Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Segalah puji bagi Allah SWT. Atas seizinnya makalah yang berjudul Pemikiran
Politik Tan Malaka dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi biografi singkat tokoh kiri nasional Tan Malaka yang sangat
menginspirasi gerakan-gerakan menuju kemerdekaan yang memuat nilai-nilai
nasionalisme yang tinggi sehingga bisa dijadikan acuan dalam pemikiran politik pra
kemerdekaan serta dapat membandingkannya dengan konteks sekarang.
Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Pemikiran Politik Indonesia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, teristimewa kepada teman-
teman yang memprogram Mata Kuliah ini, terkhusus bagi penulis tersendiri.
Bagikanlah apa yang bisa kita bagi, sedikit-banyak yang kita bagi itu akan
sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan
Makassar, 2 Maret 2013

SURATMAN
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................i


Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
I. Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
II. Kerangka Konseptual Tentang Marxisme .............................................................................. 2
III. Biografi Singkat Tan Malaka .............................................................................................. 5
3.1. Kehidupan Masa Kecil ................................................................................................... 5
3.2. Tan Malaka Menuntut Ilmu Di Belanda ........................................................................ 6
IV. Pemikiran Politik Dan Konsep Kemerdekaan ........................................................................ 8
V. Penutup ............................................................................................................................... 14
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 15
I. Pendahuluan
Tan Malaka Adalah sosok pahlawan nasional yang bergerak sebagai tokoh
revolusioner yang membangun kesadaran masyarakat Indonesia untuk terbebas dari
belenggu penjajahan. Tan Malaka adalah putra daerah Sumatera utara yang menjalani
hidup sebagai akademisi di salah satu sekolah di Belanda. Diana dia belajar tentang
konsep-konsep Marx serta cara-cara untuk membebaskan bangsanya dari dekapan
Belanda.
Tan malaka sebagai Pioner dalam partai komunis indonesia yang mempelopori
berbagai gerakan dalam memimpin kaum buruh dan kaum tertindas. Sosialisme menjadi
senjata secara intelektual bagi perubahan yang ingin dicapai oleh Tan Malaka. Karena
selain kelahirannya memang kritik terhadap masyarakat kapitalis, juga dikarenakan
nilainilai ideal yang dibawa sosialisme akan keadilan ekonomi dan sosial untuk
kesejahteraan bersama berhasil menelanjangi praktek penindasan kapitalisme beserta
imperialisme. Hal ini yang kemudian menjadikan sosialisme sebagai pilihan menuju
perubahan sosial menuju citacita Indonesia merdeka. Dari latar belakang ini, saya
membatasi beberapa rumusan masalah tentang pemikiran politiknya, yakni :
1. Biografi Tan Malaka Sebagai Latar Belakang Pemikirannya
2. Bagaimana konsep pemikiran Tan Malaka Tentang Kemerdekaan R.I
II. Kerangka Konseptual Tentang Marxisme
Marxisme sebagai aliran pemikiran dapat dikatakan sebagai hasil produksi dari
tradisi Renaissance dan Aufklarung. Marxisme adalah sistem pemikiran daripada
pandangan-pandangan dan ajaran-ajaran Karl Marx. Menurut Lenin Marxisme
adalah seni yang meneruskan dan menyempurnakan ketiga aliran ideologi yang pokok
pada abad ke-19 yang masing-masing diwakili oleh tiga negeri paling maju dari
sejarah umat manusia yaitu: filsafat klasik Jerman, ekonomi politik klasik Inggris
dan Sosialisme Perancis yang dirangkai dengan ajaran revolusioner Perancis. 1
Kejeniusan Marx adalah karena ia yang pertama kalinya menyimpulkan
pelajaran sejarah dunia dan menerapkan pelajaran itu secara konsisten. Kesimpulan
yang dibuatnya menjadi doktrin dari perjuangan klas terhadap sistem kapitalisme
yang menindas. la tumbuh sebagai intelektual yang tajam di masa filsafat
dipertanyakan, dari sebuah situasi yang mendesak orang memilih tempatnya dalam
sejarah. Filosofi materialisme yang dipaparkan Marx menunjukkan jalan bagi kelas
proletariat untuk bebas dari perbudakan spiritual yang membelenggu setiap kelas yang
tertindas hingga kini. Teori ekonomi yang dijabarkan Marx menjelaskan posisi
sebenarnya proletariat di dalam sistem kapitalisme. Marxisme banyak dianggap
sebagai praksis baru bagi filsafat yang mampu menyatukan filsafat, moralitas,
ideologi, ekonomi politik ke dalam panduan praksis untuk merubah tatanan
struktural masyarakat dunia dibawah istem kapitalisme yang menindas. 2
Marxisme dikemudian hari banyak dijadikan panduan bagi banyak pergerakan-
pergerakan rakyat tertindas diseluruh dunia. Marxisme banyak dipakai sebagai
pisau analisis untuk membedah realitas masyarakat dan mengubahnya menjadi
keadaan yang lebih baik. Banyak tokoh yang mendasarkan diri dan pergerakanya pada
Marxisme, tak terkecuali seorang Tan Malaka seorang tokoh revolusioner Indonesia
semasa zaman pergerakan kemerdekaan. Perkenalannya dengan Marxisme banyak
mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan perjuangannya dalam

