This study uses qualitative research methodology by conducting
phenomenological approach. Subjects in this study consist of five people. Data
collection techniques are grouped into three sections, which are; in-depth interviews,
participant observation, and documentation. This study uses the Miles and Hubermen
model of interactive data analysis system, by using the validity checking technique of
the data through the extension of participation and triangulation.
The result of this study showed that people with hemophilia in Pekanbaru if we
look from the positive side of its perceptual components are just like people in general,
they are cheerful, comfortable with their environment and there is no sense of shame,
while its negative side is they sometimes less grateful and feel embarrassed. In the view
of the positive side of its conceptual components, hemophilia sufferers tend to be
responsible, humorous, rarely feel sad and often confident, but its negative side can be
seen from a more reserved attitude. Then, focusing on the attitude component, the
positive side which is owned by hemophiliacs is their friendly act, pleasant and helpful,
but the fear of being alienated is the negative side of the patient. Meanwhile, based on
the experience of communication, hemophiliacs in Pekanbaru have been able to
implement a good and pleasant communication such as a sense of pride and pleasure,
acceptance and friendship and more attention from the family, but there is a little less
pleasant communication experience such as a fear of the opposite sex, discrimination
and verbal or non-verbal harassment.

Keywords: Self-concept, phenomenology, and hemophilia

PENDAHULUAN kegiatan sehari - hari. Dengan banyaknya


kegiatan yang harus dilakukan, manusia
Secara umum, manusia
membutuhkan ketahanan fisik untuk
memerlukan kesehatan untuk menjalani

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 1


bekerja, berolahraga, sekolah, dan sikap, tindak, dan perilaku individu yang
kuliah. Di sisi lain, penderita hemofilia ditentukan oleh konsep diri yang
dengan segala kekurangannya tidak dimilikinya. Kebanyakan peristiwa,
dapat beraktivitas seperti orang normal perilaku komunikasi yang berlangsung
pada umumnya karena harus hampir selalu melibatkan penggunaan
mempertimbangkan berbagai aspek yang lambang-lambang verbal dan nonverbal
berhubungan dengan aktivitas fisiknya. secara bersama-sama. Bahasa verbal dan
Apabila melakukan aktivitas fisik yang nonverbal, memiliki sifat yang holistic
terlalu berat, maka tubuh penderitanya atau masing-masing tidak dapat
akan terasa sakit atau ngilu dan biasanya dipisahkan (Cangara,2005: 29).
setelah beraktivitas berat tubuh penderita Penderita hemofilia di Pekanbaru
hemofilia akan terlihat seperti luka lebam mempunyai ciri fisik yang relatif sama
dan membirunya di sekitar bagian tubuh dengan orang lain pada umumnya tidak
yang sakit. ada perbedaan ciri fisik dengan orang
Berdasarkan hasil wawancara pra pada umumnya, mereka kelihatan
riset dengan dr. Elmi Ridar SpA yang berbeda ketika setelah melakukan suatu
merupakan salah satu dokter yang aktivitas yang melebihi batas dari
menangani penderita hemofilia yang ketahanan tubuh dan bagi penderita
khusus untuk menangani penyakit hemofilia setelah melakukan aktivitas
kelainan darah dan juga melakukan yang seperti orang pada umumnya, pada
praktek di RS Eria Bunda dan RSUD bagian tubuh yaitu persendian dar
Arifin Ahmad, menyatakan bahwa di penderita hemofilia akan terjadi
kota Pekanbaru sendiri terdapat 60 pembekakan kemudian terlihat seperti
penderita hemofilia, 7 orang diantaranya luka lebam. Dengan segala keterbatasan
berusia diatas 20 tahun dan 53 lagi penderita hemofilia, mereka sering
berada pada usia anak-anak. Penderita mendapatkan pelecehan secara verbal
hemofilia biasanya juga berkumpul atau non verbal dari lingkungan sekitar
setiap bulannya di Rumah Sakit Eria atau teman-teman. Ketika penderita
Bunda di Jl KH Ahmad Dahlan. Disana hemofilia berada di lingkungan dimana
mereka diberikan berbagai penyuluhan teman - teman mereka menghina atau
tentang penyakit yang mereka derita, merendahkan diri mereka, penderita akan
mereka juga diberikan motivasi untuk bersikap defense sebagai aksi tidak
terus hidup seperti teman sebaya mereka terima dengan perlakuan dan hinaan
atau orang kebanyakan lainnya. Dari tersebut. Ketika berada di lingkungan
kecil mereka dimotivasi dan diberikan yang mereka anggap tidak aman,
pengertian agar bisa tumbuh seperti anak biasanya penderita hemofilia dengan
lainnya, dengan begitu mereka nantinya sendirinya akan menjauh dari lingkungan
tidak merasa minder dengan lingkungan tersebut dan mencari lingkungan baru
sekitar atau merasa rendah diri dengan dimana mereka bisa diterima tanpa harus
teman - teman lainnya yang tidak dihina atau diperlakuan tidak baik.
mempunyai penyakit tersebut. Faktor lingkungan sosial yang di
Pandangan individu mengenai alami oleh penderita hemofilia juga
dirinya sendiri akan mempengaruhi mempengaruhi konsep dirinya sebagai
tindakan dan perilaku individu tersebut. mahkluk sosial. Penerimaan yang
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dilakukan masyarakat akan tergantung
keberadaan konsep diri dalam diri pada penderita hemofilia bagaimana cara
individu merupakan hal yang sangat mereka berbaur pada lingkungan sosial.
berkaitan mengingat segala pernyataan, Masyarakat pada umumnya belum

