Anda di halaman 1dari 6

1.

Knowledge Management & SECI


Knowledge Management (KM), atau manajemen pengetahuan, adalah metode yang
dilakukan dalam upaya mengelola pengetahuan yang ada, agar tidak hilang dan dapat
dipergunakan kembali sesuai kebutuhan untuk sesuatu yang lebih baik, diantaranya
mencakup menghindari kesalahan yang sama yang pernah terjadi, mempercepat
pengambilan keputusan maupun penyelesaian berbagai hal. Selain itu knowledge juga
menjadikumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis,
mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian
dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam
seorang individu atau yang melekat didalam proses dan aplikasinyata suatu organisasi.
Fokus dari manajemen pengetahuan adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk
menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya
menjadipengetahuan.

SECI (S: Socialization, E: Externalization, C: Combination, I: Internalization)


o Sosialisasi; berbagi pengetahuan tacit melalui komunikasi tatap muka atau berbagi
pengalaman.
o Eksternalisasi; mencoba untuk mengubah pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit
dengan mengembangkan konsep dan model. Dalam fase pengetahuan, tacit
dikonversi untuk membentuk dimengerti dan diinterpretasi, sehingga dapat juga
digunakan oleh orang lain. Externalized dan pengetahuan teoritis adalah dasar untuk
menciptakan pengetahuan baru.
o Kombinasi; kombinasi externalized pengetahuan eksplisit untuk entitas yang lebih
luas dan sistem konsep. Ketika pengetahuan dalam bentuk eksplisit itu dapat
dikombinasikan dengan pengetahuan yang telah diajukan sebelumnya. Pada tahap ini
pengetahuan juga dianalisis dan terorganisir.
o Internalisasi; internalisasi berarti memahami pengetahuan eksplisit. Hal ini
terjadiketika pengetahuan eksplisit mengubah untuk diam-diam dan menjadibagian
dari informasi dasar individu. Siklus terus sekarang dalam spiral pengetahuan
kembali ke sosialisasi ketika saham individu pengetahuan tacit-nya diam-diam. Ini
adalah bagaimana jumlah pengetahuan tumbuh dan konsep-konsep Sebelumnya dapat
berubah.

http://0069gadaebak.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-jenis-knowledge.html

2. Problem solving; Well Difine & Ill Define


Problem solving atau pemecahan masalah adalah suatu aktivitas pengambilan jalan
keluar agar terjadi kesesuaian antara hasil yang diharapkan. Problem solving atau
pemecahan masalah melibatkan membandingkan hal-hal, tetapi selalu ditujukan untuk
datang ke semacam solusi. Satu hal yang kita tahu tentang pemecahan masalah adalah
bahwa hal itu biasanya jauh lebih sulit bagi orang untuk melakukan ketika masih dalam
bentuk abstrak.
MS, Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi: Surabaya

Well-defined problems adalah masalah yang dimulai dengan awalan yang jelas dan
memiliki tujuan yang jelas (Yeong, 2012). Well-defined problems juga merupakan situasi
masalah yang pertanyaan asli atau asal, tujuan dan aturan-aturannya terspesifikasi (Osa,
2011).
Contoh: Ketika kita sednag mengerjakan tugas kuliah, setelah kita mengetahui apa
perintah yang diberikan oleh pertanyaan (soal) dari tugas yang kita dapatkan tentu saja
kita sudah tahu jelas dengan metode apa kita harus menyelesaikan tugas kita.

Ill-Define; adalah masalah yang tidak teridentifikasikan secara jelas. Pemecah


masalahkesulitan dalam menyusun representasi mental yang sesuai terhadap masalah dan
solusinya (Hudoyono, Jensen, Qinetal dalam Santyasa, 2008).
Contoh: Dikehidupan sehari-hari terkadang banyak berbagai macam manusia dan hal-hal
yang baru kita temukan, secara tiba-tiba dan tidak terpikirkan sebelumnya, disini kita
membutuhkan pemecahan dengan suatu hal baru dan tidak kita rencanakan atau pikirkan.

http://andreasanthony.blogspot.co.id/2013/02/well-defined-problems.html
3. Teori Gestalt; Problem Solving
Meskipun psikologi gestalt terkenal dengan teorinya mengenai organisasi
perseptual, gestalt juga terkenal dengan pemahaman (insight) dalam memecahkan
masalah. Gestalt kurang lebih dapat diterjemahkan sebagai konfigurasi atau
keseluruhan yang terorganisir. Perspektif dalam psikologi gestalt konsisten dengan
memandang perilaku sebagai sistem yang terorganisir.
Psikologi gestalt awal seperti (Max, Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler)
mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitas pemecahan
masalah. Dari sudut pandang tersebut, kemudian muncul konsep functional fixedness
yang dikemukakan oleh Karl Duncker (1945). Konsep ini memiliki pengaruh dalam
penelitian pemecahan masalah, yaitu adanya kecenderungan untuk mempersepsikan suatu
barang sesuai dengan fungsi pada umumnya.

http://venyasa.blogspot.co.id/2015/09/psikologi-kognitif.html
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving

Menurut Rahmat (2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving
yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.

1. Motivasi

Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang tinggi akan
membatasi fleksibilitas.

2. Kepercayaan dan Sikap yang Salah

Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat
diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan
penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan
masalah.

3. Kebiasaan

Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu
sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat
pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ),
lawan dari pemikiran yang fleksibel ( flexible mental set ).

4. Emosi

Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. Emosi ini
mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan
emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi
stress, barulah kita menjadi silit untuk berpikir efisien.

Anda mungkin juga menyukai