1
Hary Gould, The Dictionary Marxism,diterjemahkan oleh Rollah Syarifah menjadi Kamus Ketjil
Istilah Marxist, Surabaya,1962,hal 16
2
Hary Prabowo, Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis Menuju Republik
JendelaYogyakarta ,2002, hal 42
mengusir kolonialisme Belanda di Indonesia.
Pandangan Marx tentang sosialisme bertentanngan dengan konsepsi-konsepsi
sosialisme yang diciptakan Fourier dan Owen yang menciptakan dunia baru dimana setiap
orang hidup bahagia. Marx berasumsi bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan belaka,
karena tidak menunjukkan jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia, kata Marx, hanya
impian belaka. Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member gambaran sosialisme.
Menurutnya, sosialisme ilmiah tidak dapat membuat resep bagi dapur umum dimasa
datang.
Sementara itu, untuk membedakan ajaran dari gagasan sosialisme utopis, Marx menyusun
suatu teori sosial yang menurutnya didasari hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti
terlaksana. Marx meyakini adanya hukum-hukum gerak dalam masyarakat yang dijalankan
dengan prinsip kebutuhan yang mutlak didasarkan pada penjelasan naf dari kemajuan ilmu
pengetahuan alam3. Pertimbangan moral, menurut Marx, bukanlah dasar bagi sosialisme.
Penilaian bahwa kapitalisme itu jahat dan sosialisme itu baik tidak berlaku mutlak, melainkan
jika syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik pribadi atas sesuatu itu terpenuhi. Hal ini
berarti klaim Marx terhadap sosialisme-nya yang bersifat ilmiah bisa diterima, karena
berdasarkan pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat yang kemudian
tersohor dengan istilah Pandangan Materialis Sejarah
Sosialisme yang akan datang menggantikan kapitalisme adalah buah dari pada
perkembangan masyarakat dalam sejarah dibawah pengaruh hokum dialektik. Menurut Marx,
menggunakan jalan ilmiah, sosialisme tidak dapat ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa
yang akan datang artinya susunan baru pada masyarakat tidak dibuat, melainkan
dilahirkan. Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang berorientasi pada
terbentuknya masyarakat tidak berkelas adalah bagian dari hegemoni dan upayah manusia
mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang berkembang kini tidak berjalan horizontal,
melainkan vertikal. Dengan demikian, apakah tujuan sosialisme yang diutarakan oleh Marx
sudah tercapai ?
Konsep sosialisme Marx memang lebih kompleks daripada filsuf lainnya. Tujuan
sosialisme dalam pandangn Marx bukanlah membuat suatu konstruksi masyarakat dalam suatu
sistem yang selesai bentuknya, melainkan menyelidiki suatu perkembangan sejarah yang
melahirkan dua kelas yang bertentangan, dan kemudian mempelajari betapa berpengaruhnya