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 2


mengetahui ciri-ciri hemofilia pada yang ada pada penderita hemofilia dalam
umumnya, karena penderita hemofilia menjalani kehidupan sehari-hari dengan
tidak terlihat secara fisik bahwa dia segala keterbatasannya, mereka masih
penderita hemofilia, dari ciri-ciri bisa bertahan untuk menjalani hidup
persendian mengalami pembekakan atau yang sebagian besar membutuhkan
timbulnya luka lebam dan pemberitahuan kekuatan fisik. Disini penulis tertarik
dari penderita hemofilia masyarakat untuk menggali lebih dalam lagi
mulai mengetahui penyakit yang dialami informasi tentang konsep diri yang ada
penderita hemofilia. pada penderita hemofilia. Pengertian
Pengalaman komunikasi juga umum konsep diri adalah pandangan kita
menjadi salah satu pembentuk dalam mengenai siapa diri kita (Mulyana,
konsep diri pada penderita hemofilia. 2002:7). Melalui komunikasi
Pengalaman komunikasi yang antarpribadi, individu menerima
membentuk dari konsep diri penderita informasi dari orang lain tentang siapa
hemofilia ada dua yaitu pengalaman dan bagaimana dirinya. Banyak
komunikasi yang menyenangkan yang pengertian yang diberikan oleh para ahli
terjadi pada masa lalu dan masa sekarang mengenai konsep diri. Fitts (dalam
akan membentuk konsep diri dari Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa
penderita hemofilia, diantara komunikasi konsep diri merupakan kerangka acuan
yang menyenangkan terjadi pada (frame of reference) dalam berinteraksi
lingkungan rumah, sosial, pergaulan dengan lingkungan. Agustiani (2006)
sehari-hari, ataupun pada orang terdekat menjelaskan bahwa konsep diri
atau pacar. Pengalaman komunikasi yang merupakan gambaran yang dimiliki
tidak menyenangkan juga akan seseorang mengenai dirinya, yang
membentuk konsep diri, Seperti yang di dibentuk melalui pengalaman-
alami oleh teman saya yang juga pengalaman yang dia peroleh dari
merupakan penderita hemofilia ketika interaksi dengan lingkungan.
tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) Berdasarkan fenomena yang telah
dan memutuskan melanjutkan kuliah ke di paparkan di atas, maka penulis tertarik
Universitas Padjadjaran Bandung yang untuk melakukan penelitian lebih lanjut
merupakan salah satu Universitas Negeri mengenai konsep diri penderita
terbaik di negeri ini. Ketika memasuki hemofilia di Pekanbaru dalam perspektif
semester 3, teman saya tersebut fenomenologi.
mengalami kejadian tidak menyenangkan
saat salah satu dosen universitas tersebut Tinjauan Pustaka
mengatakan bahwa orang sakit tidak
Fenomenologi berasal dari bahasa
seharusnya kuliah disana hanya karena
Yunani phainomenon yang berarti yang
teman saya terlambat dalam perwalian
menampak, fenomenologi pertama kali
karena harus berobat di Pekanbaru.
dicetuskan oleh Edmund Husserl.
Pengalaman komunikasi seperti yang
Fenomenologi dikenal sebagai aliran
sudah di uraikan di atas secara tidak
filsafat sekaligus metode berpikir yang
langsung akan membentuk atau
mempelajari fenomena manusiawi tanpa
mempengaruhi konsep diri dari penderita
mempertanyakan penyebab dari
hemofilia yang telah mengalami
fenomena tersebut serta realitas objektif
pengalaman komunikasi yang
dan penampakannya.
menyenangkan maupun menyenangkan.
Tujuan utama fenomenologi ialah
Berawal dari ketertertarikan
mempelajari bagaimana fenomena
penulis untuk mengetahui konsep diri
dialami alam kesadaran, pikiran dan

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 3


dalam tindakan, seperti bagaimana Pada kenyataannya penderita hemofilia
fenomena tersebut bernilai atau diterima dengan keterbatasan yang mereka miliki
secara estetis. Fenomenologi mencoba membuat penderita hemofilia minder
mencari pemahaman bagaimana manusia atau takut dianggap rendah oleh
mengkonstruksi makna dan konsep- lingkungan sekitarnya karena adanya
konsep penting, dalam kerangka inter- pengalaman yang membuat mereka takut
subjektivitas (Kuswarno, 2009:2). beriteraksi dengan kondisi yang
Dalam konteks fenomenologis, menyebabkan penderita hemofilia
penderita hemofilia adalah aktor yang merasa tertekan dengan lingkungan.
melakukan tindakan sosial sendiri atau Selanjutnya penderita hemofilia
bersama dengan aktor lainnya yang membutuhkan perhatian dari orang
memiliki kesamaan dan kebersamaaan sekelilingnya dalam menjalani kehidupan
dalam ikatan makna intersubjektif. sehari-hari, karena dengan adanya
Berdasarkan pemikiran Schutz, penderita perhatian dari orang tua, adik, kakak,
hemofilia sebagai aktor mungkin teman, dan lingkungan sekitarnya
memiliki salah satu dari dua faktor, yaitu membuat mereka merasa aman dan
motif yang berorientasi ke masa depan percaya diri untuk melakukan sesuatu
(in order to motive), yaitu apa yang yang bermanfaat.
diharapkan penderita hemofilia dalam Konsep diri adalah semua
menjalani kehidupan dan berorientasi persepsi kita terhadap aspek diri kita
pada masa lalu (because motives), yaitu yang meliputi aspek fisik, aspek sosial,
alasannya di masa lalu yang membuat dan aspek psikologis yang terbentuk
penderita hemofilia ingin melakukan karena pengalaman masa lalu kita dan
yang terbaik dalam kehidupan. Motif - interaksi kita dengan orang lain. Menurut
motif tersebut akan diajukan dengan Burns (1993: vi) konsep diri adalah suatu
disertai alasan tertentu melalui gambaran campuran dari apa yang kita
pembenaran (justifications). pikirkan orang - orang lain berpendapat,
Teori interaksi simbolik mengenai diri kita, dan seperti apa diri
didasarkan pada ide - ide mengenai diri kita yang kita inginkan. Konsep
dan hubungannya dengan masyarakat. diri adalah pandangan individu mengenai
Orang tergerak untuk bertindak siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh
berdasarkan makna yang diberikannya lewat informasi yang diberikan lewat
pada orang, benda, dan peristiwa. informasi yang diberikan orang lain pada
Makna-makna ini diciptakan dalam diri individu (Mulyana, 2000:7).
bahasa, yang digunakan orang baik untuk Hurlock (1974) mengatakan
berkomunikasi dengan orang lain bahwa konsep diri memiliki tiga
maupun dengan dirinya sendiri, atau komponen utama, yaitu dalam:
pikiran pribadinya. Bahasa a. Komponen perceptual, disebut juga
memungkinkan orang untuk sebagai konsep diri fisik (physical self
mengembangakan perasaan mengenai concept), yaitu image seseorang
diri dan untuk berinteraksi dengan orang mengenai penampilan fisiknya dan
lainnya dalam sebuah komunitas (West- kesan yang ditampilkan pada orang
Turner, 2009: 98). lain.
b. Komponen konseptual, disebut juga
Diawali dengan fenomena dan sebagai konsep diri psikis
realita dalam penelitian ini, ada beberapa (psychological self concept), yaitu
fenomena yang ditampilkan penulis yang konsep seseorang mengenai
terjadi pada konsep diri anak hemofilia. karakteristik khusus yang dimiliki,