3
John Elster, Marxisme - Analisis Kritis, (Jakarta, Prestasi Pustakakarya, 2000) Hal.31
faktor-faktor kelas tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat yang akan melenyapkan
pertentangan tersebut.
Pendapat Marx diatas dikuatkan oleh Engels dalam bukunya Perkembangan Sosialisme
dari Utopia sampai ke Ilmu. Ajarannya adalah bahwa komunisme merupakan ajaran tentang
syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh. Dalam menyusun
teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman
George Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik
dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai
perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia
merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik (dialectical materialism).
Kemudian konsep-konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat
yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx
diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut analisa ekonomis
terhadap sejarah. Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang
dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah
berkembang menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan
oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas sampai menjadi
masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa
menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi
proletariat- yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan
meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
III. Biografi Singkat Tan Malaka
Pemikiran-pemikiran politik Tan Malaka banyak dipengaruhi oleh latar
belakang keluarga dan pendidikannya serta kehidupan sosial di sekitarnya yang saat itu
masih dibelenggu, berikut pembahasan tentang biografi singkat Tan Malaka :

3.1. Kehidupan Masa Kecil


Tan Malaka atau lengkapnya Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka, adalah nama
yang asing di telinga karena jarang sekali nama tersebut di dengar bisa dikatakan
namanya unik. Beliau lahir di penghujung abad ke-19. tepatnya tanggal 2 Juni 1897 di
sebuah desa kecil bernama Pandan Gadang, Suliki Sumatra Barat. 4 Ayahnya seorang
mantri kesehatan yang pernah bekerja untuk pemerintah daerah setempat dan
mendapatkan gaji beberapa puluh gulden setiap bulannya.
Latar belakang lingkungan keluarganya menganut agama secara puritan, taat
pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Nabi Muhamad SAW. Sejak
kecil Tan Malaka dididik oleh tuntunan Islam secara ketat, suatu hal lazim dalam
tradisi masyarakat Minangkabau yang amat religius. Sejak kecil Tan Malaka tumbuh
bersama bocah-bocah sebaya di kampungnya dan telah menampakkan bakatnya
sebagai seorang anak yang cerdas, periang dan berkemauan keras. Saat saat menginjak
usia remaja Tan Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau
kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka
sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan
Malaka.
Setelah selesai di sekolah rendah ia menjadi satu-satunya anak muda di
kampungnya yang mendapat kesempatan bersekolah ke Kweekschool di Bukit Tinggi
(1908-1913). Kweekschol dikenal sebagai sekolah raja karena tak tergapai oleh kaum
inlanders merupakan satu-satunya sekolah guru untuk anak-anak Indonesia di
Sumatera Barat.5 la dikirim bersekolah beradasarkan keputusan rapat tetua Nagari
Pandan Gadang, Suliki. Dalam keputusan rapat dinyatakan jelas pada suatu

4
Harry.A.Poeze, Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik I, Penerbit Grafiti Pers, Jakarta, 1998. Hal.10
5
Inlanders adalah sebutan dalam bahasa Belanda untuk menyebut orang orang bangsa
pribumi,sebutan ini berkonotasi kasar dan merendahkan
kepercayaan tradisional bahwa Tan Malaka pada akhirnya akan kembali untuk
memperkaya alamnya.6

3.2. Tan Malaka Menuntut Ilmu Di Belanda


Kecerdasan dan keinginannya yang keras serta perangainya yang sopan
mendapatkan perhatian serius dari seorang guru Belanda bemama Horensma.
Horensma menggangap Tan Malaka sebagai anak angkatnya sendiri. Atas anjuran dari
Horensma pula ia dipromosikan untuk meneruskan sekolah lanjutan di negeri Belanda.
Atas biaya dan jaminan keuangan yang diupayakan oleh "Engkufonds" yaitu semacam
lembaga keuangan para Engku di Suliki dan juga bantuan dari Horensma yang
menyediakan diri sebagai penjamin bagi Tan Malaka untuk melakukan perantauan
yang nantinya berpengaruh besar pada kehidupannya kemudian. Bulan Oktober 1913
Tan Malaka meninggalkan tanah kelahiranya.7
Perantauan bagi seorang individu menurut adat Minangkabau merupakan suatu
cara untuk memenuhi panggilan penyerahan diri pada kebebasan dunia. Dengan
meninggalkan nagarinya, seorang individu dapat mengenal kedudukannya sendiri di
dalam alam dan karena pengalaman perantauannya akan dapat berkembang sampai
menjadi anggota dewasa di dalam alam. Tinggal di perantauan merupakan suatu
pengorbanan dan menjadi tugas bagi sang perantau untuk memberikan segala
pengetahuan yang diperolehnya dirantau kepada nagarinya.8 Gagasan- gagasan
progresif muncul sebagai kritik atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda
selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis Rendah maupun Majelis Tinggi Belanda.
Dampak dari kebijakan poltik etis yang dikembangkan adalah dimulainya
suatu upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program Irigasi
atau pengairan, Transmigrasi atau perpindahan penduduk dan Edukasi atau
pendidikan. Di bidang pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk
kalangan pribumi walaupun masih dalam sifat terbatas seperti HIS. HBS. STOVIA,
OSVIA, Kweekschool, Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk