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 4


baik kemampuan dan pengalaman yang paling diingat dan
ketidakmampuannya, latar belakang memiliki dampak khusus bagi individu
serta masa depannya. Tersusun dari tersebut (Hafiar dalam Wirman, 2012:
beberapa kualitas penyesuaian diri, 53). Pengalaman yang dijadikan landasan
seperti kejujuran, percaya diri, bagi individu untuk melakukan tindakan,
kemandirian, pendirian yang teguh adalah pengalaman yang melekat pada
dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut. suatu fenomena. Hal ini ditegaskan oleh
c. Komponen sikap, disebut juga dengan pernyataan yang menyebutkan, bahwa
komponen attitudinal adalah konsep people is retrieving a memory of a prior
diri yang termasuk aspek sosial di experience of phenomena (Radford
karenakan komponen sikap adalah dalam Wirman, 2012: 53).
perasaan - perasaan seseorang Pengalaman atas fenomena yang
terhadap dirinya sendiri, sikap dimaksud dalam penelitian ini adalah
terhadap statusnya sekarang dan pengalaman atas fenomena komunikasi.
prospeknya di masa depan, Komunikasi dapat didefinisikan sebagai
kehormatan, rasa harga diri, rasa a sistemic process in which individual
kebanggaan, rasa malu dan pandangan interact with and through symbols to
diri yang dimiliknya. create and interpert meanings (Wood
(elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ dalam Wirman, 2012: 53). Artinya
aktualisasi_diri/bab3-konsep-diri.pdf). komunikasi merujuk pada suatu proses
Pengalaman merupakan sesuatu yang bersifat sistemik diantara individu
yang dialami. Melalui pengalaman, yang berinteraksi melalui simbol tertentu
individu memiliki pengetahuan. Hal ini untuk menghasilkan dan
sesuai dengan pernyataan bahwa All menginterpretasikan makna.
objects of knowledge must conform to Pengalaman komunikasi yang
experience (Moustakas dalam Wirman, dimaksud dalam penelitian ini adalah
2002: 52). Pengetahuan melandasi sesuatu yang dialami individu dan
kesadaran yang membenuk pemaknaan. berkaitan dengan aspek komunikas,
Kesadaran dan pemaknaan inilah yang meliputi proses, simbol maupun makna
mendorong individu untuk melakukan yang dihasilkan, serta dorongannya pada
tindakan atau perilaku tertentu, dengan tindakan. Dengan demikian pengalaman
merujuk pada behavior is an experience komunikasi penderita hemofilia yang
of consciousness that bestows meaning menjadi salah satu fokus dalam
through spontaneous acivity (Schutz penelitian ini.
dalam Wirman, 2012: 52). Setiap
peristiwa yang dialami akan menjadi Metode Penelitian
sebuah pengalaman bagi individu.
Pada penelitian ini digunakan
Pengalaman yang diperoleh mengandung
metode kualitatif. Penelitian kualitatif
suatu informasi atau pesan tertentu.
mengarah pada pendekatan deskriptif,
Informasi ini akan diolah menjadi
yaitu memberikan gambaran situasi serta
pengetahuan. Dengan demikian berbagai
menganalisis data-data berdasarkan
peristiwa yang dialami dapat menambah
survey dilapangan. Untuk mendapatkan
pengetahuan individu.
kesimpulan yang objektif, penelitian
Suatu peristiwa yang mengandung
kualitatif mencoba mendalami dan
unsur komunikasi akan menjadi
menerobos gejalanya dengan
pengalaman komunikasi tersendiri bagi
menginterpretasikan masalah atau
individu, dan pengalaman komunikasi
mengumpulkan kombinasi dari berbagai
yang dianggap penting akan menjadi

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 5


permasalahan sebagaimana disajikan melakukan pendekatan dengan subjek
situasinya. penelitian dengan cara diperkenalkan
Objek penelitian ini adalah dahulu oleh kerabat dekat subjek
konsep diri penderita di Pekanbaru. penelitian. Sehingga hal ini memudahkan
Penelitian ini dilaksanakan di Pekanbaru. peneliti untuk bisa masuk lebih dalam
Penentuan Informan dilakukan dengan dunia perceptual, konseptual, sikap, serta
cara Snowball. Dalam penelitian ini, pengalaman komunikasi yg terjadi pada
peneliti memiliki informan kunci yaitu penderita hemofilia ini.
dr. Elmi Ridar SpA sebagai dokter yang 1. Komponen perseptual penderita
menangani penyakit kelainan darah hemofilia di Pekanbaru
sekaligus penanggung jawab dari rumah Konsep diri merupakan suatu
singgah baiduri. Proses analisis dapat bagian yang penting dalam setiap
dilakukan semenjak data dikumpulkan. pembicaraan tentang kepribadian
Pengolahan dan analisa data ini manusia. Konsep diri setiap orang dapat
dilakukan dengan tetap mengacu pada membedakan orang tersebut dengan
teori-teori yang berhubungan dengan orang lain, sehingga konsep diri menjadi
masalah dan kemudian akan ditarik sesuatu yang unik pada manusia. Sebagai
kesimpulan dan disertai dengan saran- seorang manusia, kita tidak hanya
saran yang dianggap perlu. Data yang melakukan persepsi terhadap orang lain,
diperoleh akan dikumpulkan, tetapi juga mempersepsikan diri kita
dikategorikan dan disesuaikan polanya sendiri. Saat mempersepsikan diri sendiri
terhadap permasalahan yang ada, data itu, diri kita menjadi subjek dan objek
yang diperoleh akan disajikan dalam persepsi sekaligus (Sumarwan:
bentuk uraian deskripsi yang disusun 20011:63).
secara sitematik agar mudah dipahami. Konsep diri fisik berarti
pandangan, pikiran, perasaan, dan
Hasil Dan Pembahasan penilaian penderita hemofilia terhadap
fisiknya sendiri. Individu disebut
Hasil Penelitian memiliki konsep diri yang positif apabila
Peneliti berusaha memahami arti ia memandang secara positif
peristiwa terhadap orang-orang yang penampilannya, kondisi kesehatannya,
mengalami situasi tertentu. Penelitian kulitnya ketampanannya, serta ukuran
tentang konsep diri untuk mengetahui tubuh yang ideal. Individu di pandang
persepsi diri secara fisik, persepsi diri memiliki konsep diri negatif bila
secara psikis dan persepsi diri secara memandang secara negatif hal-hak yang
sosial, Menurut Burns (1993: vi) konsep diatas.
diri adalah suatu gambaran campuran Persepsi diri secara fisik yang
dari apa yang kita pikirkan orang - orang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lain berpendapat, mengenai diri kita, dan bagaimana penderita hemofilia
seperti apa diri kita yang kita inginkan. memandang atau mempersepsikan
Dalam penelitian Konsep diri ini peneliti dirinya dalam kaitannya dengan tubuh
menggunakan beberapa bentuk dan penampilan, dalam hal ini umumnya
pendekatan yang berbeda dari penelitian penderita memiliki konsep diri yang
penelitian lainya. Hal ini dilakukan agar positif karena hal yang seperti itu yang
subjek penelitian merasa nyaman, mereka inginkan. Berikut penuturan
akhirnya mau berbagi dan peneliti pun penderita hemofilia kepada peneliti:
mendapatkan hasil penelitian yang lebih kalo penampilan kami biasa-biasa aja
dalam lagi. Dalam penelitian ini mulanya kayak orang pada umumnya, aku

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 6


ngerasa nyaman aja dengan kondisi bahwa persepsi diri secara fisik dari
yang sekarang tapi kami sebagai penderita hemofilia sama seperti orang
penderita juga harus berhati-hati pada umumnya. Mereka terlihat berbeda
dalam segala aktivitas, trus kalo udah apabila merasakan sakit pada bagian-
kecapean di dalam celana atau baju bagian persendian.
badan kami biru-biru. (Wahyu, 14 Dan bagaimanapun, diantara
Juni 2015) mereka juga memiliki konsep diri yang
Wawancara diatas sesuai dengan negative terhadap penampilan mereka itu
komponen konsep diri yaitu komponen sendiri, tidak semua penderita hemofilia
perseptual, disebut juga sebagai konsep itu hanya memikirkan yang positif,
diri secara fisik yaitu image seseorang ternyata di dalam konsep diri negatif
mengenai penampilan fisiknya dan kesan fisik seorang penderita hemofilia ini ada
yang di tampilkan pada orang lain. rasa tidak puas mengapa terlahir sebagai
Penampilan penderita hemofilia tampak penderita hemofilia, seolah-olah mereka
sama seperti orang-orang pada umumnya menyalahkan kebesaran tuhan yang telah
tetapi apabila di perhatikan pada kulit mengatur semua. Pada peneliti mereka
mereka terdapat memar-memar yang mengatakan sebagai berikut :
muncul akibat benturan-benturan biasa. Dari kecil aku enggak tahu gimana-
Sama halnya dengan informan gimana, tapi pas udah SMP kok kami
dua yang juga menderita hemofilia ini beda trus karna penyakitnya gitu
berikut penuturannya: harus jaga diri jangan sampe lebam-
aku ngerasa sama kayak orang lain lebam. (Wahyu, 14-06-2015)
tidak ada yang harus disedihkan selagi aku beda, kalo waktu kecil
aku menjaga diri baik-baik, tapi kalo sempet minder karna gak bisa olahraga
udah kecapean baru tumbang. (Rudi, tapi waktu SD-SMP masih bisa
14 Juni 2015) olahraga pas SMA baru gak bisa
Penderita hemofilia tidak bisa olahraga, jadi teman pada mikir masak
menjalankan aktivitas berat. Aktivitas cowok gak bisa olahraga diajakin futsal.
biasa orang pada umumnya bisa menjadi (Al, 16-06- 2015)
aktivitas berat pada penderita hemofilia. Dari hasil wawancara dengan
Apabila penderita hemofilia menjalani Wahyu diatas peneliti menyimpulkan
aktivitas berat maka penderita bahwa informan ini tidak puas terhadap
merasakan sakit, nyeri ataupun pedih fisiknya itu sendiri, Wahyu berharap dia
pada persendian yang menjadi titik terlahir dengan keadaan seperti layaknya
tumpu didalam aktivitas yang dijalankan. orang pada umumnya, jadi bisa di
Yunuz udah biasa aja kayak orang- simpulkan kalau informan ini merasa
orang pada umumnya lah gak ada rasa tidak seberuntung teman-temannya ini
malu malah yunuz seneng misalkan merupakan persepsi diri secara fisik
ada yang bertanya tentang penyakit negatif. Dan pernyataan dari Al, peneliti
Yunuz. (Yunuz, 13 Juni 2015) simpulkan bahwa dia melihat perbedaan
Wawancara diatas sesuai dengan dengan teman-temannya yang bisa
komponen konsep diri yaitu komponen berolahraga dan beraktivitas layaknya
kognitif yaitu citra diri (self image). manusia normal, dia sadar bahwa tidak
Bagian ini merupakan deskripsi seperti orang lain pada umumnya yang
sederhana, misalnya saya seorang sehat.
pelajar, saya seorang pemain 2. Komponen konseptual penderita
bulutangkis, dan lain sebagainya. hemofilia di Pekanbaru
Berdasarkan semua wawancara diatas

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 7


Berkaitan dengan persepsi diri Yunuz gak pernah sedih malah
secara psikis, pelaku memiliki karakter senangkan berarti yunuz orang kuat
yang dapat di kategorikan sebagai hadapi ini, dan yunuz percaya diri
konsep diri positif dan negatif. Konsep walaupun kondisinya begini, soalnya
diri secara psikis berarti pandangan, anak hemofilia gak ada yg ngeluh
pikiran, perasaan, dan penilaian kalo dia kena hemofilia sama aja
penderita hemofilia terhadap pribadinya kayak anak lainkan. (Yunuz, 13 Juni
sendiri. Seseorang di golongkan 2015)
memiliki konsep diri pribadi positif bila Dari pernyataan diatas tersebut,
memandang dirinya sebagai orang yang seperti kutipan wawancara dengan
bahagia, optimis, mampu mengontrol wahyu yang mengatakan bahwasannya
diri, dan memiliki berbagai kemampuan. dibalik dari rasa tanggung jawab ada rasa
Sebaliknya ia di golongkan memiliki sedih, itu menunjukkan bahwa pelaku
konsep diri negatif apabila ia memiliki karakter ganda, begitu juga
memandang dirinya sebagai orang yang dengan Rudi yang mengaku dirinya
tidak bahagia, pesimistis, tidak mampu humoris, akan tetapi dibalik humorisnya
mengontrol diri dan memiliki berbagai pelaku ternyata dia memliki sifat
macam kekurangan pendiam dengan orang. Sedangkan
Karakter yang peneliti anggap dengan Yunuz, dia memiliki karakter
sebagai konsep diri positif dalam yang percaya diri dengan kondisi yang
penelitian ini karena berdasarkan hasil sekarang dan tidak pernah merasa sedih.
wawancara yang sudah dilakukan adalah Dari hasil wawancara diatas maka sudah
seperti : 1. Bertanggung jawab, 2. jelas bahwa penderita hemofilia
Humoris, 3. Gak pernah sedih, 4. (informan) memiliki sifat persepsi diri
Percaya diri, dan sedangkan untuk secara psikis karakter ganda dan
karakter konsep diri negatif dalam memiliki kecendrungan memiliki
penelitian ini adalah : 1. Sedih, 2. persepsi diri psikis positif.
Pendiam. 3. Komponen sikap penderita hemofilia
Akan tetapi, setelah mendapatkan di Pekanbaru
hasil dari lapangan, peneliti menemukan Setelah mengetahui bagaimana
bahwa para penderita hemofilia sebagai penilaian informan akan karakter diri
informan semuanya memiliki karakter secara psikis, selanjutnya akan diuraikan
ganda, karena dapat diliiat dari penuturan bagaimana konsep diri pelaku dalam
penderita kepada peneliti : kaitannya dengan persepsi sosial.
aku orang yang bertanggung jawab Persepsi sosial yang dimaksudkan untuk
untuk berjanji menyelesaikan kuliah penelitian ini adalah bagaimana orang
yang sekarang, karna dulu di UNPAD lain memandang penderita hemofilia
aku sakit dan terpaksa balik dalam berinteraksi, tetapi penilaian orang
kepekanbaru, tapi disatu sisi aku juga lain tentunya berdasarkan persepsi dan
bisa merasakan sedih seandainya ada interpretasi dari penderita hemofilia itu
yang menghina aku. (wahyu, 14 Juni sendiri. Keadaan lingkungan sosial yang
2015) kurang kondusif akan mendorong adanya
biasa aja sama kayak orang pada penyimpangan perilaku. Berbagai stigma
umumnya, karena gak terlalu dan kurangnya kepedulian terhadap
memikirkan tentang penyakit, tapi penyandang hemofilia memposisikan
bisa bercanda juga sama temen bg, penderita hemofilia untuk bergabung
sedikit pendiam dengan orang. dalam yayasan hemofilia. Kondisi
(Rudi, 14 Juni 2015) tersebut ikut mendorong para penderita