6
Rudolf. Mrazek. Semesta Tan Malaka. Bigraf Publishing. Yogyakarta. 1994.hal.13
7
Tan Malaka. DPkP I. Teplok Press. Jakarta,hal 21
8
Edy Cahyoo, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal 5.
meningkatkan kesejahteraan rakyat di negeri-negeri jajahan dan Tan Malaka adalah
salah satu orang yang merasakannya.
Di Belanda Tan Malaka masuk Rijkskweekschool sebuah sekolah untuk
mendapatkan gelar diploma guru kepala atau Hoofdakte di kota Haarlem. Tan Malaka
memulai hidup baru di negeri orang dalam kondisi yang jauh berbeda dengan
kampung halaman asalnya. Dalam otobiografi yang ditulisnya ia mengatakan bahwa
kehidupan dinegeri Belanda lebih banyak didekap derita ketimbang suka.9 Kondisi
iklim Belanda yang jauh berbeda dengan Indonesia membuat kesehatanya merosot,
bulan Juli 1915 ia terserang radang paru-paru yang cukup parah dimana penyakit
tersebut dapat kambuh setiap saat.
Sejak itu kondisi sulit terus menerpanya dan berakibat pada terhambatnya
studi Tan Malaka sampai beberapa tahun. Untuk memulihkan kesehatanya Tan
Malaka terpaksa pindah ke kota kecil yang berhawa tropis dan sejuk bernama Bussum.
Di kota inilah pula awal perkenalan Tan Malaka dengan wacana-wacana progresif,
filsafat serta berbagai peristiwa revolusi di dunia yang saat itu sedang marak di Eropa.
Tan Malaka mulai berkenalan dengan soal-soal filsafat, ia banyak
membaca karya-karya Nietzsche seorang filsuf Jerman. Hasrat intelektualnya
membuatnya mulai berkenalan dengan karya-karya Marxisme. la pun mempelajari
Het Kapital Karangan Karl Marx dalam bahasa Belanda, Marxtische Ekonomie karya
Karl Kautsky, surat kabar radikal Hel Volk milik Partai Sosial Demokrat
Belanda serta brusur-brosur yang menceritakan perjuangan dan kemenangan
Revolusi Bolsyhevik Oktober 1917. 10
Pengalaman Revolusi Bolsyevik di Rusia pasca Perang Dunia I sangat
berkesan bagi diri Tan Malaka. Revolusi sosial menumbangkan kediktatoran Tsar
yang dilakukan oleh kaum buruh dan sekaligus membuktikan kebenaran teori Karl
Marx tentang hancurnya dominasi kapitalisme oleh suatu revolusi sosial.
Tan Malaka kemudian mengganggap dirinya sebagai seorang Bolsyevik
yang lebih mengerti dan mengutamakan realita bangsanya. Marxisme baginya, bukan
dogma melainkan suatu petunjuk untuk revolusi. Oleh karena itu, sikap seorang

9
Tan Malaka. DPkP 1. Teplok Press.Jakarta, hal 21
10
Ibid. hal 28-29
Marxis perlu bersikap kritis terhadap petunjuk itu. Sikap kritis itu antara lain sangat
ditekankan pada kemampuan untuk melihat perbedaan dalam kondisi atau faktor
sosial dari suatu masyarakat dibanding masyarakat-masyarakat lain. Dari situ akan
diperoleh kesimpulan oleh ahli revolusi di Indonesia yang tentulah berlainan sekali
dengan yang diperoleh di Rusia, yang sama hanya cara atau metode berpikirnya.