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 8


untuk bergabung dalam sebuah masyarakat. Sedangkan pernyataan
yayasannya dan semakin matang menjadi informan ketiga, Al awalnya merasa
orang baik dalam perilakunya. terasingkan dengan penyakit yang ia
Konstruk derajat pertama yang derita tapi setelah tumbuh menjadi
peneliti kategorikan menjadi konsep diri seorang dewasa Al bisa menerima dan
positif diantaranya adalah: ramah, kenyataannya dengan penyakit yang
menyenangkan, nyaman, suka menolong. dialami sekarang ia merasa senang dan
Dan konsep diri negatif dalam persepsi suka menolong sesuai kemampuan yang
diri secara sosial: takut direndahkan atau dia miliki..
dikucilkan dan terasing. Berikut petikan Manusia tidak dapat hidup tanpa
wawancara dengan informan: orang lain di sekitarnya, oleh sebab itu
Berarti kalo lingkungan aku orang walaupun merasa bahwa masyarakat ada
udah tau berarti nyaman-nyaman aja yang merendahkan penderita hemofilia,
trus orang udah ngerti dengan namun pada akhirnya mereka tetap saja
penyakit aku trus dia punya sikap membutuhkan kehadiran masyarakat,
sendirilah sama aku. (Wahyu, 14 teman disisi mereka. Karna pada
Juni 2015) dasarnya kita adalah makhluk sosial yang
Yunuz ramah dengan orang, tidak bisa hidup sendiri.
menyenangkan kalo ketemu orang Konsep diri sosial berarti
yang care sama Yunuz bang,tapi suka pandangan, pikiran, perasaan, dan
sedih ya kalo di rendahin tentang penilaian penderita hemofilia terhadap
penyakit. (Yunuz, 13 Juni 2015) kecendrungan sosial yang ada pada
Awalnya sedikit merasa terasingkan dirinya sendiri. Konsep diri sosial
dari teman-teman, cuma setelah lama berkaitan dengan kemampuan
hidup dan mulai bisa menerima berhubungan dengan dunia di luar
kenyataan ya senang-senang aja bg, dirinya, perasaan mampu dan berharga
apalagi sekarang udah dewasa, udah dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang
bisa berfikir kalo aku bisa berprestasi digolongkan memiliki konsep diri sosial
juga. Misalkan ada yang bisa Al bantu bila memandang dirinya sebagai orang
ya aku bantu semampunya.. (Al, 16 yang berminat pada orang lain,
Juni 2015) memahami orang lain, merasa mudah
Dari pernyataan wahyu peneliti akrab dengan orang lain, merasa di
menyimpulkan kalau ternyata informan perhatikan, menjaga perasaan orang lain,
pertama merasakan nyaman dengan memperhatikan kepentingan orang lain.
lingkungan sekitarnya berarti ada yang Sebaliknya, ia di golongkan memiliki
mengerti dengan penyakit yang ia derita, konsep diri sosial negatif bila ia
dan dalam pergaulan sehari-hari teman- memandang dirinya sebagai orang yang
temannya memberikan sikap menerima, acuh tak acuh terhadap orang lain, tidak
sehingga ia merasakan kenyamanan mau peduli dengan perasaan orang lain,
disaat hidup bersosial dan didalam sulit berakrab-akrab dengan orang lain,
pergaulan. Yunuz dia ramah disaat tidak memberi perhatian terhadap orang
bersosial di masyarakat tapi sedih ketika lain.
ada yang merendahkan dirinya tentang 4. Pengalaman Komunikasi Penderita
penyakit yang ia derita, Yunuz sendiri hemofilia di pekanbaru
kalo diliat secara kasat mata mempunyai Dalam menjalani kehidupan
kepribadian tertutup, tapi setelah sebagai penderita hemofilia pasti sudah
berinteraksi dengan lingkungan sosial ia terjadi bebrapa pengalaman komunikasi
menjadi lebih terbuka terhadap yang menyebabkan begitu banyak hal