IV. Pemikiran Politik Dan Konsep Kemerdekaan


Berangkat dari latar historis bangsa indonesia pada saat itu belum
memiliki sejarah bangsa nya sendiri selain perbudakan, Tan Malaka berniat untuk
mengadakan revolusi sosial untuk megusir penjajahan keluar dan membersihkan diri
ke dalam agar bangsa Indonesia memiliki sejarahnya bangsanya sendiri. Untuk
mewujudkan cita- citanya tersebut Tan memiliki segudang konsep pemikiran
atau gagasan yang spektakuler. Pada bab ini, penulis akan mencoba membahas
beberapa dari pemikiran Tan Malaka yang mengupayakan kemerdekaan Indonesia
100%.
Aktifitas dan kiprah seorang Tan Malaka mulai mendapat perhatian dari
pemerintah kolonial yang kemudian menggangap Tan Malaka berpotensi besar untuk
membangkitkan semangat rakyat melawan penjajahan. Tan Malaka akhirnya
diasingkan, dari Indonesia Tan Malaka berlayar langsung ke Belanda. Sesampainya di
sana ia segera menjadi orang yang diinginkan oleh Partai Komunis Belanda pada
pemilihan perlemen mendatang. Tan Malaka menjadi orang Indonesia pertama yang
dicalonkan pada pemilihan anggota Parlemen Belanda. Keberhasilannya
mengejutkan banyak orang. 11
Sebagai anggota delegasi Hindia Belanda Tan Malaka mendapat kesempatan
berbicara. Dalam pidatonya ia menyerukan agar gerakan komunis bekerjasama dengan
gerakan Pan-Islam. Kongres memintanya juga menulis buku untuk Komintern
mengeni sikap untuk Indonesia. Tan lalu ditempatkan pada komisi yang menyiapkan

11
Tan Malaka, DPkP I, hal 81, Setelah pemilihan umum berlalu baru disadari bahwa Tan
Malaka sebenarnya terlalu muda untuk dicalonkan.
resolusi- resolusi mengenai masalah-masalah Timur. Namun Bagi kebanyakan
anggota Kongres, ia jelas secara sempit terpaku pada situasi di Indonesia dan
tak memperhitungkan masalah-masalah revolusi secara global; sehingga pandangan
dan usul-usul yang dikemukakannya ditolak oleh keputusan mayoritas delegasi. Selain
itu tampaknya Tan Malaka juga menciptakan musuh-musuh pada Kongres itu
akibat kecenderungannya untuk menggurui setiap orang. la mengakui hal ini dalam
memoarnya dan menyatakan bahwa ketika mengajukan usul untuk mengajar di
Rusia, orang-orang secara sarkas menjawab,"kami tak memiliki kursi untukmu!". 12
Sewaktu di pembuangan dan menjadi salah seorang agen Komintern di
Canton, dia menerbitkan buku (1924) "Menuju Republik Indonesia". Dalam
karyanya ini ia mengemukakan program-program untuk mencapai atau menuju
berdirinya Republik Indonesia yang menyangkut berbagai macam bidang seperti
politik, ekonomi, sosial, pendidikan bahkan militer. Konsepsi Menuju
Republik Indonesia merupakan pelopor konsepsi kemerdekaan yang dicetuskan
oleh pemikir sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia saat itu. Tan Malaka
lebih dulu secara visioner menjelaskan tentang konsepsi meuju kemerdekaan
Indonesia. Seperti yang dikatakan Tan Malaka dalam penjelasan tentang
program perjuangan dalam bukunya :
Belum ada sesuatu partai politik di Indonesia yang begitu jauh telah
mengumumkan programnya. Baik partai dari intelektuil-intelektuil seperti Budi Utomo
dan Nasional Indische Partij maupun massa Partai Sarekat Islam dapat menyusun dengan
pendek tuntutan-tuntutan ekonomi dan poltiknya. Mereka berpegang teguh pada perkataan
merdeka yang sama. Mereka tak pernah mengupas keadaan ekonomi dan sosial
masyarakat Indonesia. Karenanya mereka juga tak pemah sampai pada programnya,
sebab suatu program bukannya hanya satu "daftar keinginan", akan tetapi harus
didasarkan atas susunan sosial ekonomi sesuatu negeri. 13

Tan Malaka menjelaskan arti penting sebuah program sehingga tidak hanya saja
terjebak pada jargon ataupun slogan kemerdekaan semata, ini dijelaskanya :

.Pergerakan revolusioner di Indonesia selalu masih ada. Jika pergerakan ini


hendak mendapatkan hasil, maka sekarang telah pada waktunya, kita menyusun program
nasional dan mengumumkan program ini kepada seluruh rakyat.Kita kira, program
kita ini selaras dengan keadaan ekonomi sosial Indonesia, kita dapat dengan rasa
berat selangkah lebih jauh dalam tuntutan kita, tanpa menyusahkan kita sendiri bagian
lain kita tak akan dan tak perlu mundur selangkah pun. Program ini agaknya sesuai
dengan kemungkinan, baik internasional maupun nasional. Jika besok atau lusa

12
Ibid, hal 102
13
Tan Malaka, Menuju Republik Indonesia,Komunitas Bambu dan Yayasan Massa, 2000,hal 27
kapitalisme dunia jatuh sehingga rakyat Indonesia bisa mendapatkan segala bantuan lahir
dan batin dengan langsung dari proletariat barat, maka program ini dapat digunakah
sebagai dasar yang kuat untuk membentuk bangunan komunistis. Jika kita besok atau
lusa terpaksa melakukan perjuangan nasional sendiri, maka program ini cukup mempunyai
unsur- unsur untuk membangkitkan dan memusatkan tenaga-tenaga seluruh rakyat
Indonesia yang sedang tidur, tenaga-tenaga yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
kemerdekaan nasional. Jika kita selanjutnya mendapatkan kemerdekaan itu, kita dapat
juga mempertahankannya dengan lebih baik. Dengan tenaga-tenaga yang terdapat di
Indonesia kita - nanti sesudah mendapatkan kemerdekaan dapat melangkah ke arah
komunisme internasional lebih cermat dan dengan memperjuangkan rakyat dan
dilaksanakan dengan jujur dapat menciptakan satu setia-kawan, satu setia kawan yang
akan mampu menghancurkan imperialisme, bukan hanya demikian, akan tetapi
juga menjauhkannya buat selama-lamanya dan akhimya merintis jalan
untuk komunisme intemasional. 14

Dalam kata pengantar buku Menuju Republik Indonesia , Tan Malaka


menuliskan: Dengan Le etat cestmoi yang berarti negara adalah saya Raja
Matahari Perancis dengan penuh kesadaran atas kekuasaanya menyatakan apakah
negara itu. Sekarang Partai Komunis Indonesia dapat berkata, Gerakan
Revolusioner adalah saya. Kesadaran inilah, sebagai pemimpin dari seluruh rakyat
revolusioner Indonesia, yang mendorong kita mengemukakan program dan taktik kita
kepada segolongan rakyat....PKI dan sarekat Rakyat, penjelmaan kemauan rakyat
revolusioner dalam perjuanganya..... 15
Program-program ini sebenarnya dituliskan oleh Tan Malaka untuk PKI
sebagai pegangan partainya (PKI) yang diinginkannya untuk mengambil atau
memainkan peranan pimpinan revolusioner ke arah yang dicita-citakannya.
Isi buku Menuju Republik Indonesia secara keseluruhan lebih kepada taktik
dan strategi pergerakan revolusioner untuk menggulingkan kolonialisme. Tetapi dalam
buku ini ditekankan pula bahwa sifat PKI dan komunisme yang menjadi penggerak
perjuangan bukanlah sifat yang eksklusif, anti agama dan anti nasional, melainkan
justru bersifat nasionalis, mendukung perjuangan seluruh kelas dan kelompok di
Indonesia, bahkan dalam buku ini Tan Malaka menegaskan bahwa kalaupun kaum
proletar (yang secara sempit ditafsirkan sebagai PKI) menang dan berkuasa ia tidak
boleh menerapkan demokrasi rakyat komunis ala Soviet, melainkan harus penerapkan

14
Ibid, hal.14
15
Ibid, hal 33
demokrasi yang luas meliputi segala kelompok, suku, ras, agama dan sebagainya yang
oleh Tan Malaka diistilahkan sebagai Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia
Tan Malaka berpendapat bahwa konsep "Republik Indonesia" merupakan sebuah
konsep yang cocok bagi Indonesia. Tan Malaka juga menuliskan sebuah kalimat
bernada agitasi dalam membangkitkan semangat dan optimisme dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia berpendapat bahwa kesulitan ekonomi
yang diderita rakyat Indonesia selama mengalami penjajahan adalah bibit semangat
untuk menumbuhkan massa yang revolusioner.