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 9


yang sudah terjadi didalam kehidupan dengan Yunuz, mereka jadi banyak
ini. Pada konteks konsep diri penderita bertanya tentang penyakit yang Yunus
hemofilia yang peneliti telah lakukan, alami bang, berarti mereka bisa terima
terdapat banyak hal tentang pengalaman keadaan Yunuz dan semoga semakin
komunikasi didalam konsep diri para care ke Yunuz. (Yunuz, 13-06-2015)
penderita hemofilia tersebut. kalo aku ngerasanya semuanya
Peneliti menjabarkan dan menyenangkan bg, pergaulan sehari-
membagi pengalaman komunikasi yang hari enak-enak aja lingkungannya,
terjadi pada penderita hemofilia ini kalo dimasyarakat juga enak gak ada
kedalam 2 kategori sebagai berikut: yg sedih dan karna pembawaan aku
a. Pengalaman komunikasi juga yg gak mau sedih dan gak mau
menyenangkan mikirin sakit aku bg. (Rudi, 14-06-
Pengalaman komunikasi 2015)
menyenangkan di artikan sebagai hal-hal Bentuk lainnya dari pengalaman
pada penderita hemofilia yang di anggap menyenangkan pada penderita hemofilia
memberikan rasa bahagia dan di pekanbaru adalah adanya perhatian
memberikan dampak positif terhadap lebih yang di berikan dari pihak
penderita hemofilia yang menjalaninya. keluarga. Pihak keluarga selalu menjadi
Diantara penderita hemofilia dengan faktor penting dalam menjaga anak
orang yang sehat pada umumnya tentu mereka. Dalam hal ini para keluarga
terdapat perbedaan dalam hal menjadi wadah bagi mereka sebagai
pengalaman komunikasi yang di anggap penderita hemofilia untuk tetap
menyenangkan. menjalani kehidupan tanpa
Salah satu bentuk pengalaman mengharapkan perbedaan sikap.
komunikasi menyenangkan pada Seperti hasil wawancara
penderita hemofilia di Pekanbaru adalah mendalam dengan beberapa informan
adanya rasa bangga dan senang yang penderita hemofilia sebagai berikut:
terjadi pada penderita hemofilia. Seperti orang tua lebih menjaga aku sama
diungkapkan oleh salah satu informan adik aku (rudi), kalo misalkan kami
sebagai berikut: jatuh atau kenapa-kenapa gitu ya
pas skripsi kemarin aku senang pas orang tua yang kasian, jadi kami
dirumah keluarga kasi motivasi dan benar-benar dijaga gak boleh main
doa yang baik untuk ujian kemarin, sepeda pokoknya yg bisa
soalnya dulu pas kuliah di unpad gara- membahayakan fisik. (wahyu, 14-06-
gara sakit harus balik kesini, trus 2015)
sekarang baru selesai di UNRI sangat menjaga lebih perhatian
perjuangannya berat untuk lulus, ya karna aku hemofilia A berat jadi
aku bangga ternyata aku bisa diawasin terus sama keluarga. (Jefri,
selesaikan. (Wahyu, 14 Juni 2015) 20-06-2015)
Hal hampir sama juga dialami Selain keluarga adapun pihak lain
oleh Yunuz dan Rudi. Penerimaan dan yang turut mempengaruhi kelangsungan
pertemanan dalam interaksi yang baik hidup yang informan jalani adalah
dengan keluarga ataupun orang-orang penerimaan yang baik dari lingkungan
terdekat, menjadi sebuah bentuk sekitar. Penerimaan yang baik juga turut
pengalaman yang menyenangkan bagi menciptakan pengalaman komunikasi
mereka, seperti uangkapan berikut : yang menyenangkan bagi penderita
banyak sekarang teman-teman hemofilia. Dalam artian mereka dapat
Yunuz yang suka berkomunikasi diterima secara sosial dan dapat

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 10


berinteraksi seperti kebanyakan orang dengan seseorang yang mencintainya
lainnya. termasuk pula di dalam pembahasan
Hal demikian sesuai dengan apa tentang masa depan yang akan mereka
yang diungkapkan oleh informan pada jalani. Tentu penderita hemofilia
penelitian ini : mempunyai harapan untuk menjalani
bisa jalan-jalan aja dengan penyakit hidup kedepannya dengan mempunyai
yang di derita sekarang yang dulunya masa depan yang ingin mereka capai
belum sampai kejakarta sampai karna dengan dukungan dari lawan jenisnya.
berobat ke RSCM, terus nanti katanya Sehingga permasalahan ini kerap kali
al mau jadi calon ketua HMHI setiap menimbulkan pengalaman komunikasi
2 tahun sekali ada pertemuan tidak mengenaknya dengan lawan jenis.
seindonesia kadang di bali di bandung Masalah yang terjadi dirasakan
trus di baiaayai oleh HMHI pusat. juga oleh Al, bahwa teman dekatnya
Dan kemungkinan besar bakal jadi takut kalau Al cepat meninggal dengan
ketua HMHI Riau menggantikan penyakit yang dia derita. Ini merupakan
ketuanya yang bermasalah. (Al, 16- kesalahpahaman yang seharusnya tidak
06-2015) perlu terjadi karena hidup matinya sudah
b. Pengalaman komunikasi tidak di tentukan sama yang di atas.
menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan apa
Meskipun dapat menyikapi yang disampaikan oleh informan dalam
dengan baik penderita hemofilia tidak wawancara yang dilakukan mengatakan
menyangkal bahwa terdapat beberapa bahwa :
pengalaman komunikasi yang tidak iya cewek yang dekat sama aku
menyenangkan pula dalam kehidupan kadang dia takut akunya cepat
sehari mereka. Tidak mudah memang meninggal, trus aku bilang maut yang
bila pada kondisi penderita hemofilia di atas yang ngurus, apalagi dia
dengan segala keterbatasannya. Dengan anak farmasi bg, jadi paham
adanya banyak hal-hal yang tidak sedikit sama hemofilia. (al, 19-06-
menyenangkan yang dirasakan oleh 2015)
informan penelitian dalam hal ini Penderita hemofilia sebenarnya
penderita hemofilia. tidak takut dengan lingkungan
Salah satu bentuk pengalaman sekitarnya, tetapi dengan tidak adanya
komunikasi tidak menyenangkan pada kepercayaan bahwa mereka penderita
penderita hemofilia adalah ketakutan hemofilia maka bisa berakibat fatal,
ketika orang terdekat dalam hal ini pacar karena dari ketidakpercayaan tadi
meninggalkan salah satu informan menimbulkan rasa ingin merendahkan
penelitian karena ketakutan tidak penderita hemofilia yang berujung
mempunyai masa depan. Seperti hasil menjauhkan mereka, penyakit yang
wawancara yang peneliti lakukan sebagai mereka derita bukanlah dari kesalahan
berikut : mereka, ini merupakan faktor keturunan
pas aku punya pacar dia gak tau oleh ibu pembawa sifat dan anak laki-
dengan penyakit aku, trus dia lakinya sebagai penderita hemofilia.
ketakutan dengan penyakit aku, ini Hal yang demikian seperti yang
penyakit apa ni dia bilang kayak gitu, di alami oleh informan yang mengatakan
trus dia pergi ninggalin aku. bahwa mereka mendapat perlakuan kasar
(Wahyu, 14-06-2015) dan dijauhkan dari pergaulannya.
Diantara pengalaman komunikasi dulu waktu kelas 4 SD teman di
yang terjadi antara penderita hemofilia tendangnya kaki Yunuz, pas hari itu

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 11


gak kenapa trus ke esokannya medis juga harus lebih fokus untuk
kaki Yunuz udah bengkak, karna merawat penderita hemofilia.
Yunuz penderita hemofilia Hal ini dialami oleh Rudi yang
kekurangan faktor IX berat pembeku ketika dudk di bangku SMA ketika
darah, jadi bengkak dulu kaki dirumah sakit badannya membiru karna
baru lebam, Yunuz di rawat di rumah kelebihan dosis obat yang di berikan
sakit selama enam bulan baru pihak medis, berikut penuturannya :
sembuh, semenjak kejadian itu dulu aku waktu SMA karna
banyak teman yang gak mau kelebihan dosis obat jadi badan aku
berteman lagi sama Yunuz membiru karna pembuluh darah
bang.(Yunuz, 13-06-2015) tersumbat, itu sempat panik orang tua
Hal yang sama juga di rasakan karna obatnya kental susah ngalir
oleh Wahyu yang mendapatkan kata-kata kedalam darah.
melecehkan dirinya sebagai penderita Dari hasil yang telah dipaparkan
hemofilia : di atas yang diperkuat dengan hasil
di unpad aku telat perwalian sama wawancara secara mendalam dengan
PA pak Asep namanya, jadi ceritanya, informan di ketahui bahwa terdapat
maaf pak saya baru balik dari beberapa bentuk pengalaman komunikasi
pekanbaru saya sakit hemofilia pada penderita hemofilia yang terwujud
maksud akukan menceritakan keadaan dalam bentuk pengalaman komunikasi
aku, jadi kalo kami penderita menyenangkan dan tidak menyenangkan.
hemofilia dulu sekolah harus di bilang Bentuk-bentuk pengalaman tersebut
sama gurunya bahwa saya hemofilia, dapat muncul dari lingkup terkecil dari
mungkin karna kita kuliah lebih keluarga dan lingkungan dari seorang
terbuka ngomongnya, trus dosennya penderita hemofilia.
bilang kenapa kuliah disini kalo
sakit gitu, trus aku bilang sama Pembahasan
dia trus kalo saya sakit gak boleh
Pandangan diri secara fisik yang
kuliah disini pak, trus jadi dosen-
dimaksud dalam penelitian ini adalah
dosen yang lain mungkin dengarkan
bagaimana penderita mempersepsikan
udah habis disitu aja trus di
atau memandang dirinya dalam
tanda tanganinya perwalian aku.
kaitannya dengan tubuh dan penampilan,
Sementara penderita hemofilia justru
dalam hal ini umumnya penderita
enak di bandung, soalnya ada
hemofilia memiliki konsep diri yang
perkumpulannya obatnya lebih
positif. Penderita hemofilia yang
gampang kalo di riau lebih susahlah.
memiliki konsep diri positif berkaitan
(wahyu, 14-06-2015)
dengan persepsi fisik umumnya adalah
Penderita hemofilia seharusnya
mereka merasa mempunyai kesamaan
diberikan perhatian lebih dari siapapun
fisik pada orang umumnya. Kesamaan
itu untuk mengerti keadaan yang mereka
dalam penampilan fisik penderita
alami, karena mereka berhak untuk hidup
hemofilia dengan orang pada umumnya
sebagaimana mestinya orang banyak.
terdapat pada penampilan mereka yang
Bukan dari keluarga, teman dekat tetapi
tidak terlihat seperti orang sakit, mereka
juga oleh pihak yang harus memberikan
merasakan nyaman dengan kondisi yang
penanganan medis. Ketika penderita
mereka alami sekarang selama mereka
hemofilia sakit mereka pasti akan
juga bisa menjaga kondisi tubuhnya.
merasakan sakit yang luar biasa di
Mereka terlihat berbeda penampilan fisik
daerah persendian, karena itu pihak
dari penderita hemofilia ketika mereka

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 12


sudah melakukan aktivitas yang melebihi wawancara yang sudah dilakukan adalah
batas kemampuan mereka, misalkan seperti : 1. Bertanggung jawab, 2.
timbulnya bengkak pada bagian Humoris, 3. Gak pernah sedih, 4.
persendian biasanya terlihat seperti luka Percaya diri, dan sedangkan untuk
lebam atau membiru. Penderita hemofilia karakter konsep diri negatif dalam
juga terlihat berbeda disaat mereka tidak penelitian ini adalah : 1. Sedih, 2.
bisa beraktivitas atau berolahraga seperti Pendiam.
orang pada umumnya, karena apabila Setelah mengetahui bagaimana
mereka terbentur atau terjatuh maka pada penilaian informan akan karakter diri
tubuh yang terbentur akan menimbulkan secara psikis, selanjutnya akan diuraikan
luka lebam bagaimana konsep diri pelaku dalam
Adapun pelaku yang memiliki kaitannya dengan persepsi sosial.
konsep diri negatif berkaitan dengan Persepsi sosial yang dimaksudkan untuk
persepsi fisik, sebagian besar adalah penelitian ini adalah bagaimana orang
penderita hemofilia yang konsep dirinya lain memandang penderita hemofilia
mulai terbentuk mereka merasa berbeda dalam berinteraksi, tetapi penilaian orang
ketika terlahir sebagai penderita lain tentunya berdasarkan persepsi dan
hemofilia, dan juga merasa minder ketika interpretasi dari penderita hemofilia itu
pada saat mereka mulai masuk SD sendiri. Keadaan lingkungan sosial yang
sampai mungkin sekarang tidak seperti kurang kondusif akan mendorong adanya
anak-anak pada umumnya ataupun penyimpangan perilaku. Berbagai stigma
teman-teman mereka yang bisa dan kurangnya kepedulian terhadap
beraktivitas atau melakukan segala penyandang hemofilia memposisikan
macam olahraga. Ada keinginan untuk penderita hemofilia untuk bergabung
bisa berolahraga seperti orang pada dalam yayasan hemofilia. Kondisi
umumnya itu yang dirasakan oleh tersebut ikut mendorong para penderita
penderita hemofilia. untuk bergabung dalam sebuah
Berkaitan dengan persepsi diri yayasannya dan semakin matang menjadi
secara psikis, penderita hemofilia orang baik dalam perilakunya.
memiliki karakter yang dapat di Konstruk derajat pertama yang
kategorikan sebagai konsep diri positif peneliti kategorikan menjadi konsep diri
dan negatif. Konsep diri secara psikis positif diantaranya adalah: ramah,
berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan menyenangkan, nyaman, suka menolong.
penilaian penderita hemofilia terhadap Dan konsep diri negatif dalam persepsi
pribadinya sendiri. Seseorang di diri secara sosial: takut direndahkan atau
golongkan memiliki konsep diri pribadi dikucilkan dan terasing.
positif bila memandang dirinya sebagai Konsep diri sosial berarti
orang yang bahagia, optimis, mampu pandangan, pikiran, perasaan, dan
mengontrol diri, dan memiliki berbagai penilaian penderita hemofilia terhadap
kemampuan. Sebaliknya ia di golongkan kecendrungan sosial yang ada pada
memiliki konsep diri negatif apabila ia dirinya sendiri. Konsep diri sosial
memandang dirinya sebagai orang yang berkaitan dengan kemampuan
tidak bahagia, pesimistis, tidak mampu berhubungan dengan dunia di luar
mengontrol diri dan memiliki berbagai dirinya, perasaan mampu dan berharga
macam kekurangan dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang
Karakter yang peneliti anggap digolongkan memiliki konsep diri sosial
sebagai konsep diri positif dalam bila memandang dirinya sebagai orang
penelitian ini karena berdasarkan hasil yang berminat pada orang lain,