Buku Menuju Republik Indonesia. Itu ditunjukkan kepada para pejuang


intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Kelompok-kelompok diskusi yang ada
di Jakarta dan Bandung, segera membahas brosur itu. Klub Debat Bandung dipimpin
oleh Bung Kamo dan Ir. Anwar Bung Karno selalu membolak-balik, mencorat-
coret dan membawa kedua buku itu kenang Sayuti Melik yang saat itu nyantri pada
Bung Karno di Bandung. Kemudian hari di dalam tulisan Indonesia Menggugat
(pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Bandung), isi buku dikutip oleh Bung
Karno. Di Jakarta, para pelajar di atas antara lain, Sugondo Djojopuspito, Karim
Pringgodigdo, Maruto Nitimihardjo, Amir Syarifuddin Harahap, Sumitro
Reksodiputro, Abu Hanifah, dan Sumanang selalu mendiskusikan masalah di tanah air,
mulai dari masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, cara membela rakyat dari tuan
tanah maupun rentenir sampai kejadian di luar negeri; Revolusi Bolshevik maupun
Revolusi Perancis. Buku Menuju Republik Indonesia menambah keyakinan para
pemuda terpelajar saat itu bahwa kemerdekaan bukan sesuatu hal yang tidak
mungkin.Terlebih lagi kalimat-kalimat agitasi Tan Malaka terhadap kaum intelektual
dalam buku tersebut :

Tak terdengarkah olehmu, teriakan massa Indonesia untuk kemerdekaan


yang senantiasa menjadi semakin keras? Tak terlihatlah olehmu, bahwa
mereka pelan-pelan melangkah maju dalam perjuangan yang berat?Apakah
kamu akan menunggu sekian lama, sampai nanti kemerdekaan direbut oleh
mereka sendiri sedang kamu pasti akan ikut menikmati buah kemenangan
mereka yang nyaman?....Karenanya bergabunglah kamu dengan barisan kita!. 16
Pemberontakan PKI 1926, menjadi satu peristiwa yang sangat disesalkan