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 13


memahami orang lain, merasa mudah komunikasi yang dimaksud dalam
akrab dengan orang lain, merasa di penelitian ini adalah sesuatu yang
perhatikan, menjaga perasaan orang lain, dialami individu penderita hemofilia dan
memperhatikan kepentingan orang lain. berkaitan dengan aspek-aspek
Sebaliknya, ia di golongkan memiliki komunikasi, meliputi proses symbol,
konsep diri sosial negatif bila ia ataupun makna yang dihasilkan, serta
memandang dirinya sebagai orang yang dorongannya pada tindakan yang terkait
acuh tak acuh terhadap orang lain, tidak dengan penyakit dari penderita
mau peduli dengan perasaan orang lain, hemofilia. Dengan demikian,
sulit berakrab-akrab dengan orang lain, pengalaman komunikasi penderita
tidak memberi perhatian terhadap orang hemofilia yang menjadi salah satu focus
lain. dalam penelitian ini, dapat digambarkan
Pengalaman adalah sesuatu yang sebagai suatu pengalaman komunikasi
pernah dialami. Melalui pengalaman yang menjadi bagian dari kesadaran
individu memperoleh pengetahuan. penderita hemofilia dalam melakukan
Pengetahuan melandasi kesadaran yang interaksi dengan keluarga, lingkungan
membentuk pemaknaan. Kesadaran dan pendidikan, ataupun dengan lawan jenis.
pemaknaan inilah yang mendorong Selanjutnya, pengalaman akan
individu untuk melakukan tindakan atau dikategorisasikan oleh individu melalui
perilaku tertentu. Sebagai mana Schutz karakteristik pengalaman tersebut
(1966:56) mengatakan bahwa behavior berdasarkan pemaknaan yang
is an experience of consciousness that diperolehnya. Pengalaman merujuk pada
bestows meaning through spontaneous sesuatu yang dialami dan fenomena yang
activity. Dengan demikian pengalaman dialami akan diklasifikasikan menjadi
merupakan fondasi bagi individu dalam pengalaman tertentu. Penyataan ini
melakukan suatu tindakan (Wirman, berarti bahwa setip pengalaman memiliki
2012:88). Dalam permasalahan pada karakteristik yang berbeda, meliputi
penderita hemofilia ini juga di landaskan tekstur dan struktur yang ada dalam tiap-
pengalaman terdahulu penderita tiap pengalaman. Tekstur dan struktur
hemofilia. pengalaman ini menggambarkan apa dan
Pengalaman terhubung pada bagaimana pengalaman tersebut
sebuah fenomena. Fenomena dapat sekaligus membedakan suatu
merujuk pada suatu peristiwa, termasuk pengalaman tertentu dengan pengalaman
peristiwa komunikasi. Peristiwa yang lain (hafiar, 2012:57).
komunikasi yang dialami dapat Berkaitan dengan penelitian ini,
diistilahkan dengan pengalaman pengalaman komunikasi yang dimiliki
komunikasi. Pengalaman yang dijadikan penderita hemofilia dikategorisasikan
landasan bagi individu untuk melakukan menjadi jenis-jenis pengalaman tertentu
tindakan adalah pengalaman yang seperti pengalaman komunikasi yang
melekat pada suatu fenomena. menyenangkan berupa rasa senang dan
Komunikasi menurut wood (1997:17), bangga, penerimaan dan pertemanan,
merujuk pada suatu proses yang bersifat perhatian lebih. Pengalaman komunikasi
sistemik diantara individu yang tidak menyenangkan berupa ketakutan
berinteraksi melalui symbol tertentu lawan jenis, diskriminasi atau perbedaan
untuk menghasilkan dan interoretasi perlakuan, pelecehan verbal ataupun non
makna. verbal.
Melalui rujukan tersebut, maka Penjelasan mengenai pengalaman
dapat dijelaskan bahwa pengalamaan komunikasi positif atau yang

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 14


menyenangkan dan negative atau yang Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi
tidak menyenangkan dikaitkan dengan Komunikasi. Bandung : Remaja
salah satu prinsip komunikasi yang Rosda Karya.
menyatakan bahwa, komunikasi Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi.
memiliki dimensi isi dan hubungan Jakarta: Graha Ilmu.
(Mulyana, 2002:99). Berdasarkan hasil Wirman, Welly. 2012. Pengalaman
penelitian dan pembahasan yang telah di Komunikasi Dan Konsep Diri
paparkan maka model dari pengalaman Perempuan Gemuk, Journal of
komunikasi penderita hemofilia. Dielectics, Vol 2, No.1. Bandung:
Pascasarjana Unpad.
DAFTAR PUSTAKA Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta : Gramedia
Agustiani, H. 2006. Psikologi
Widiasarana Indonesia
Perkembangan Pendekatan Ekologi
Sendjaja, Djuarsa, dkk. 2002. Teori
Kaitannya dengan Konsep Diri.
Komunikasi. Jakarta : Pusat
Bandung : Refika Aditama.
Penerbitan Universitas Terbuka.
Cangara, hafield. 2005. Pengantar Ilmu
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Persada.
Bandung : Penerbit Alfabeta
Devito. Joseph A. 1989. Interpersonal
Communication Book. New York:
Sumber lain :
Harper & Row.
- (http://www.suaramerdeka.com/v1/inde
Harahap, S. 1999. Islam: Konsep dan
x.php/read/cetak/2014/04/23/259553/H
Implementasi Pemberdayaan.
emofilia-Akibatkan-Perdarahan-Usia-
Jogyakarta:
Dini).
Pergmon Press. Inc
- http://www.indosiar.com/ragam/apa-
Hersey, Ken Blanchard. 2004.
dan-bagaimana hemofilia_49310.html.
Manajemen Perilaku Organisasi,
- http://www.goriau.com/berita/umum/yh
Pendayagunaan Sumber Daya
oa-hadirkan-rumah-singgah-baiduri-
Manusia. Penerjemah : Agus
untuk-penderita-kanker-anak-di-
Dharma, Jakarta: Erlangga.
riau.html.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
- http://biolog-
Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :
indonesia.blogspot.com/2013/08/sejara
Kencana Media Group
h-hemofilia.html.
Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
Penelitian Komunikasi
456789/743/1/08E00114.pdf.
Fenomenologi. Bandung : Widya
- http://www.pdpersi.co.id/content/news.
Padjajaran.
php?mid=5&nid=786&catid=23.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi
Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu
Komunikasi, Pengantar. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015 Page 15

Anda mungkin juga menyukai