16
Ibid, hal 66
oleh Tan Malaka, dimana apa yang telah dituliskanya dalam Menuju Republik
Indonesia tentang masalah strategi dan taktik, kesiapan sebuah partai revolusioner dan
pentingnya meraih dukungan massa rakyat luas dalam memimpin pergerakan
revolusioner justru diabaikan oleh PKI.
Selanjutnya Tan Malaka melukiskan kehidupan rantau dan pelariannya
yang kedua sebagai masa isolasi politik total sesungguhnya. Bahkan sampai tahun
1926 ketika ia masih aktif, ia tak menyebutkan kontak yang berarti dengan kaum
pergerakan Indonesia kecuali beberapa kali pertemuan dengan dua kawan separtai,
Alimin dan Dawud, serta beberapa surat-menyurat dengan kawan lain seperti
Subakat. Tahun 1928 dia diangkat kembali oleh Komintern sebagai salah
seorang agennya untuk Asia Tenggara. Rupanya pada waktu itu, Moskow
belum mengetahui tentang kegiatan Tan Malaka dengan PARI-nya. Sewaktu ia
memasuki Hongkong dari Shanghai (1932), dalam perjalannnya menuju pos barunya di
Birma sebagai agen Komintern, Tan Malaka ditangkap Inggris dan ditahan selama
beberapa minggu. Sesudah dilepas, ia kembali ke Cina (Amoy), di mana ia menghidupi
dirinya dengan mendirikan sekolah bahasa asing yang cukup berhasil sampai tahun
1937, ketika dia terpaksa lari lagi sewaktu Jepang menyerang kota itu. Ia menyingkir
ke Singapura, menyamar sebagai guru Cina di sekolah-sekolah di sana sampai
1942. Sewaktu ia sampai di Indonesia kembali, Jepang sudah mendarat dan berkuasa.
Semenjak meninggalkan Bangkok (1927), kecuali hubungan surat-menyurat yang
terbatas dan kemudian juga terputus, Tan Malaka lebih banyak bergerak sendiri.
Dalam arti kata yang mendekati sesungguhnya dia menjadi seorang pejuang
revolusioner yang kesepian, tetapi juga setia pada cita-cita revolusinya.
Sementara itu, Komintern dan orang-orang komunis Indonesia yang mengetahui
tentang keberadaan PARI dengan sendirinya mengungkapkan kepada mereka siapa
Tan Malaka yang sebenarnya. Dia dikecam habis-habisan, antara lain oleh tokoh PKI
Muso, yang berhasil masuk Indonesia dari Moskow tanpa diketahui Belanda.
Musso segera menulis pamflet yang menentang Tan Malaka dengan PARI-nya. Tan
Malaka yang dulunya pernah menjadi ketua PKI dan agen Komintern, kini menjadi
musuh utama mereka (PKI).
Menariknya Tan Malaka sendiri tak sering menyebut PARI, partai politik yang
didirikanya tahun 1927, setelah meletus pemberontakan PKI tahun 1926-1927, kecuali
mencatat bahwa ia menerima berita penangkapan para pemimpin partai lainnya
dan tentang penangkapan para pemimpin partai lainnya dan tentang hancurnya
komunikasi antar partai.
Dari buku itulah terdapat banyak konsep-konsep kemerdekaan Tan Malaka
dengan menggerakkan massa dengan jalan revolusi sehingga masyarakat Indonesia
tersentuh untuk ikut berjuang dalam pergerakan menuju Indonesia merdeka yang
terbebas dari segalah bentuk belenggu penjajahan.
V. Penutup
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan dia atas, pokok-pokok pikiran

yang dapat disimpulkan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

5.1. Kesimpulan
1. Tan Malaka berlatar belakang keluarga yang sangat taat beribadah

dan menjunjung tinggi nilai dan norma budaya Sumatera utara.

Beliau beruntung bisa melanjutkan sekolahnya di Belanda dan

disanalah dia belajar tentang konsep sosialisme dan komunis yang

berkiblat ke Soviet dan Marxis.

2. Pemikirannya tentang konsep membawa dampak nyata pada

perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pemikiran yang diwujudkan

dalam tindakan nyata dan ulis sebuah buku yang berjudul "Menuju

Republik Indonesia ". Tan Malaka berupaya meletakkan roh

nasionalisme sebagai aspek pokok dengan Mendorong persatuan

antara Islam dan Komunisme. Tan Malaka juga tidak sepakat

terhadap pemberontakan PKI tahun 1926 karena menggangap situasi

revolusioner di rakyat belum matang. Hal tersebut mencerminkan

bahwa dirinya adalah seorang nasionalis sejati yang mencintai

bangsanya.
Daftar Pustaka

Cahyono,Edi. 2003. Zaman Bergerak Di Hindia Belanda. Jakarta.


Yayasan Pancur Siwah.

Elster, Jon. 2000. Karl Marx; Marxisme-Analisis Kritis. Jakarta,


Prestasi Pustakakarya.

Gould, Hary.1962. The Dictionary Of Marxism, diterjemahkan oleh


Rollah Syarifah menjadi Kamus Ketjil Istilah Marxist, Surabaya.

Malaka, Tan 2000. Dari Penjara ke Penjara Bagian I. Jakarta.Teplok Press.

2000. Menuju Republik Indonesia. Jakarta. Komunitas Bambu

Mrazek, Rudolf. 1994. Semesta Tan Malaka. Yogyakarta. Penerbit Bigraf


Publishing.

Poeze, A. Harry. 1998. Tan Malaka : Pergulatan Menuju Republik I. Jakarta :


Penerbit Grafiti Pers.

Prabowo, Hary. 2002. Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis
Menuju Republik. JendelaYogyakarta

Anda mungkin juga menyukai